Sesampainya di cafe, Alam menyuruh Almaira untuk menemani dirinya di ruangan Alam.
"Almaira, untuk sekarang ini aku minta sama kamu untuk selalu mengikutiku kemana pun aku pergi," perintah Alam pada Almaira.
Almaira memiringkan bibirnya dengan menghelang nafas sejenak.
"Baiklah, tapi jangan kamu suruh aku untuk mengawalmu saat kamu bersama-sama dengan Yunita," kata Almaira dengan nada suara datar.
Alam tersenyum pada Almaira.
"Tidak ... kecuali dalam keadaan mendesak. Terpaksa kamu harus ikut denganku untuk menemaniku bersama dengan Yunita."
"Please ... jangan jadikan aku kambing congek! Aku lebih baik jadi pelayan cafemu seperti biasa, dari pada aku harus menjadi sekertaris pribadimu. Aku sebenarnya enggan menjadi sekertarismu, Alam. Jika seandainya aku tidak butuh uang untuk membiayai sekolah adikku, dan membantu ibuku, aku pasti menolak tawaran ini," kata Almaira.
Tapi Alam lagi-lagi tersenyum padanya.
"Tenanglah Almaira ... aku tidak akan menyuruhmu saat aku bersama dengan Yunita, aku hanya bercanda saja," kata Alam menggoda Almaira.
Akhirnya, Almaira bisa bernafas lega kembali.
Alam lebih senang melihat wajah manis Almaira itu terlihat sedikit jutek.
Alam kemudian menyuruh Almaira untuk duduk di kursi yang letaknya satu ruangan dengan dirinya.
"Almaira ..." panggil Alam.
"Iya bos."
"Mulai besok kamu harus mengganti pakaianmu dengan pakaian layaknya seorang sekertaris. Aku tidak ingin kamu memakai celana jeans dan juga kaos belel yang kamu kenakan itu. Gantilah dengan selayaknya sebagai seorang sekertaris, jangan lupa ganti kacamata tebalmu itu dengan softlens," perintah Alam pada Almaira.
"Nggak mau! aku lebih nyaman pakai kaos sama celana jeans ini dan kacamataku ini," protes Almaira cepat dengan sikap keras kepalanya itu.
Alam mengehelang nafas sedikit kesal.
Alam kemudian melemparkan boneka kecil yang ada dihadapannya ke arah Almaira.
"Berhentilah untuk protes! besok pagi-pagi aku akan menyuruh orang untuk mengantarkan pakaian untuk kamu, dan kamu harus memakai pakaian itu. Awas jika kamu tidak mau memakainya!" kata Alam dengan tegas pada Almaira.
Almaira hanya diam sambil memiringkan bibirnya kesamping kanan.
"Dasar tomboy!"
"Memangnya kenapa kalau aku tomboy?!" sahut Almaira. "Daripada kamu cowok brengsek! Tidak peka!"
"Awas jika kamu besok tidak memakai pakaian yang sudah ku belikan untuk kamu!" Alam lagi-lagi mengancam Almaira.
"Dasar! bisanya cuma mengancam," kata Almaira yang kemudian langsung fokus dengan pekerjaannya dan tak menghiraukan Alam.
Kedua insan anak manusia itu mulai fokus kembali dengan pekerjaan mereka masing-masing.
Saat Almaira selesai dengan pekerjaannya. Almaira keluar untuk mengecek keadaan cafe.
Almaira masuk ke gudang cafe untuk mengecek beberapa stok persediaan cafe. Apakah stoknya masih cukup untuk dua Minggu kedepannya atau tidak? Sebelum beberapa kopi yang Alam pesan dari luar daerah datang.
Racikan kopi dari cafe Alam begitu pas dan nikmat. Kopinya di gemari oleh para anak muda, orang tua, maupun orang-orang terkenal. Dari mulai pegawai, bahkan artis dan orang-orang tersohor juga datang ke cafe milik Alan untuk menikmati secangkir kopi racikan dari cafe milik Alam ini.
Cafe Alam terkenal dengan perpaduan serta racikan yang pas bagi penikmat kopi. Sehingga membuat cafe milik Alam ini begitu diminati bahkan digandrungi oleh banyak kalangan.
