Aku Suka Kamu, Tapi ....

Aku Suka Kamu, Tapi ....

last updateLast Updated : 2021-12-05
By:  ArgaNov  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
21 ratings. 21 reviews
114Chapters
7.1Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Cerita sudah tamat. Bisakah Sena mempercayakan hatinya kembali pada pria dari masa lalunya? Sena ada artis wanita yang sudah naik daun. Menjadi Artis bukanlah cita-citanya, tetapi dendam di masa lalu membuatnya menjadi demikian. Pada akhirnya Sena harus kembali bertemu dengan orang yang sama. Sekali lagi jatuh cinta dan bersiap untuk sakit hati. Sena hanya berharap, ia tak perlu lagi merasakan sakit yang sama. Walau bayang-bayang itu tetap masih ada.

View More

Latest chapter

Free Preview

Prolog

Sena mengguap, ia pulang pagi lagi tadi. Syuting benar-benar memakan waktunya seharian. Ia bahkan tak memiliki waktu untuk dirinya sendiri--bahkan untuk gosok gigi seorang asisten menunggu di depan pintu kamar mandi. "Mbak Sena!" Sena menghembuskan napas kasar. Baru saja ia berpikir, asisten yang diperkejakan Mama sudah memanggil di luar pintu kamar. Ingin Sena diam saja, berpura-pura tak mendengar. Namun, kasus terakhir kali membuat nyalinya ciut. "Ya!" serunya. Ia masih ingin menarik selimut dan kembali melanjutkan tidur. "Mbak, inget jadwal hari ini, kan?" tanya asistennya--Rayna namanya. Sena memutar kembali ingatannya. Tadi malam saat makan, Rayna sudah membacakan jadwal untuk hari ini. Ia hanya ingat jadwal pemotretan jam tiga sore nanti, selebihnya suara Rayna mengambang tak tentu arah. Malas, Sena beringsut pelan menuju tepi ranjang. Langkahnya terasa begitu berat saat turun dari ranjang dan mendekati pintu. Ia ingin berteriak, 'biarkan aku sendiri saja hari ini.' Akan t

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
ArgaNov
Tetap dukung karya author
2022-01-27 13:41:10
0
user avatar
Arsenerka
Lanjutkan Thor. Keren.. sudah masuk rak.
2021-11-21 21:54:39
2
user avatar
Wonder Icy
keren nihceritanya.. suka banget aku kak.. Tak masukin pustaka biar bisa jadi temen santai hehe
2021-11-18 20:34:14
1
user avatar
Teha
aku mampir, kak. main ke lapakku juga ya, cari namaku aja, gak bisa sebut judul karena komen kesensor..hihi makasih
2021-11-16 20:33:17
1
user avatar
Yana Hendri
aku mampir sayang
2021-10-03 10:17:45
1
user avatar
Hanna Sari
thank, aku balas terus semangat Thor susunan cerita rapi...
2021-09-03 09:40:32
1
user avatar
Jessie White
bagus thor! lanjutkan
2021-09-02 21:47:15
1
user avatar
Citra_Zi
Cara penulisan novel ini benar-benar mudah dipahami, tidak berat dan ribet. Tokoh dalam ceritanya juga asyik dan yang terpenting novel ini sudah ada dalam rak buku ku saat ini. Selamat aku new readers untuk 'Aku suka kamu tapi,'
2021-08-31 23:01:48
1
user avatar
Lavender_fla2875
Cerita tentang clbk.. seru ! Sena kenapa jatuh cinta lagi sama si mantan.. tapi alur ceritanya keren .. salam.dari Kemal Cinta Seorang Pria..makasih sudah mampir.. sukses selalu ya
2021-08-29 20:06:14
1
user avatar
Aisyah J. Yanty
kerenn jugaaa
2021-08-28 23:45:04
1
user avatar
Herofah
semangat berkarya, menarik ceritanya Kakak...
2021-08-28 23:29:51
1
user avatar
Queeny
Aku suka. Up sampai tamat ya
2021-08-25 21:35:16
1
user avatar
Aulia Lapan Bilan
bagus ceritanya say
2021-08-24 15:37:37
1
user avatar
Vanda Anastasia Adam
semangat up Thor ceritanya seruu
2021-08-24 10:38:38
1
user avatar
Mira Restia
semangat kak
2021-08-20 00:19:57
1
  • 1
  • 2
114 Chapters

