Cinta yang Kupendam

Cinta yang Kupendam

last updateLast Updated : 2021-09-20
By:  Akiva Az-Zahra  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
35 ratings. 35 reviews
11Chapters
2.5Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Almaira adalah gadis cantik, berkacamata namun sedikit tomboy. Almaira harus berjuang untuk membantu ibunya dan juga membiayai sekolah adiknya. Sehingga membuat Almaira bekerja di cafe milik Alam, sahabatnya sendiri. Pada suatu saat nanti akhirnya Almaira pun jatuh cinta dengan Alam. Namun Alam sudah punya pacar yang bernama Yunita. Dan terpaksa Almaira pun harus memendam perasaannya itu. Akankah Almaira akan mengungkapkan perasaannya pada Alam? walaupun Almaira tahu kalau Alam sangat mencintai Yunita. Sedangkan Alam sendiri tidak mengetahui kalau Yunita telah berselingkuh dibelakang Alam denga seorang laki-laki lain. Almaira mengetahui perselingkuhan Yunita dengan pria lain. Dan Almaira pun mencoba memberitahu pada Alam. Namun Alam menuduh Almaira telah memfitnah Yunita. Dan itu semua karena hasutan dari Yunita. Saat Alam mengetahui sendiri perselingkuhan Yunita dengan pria lain. Alam merasa bersalah dan ingin meminta maaf pada Almaira. Bahkan Alam sendiri kini merasa kehilangan saat Almaira pergi dan berhenti kerja dari cafe miliknya. Alam ingin meminta maaf pada Almaira. Akankah Almaira memaafkan Alam? Dan apakah Alam juga akan berbalik mencintai Almaira setelah mengetahui bahwa Almaira juga menyukainya? Yuk baca kisahnya hanya di Cinta dan Sahabat!!!

View More

Latest chapter

Free Preview

Di Rumah Alam.

Almaira baru saja bangun dari tidurnya. Ia mengucek-ucek kedua matanya dan setelah itu ia mengenakan kacamatanya untuk melihat jam di ponselnya. Terlihat jam sudah menunjukkan waktu pukul delapan pagi. Setelah itu ia pun terbangun dan menaruh kacamata itu kembali sebelum ia masuk kedalam kamar mandi untuk segera mandi dan menuju ke restoran di mana tempat ia bekerja. Ia sendiri bekerja di restoran milik sahabatnya yang bernama Alam. Berkat Alam pula ia bisa mempunyai pekerjaan untuk membiayai adiknya yang bernama Silvia yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Ayah Almaira sudah lama meninggal, sementara ibunya hanya bekerja sebagai penjahit pakaian yang penghasilannya tidak menentu. Jadi, setelah lulus dari kuliah Almaira pun bekerja di cafe milik sahabatnya Alam. Di usia yang masih muda dan baru saja lulus dari sekolah dan baru memasuki bangku kuliah, Alam sudah bisa memegang usaha keluarganya itu. Dan setelah lulus kuliah Alam fokus dengan c

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Bemine
Baru mulai, dan bikin penasaran ... Semangat Kakak ... terus berkarya...
2021-09-10 23:18:07
1
user avatar
Cucu Suliani
Semagat Almaira..
2021-09-10 22:57:14
1
user avatar
Jannah Zein
Semangat, kak...
2021-09-10 22:40:40
1
user avatar
Jams Siapakahaku
Penasaran banget sama part selanjutnya 🥺🥺🥺
2021-07-23 17:15:58
2
user avatar
Jams Siapakahaku
Alam nonton film apa? 🤣🤣🤣 kok nggak ngajak-ngajak 🤭🤭🤭
2021-07-23 17:15:29
2
user avatar
Jams Siapakahaku
Sakit banget pas ngebayangin di posisi Almaira hiks 😭😭😭
2021-07-23 17:14:34
2
user avatar
Liliss354
Keren kak ceritanya, alurnya menarik dan bikin penasaran😍 Semangat kakak, jangan lupa feedback "King of Night" ya:)
2021-05-22 20:39:37
1
user avatar
Akiva Az-Zahra
bentar ya... babnya bentar lagi pasti update 😘😘
2021-05-10 22:12:07
2
user avatar
athena_vivian
Cinta dan sahabat itu hanya dipisahkan oleh garis tipis yang g keliatan..kadang bisa menimbulkan cinta,kadang sebaliknya.mangatsss, Thorrr
2021-05-10 21:56:38
2
user avatar
CahyaGumilar79
Novelnya Kren Kak👍 🌟🌟🌟🌟🌟🌟
2021-05-08 00:31:27
2
user avatar
Firda Inayah
Seru kak. Lanjut ya 😍
2021-05-07 23:37:15
2
user avatar
BabyElle
Kumampir lagii nihh... Ditunggu up selanjutnya yaa thorr 😁💪🏻
2021-05-07 18:08:18
2
user avatar
Ainin
Seru banget, semangat Almaira ❤
2021-05-07 15:41:52
1
user avatar
Novita
Hai buna aku hadir dan dukung awal yang bagus🤗 semangat 👍 Novida😜
2021-05-07 15:14:19
2
user avatar
Kamelzy
Kisah yang mayan rumit kerennnn! Semangat ngelanjutinnya yaa✨✨
2021-05-07 12:08:36
1
  • 1
  • 2
  • 3
11 Chapters