Cafe milik Alam tidak pernah sepi oleh pengunjung. Apalagi menjelang hari pekan, pasti cafe ini akan dipenuhi dengan pasangan muda-mudi yang sedang bersantai di tempat ini. Untuk sekedar menikmati kopi terbaik dengan rasa yang begitu nikmat dan khas dari kopi yang mereka pesan.
Apalagi harga secangkir kopi plus dengan kue untuk menemani santai ngopi tidak terlalu mahal, dan cocok banget untuk para anak muda yang tidak memiliki banyak uang. Apalagi mereka bisa menikmati kopi terbaik dengan harga ramah di kantong, membuat cafe ini paling digemari dan banyak dikunjungi oleh para pecinta kopi.
"Joni ... ayo ikut aku ke gudang untuk melihat stok barang persediaan," pinta Almaira pada salah satu pelayan cafe.
"Iya Almaira," kata Joni yang kemudian mengikuti Almaira dari belakang.
Joni adalah salah satu karyawan yang terbaik dari cafe milik Alam ini.
Joni sudah lama mempunyai rasa suka terhadap Almaira. Namun Almaira tidak mempunyai rasa suka terhadap Joni. Almaira hanya menganggap Joni sebagai teman biasa. Tapi Joni selalu berharap lebih dari Almaira.
"Almaira ...."
"Hem."
"Almaira ... bagaimana dengan ucapanku kemarin? apakah kamu mau menerimaku sebagai kekasihmu?" tanya Joni pada Almaira.
"Maaf Joni, aku belum bisa menerimamu sebagai kekasihmu. Aku hanya ingin fokus dengan pekerjaanku, untuk sementara ini aku tidak ingin membahas pertanyaan konyol mu, itu. Karena sudah ku katakan sebelumnya padamu, kalau aku hanya menganggap dirimu sebagai temanku saja. Dan itu pun tidak lebih, Joni. Please ... ku mohon? Jangan kamu tanyakan hal itu pada diriku lagi. Carilah wanita yang lebih baik dari pada diriku. Please ... ku mohon?" pinta Almaira pada Joni.
Joni langsung terdiam dan tidak mengucapkan sepatah kata apapun lagi. Ia pun berdiri di tempatnya.
Almaira yang tadinya sudah berjalan terlebih dahulu menoleh dan melihat Joni terdiam dan melamun.
Almaira menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembuskan dengan kasar.
Almaira kembali menghampiri Joni lalu menarik tangannya dan merangkul Joni, mengajak Joni, untuk berjalan bersamanya.
"Maafkan aku, Joni. Untuk sementara ini aku hanya fokus dengan pekerjaanku, aku tidak ingin kamu merasa tersakiti, sebab aku telah menyukai pria lain," kata Almaira yang kemudian ia jujur pada Joni.
"Siapakah laki-laki itu Almaira? apakah aku boleh tahu orangnya?"
"Maaf, Joni," Almaira tersenyum pada Joni. "Untuk sementara waktu ini aku tidak bisa bilang kesiapapun."
"Ya sudah deh, jika kamu tidak ingin bilang padaku, aku juga tidak ingin memaksamu," jawab Joni sambil membalas senyuman dari Almaira.
Joni mencoba menutupi perasaan kecewanya pada Almaira.
Sementara itu Almaira sendiri tidak tega melihat Joni yang berulang kali menyatakan perasaannya padanya. Namun Almaira tidak menyukai Joni. Ia lebih menyukai Alam. Walaupun cintanya kini hanya bertepuk sebelah tangan. Tapi, ia berharap suatu saat nanti Alam akan tahu mengenai perasaannya.
Almaira sediri tidak tahu entah kapan perasaan itu hadir dalam hatinya. Perasaan cinta terhadap Alam. Sementara Alam tidak pernah tahu mengenai persaan itu. Bahkan Alam sampai saat ini masih berpacaran dan berhubungan dengan model kecentilan itu yang bernama Yunita.
"Joni, kita akan memeriksa beberapa stok biji kopi yang ada di gudang," kata Almaira yang sudah masuk terlebih dahulu di dalam gudang.
