Cinta yang Kau Bawa Pergi

Cinta yang Kau Bawa Pergi

last updateTerakhir Diperbarui : 2023-03-20
Oleh:  Lis SusanawatiTamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
36 Peringkat. 36 Ulasan-ulasan
157Bab
143.4KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Ibarra kecewa ketika dipaksa oleh orang tuanya untuk menikahi perempuan yang mengidap depresi. Sementara dia memiliki kekasih yang cantik, baik, dan sangat mencintainya. "Ingat kesalahanmu yang membuat perusahaan kita rugi milyaran rupiah, Barra. Siapa yang menyelamatkan? Orang tua Delia. Jadi menikahi Delia bukan sebuah kebodohan, yakinlah dia pasti sembuh dari depresinya." Pak Adibrata meyakinkan putranya. Tapi bagaimana dengan Cintiara? Gadis itu menunggunya dengan setia. Lalu siapa yang harus ia pilih, Delia yang depresi atau Cintiara yang baik hati. Di sisi lain, tanpa sepengetahuan Ibarra. Ada dokter Samudra yang diam-diam mencintai perempuan depresi seperti Delia. Ternyata perempuan yang nyaris gila itu ada juga pengagumnya. Cinta yang Kau Bawa Pergi, mengisahkan tentang kisah empat hati yang terjebak dalam lembah dilema tak berbatas.

Lihat lebih banyak

Bab 1

Part 1 Pernikahan

"Aku nggak mungkin nikah sama perempuan kurang waras, Pa. Batalin ajalah acara lamaran besok." Ibarra bicara dengan nada kesal pada kedua orang tuanya ketika mereka sedang makan malam bersama. Setelah beberapa kali menolak, inilah kesempatan terakhirnya untuk berkompromi dengan sang papa, supaya membatalkan perjodohannya.

"Nggak mungkin kita batalin, Barra. Lamaranmu tinggal besok. Dua belas jam lagi dari sekarang," bantah Pak Adibrata sambil menyudahi makannya. "Sudah ada pembicaraan matang tentang pertunanganmu dengan Delia. Jadi jangan membuat ulah yang akan mengacaukan bisnis dan karir politik papa. Ingat juga kesalahanmu yang membuat perusahaan kita rugi milyaran rupiah."

Pria muda itu bungkam seketika. Ia ingat akan kesalahan fatalnya beberapa tahun lalu yang membuat perusahaan hampir gulung tikar. Namun jika ingat kalau ia harus menghabiskan sepanjang hidupnya dengan seorang perempuan yang depresi membuat selera makan Ibarra mendadak musnah. Rica-rica ayam kesukaannya terasa hambar di lidah, padahal pedasnya level paling gila.

"Barra, sebenarnya Delia itu nggak gila. Dia seperti itu karena depresi setelah menyaksikan perampokan di rumahnya. Melihat kakaknya di perkosa hingga meninggal, lalu dua pembantunya di hajar habis-habisan dan salah satunya meninggal dunia. Percayalah dia sebenarnya sudah sembuh. Hanya saja menjadi lebih pendiam sekarang ini." Bu Ratih memberi penjelasan pada putranya.

Ibarra yang biasa dipanggil Barra itu mendengkus kesal. Satu gelas air putih di tenggak habis tak bersisa. Bunyi gelas yang diletakkan di atas meja menimbulkan suara gemeletak sangat keras. Kaca beradu dengan kaca. Membuat adik perempuan Barra tersedak karena kaget.

"Kita banyak berhutang budi pada Pak Irawan. Tentu kamu masih ingat, berapa ratus juta dia gelontorkan untuk menyelamatkan kita dari kebangkrutan. Delia nggak gila, kamu harus ingat itu. Seperti yang mamamu bilang, dia sebenarnya sudah sembuh. Tapi masih perlu minum obat dan terapi."