Di Rumah Alam.

Almaira baru saja bangun dari tidurnya. Ia mengucek-ucek kedua matanya dan setelah itu ia mengenakan kacamatanya untuk melihat jam di ponselnya. Terlihat jam sudah menunjukkan waktu pukul delapan pagi. Setelah itu ia pun terbangun dan menaruh kacamata itu kembali sebelum ia masuk kedalam kamar mandi untuk segera mandi dan menuju ke restoran di mana tempat ia bekerja.  Ia sendiri bekerja di restoran milik sahabatnya yang bernama Alam. Berkat Alam pula ia bisa mempunyai pekerjaan untuk membiayai adiknya yang bernama Silvia yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Ayah Almaira sudah lama meninggal, sementara ibunya hanya bekerja sebagai penjahit pakaian yang penghasilannya tidak menentu. Jadi, setelah lulus dari kuliah Almaira pun bekerja di cafe milik sahabatnya Alam. Di usia yang masih muda dan baru saja lulus dari sekolah dan baru memasuki bangku kuliah, Alam sudah bisa memegang usaha keluarganya itu. Dan setelah lulus kuliah Alam fokus dengan c
Read more

Kaget.

Almaira berteriak karena shok dengan apa yang dilihatnya.  "Alam! bisa tidak kamu menutup tubuhmu itu dengan handuk!!" bentak Almaira.  "Salah siapa masuk kamar orang tidak mengetuk pintu terlebih dulu."  Almaira menarik nafas dan menghembuskan nafasnya dengan kesal. "Iya ... aku akui kalau aku salah. Tapi seenggaknya kamu bisa segera memakai pakaianmu terlebih dulu. Dan ini celana milikmu!" Almaira memberikan sebuah paper bag yang ia bawa dan masih berbalik memalingkan wajahnya. "Aku tidak jadi pakai celana itu. Sekarang kamu bisa membalikkan badanmu," kata Alam yang sudah selesai berpakaian. Almaira membalikkan badannya sambil menaikkan kacamatanya yang mau melorot.  "Kalau kamu tidak jadi pakai celana itu, kenapa pula kamu menyuruhku untuk cepat-cepat datang kesini?! merepotkan!" gerutu Almaira kesal.  "Aku tidak jadi ketemu sama Yunita. Sekarang papa memintaku untuk segera datang ke cafe. Hari ini k
Read more

Sekertaris Pribadi.

Om Hendra mengangguk. Sementara Almaira masih tertegun mendengarnya.  "Ada apa Almaira? Apakah kamu tidak menyukainya jika Om meminta Alam untuk menjadikan kamu sebagai sekertaris pribadi Alam?" tanya Om Hendra pada Almaira.  Almaira yang tadinya masih melongo pun gelagapan. "Tidak Om Hendra. Sepertinya aku tidak cocok untuk menjadi sekertaris pribadi Alam, Om," tolak Almaira secara halus.  "Kenapa kamu tidak mau Almaira? Banyak orang yang ingin mendapatkan jabatan seperti itu. Kenapa kamu menolaknya Almaira?" tanya Om Hendra pada Almaira.  Almaira terdiam sejenak dan berfikir. Namun Alam yang menjawab pertanyaan dari Om Hendra. "Jelas saja Almaira tidak mau Pa. Almaira tidak ingin terikat dengan jabatan itu. Apalagi melayaniku sebagai sekertaris pribadi. Almaira lebih suka bebas dan tak terikat," sahut Alam yang seakan-akan mengerti jalan pikiran Almaira.  "Nggak kok Om! Itu semua bohong!" elak Almaira cepat.
Read more

Jabatan Baru.