Prolog

Sena mengguap, ia pulang pagi lagi tadi. Syuting benar-benar memakan waktunya seharian. Ia bahkan tak memiliki waktu untuk dirinya sendiri--bahkan untuk gosok gigi seorang asisten menunggu di depan pintu kamar mandi. "Mbak Sena!" Sena menghembuskan napas kasar. Baru saja ia berpikir, asisten yang diperkejakan Mama sudah memanggil di luar pintu kamar. Ingin Sena diam saja, berpura-pura tak mendengar. Namun, kasus terakhir kali membuat nyalinya ciut. "Ya!" serunya. Ia masih ingin menarik selimut dan kembali melanjutkan tidur. "Mbak, inget jadwal hari ini, kan?" tanya asistennya--Rayna namanya. Sena memutar kembali ingatannya. Tadi malam saat makan, Rayna sudah membacakan jadwal untuk hari ini. Ia hanya ingat jadwal pemotretan jam tiga sore nanti, selebihnya suara Rayna mengambang tak tentu arah. Malas, Sena beringsut pelan menuju tepi ranjang. Langkahnya terasa begitu berat saat turun dari ranjang dan mendekati pintu. Ia ingin berteriak, 'biarkan aku sendiri saja hari ini.' Akan t
Read more

Orang-orang yang Tak Ingin Ditemui

Aditya terpana. Anak-anak mulai lagi, gumamnya dalam hati sambil geleng-geleng kepala. Walau ia mengeluh dengan kelakuan teman-temannya yang gesreknya minta ampun, tetapi sama sekali tak berniat menolong. Santai, pemuda bekulit hitam manis itu melengang di samping kumpulan murid lelaki dan perempuan yang tengah menjadikan seorang gadis menjadi olok-olokan. Ia bahkan sempat melakukan high-five sebelum akhirnya masuk ke dalam kelas lalu duduk manis di kursinya. Teriak-teriakan keras dan juga hinaan sampai juga ke telinganya. Sekali lagi, Aditya hanya melirik sedikit dan kemudian memasang headseat untuk menghentikan suara yang sama tertangkap telinganya lagi. Bruk! Aditya tersentak kaget. Matanya yang sedari tadi terpejam, kini terbuka lebar. Ia melotot memandang gadis yang tadi menjadi bulan-bulannya di depan kelas. Bukan karena niat membantu, apalagi memberikan sedikit rasa prihatin melalui tatapan mata. Hal tersebut dilakukan karena headseatnya yang tadinya terpasang, kini lepas. S
Read more

Reno

Reno mempersilakan Sena duduk. Meja yang terletak di depan dekat panggung. Setelah itu ditinggalkan Sena begitu saja, ia lalu mendekati Aditya. “Kamu nggak mau ngobrol, Dit?” Aditya menyesap cappucino lagi dan melirik ke arah meja. Walau sedikit ia masih bisa melihat wajah Sena. Gadis itu semakin cantik saja. Pertemuan terakhir mereka setahun lalu, tepat pada hari kelulusan. Hari itu Sena menangis, terluka karena sikap teman-temannya dan Adit. Andai saja Adit ikut menangis dan bukannya tertawa, hubungannya dengan Sena saat ini mungkin tak buruk. Mungkin ia bisa seperti Reno, disambut dengan senyuman dan rona merah jambu di pipi. “Cobalah mulai, Adit. Mungkin saja Sena telah lupa.” Aditya membiarkan Reno pergi ke balik meja, menyiapkan minuman. Barulah ia bisa mendesah dan memejamkan mata. Jika Reno tahu apa yang sudah diperbuat Adit pada Sena, maka temannya itu pasti membencinya. Adit melirik lagi. Mata Sena kini sedang berbinar memandang punggung Reno. Ada kebahagian yang terpan
Read more