Pria muda itu bangkit dari duduknya dan menaiki tangga lalu masuk ke dalam kamarnya. Berdiri di balkon kamar. Tidak bisa dibayangkan bagaimana berita pernikahan Ibarra dan Delia akan menjadi trending topik di antara teman-teman mereka. Pria terkeren di kampus dulu, sekarang menikahi perempuan kurang waras. Eksekutif muda yang karirnya mulai meroket memiliki istri yang depresi. Dan Cintiara? Ah, dia akan kehilangan pujaan hatinya itu. Padahal mereka telah banyak membuat perencanaan untuk pernikahan. Cintiara gadis yang baik, sangat baik malah. Itu bagi Ibarra yang memang tergila-gila padanya, tapi tidak dengan penilaian orang tuanya. Dia tak lebih hanya gadis pemburu kejayaan keluarga Ibarra.

Hendak lari dari rumah? Terus pergi ke mana? Banyak yang ia pertaruhkan jika kabur. Reputasinya, karirnya yang merangkak cemerlang, dan orang tua bisa mendepaknya dari anggota keluarga karena telah mempermalukan mereka.

Namun, apa bedanya jika ia tetap menikahi Delia. Tentu orang-orang juga bakalan tahu kalau istrinya perempuan setengah waras. Memang sekarang ini tidak banyak yang tahu kondisi Delia. Karena semuanya di tutup rapat oleh keluarga. Tapi apa selamanya bisa dirahasiakan? Tidak mungkin, bukan?

Ibarra mengambil ponsel dari saku celananya. Kemudian menyentuh nama yang di sematkan paling atas dalam daftar kontaknya. Cintiara, My Beloved Girl.

Tanpa menunggu lama, panggilannya di jawab. Ada suara isak tangis gadisnya di seberang.

"Kamu nangis?" tanya Ibarra dengan suara bergetar, tak kalah pedih.

"Besok kamu tunangan," jawab Cintiara terbata.

"Ya. Tapi percayalah itu hanya tunangan. Belum tentu aku akan menikah dengannya. Karena semua sudah terlanjur dibicarakan, hutang budi, dan demi bisnis kami. Yang penting kamu harus yakin, aku hanya mencintai kamu dan kita pasti akan menikah." Ibarra meyakinkan gadisnya.

Terdengar Cintiara menyusut hidungnya yang berair. "Aku tunggu janjimu."

"Ya, aku pasti akan menepatinya. Sudah malam, kamu tidur ya. Besok sore kita ketemu."

Setelah dijawab oleh Cintiara, Ibarra menyudahi panggilannya. Lantas kembali menerawang menatap kelamnya malam. Tak ada rembulan, bahkan satu bintang pun tak menampakkan diri.

Laki-laki itu duduk di kursi balkon kamar. Menyalakan rokok sambil mengenang kisah cintanya dengan Cintiara yang berjalan hampir empat tahun ini. Gadis yang dikenalnya semenjak duduk di bangku kuliah. Namun dulunya mereka hanya sebatas teman dekat. Kemudian saling menyadari telah jatuh cinta dan akhirnya berikrar menjadi sepasang kekasih.

Entah berapa batang rokok yang habis ia hisap hingga tengah malam dan putungnya menjadi menghuni asbak di meja sebelahnya.

* * *

Begitu cepatnya pagi datang, rasanya Ibarra baru terlelap sebentar saja. Sekarang sang mama sudah menggedor pintu kamarnya berkali-kali. Pria itu menggeliat sambil melihat ke arah jam dinding. Pukul enam pagi. Kenapa masih jam segitu ia dibangunkan? Bukankah acaranya masih dua jam lagi.

"Barra, bangun. Ayo, bersiap!" teriak sang mama dari luar.

"Ya," jawab Barra masih tengkurap.

"Mama tunggu di bawah!"

Sepuluh menit setelah kepergian mamanya, Ibarra baru bangkit dari pembaringan dan melangkah ke arah kamar mandi. Kemudian memakai kemeja warna maroon yang disiapkan sang mama sejak semalam.

Ini hari yang amat meresahkan baginya. Babak baru dalam hidupnya di mulai. Tapi ini hanya pertunangan, masih banyak kesempatan untuk mencari alasan membatalkan pernikahan. Yang penting hari ini lolos dulu. Besok dipikirkan lagi.

Ibarra meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja. Banyak pesan masuk yang dikirimkan oleh Cintiara. Tentu gadis itu tidak bisa tidur semalaman. Hampir tiap jam mengirimkan beberapa pesan.