Almaira dan Joni melihat apakah stok kopi ini cukup untuk memenuhi kebutuhan kopi selama dua Minggu ini. Karena biji kopi yang dipesan belum juga sampai, lantaran keterlambatan pengiriman dan juga ada sedikit kendala dalam pengiriman.
Saat Almaira memeriksa biji kopi, Joni terus memperhatikan Almaira. Ia mempunyai niatan jahat terhadap Almaira.
Keadaan di gudang yang begitu sepi hanya ada dirinya dan Almaira. Joni ingin melancarkan nistanya itu.
Joni berjalan dibelakang Almaira. Ia mencium bau parfum milik Almaira yang seakan-akan menggoda nalurinya. Bahkan saat Almaira tadi merangkulnya ia ingin sekali mencoba untuk memeluk Almaira dan merasakan sensasi dari wangi bau tubuh Almaira.
Almaira terus memeriksa stok biji kopi di gudang. Ia tidak berfikir yang tidak-tidak mengenai tingkah laku Joni.
Joni terus mengikutinya dari belakang seperti biasanya saat ia dan Almaira berada di gudang untuk memeriksa kopi di gudang.
Joni sudah tidak tahan dengan perasaannya itu. Joni berniat melancarkan nistanya.
Dan tiba-tiba saja sebuah tangan langsung menarik tangan Almaira. Sebelum niat Joni itu terlaksana.
Bersambung ....
Almaira kaget saat Alam tiba-tiba datang dan langsung menarik tangan Almaira untuk segera keluar dari gudang. Joni yang berada di dalam gudang mengeluh kesal karena niatnya terhadap Almaira telah gagal. Gara-gara Alam yang tiba-tiba datang dan langsung menarik tangan Almaira untuk keluar dari gudang. "Sialan si, bos! Hampir saja niatku untuk mencium Almaira berhasil, tapi bos telah menggagalkan niatku ini. Tapi tidak apalah, aku akan mencoba mendekati Almaira lagi. Karena aku tidak ingin membuat wanita cantik itu lepas dariku. Wangi tubuhnya, bahkan telah membangkitkan naluriku sebagai seorang laki-laki. Aku tidak akan pernah melepaskanmu , Almaira. Aku akan mencari kesempatan yang lain, saat kita hanya berdua saja," kata Joni yang punya niatan jahat terhadap Almaira. Sementara itu Alam terus menarik tangan Almaira sampai Almaira dibawa Alam masuk ke dalam ruangan Alam. "Apa yang kamu lakukan di gudang bersama Joni?!" tanya Alam dengan nada suar
Langsung saja Alam keget mendengar teriakkan dari Almaira. Alam membungkam kedua telinganya sambil menoleh kearah Almaira. "Bisa tidak kamu masuk ke dalam kamar tidak berteriak?!" kata Alam sambil mengorek-ngorek kedua telinganya yang terasa melengking karena mendengar teriakkan dari Almaira. Almaira tidak menjawab pertanyaan dari Alam, ia langsung melepar bantal tepat ke muka Alam. "Nih ... rasain kamu!" Alam pun gelagapan. "Kamu matiin nggak leptop kamu itu?!" kata Almaira sambil berkancah pinggang. "Memangnya kenapa? Itu kan laptop aku. Terserah dong, mau aku matiin apa nggak?!" Almaira tak lagi banyak berkata ia langsung mematikan laptop milik Alam. "Dasar otak kotor! Otak menjijikkan! Kamu sadar nggak sih apa yang sebenarnya kamu tonton itu?!" maki Almaira dengan penuh kekesalan. "O ... itu? Itu kan film bagus," jawab Alam santai. "Film bagus?!" ulan
"Sudah puas gosipnya?" tanya Alam pada Almaira yang baru masuk ke dalam ruangan Alam. Almaira hanya berjalan santai sambil memiringkan bibirnya. Ia langsung duduk tak memperdulikan Alam. Almaira fokus melihat beberapa data keuangan dari cafe milik Alam ini. Alam hanya menggelengkan kepalanya melihat sikap Almaira yang selalu seenaknya saja pada dirinya. Alam menghelang nafas panjang. "Dasar gadis aneh!" gumam Alam sendiri. Alam mulai fokus kembali melihat beberapa resep racikan yang sekarang sedang digandrungi para anak muda jaman sekarang di laptop miliknya. Kemudian ia pun keluar dari ruangan untuk menemui Yoga untuk mencoba beberapa racikan kopi terbaru. Dari varian rasa berbeda dan menggugah selera. Hari ini cafe juga terlihat sedikit ramai, sampai karyawan cafe pun sedikit kuwalahan. Almaira yang sudah selesai dengan pekerjaannya di ruangan Alam pun langsung ikut membantu pula bersama dengan pelayanan cafe yang lainnya.