Sedikit Tentang Sena

Sena tidak buruk. Ia memiliki tinggi 165 centimeter, tubuh yang langsing, wajah bulat telur, hidung mancung, bibir tipis, rambut ikal bergelombang, mata yang jenih, serta berkulit putih. Ia adalah boneka cantik. Namun, entah kenapa ia selalu menjadi bulan-bulanan teman sekelasnya sejak SMA. Ia tak tahu persis kesalahan apa yang sudah diperbuat. Sebab begitu naik ke kelas dua, semuanya menjadi mimpi buruk. "Sena!" Teriakan itu yang pertama kali didengar saat memasuki halaman sekolah pada awal tahun pelajaran. Sena tersenyum. Sebab sebagai teman, ia merasa perlu bersikap demikian. Namun, ketika ia diapit dan di seret menuju samping sekolah, senyumnya menghilang. Pikirannya mulai berisi dugaan apa yang akan terjadi. Juga memikirkan berbagai alasan kenapa hal tersebut bisa terjadi. Seember air berpindah dari wadahnya, membasahi tubuh sena. Seluruh seragamnya basah, begitu pun dengan buku-buku di dalam tasnya. "Kamu tahu apa yang se
Read more

Prasangka

Apa kabar?   Pesan dari nomor Reno membuat Sena langsung berdiri dari duduknya siang itu. Ia sama sekali tak menyangka jika Pemuda tersebut akan membalas pesannya. Pesan pertama yang dikirimkan Senas ama sekali tidak digubris. Pesan kedua juga begitu. Karena itu Sena malas berharap. Mungkin Reno terlalu sibuk mengurus kuliah dan restorannya dalam waktu bersamaan. Atau Reno menganggap pesan dari Senas ama sekali tidak penting.   Baik.   Pesan balasan dari Sena singkat, tetapi dilengkapi emoticon senyum. Namun, pada akhirnya Sena menyesali pemberian emoticon karena dianggap terlalu berlebihan. Ia kemudian menunggu balasan selanjutnya dengan tak sabar. Sayang sekali, sampai Sena dipanggil untuk pengambilan gambar selanjutnya untuk drama televisi yang dibintangi, pesan yang ditunggu tak pernah sampai. Karena hal tersebut mungkin, Sena melakukan kesalahan beberapa kali dalam pengamb
Read more

Asal Mula

 Perlombaan antar sekolah ini diadakan setiap tahun. Seperti tahun-tahun sebelumnya, semua sekolah selalu menyiapkan bahan-bahan terbaru dan ide-ide baru. Tahun lalu sekolah Sena dan Adit hanya mendapatkan juara dua saja, padahal sebelumnya mereka mendapatkan peringkat pertama.Karena itu, tahun ini Adit dan timnya menyiapkan semuanya dengan hati-hati. Mereka tidak mau ide mereka sampai bocor dan kemudian ditiru oleh sekolah lain.“Bisa jadi masalah jika benar Sena memberitahukan ide kita tanpa sadar.”Adit berpangku tangan di kursi sebelah kanan. Teman-temannya yang rata-rata dari kelas berbeda mengelilingi meja panjang tempat banyak kertas dan modul fotokopian berserakan.“Sena kan sudah bilang kalau orang itu sudah selesai dengan karyanya lebih dulu dari kita, nggak usah khawatir.” Reno akhirnya angkat bicara.Ia merasa heran pada Adit yang terlalu terobsesi dengan perlombaan, sampai berpikiran buruk terhadap
Read more

Fans

Sena tak lagi membalas pesan terakhir Reno. Rasanya menyebalkan membaca nama Adit dalam obrolan mereka. Semua keriangan dari obrolan sebelumnya menjadi lenyap seketika. “Loh, anak Mama kenapa?” tanya Mama Sena. Sena baru saja menuruni tangga manakala Mama menyapanya. Ia memilih tak menjawab, membiarkan pertanyaan-pertanyaan Mama mengema begitu saja. Di meja makan kini telah terhidang jus wortel dan tomat. Sejak didiagnosis menderita anemia, Mama selalu menyediakan jus tersebut di meja sarapan. Ia tak mau Sena pingsan tiba-tiba kembali saat sedang melakukan kegiatannya yang padat. “Drama yang terakhir sudah hampir kelar, kan, Sena?” Mami berhenti menyesap teh dan memandang wajah putri semata wayangnya. Sena mengernyit saat menelan tiga tegukan jus, meletakkannya pelan. “Ya, Ma.” “Kuliah kamu gimana?” Kesibukan yang padat setelah memenangkan ajang model dan menerima banyak tawaran, membuat Sena memang mengajukan cuti setelah dite
Read more