Baru saja hendak menelepon, teriakan mamanya sudah terdengar dari arah tangga. Ibarra memasukkan ponsel ke dalam saku celananya, kemudian menyambar jam tangan dan memakainya sambil keluar kamar.

* * *

Di ruang tamu mewah rumah Pak Irawan telah berkumpul dua keluarga yang mengadakan pertemuan, untuk melangsungkan pertunangan dan membicarakan pernikahan antara Ibarra dan Delia.

Keceriaan terpancar dari wajah para orang tua. Tapi tidak dengan Ibarra yang tak banyak bicara. Dia tidak peduli sama sekali apa yang dibahas keluarga.

Tepat di depannya, duduk seorang gadis cantik umur dua puluh tujuh tahun memakai kebaya warna tosca dan rambut di sanggul rapi. Delia diam tanpa ekspresi. Entah apa yang ada dalam benaknya, bahagia atau sebaliknya. Atau sebenarnya dia tidak paham sama sekali tentang acara pagi itu. Mungkinkah depresinya tengah kambuh?

Ibarra ingin memaki, kenapa dia harus menyanggupi perjodohan konyol ini. Orang tuanya begitu tega menjodohkannya dengan gadis depresi yang mungkin dia tak akan paham kalau telah bersuami. Hanya demi balas budi dan kemajuan perusahaan, mereka sanggup menggadaikan kebahagiaannya.

Ibarra yang menunduk diam sangat kaget ketika orang tua mereka sepakat kalau pagi itu juga dirinya akan menikah siri dengan Delia. Dikarenakan tidak mungkin mereka akan mengadakan pesta pernikahan secara besar-besaran sementara mengingat kondisi Delia yang belum pulih sepenuhnya.

"Bagaimana Delia, kamu akan menikah siri dulu dengan Barra? Setelah itu kalian bisa mengurus pernikahan di KUA. Nanti jika kondisi kamu membaik, kita adakan pesta pernikahan?" Pak Irawan bertanya pada putrinya dengan penuh perhatian.

Delia menatap Ibarra cukup lama. Laki-laki itu pun menatapnya dengan pandangan dingin. Meski psikisnya belum benar-benar pulih, dia bisa tahu kalau tatapan pria di depannya menunjukkan rasa tak suka.

"Bagaimana, Delia?" tanya Pak Irawan lagi. Dan dijawab anggukan kepala oleh putrinya.

Bagai hipnotis, Ibarra sama sekali tidak bisa berkata tidak. Keinginan orang tua dituruti. Dia akhirnya sah menikahi Delia meski masih siri.

Pagi ini seperti mimpi bagi pria berahang kokoh itu. Dia seperti terjebak dalam labirin yang diciptakan kedua orang tuanya sendiri. Kenapa mereka begitu tega dengan anak kandungnya sendiri?

Lantas bagaimana dengan Cintiara? Ibarra tidak bisa membayangkan hancurnya perasaan sang kekasih.

Dalam hati Ibarra terbayang remuknya perasaan Cintiara. Namun mereka yang ada di ruangan itu juga tidak menyadari bahwa ada hati lain yang tak kalah hancur melihat gadis pujaannya menikah dengan pria lain.

Dokter muda itu hanya bisa menunduk dalam-dalam. Samudra, kesempatan untuk memiliki perempuan yang dicintai menguap seperti pudarnya kabut pagi.

Sebenarnya dia bisa melihat kalau Ibarra hanya terpaksa menikahi Delia, karena perencanaan keluarga. Samudra tahu semuanya. Sebab setelah kedua orang tuanya tiada dalam sebuah kecelakaan pesawat, Samudra yang saat itu baru berusia sepuluh tahun akhirnya diasuh oleh Pak Irawan. Menjadi kakak angkat untuk Melia, Delia, dan Nira. Melia meninggal dunia di rumah sakit setelah menjadi korban perampokan di rumahnya.

Samudra akan menjadi pria tak tahu diri jika nekat berterus terang ingin menikahi Delia. Sementara Pak Irawan sudah menganggapnya seperti anak sendiri.

"Usiamu sudah tiga puluh tiga, Sam. Menikahlah. Sampai kapan mau ngejomblo. Kamu sudah mapan untuk membangun rumah tangga," kata Pak Irawan ketika mereka makan malam bersama suatu hari.