Almaira langsung menjitak kepalanya Alam."Sakit tahu!" protes Alam dengan memegangi kepalanya yang terasa sedikit sakit akibat dijitak oleh Almaira.Almaira terkekeh melihat Alam."Makanya, jangan sekali-kali bilang kalau aku itu cemburu dengan pacar kamu itu, aku tidak mungkin menyukai dirimu, dan kamu jangan sok kepedean!" elak Almaira cepat. Ia juga mencoba untuk selalu menutupi perasaan yang sesungguhnya pada Alam."Baiklah, Nona cerewet! Sekarang kita segera kembali ke cafe. Aku tidak mau lagi berdebat denganmu. Ujung-ujungnya aku yang kalah. Aku tahu jika kamu tidak mungkin bisa mendapatkan posisi Yunita di hatiku, karena dalam hatiku cuman ada Yunita," tutur Alam yang sudah berjalan duluan keluar menuju mobilnya.Almaira langsung terdiam seribu bahasa saat ia mendengar apa yang Alam katakan barusan. Ia harus terima kenyataan bahwa dalam hatinya Alam hanya ada Yunita seorang. Tidak ada wanita lain lagi yang ada di dalam hatinya Alam.
"Maafkan aku Almaira. Aku tidak membawa kuncinya, sehingga kita terjebak bersama di ruanganku ini," ucap Alam yang merasa kebingungan juga lantaran ia bingung harus keluar lewat mana.Almaira hanya diam dan berfikir dan kedua matanya langsung tertuju kearah jendela."Dasar bodoh! Kita kan bisa lewat jendela ini," Almaira menuju kearah jendela ruangan Alam.Ia segera menuju kearah jendela dan membukanya, namun jendelanya tidak bisa dibuka."Kok tidak bisa dibuka sih?!" tanya Almaira pada Alam.Alam menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia bahkan meringis, "Maafkan aku, Almaira. Jendela itu juga macet sudah lama dan tidak bisa dibuka," ucapnya.Almaira langsung menepuk keningnya sendiri, "Ya Tuhan ... lengkap sudah penderitaan ku. Sekarang kita terjebak dalam ruangan ini dan tidak akan bisa keluar kecuali besok jika para karyawan cafe sudah datang."Alam hanya diam saja dan kemudian mondar-mandir mencoba untuk mencari
Terlihat matahari sudah menunjukkan sinarnya. Cahayanya yang terang mulai membias menebus jendela kaca ruangan Alam.Almaira mulai terbangun saat cahaya matahari itu tepat jatuh dimatanya sehingga membuatnya terbangun."Rupanya sudah pagi, sudah jam enam," gumam Almaira yang kemudian ia bangun dari tidurnya. Saat ia bangun ia melihat Alam yang masih tertidur di sofa juga."Dasar pemalas!" batin Almaira yang kemudian langsung masuk kedalam kamar mandi untuk mencuci mukanya.Sebelum masuk Almaira mengambil handuk kecil dan juga sabun untuk mukanya agar wajahnya terlihat lebih segar kembali. Selain itu ia berharap agar ada karyawan yang datang dan segera mengeluarkan dirinya dan juga Alam dari ruangan ini. Tidak mungkin dirinya akan selamanya terkurung di ruangan ini bersama dengan Alam.Almaira masuk kedalam kamar mandi untuk buang air kecil dan juga menggosok gig