 Sesampainya di cafe, Alam menyuruh Almaira untuk menemani dirinya di ruangan Alam.  "Almaira, untuk sekarang ini aku minta sama kamu untuk selalu mengikutiku kemana pun aku pergi," perintah Alam pada Almaira.  Almaira memiringkan bibirnya dengan menghelang nafas sejenak.  "Baiklah, tapi jangan kamu suruh aku untuk mengawalmu saat kamu bersama-sama dengan Yunita," kata Almaira dengan nada suara datar. Alam tersenyum pada Almaira.  "Tidak ... kecuali dalam keadaan mendesak. Terpaksa kamu harus ikut denganku untuk menemaniku bersama dengan Yunita."  "Please ... jangan jadikan aku kambing congek! Aku lebih baik jadi pelayan cafemu seperti biasa, dari pada aku harus menjadi sekertaris pribadimu. Aku sebenarnya enggan menjadi sekertarismu, Alam. Jika seandainya aku tidak butuh uang untuk membiayai sekolah adikku, dan membantu ibuku, aku pasti menolak tawaran ini," kata Almaira. Tapi Alam lagi-lagi terse
Read more

Niatan Jahat Joni.

Almaira kaget saat Alam tiba-tiba datang dan langsung menarik tangan Almaira untuk segera keluar dari gudang. Joni yang berada di dalam gudang mengeluh kesal karena niatnya terhadap Almaira telah gagal. Gara-gara Alam yang tiba-tiba datang dan langsung menarik tangan Almaira untuk keluar dari gudang.  "Sialan si, bos! Hampir saja niatku untuk mencium Almaira berhasil, tapi bos telah menggagalkan niatku ini. Tapi tidak apalah, aku akan mencoba mendekati Almaira lagi. Karena aku tidak ingin membuat wanita cantik itu lepas dariku. Wangi tubuhnya, bahkan telah membangkitkan naluriku sebagai seorang laki-laki. Aku tidak akan pernah melepaskanmu , Almaira. Aku akan mencari kesempatan yang lain, saat kita hanya berdua saja," kata Joni yang punya niatan jahat terhadap Almaira. Sementara itu Alam terus menarik tangan Almaira sampai Almaira dibawa Alam masuk ke dalam ruangan Alam. "Apa yang kamu lakukan di gudang bersama Joni?!" tanya Alam dengan nada suar
Read more

Kancing Baju yang Lepas.

Langsung saja Alam keget mendengar teriakkan dari Almaira.  Alam membungkam kedua telinganya sambil menoleh kearah Almaira.  "Bisa tidak kamu masuk ke dalam kamar tidak berteriak?!" kata Alam sambil mengorek-ngorek kedua telinganya yang terasa melengking karena mendengar teriakkan dari Almaira.  Almaira tidak menjawab pertanyaan dari Alam, ia langsung melepar bantal tepat ke muka Alam. "Nih ... rasain kamu!"  Alam pun gelagapan.  "Kamu matiin nggak leptop kamu itu?!" kata Almaira sambil berkancah pinggang. "Memangnya kenapa? Itu kan laptop aku. Terserah dong, mau aku matiin apa nggak?!"   Almaira tak lagi banyak berkata ia langsung mematikan laptop milik Alam. "Dasar otak kotor! Otak menjijikkan! Kamu sadar nggak sih apa yang sebenarnya kamu tonton itu?!" maki Almaira dengan penuh kekesalan. "O ... itu? Itu kan film bagus," jawab Alam santai. "Film bagus?!" ulan
Read more