Setelah Samudra mulai bekerja di sebuah rumah sakit swasta di kota Surabaya, laki-laki itu memilih tinggal di sebuah rumah kontrakan dekat rumah sakit. Kadang seminggu sekali di waktu luangnya, dia berkunjung ke rumah Pak Irawan. Atau pas ada acara tertentu, ia selalu menyempatkan untuk datang. Inilah bentuk balas budinya pada orang yang telah membuatnya seperti sekarang ini. Jasa Pak Irawan tidak akan pernah ia lupakan.

"Mak Ni, obatnya Delia masih ada, kan?" tanya Samudra pada wanita setengah baya yang bekerja di rumah papa angkatnya. Wanita itu yang mengurusi segala keperluan Delia.

"Alhamdulillah, masih ada, Mas."

"Oke. Kalau dia ikut suaminya, tolong obatnya jangan sampai ketinggalan."

"Njih, Pak Dokter. Nanti saya ingatkan Mbak Delia."

Samudra yang hendak pulang, berhenti di dekat tangga ketika melihat Delia turun. "Hai, selamat pengantin baru adikku yang cantik dan sholehah," ujar pria itu sambil tersenyum pada Delia. Meski perasaannya telah lebur, dia akan berusaha tetap menjadi kakak yang baik untuk Delia dan Nira.

"Makasih, Mas."

"Aku belum nyiapin kado buatmu. Kamu mau kado apa?"

Delia diam sambil menunduk. "Doakan saja aku bahagia, Mas. Itu akan jadi kado terindah buatku."

Perasaan Samudra tersentuh. Dadanya terasa penuh dan sesak. "Tentu. Mas akan doain kamu. Telepon Mas jika kamu butuh sesuatu atau ada apa-apa."

"Hu um."

Samudra menatap gadis yang kini sudah bergelar istri orang itu cukup lama. Selama ini kepadanya saja Delia mau banyak bicara. Berhadapan dengan orang baru hanya menimbulkan ketakutan baginya. Jika Ibarra tidak memahami hal ini, akan memperburuk psikis adik angkatnya. Entah apa tujuan papa angkatnya menjodohkan Delia dengan Ibarra yang tampaknya tidak memiliki perasaan terhadap gadis yang diam-diam ia cintai. Samudra menarik napas sejenak. "Mas pulang dulu ya!"

"Iya."

Delia menatap punggung pria itu hingga hilang di balik pintu. Kemudian kembali naik ke lantai dua. Berada satu kamar dengan Ibarra membuat Delia kebingungan, tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Lelaki itu pun sangat dingin dan enggan memandangnya.

* * *

"Mbak Delia nggak mau minum obat, Pak." Asisten rumah tangganya memberitahu Ibarra yang ada di ruang kerjanya. Sudah hampir sebulan ini dia mengajak Delia tinggal di salah satu apartemen milik keluarganya. Supaya teman-temannya tidak tahu bahwa ia menikahi perempuan yang terganggu psikisnya.

Pria umur tiga puluh dua tahun itu mendengkus kesal. Meletakkan bolpoinnya di meja lantas ke kamar mereka.

Ibarra mengambil obat dan air minum di nampan yang disediakan oleh ART-nya. Kemudian meletakkan obat itu di telapak tangan Delia. "Kamu minum obatnya. Jangan menambah masalahku dengan hal sepele begini," ucap Ibarra sambil mengangsurkan segelas air putih.

Delia tidak ingin berdebat, meskipun sebenarnya sudah bosan minum obat. Tidak ada perhatian layaknya seorang suami pada istrinya. Sebulan ini mereka tetap menjadi orang asing yang terjebak hidup dalam satu atap.

Namun Delia juga tahu, ia sering mendengar Ibarra bicara dengan seseorang. Berkata mesra dan membujuknya. Dia memang depresi tapi tidak gila. Jadi masih bisa menyimpulkan apa yang dilakukan suaminya. Orang yang sering di teleponnya itu pasti kekasihnya. Lalu untuk apa setuju menikahinya jika ada perempuan lain yang Ibarra cintai.