Bertemu Reno

Tulisan Uno hampir tidak terbaca. Sena pikir jika Uno mungkin seharusnya menjadi dokter saja. Setelah berjuang selama dua hari, Sena akhirnya mampu menyalin semua catatan Uno. Reno: Aku lihat kamu kemarin di kampus? Sena tercenung sebentar mengingat-ingat di mana kira-kira Reno melihatnya. Yang ia ingat Reno mengambil jurusan bisnis di kampus. Sena: Di mana? Reno: Parkiran. Walau baru seminggu kuliah, Sena tahu jika gedung Jurusan Bisnis dan Biologi cukup berjarak sehingga parkiran mereka tidak mungkin menyatu. Apa mungkin saat Reno melihatnya, parkiran di depan gedung Fakultas Bisnis sedang penuh. Sena mengelengkan kepala, menghapus pikiran buruk yang mulai singah. Sena: Aku sedikit kesulitan dalam memulai, telat 13 bulan penuh. Sena menambahkan emotikon tertawa di akhir pesannya. Ia menunggu dengan tidak sabar balasan pesan dari pemuda itu. Sena: Kamu sibuk, ya? Sena kembali
Read more

Senyummu Itu Cukup

“Maaf, ya, Nak, nyusahin kamu terus.”Wanita berusia hampir enam puluh tahun tersebut duduk di samping Adit. Tangan-tangannya yang keriput ada di dalam genggaman pemuda 19 tahun tersebut. Seno mewarisi hampir seluruh wajah wanita tersebut. Setelah diterpa berbagai penyakit dan masalah dalam rumah tangganya, kini wajah cantik itu terlihat lelah.“Mama nggak pernah nyusahin Adit. Jangan ngomong gitu lagi,” pintanya.Adit menepuk-nepuk pelan tangan yang masih dalam genggamannya. Ia memberi kekuatan pada sang ibu.Sebenarnya tugas untuk menemani Mami pergi ke rumah sakit adalah tanggung jawab Papi. Namun, lelaki yang pulang dan pergi sesuka hati itu mengabarkan tak bisa melakukannya tadi siang.“Mami harus cepat sembuh,” ungkap Adit dengan tenang.Ia sudah terbiasa menyimpan sendiri rasa sakit hati dan penyesalan untuk perlakuan Papi pada mereka. Sejak dulu hingga sekarang, ia tak mau memberi beban lebih pada
Read more

Tentang Adit

Adit bukan pria romantis. Selama Sena dan pemuda dengan hidung tinggi itu dekat, tak sekalipun mulutnya melontarkan rayuan. Walau tak jarang Adit mengatakan Sena cantik. Akan tetapi, menurut Adit itu karena memang seperti itu kelihatannya. Sena tak perlu merasa dipuji.Namun, Adit sering sekali tanpa pemberitahuan datang menjemput ke rumah untuk sekedar berangkat sekolah bersama. Kadang ia akan menelepon sebelum tidur hanya untuk berharap Sena tidur yang nyenyak.“Kenapa kamu tidak berdoa aku mimpi indah?” Sena bertanya suatu kali.Tiba-tiba saja Adit menelepon. Di luar hujan sedang lebat dan sesekali petir terdengar. Lama Adit diam di ujung telepon. Entah apa yang sedang dilakukan pemuda itu.“Adit, kamu masih di sana, kan?” tanya Sena akhirnya kesal.“Mmm ….” Adit bergumam sebagai jawaban. “Aku tahu seharusnya mengucapkan itu. Tapi, bukan itu yang kamu butuhkan saat ini. Semoga hujan cepat berhenti
Read more
DMCA.com Protection Status