"Kamu memang sudah gila Alam!" ucap Almaira sambil memejamkan matanya dan mencoba untuk mendorong tubuhnya Alam. Ia tidak ingin Alam dan tega melakukan tindakan bodoh itu.Alam yang tidak tega melihat Almaira yang merasa ketakutan dan langsung mengalihkan pembicaraan."Dasar bodoh! Aku masih waras tahu!" tutur Alam sambil menjitak kepala Almaira.Almaira langsung membuka matanya dan memegang kepalanya yang terasa sedikit sakit akibat dijitak oleh Alam."Kukira kamu memang sudah gila, hehehe ....""Meringis!"Almaira masih menunjukkan giginya yang berbaris dengan rapi."Aku itu masih waras Almaira, aku tidak akan melakukan tindakan bodoh itu padamu. Mana mungkin aku akan melakukannya itu padamu? Kecuali jika kamu mau menyerahkan semuanya padaku dengan suka rela."Almaira yang mendengar ucapan Alam langsung melotot dan mendorong Alam. Alam pun terjatuh diatas sofa dibelakangnya.Almaira kemudi
Almaira baru saja bangun dari tidurnya. Ia mengucek-ucek kedua matanya dan setelah itu ia mengenakan kacamatanya untuk melihat jam di ponselnya. Terlihat jam sudah menunjukkan waktu pukul delapan pagi. Setelah itu ia pun terbangun dan menaruh kacamata itu kembali sebelum ia masuk kedalam kamar mandi untuk segera mandi dan menuju ke restoran di mana tempat ia bekerja. Ia sendiri bekerja di restoran milik sahabatnya yang bernama Alam. Berkat Alam pula ia bisa mempunyai pekerjaan untuk membiayai adiknya yang bernama Silvia yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Ayah Almaira sudah lama meninggal, sementara ibunya hanya bekerja sebagai penjahit pakaian yang penghasilannya tidak menentu. Jadi, setelah lulus dari kuliah Almaira pun bekerja di cafe milik sahabatnya Alam. Di usia yang masih muda dan baru saja lulus dari sekolah dan baru memasuki bangku kuliah, Alam sudah bisa memegang usaha keluarganya itu. Dan setelah lulus kuliah Alam fokus dengan c
"Kamu memang sudah gila Alam!" ucap Almaira sambil memejamkan matanya dan mencoba untuk mendorong tubuhnya Alam. Ia tidak ingin Alam dan tega melakukan tindakan bodoh itu.Alam yang tidak tega melihat Almaira yang merasa ketakutan dan langsung mengalihkan pembicaraan."Dasar bodoh! Aku masih waras tahu!" tutur Alam sambil menjitak kepala Almaira.Almaira langsung membuka matanya dan memegang kepalanya yang terasa sedikit sakit akibat dijitak oleh Alam."Kukira kamu memang sudah gila, hehehe ....""Meringis!"Almaira masih menunjukkan giginya yang berbaris dengan rapi."Aku itu masih waras Almaira, aku tidak akan melakukan tindakan bodoh itu padamu. Mana mungkin aku akan melakukannya itu padamu? Kecuali jika kamu mau menyerahkan semuanya padaku dengan suka rela."Almaira yang mendengar ucapan Alam langsung melotot dan mendorong Alam. Alam pun terjatuh diatas sofa dibelakangnya.Almaira kemudi
Terlihat matahari sudah menunjukkan sinarnya. Cahayanya yang terang mulai membias menebus jendela kaca ruangan Alam.Almaira mulai terbangun saat cahaya matahari itu tepat jatuh dimatanya sehingga membuatnya terbangun."Rupanya sudah pagi, sudah jam enam," gumam Almaira yang kemudian ia bangun dari tidurnya. Saat ia bangun ia melihat Alam yang masih tertidur di sofa juga."Dasar pemalas!" batin Almaira yang kemudian langsung masuk kedalam kamar mandi untuk mencuci mukanya.Sebelum masuk Almaira mengambil handuk kecil dan juga sabun untuk mukanya agar wajahnya terlihat lebih segar kembali. Selain itu ia berharap agar ada karyawan yang datang dan segera mengeluarkan dirinya dan juga Alam dari ruangan ini. Tidak mungkin dirinya akan selamanya terkurung di ruangan ini bersama dengan Alam.Almaira masuk kedalam kamar mandi untuk buang air kecil dan juga menggosok gig