Setelah pria itu keluar kamar, Delia menatap hampa pada lantai marmer di kamarnya. Terus hubungan mereka ini sebagai apa? Terikat pernikahan tapi tidak saling bercanda. Bicara pun hanya seperlunya saja. Delia rubuh di pembaringan, peristiwa kejam itu kembali terbayang dan membuatnya menggigil ketakutan.

"Kamu kenapa?" tanya Ibarra saat kembali masuk kamar dan melihat Delia meringkuk dengan tubuh dibasahi keringat.

Delia menggeleng.

Ibarra menyentuh kening istrinya yang basah berpeluh.

"Aku nggak apa-apa," ucap Delia lirih.

"Harusnya kamu rutin minum obat. Siang tadi kata Mak Ni obatnya juga nggak kamu minum." Ibarra geram juga. Jika terjadi apa-apa, dialah orang yang sekarang paling bertanggungjawab.

"Maaf, aku hanya menyusahkanmu saja," ucap Delia lirih. Namun jelas di dengar oleh Ibarra.

"Jika nggak ingin menyusahkan aku. Sebaiknya kamu harus baik-baik ngurusi dirimu sendiri."

Delia ketakutan saat memandang wajah tampan Barra yang sama sekali tidak menunjukkan keramahan sebagai seorang suami.

* * *

Selamat datang di kisahnya Delia, guys. Selamat membaca dan selamat mengikuti.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