Memilih Kado

"Sudah puas gosipnya?" tanya Alam pada Almaira yang baru masuk ke dalam ruangan Alam.  Almaira hanya berjalan santai sambil memiringkan bibirnya. Ia langsung duduk tak memperdulikan Alam. Almaira fokus melihat beberapa data keuangan dari cafe milik Alam ini. Alam hanya menggelengkan kepalanya melihat sikap Almaira yang selalu seenaknya saja pada dirinya. Alam menghelang nafas panjang. "Dasar gadis aneh!" gumam Alam sendiri. Alam mulai fokus kembali melihat beberapa resep racikan yang sekarang sedang digandrungi para anak muda jaman sekarang di laptop miliknya. Kemudian ia pun keluar dari ruangan untuk menemui Yoga untuk mencoba beberapa racikan kopi terbaru. Dari varian rasa berbeda dan menggugah selera.  Hari ini cafe juga terlihat sedikit ramai, sampai karyawan cafe pun sedikit kuwalahan. Almaira yang sudah selesai dengan pekerjaannya di ruangan Alam pun langsung ikut membantu pula bersama dengan pelayanan cafe yang lainnya. 
Read more

Posisi yang Tidak Akan Ia Dapatkan.

Almaira langsung menjitak kepalanya Alam."Sakit tahu!" protes Alam dengan memegangi kepalanya yang terasa sedikit sakit akibat dijitak oleh Almaira.Almaira terkekeh melihat Alam."Makanya, jangan sekali-kali bilang kalau aku itu cemburu dengan pacar kamu itu, aku tidak mungkin menyukai dirimu, dan kamu jangan sok kepedean!" elak Almaira cepat. Ia juga mencoba untuk selalu menutupi perasaan yang sesungguhnya pada Alam."Baiklah, Nona cerewet! Sekarang kita segera kembali ke cafe. Aku tidak mau lagi berdebat denganmu. Ujung-ujungnya aku yang kalah. Aku tahu jika kamu tidak mungkin bisa mendapatkan posisi Yunita di hatiku, karena dalam hatiku cuman ada Yunita," tutur Alam yang sudah berjalan duluan keluar menuju mobilnya.Almaira langsung terdiam seribu bahasa saat ia mendengar apa yang Alam katakan barusan. Ia harus terima kenyataan bahwa dalam hatinya Alam hanya ada Yunita seorang. Tidak ada wanita lain lagi yang ada di dalam hatinya Alam.
Read more

Terkunci Bersama dengan Alam.

"Maafkan aku Almaira. Aku tidak membawa kuncinya, sehingga kita terjebak bersama di ruanganku ini," ucap Alam yang merasa kebingungan juga lantaran ia bingung harus keluar lewat mana. Almaira hanya diam dan berfikir dan kedua matanya langsung tertuju kearah jendela."Dasar bodoh! Kita kan bisa lewat jendela ini," Almaira menuju kearah jendela ruangan Alam. Ia segera menuju kearah jendela dan membukanya, namun jendelanya tidak bisa dibuka."Kok tidak bisa dibuka sih?!" tanya Almaira pada Alam. Alam menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia bahkan meringis, "Maafkan aku, Almaira. Jendela itu juga macet sudah lama dan tidak bisa dibuka," ucapnya.Almaira langsung menepuk keningnya sendiri, "Ya Tuhan ... lengkap sudah penderitaan ku. Sekarang kita terjebak dalam ruangan ini dan tidak akan bisa keluar kecuali besok jika para karyawan cafe sudah datang."Alam hanya diam saja dan kemudian mondar-mandir mencoba untuk mencari
Read more

Akhirnya Bisa Keluar.

Terlihat matahari sudah menunjukkan sinarnya. Cahayanya yang terang mulai membias menebus jendela kaca ruangan Alam.  Almaira mulai terbangun saat cahaya matahari itu tepat jatuh dimatanya sehingga membuatnya terbangun. "Rupanya sudah pagi, sudah jam enam," gumam Almaira yang kemudian ia bangun dari tidurnya. Saat ia bangun ia melihat Alam yang masih tertidur di sofa juga.  "Dasar pemalas!" batin Almaira yang kemudian langsung masuk kedalam kamar mandi untuk mencuci mukanya.  Sebelum masuk Almaira mengambil handuk kecil dan juga sabun untuk mukanya agar wajahnya terlihat lebih segar kembali. Selain itu ia berharap agar ada karyawan yang datang dan segera mengeluarkan dirinya dan juga Alam dari ruangan ini. Tidak mungkin dirinya akan selamanya terkurung di ruangan ini bersama dengan Alam. Almaira masuk kedalam kamar mandi untuk buang air kecil dan juga menggosok gig
Read more
DMCA.com Protection Status