"Maafkan aku Almaira. Aku tidak membawa kuncinya, sehingga kita terjebak bersama di ruanganku ini," ucap Alam yang merasa kebingungan juga lantaran ia bingung harus keluar lewat mana.Almaira hanya diam dan berfikir dan kedua matanya langsung tertuju kearah jendela."Dasar bodoh! Kita kan bisa lewat jendela ini," Almaira menuju kearah jendela ruangan Alam.Ia segera menuju kearah jendela dan membukanya, namun jendelanya tidak bisa dibuka."Kok tidak bisa dibuka sih?!" tanya Almaira pada Alam.Alam menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia bahkan meringis, "Maafkan aku, Almaira. Jendela itu juga macet sudah lama dan tidak bisa dibuka," ucapnya.Almaira langsung menepuk keningnya sendiri, "Ya Tuhan ... lengkap sudah penderitaan ku. Sekarang kita terjebak dalam ruangan ini dan tidak akan bisa keluar kecuali besok jika para karyawan cafe sudah datang."Alam hanya diam saja dan kemudian mondar-mandir mencoba untuk mencari
Almaira langsung menjitak kepalanya Alam."Sakit tahu!" protes Alam dengan memegangi kepalanya yang terasa sedikit sakit akibat dijitak oleh Almaira.Almaira terkekeh melihat Alam."Makanya, jangan sekali-kali bilang kalau aku itu cemburu dengan pacar kamu itu, aku tidak mungkin menyukai dirimu, dan kamu jangan sok kepedean!" elak Almaira cepat. Ia juga mencoba untuk selalu menutupi perasaan yang sesungguhnya pada Alam."Baiklah, Nona cerewet! Sekarang kita segera kembali ke cafe. Aku tidak mau lagi berdebat denganmu. Ujung-ujungnya aku yang kalah. Aku tahu jika kamu tidak mungkin bisa mendapatkan posisi Yunita di hatiku, karena dalam hatiku cuman ada Yunita," tutur Alam yang sudah berjalan duluan keluar menuju mobilnya.Almaira langsung terdiam seribu bahasa saat ia mendengar apa yang Alam katakan barusan. Ia harus terima kenyataan bahwa dalam hatinya Alam hanya ada Yunita seorang. Tidak ada wanita lain lagi yang ada di dalam hatinya Alam.
"Sudah puas gosipnya?" tanya Alam pada Almaira yang baru masuk ke dalam ruangan Alam. Almaira hanya berjalan santai sambil memiringkan bibirnya. Ia langsung duduk tak memperdulikan Alam. Almaira fokus melihat beberapa data keuangan dari cafe milik Alam ini. Alam hanya menggelengkan kepalanya melihat sikap Almaira yang selalu seenaknya saja pada dirinya. Alam menghelang nafas panjang. "Dasar gadis aneh!" gumam Alam sendiri. Alam mulai fokus kembali melihat beberapa resep racikan yang sekarang sedang digandrungi para anak muda jaman sekarang di laptop miliknya. Kemudian ia pun keluar dari ruangan untuk menemui Yoga untuk mencoba beberapa racikan kopi terbaru. Dari varian rasa berbeda dan menggugah selera. Hari ini cafe juga terlihat sedikit ramai, sampai karyawan cafe pun sedikit kuwalahan. Almaira yang sudah selesai dengan pekerjaannya di ruangan Alam pun langsung ikut membantu pula bersama dengan pelayanan cafe yang lainnya.