10
100%(36)
9
0%(0)
8
0%(0)
7
0%(0)
6
0%(0)
5
0%(0)
4
0%(0)
3
0%(0)
2
0%(0)
1
0%(0)
10 / 10.0
36 Peringkat · 36 Ulasan-ulasan
Tulis Ulasan
user avatar
Eli Juita
suka bacanya..terimakasih Thor..
2024-12-19 06:58:43
0
user avatar
Hutri Sasrida
keren abisss
2024-12-09 19:07:24
0
user avatar
Puput Suprapti
luar biasa
2024-07-31 01:03:21
0
user avatar
Fosa Aprilia Rafan
keren bgt ....🥹 pas libur...gk ada kerjaan,,,pagi-mlm aq baca trs.... sampai kuota yg q beli habis.... ... rencana buat hari berikutnya spy dpt tambahan bonus,,,, gk terasa mlh sdh habis sblm ganti hari.......
2024-02-28 23:08:44
1
user avatar
Ery Sutrisna
Selalu suka karya-karya kak Lis. Saya suka gaya penulisan seperti ini.
2023-08-24 05:28:35
4
user avatar
Tunik Farida
aku selalu mencari karyamu
2023-06-27 10:08:40
2
user avatar
Ummu Syarifah
Mengikuti kisah cinta Delia dan bara, good story. Alur, konflik, plot, dan twist disajikan dengan apik oleh Author kak Lis. Terima kasih dan terus berkarya. Recommended
2023-04-23 15:24:11
1
default avatar
ryantizubir03
Thor, klu mau baca cerbung judul cinta yang kau tolak dan jodoh untuk Nirmala dmn??
2023-04-10 11:16:52
5
user avatar
Sugiyanti Sancoko
novel yg tak kalah seru ini dari otor keren....
2023-02-17 22:08:07
3
user avatar
tjeumara
selalu keren karya mbak lis ......
2023-02-16 00:16:12
2
user avatar
Surya Suwita
karya bagus lohh
2023-02-09 17:49:18
3
user avatar
Barra
selalu keren.....
2023-02-05 20:37:12
3
user avatar
Nia
wow cerbung baru udah ada
2023-02-02 20:00:16
2
user avatar
Nina Dahlianawati
ceritanya seru
2023-02-01 23:09:25
1
user avatar
Zidan Ramadhan
Bagussss ceritanya......
2023-02-01 09:53:08
4
  • 1
  • 2
  • 3
157 Bab
Part 1 Pernikahan
"Aku nggak mungkin nikah sama perempuan kurang waras, Pa. Batalin ajalah acara lamaran besok." Ibarra bicara dengan nada kesal pada kedua orang tuanya ketika mereka sedang makan malam bersama. Setelah beberapa kali menolak, inilah kesempatan terakhirnya untuk berkompromi dengan sang papa, supaya membatalkan perjodohannya."Nggak mungkin kita batalin, Barra. Lamaranmu tinggal besok. Dua belas jam lagi dari sekarang," bantah Pak Adibrata sambil menyudahi makannya. "Sudah ada pembicaraan matang tentang pertunanganmu dengan Delia. Jadi jangan membuat ulah yang akan mengacaukan bisnis dan karir politik papa. Ingat juga kesalahanmu yang membuat perusahaan kita rugi milyaran rupiah."Pria muda itu bungkam seketika. Ia ingat akan kesalahan fatalnya beberapa tahun lalu yang membuat perusahaan hampir gulung tikar. Namun jika ingat kalau ia harus menghabiskan sepanjang hidupnya dengan seorang perempuan yang depresi membuat selera makan Ibarra mendadak musnah. Rica-rica ayam kesukaannya terasa ha
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-27
Baca selengkapnya
Part 2 Rindu
Samudra meraih ponselnya yang tergeletak di meja kamar. Ada panggilan tak terjawab dari Delia. Dokter itu langsung melakukan panggilan balik. Namun berulang kali di telepon tak ada jawaban. Kenapa Delia meneleponnya malam-malam begini?Lelaki yang masih memakai handuk sebatas pinggang itu gelisah duduk di pinggir pembaringan. Delia meneleponnya waktu dia masih mandi tadi. Samudra memandang jam dinding di kamarnya. Jam sepuluh malam. Perasaannya tak tenang. Semenjak menikah dan ikut Barra pindah, Delia hampir tidak pernah menghubunginya. Gadis yang dulunya periang itu kini jadi pendiam setelah kejadian perampokan setahun yang lalu.Mak Ni, Samudra mencari nomer asisten rumah tangga yang menemani Delia. Namun ia hanya memandang sederetan angka itu tanpa melakukan tindakan. Sudah malam, Samudra tidak enak kalau nanti akan mengganggu wanita itu. Kasihan, dia juga butuh istirahat.Samudra bangkit dari duduknya dan mengambil baju ganti di lemari. Kemudian menunaikan shalat isya. Kekhawati
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-27
Baca selengkapnya
Part 3 Pertemuan Dua Lelaki
Delia memandang di seberang jalan. Dalam mobil Barra ada perempuan yang tadi dilihatnya.Cukup lama keduanya terdiam. Delia tidak ingin bicara lebih dulu karena bukan dia yang harus menjelaskan. Sedangkan Barra masih memandangnya. Kemudian berdiri menegakkan tubuh. "Yang kamu lihat bersamaku tadi namanya Cintiara," kata Barra mulai bicara. "Kekasihmu?" tanya Delia menatap manik hitam suaminya.Barra diam. "Nggak usah merasa canggung atau apa. Orang nggak waras tak kenal cemburu, Mas. Nggak kenal sakit hati juga. Susah senang dia akan terus tersenyum," Delia bicara dengan tenang. Di puncak rasa sakit, kecewa, trauma, dan bayangan buruk yang sekejab tadi menjelma, Delia bisa setegar itu. Biasanya dia histeris jika ada sesuatu yang membuatnya teringat lagi oleh tragedi setahun yang lalu. Tapi kali ini dia bisa tenang. Meski sebenarnya dalam hati merasakan luka. Dia tidak gila, jadi perih tetap ia rasakan.Cak Rohmat yang baru kembali dari membeli rokok, menyapa ramah pada Barra. Kemudi
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-27
Baca selengkapnya
Part 4 Dinner I
"Apa perkataanku salah?" tanya Barra penuh selidik."Seorang kakak pasti mencintai dan akan melindungi adiknya," jawab Samudra. Dia harus mengendalikan emosi. Jika sampai mengaku, keadaan bisa runyam. Barra bisa menimbulkan masalah baru dengan memanfaatkan pengakuannya. Bisa saja Barra menuduhnya menjadi penyebab kehancuran rumah tangganya dengan Delia. Padahal sejak awal Samudra sudah bisa merasakan kalau hubungan mereka tidak sebaik yang dikira keluarganya. Jika suatu hari nanti dia harus bicara jujur, mesti dipastikan waktunya tepat saat itu."Aku titip adikku.""Seorang suami juga tahu apa yang harus dilakukan pada istrinya," jawab Barra cepat.Samudra menarik napas berat. "Oke, kamu lebih berhak. Tapi jangan buat dia lebih sakit dari sebelumnya. Kamu tidak tahu bagaimana dia berjuang mengatasi trauma."Hening. "Aku mengenalmu sudah lama, dokter. Semenjak remaja kita sering bertemu. Sebagai sesama lelaki, aku bisa merasakan bagaimana perasaanmu pada Delia. Bukan perasaan seorang
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-28
Baca selengkapnya
Part 5 Dinner II
Tangan Delia mulai gemetar saat ingat bagaimana lelaki jahanam itu menggagahi dan menyiksa kakaknya. Gadis itu menunduk dan memejamkan mata. Kedua tangannya diapit di antara paha untuk menyembunyikan getarnya. Kemudian menarik napas berulang kali hingga dadanya tak sesak lagi.Barra yang mulai paham dengan kebiasaan Delia mengambil air minum di pintu mobilnya. "Minumlah!""Terima kasih."Dua puluh menit kemudian mereka memasuki gerbang pemukiman elite kediaman Pak Adibrata. Mobil masuk ke halaman sebuah rumah mewah berlantai dua. Barra meraih tangan Delia ketika mereka melangkah menuju teras rumah. Tangan wanita itu terasa dingin dan gemetar dalam genggaman suaminya. Baru kali ini Barra bisa merasakan kecemasan Delia. "Yang berada di dalam sana kerabat semua. Kamu nggak usah takut."Delia mengangguk pelan. Di depan keluarga mereka harus terlihat mesra.Kehadiran mereka jadi pusat perhatian karena datang paling telat. Dengan senyum ramah, Barra membalas sapaan para kerabat dan membawa
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-28
Baca selengkapnya
Part 6 Twilight 1
Delia kaget saat tangannya diraih oleh seseorang dari belakang. Ketika menoleh, Barra sudah berdiri di sebelahnya dan mengajaknya masuk ke kamar. "Maaf, maaf karena tadi malam aku lupa membuka lagi kuncinya," ucap Delia setelah Barra merebahkan diri di ranjang. Dan dia berdiri di samping pembaringan."Nggak apa-apa," jawab Barra dengan mata terpejam, masih mengantuk. Dia baru bisa tidur kira-kira jam tiga pagi. Setelah tahu kamarnya masih dikunci, Barra tidur di salah satu kamar kosong di lantai dua itu. Sang papa mengajaknya bicara hingga jam satu malam. Bukan bicara tentang pekerjaan saja, tapi bagaimana dia harus memperlakukan Delia yang sebenarnya belum benar-benar pulih. Rupanya selama ini papanya mengawasi, bisa jadi bertanya juga pada Mak Ni. "Barra, papa nggak ingin mendengar kamu menyia-nyiakan Delia. Awas saja kalau kamu jadi lelaki yang nggak tahu tanggungjawab."Baru saja Delia duduk di sisi ranjang sebelah Barra, ia dikagetkan oleh sang suami yang kembali bangun dari ti
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-30
Baca selengkapnya
Part 7 Twilight 2