Langsung saja Alam keget mendengar teriakkan dari Almaira. Alam membungkam kedua telinganya sambil menoleh kearah Almaira. "Bisa tidak kamu masuk ke dalam kamar tidak berteriak?!" kata Alam sambil mengorek-ngorek kedua telinganya yang terasa melengking karena mendengar teriakkan dari Almaira. Almaira tidak menjawab pertanyaan dari Alam, ia langsung melepar bantal tepat ke muka Alam. "Nih ... rasain kamu!" Alam pun gelagapan. "Kamu matiin nggak leptop kamu itu?!" kata Almaira sambil berkancah pinggang. "Memangnya kenapa? Itu kan laptop aku. Terserah dong, mau aku matiin apa nggak?!" Almaira tak lagi banyak berkata ia langsung mematikan laptop milik Alam. "Dasar otak kotor! Otak menjijikkan! Kamu sadar nggak sih apa yang sebenarnya kamu tonton itu?!" maki Almaira dengan penuh kekesalan. "O ... itu? Itu kan film bagus," jawab Alam santai. "Film bagus?!" ulan
Almaira kaget saat Alam tiba-tiba datang dan langsung menarik tangan Almaira untuk segera keluar dari gudang. Joni yang berada di dalam gudang mengeluh kesal karena niatnya terhadap Almaira telah gagal. Gara-gara Alam yang tiba-tiba datang dan langsung menarik tangan Almaira untuk keluar dari gudang. "Sialan si, bos! Hampir saja niatku untuk mencium Almaira berhasil, tapi bos telah menggagalkan niatku ini. Tapi tidak apalah, aku akan mencoba mendekati Almaira lagi. Karena aku tidak ingin membuat wanita cantik itu lepas dariku. Wangi tubuhnya, bahkan telah membangkitkan naluriku sebagai seorang laki-laki. Aku tidak akan pernah melepaskanmu , Almaira. Aku akan mencari kesempatan yang lain, saat kita hanya berdua saja," kata Joni yang punya niatan jahat terhadap Almaira. Sementara itu Alam terus menarik tangan Almaira sampai Almaira dibawa Alam masuk ke dalam ruangan Alam. "Apa yang kamu lakukan di gudang bersama Joni?!" tanya Alam dengan nada suar
Sesampainya di cafe, Alam menyuruh Almaira untuk menemani dirinya di ruangan Alam. "Almaira, untuk sekarang ini aku minta sama kamu untuk selalu mengikutiku kemana pun aku pergi," perintah Alam pada Almaira. Almaira memiringkan bibirnya dengan menghelang nafas sejenak. "Baiklah, tapi jangan kamu suruh aku untuk mengawalmu saat kamu bersama-sama dengan Yunita," kata Almaira dengan nada suara datar. Alam tersenyum pada Almaira. "Tidak ... kecuali dalam keadaan mendesak. Terpaksa kamu harus ikut denganku untuk menemaniku bersama dengan Yunita." "Please ... jangan jadikan aku kambing congek! Aku lebih baik jadi pelayan cafemu seperti biasa, dari pada aku harus menjadi sekertaris pribadimu. Aku sebenarnya enggan menjadi sekertarismu, Alam. Jika seandainya aku tidak butuh uang untuk membiayai sekolah adikku, dan membantu ibuku, aku pasti menolak tawaran ini," kata Almaira. Tapi Alam lagi-lagi terse
Om Hendra mengangguk. Sementara Almaira masih tertegun mendengarnya. "Ada apa Almaira? Apakah kamu tidak menyukainya jika Om meminta Alam untuk menjadikan kamu sebagai sekertaris pribadi Alam?" tanya Om Hendra pada Almaira. Almaira yang tadinya masih melongo pun gelagapan. "Tidak Om Hendra. Sepertinya aku tidak cocok untuk menjadi sekertaris pribadi Alam, Om," tolak Almaira secara halus. "Kenapa kamu tidak mau Almaira? Banyak orang yang ingin mendapatkan jabatan seperti itu. Kenapa kamu menolaknya Almaira?" tanya Om Hendra pada Almaira. Almaira terdiam sejenak dan berfikir. Namun Alam yang menjawab pertanyaan dari Om Hendra. "Jelas saja Almaira tidak mau Pa. Almaira tidak ingin terikat dengan jabatan itu. Apalagi melayaniku sebagai sekertaris pribadi. Almaira lebih suka bebas dan tak terikat," sahut Alam yang seakan-akan mengerti jalan pikiran Almaira. "Nggak kok Om! Itu semua bohong!" elak Almaira cepat.