"Assalamu'alaikum, Mas.""Wa'alaikumsalam. Lagi ngapain?""Lagi santai. Mas Sam, di rumah sakit ya?""Ya, habis Shalat Zhuhur. Kamu sudah shalat?""Belum.""Loh, udah jam berapa ini? Bentar lagi udah masuk waktu Asar. Mas saja hampir telat tadi. Delia, jangan tinggalkan shalat selagi kamu tidak uzur. Shalat dulu, ya!""Iya, Mas.""Shalat dulu, nanti baru telepon mas lagi.""Hu um." Delia mematikan panggilannya dan segera bangkit untuk menemui Mak Ni yang tengah menyetrika. Ingin sembahyang di kamar wanita itu saja.Delia menatap ujung sajadah cukup lama setelah selesai berdoa. Ada tenteram yang menyusup perlahan ke sanubarinya. Ada ketenangan menghuni jiwanya. Gadis itu menunduk dan menangis. Ia memang harus kembali pulih dan bangkit. Biar pengorbanan yang dilakukan Samudra yang setia mendampinginya tidak sia-sia. Supaya orang tuanya juga bahagia melihatnya pulih seperti sedia kala.* * *"Mak Ni, mana kunci pintu balkon? Aku ingin mencari udara segar di luar." Delia mendekati pembant
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-30
Baca selengkapnya
Part 8 Penunggang Tangguh 1
Barra termenung di kursi ruang kerjanya sambil memperhatikan map warna kuning yang ada di atas meja. Di situ sudah lengkap surat-surat persyaratan untuk pengajuan nikah secara hukum negara. Namun perkataan Delia tadi malam masih tergiang di telinga. "Nggak usah, Mas. Nggak perlu ngurus surat nikah ke KUA. Mas, layak mendapatkan perempuan yang jauh lebih baik dariku. Aku ini ... perempuan nggak waras. Kekasihmu pasti jauh lebih baik untuk menjadi istrimu."Tidak waras. Dirinya pernah mengatakan hal itu juga, tapi sekarang kenapa ikut merasakan sakit ketika Delia mengatai dirinya sendiri. Sekejam itukah Barra?Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan laki-laki berkemeja warna biru itu. "Masuk!" perintahnya.Muncul office boy yang tadi dimintanya untuk membelikan makan siang karena ia malas keluar. "Makasih," ucapnya pada pemuda yang mengangguk hormat padanya.Baru saja membuka kotak nasi, ponselnya di atas meja berdenting. [Aku sedang makan siang. Kamu sudah makan apa belum?] Cintiara
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-30
Baca selengkapnya
Part 9 Penunggang Tangguh 2
Pak Irawan kemudian mengalihkan percakapan dengan membahas bisnisnya. Samudra anak yang paling bisa mengerti kalau diajak cerita, meski bisnis bukan dunianya. Dia tidak perlu lagi membahas tentang jodoh untuk Samudra. Sejak awal dia dan istrinya sudah sepakat memberikan kebebasan pada sang putra. Padahal banyak rekan bisnis mereka yang memiliki putri berprestasi, ada yang dokter juga, bahkan sudah ada rekan Pak Irawan yang berniat menjodohkan putrinya dengan Samudra. Namun Pak Irawan tidak ingin memaksakan kehendaknya. Dia menghargai keputusan anak lelakinya. Nanti saja kalau sudah kelewat usia dan Samudra belum segera menikah, baru mereka akan mengambil sikap.* * *Sabtu pagi keluarga Pak Irawan bersiap-siap hendak bepergian. Tadi malam telah disepakati kalau mereka akan traveling hari itu. Kulineran, pergi ke pacuan kuda, dan akan menginap di Malang. Kebetulan Samudra tidak ada jadwal piket untuk hari Sabtu ini.Dua mobil dipersiapkan. Satu mobil milik Pak Irawan, satunya lagi mobi
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-30
Baca selengkapnya
Part 10 Satu Hari di Villa 1
Sepanjang perjalanan tol Sidoarjo-Malang Delia sibuk dengan ponselnya. Dia melihat ulang video yang dikirimkan oleh sang adik. Senyum menghiasi bibirnya yang merah muda alami tanpa polesan lipstik. Di video itu Samudra memilih menjajarinya ketimbang menuruti tantangannya untuk berpacu dengan tunggangan masing-masing. Pasti kakaknya khawatir, karena baru pertama kali setelah setahun ini dirinya tidak pernah menunggang kuda. Makanya lebih memilih menjaganya daripada berlomba. "Kamu kakak yang baik, kamu anak yang berbakti, tentunya kamu akan jadi suami idaman yang sangat bertanggungjawab. Semoga kamu akan mendapatkan jodoh wanita sholehah, Mas." Doa tulus dalam hati Delia untuk Samudra, sambil menatap lekat video di layar ponsel.Apa yang dilakukan Delia tidak luput dari perhatian Barra. Walaupun laki-laki itu tengah mengemudi dan fokus pada jalan tol yang ramai oleh pengguna jalan. Namun ia tahu apa yang sedang dilakukan istrinya. Kira-kira apa tanggapan Delia jika laki-laki yang dian
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-31
Baca selengkapnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status