Sebelum bersedia menerima jabatan yang akan diberikan oleh ayahnya, Tristan memutuskan menyamar di salah satu hotel cabang milik keluarganya. Selain untuk mengetahui suasana calon anak buahnya nanti sekaligus kinerjanya, ia juga ingin menyelidiki langsung isu yang didengarnya. Sebuah isu yang kemungkinan besar memengaruhi perkembangan hotel milik keluarganya, yaitu penerimaan karyawan yang tidak sesuai prosedur alias melalui kenalan.Selama menyamar, Tristan berteman dekat dengan dua karyawan perempuan di hotelnya, Shanon dan Vikha. Shanon merupakan rekan kerja di divisinya, sedangkan Vikha temannya di divisi lain. Walau terpesona dengan Shanon, tapi Tristan harus memendam perasaannya karena perempuan tersebut sudah mempunyai kekasih. Tadi ia sadari ternyata Vikha juga menaruh sebuah rasa padanya.Akankah persahabatan mereka tetap terjaga setelah perasaan masing-masing terkuak dan identitas asli Tristan diketahui?
Lihat lebih banyakShanon akhirnya menghela napas lega. Dari posisinya ia melihat kehadiran Tristan yang kini sedang berjalan santai ke arahnya. Tanpa membuang waktu Shanon langsung mendorong Richard agar tubuhnya terbebas dari impitan laki-laki tersebut. Ia mengusap bergantian pergelangan tangannya yang terasa kebas karena dipegang cukup erat oleh Richard.“Hai, Richard,” sapa Tristan tanpa memperlihatkan emosi yang telah menyelimuti hati dan pikirannya. “Sudah lama kita tidak bertemu. Bagaimana kabarmu sekeluarga?” tanyanya berbasa-basi.“Untuk apa kamu datang kemari?” Richard mengabaikan pertanyaan basa-basi yang Tristan lontarkan. Sambil memasukkan sebelah tangannya ke saku celana yang dipakainya, ia menatap Tristan tak bersahabat.Bibir Tristan menyunggingkan senyum tipis. Walau tangannya sudah sangat gatal ingin menghajar laki-laki yang kini sedang menatapnya dengan angkuh, tapi ia berusaha keras untuk tetap bersikap tenang. Ia tetap melangkahkan kakinya dengan santai menuju tempat Shanon berdiri.
Bukannya mereda, semakin malam hujan kian menderas. Sebelum tidur Shanon membawakan bantal dan selimut untuk Tristan yang masih sibuk memainkan game di ponselnya. Tristan akan menggunakan sofa yang ada di ruang tengah untuk tidur. Baru saja Tristan membaringkan tubuhnya di atas sofa setelah usai bermain game, tiba-tiba ia merasa perutnya kembali mulas. Sejak mulai bermain game Tristan sudah beberapa kali ke kamar mandi yang ada di samping dapur. Awalnya ia hanya menganggap sakit perut biasa, tapi ternyata dugaannya keliru. Selain sakit, kini perutnya juga terasa panas dan perih. Hal tersebut diakibatkan karena saat makan malam tadi ia menghabiskan empat bungkus sambal.Setelah beberapa menit berada di dalam kamar mandi, akhirnya Tristan keluar sembari memegang perutnya. Ia menghapus keringat di keningnya sambil berjalan pelan menuju kamar Shanon untuk menanyakan obat sakit perut.“Sha,” Tristan memanggil Shanon seraya mengetuk pin
Tristan tidak mempunyai kesempatan untuk berbicara empat mata dengan Shanon, karena dua rekan kerja di divisinya sedang absen. Ia dan Shanon pun sama-sama sibuk mengambil alih pekerjaan milik kedua rekannya yang sedang absen tersebut. Bahkan, saat jam makan siang pun mereka lewati secara terpisah. Mereka berbicara atau berinteraksi hanya sebatas urusan yang menyangkut pekerjaan.Sambil menunggu layar komputer di depannya mati, Tristan menyandarkan punggungnya yang kaku pada kursi kebesarannya. Bahkan, kini ia telah melepas kacamatanya yang sangat berjasa membantu matanya bekerja. Ia juga menyempatkan diri untuk memejamkan matanya sejenak, agar otot-otot pada indra penglihatannya tersebut dapat beristirahat, meski hanya sebentar. Baginya hari ini benar-benar sangat melelahkan sekaligus mengesalkan. Bagaimana tidak, ia dan rekan-rekan di divisinya terpaksa harus lembur karena diminta menyiapkan laporan untuk rapat dadakan yang akan diadakan besok pagi. Akhirnya mereka pun pulang saat ja
Shanon terpaksa menolak ajakan Vikha berolahraga di lapangan Niti Mandala yang ada di Renon, sebab ia akan menggunakan waktu liburnya untuk mengunjungi sang ibu. Walau Vikha terlihat kecewa atas penolakannya, tapi sahabatnya tersebut memaklumi alasannya. Untung saja ketika Vikha mendatangi kontrakannya, ia masih bersiap-siap sebelum berangkat ke rumah sang ibu. Awalnya Shanon ingin berangkat kemarin sore, sepulangnya dari kantor, tapi karena Anita meminta diantar sekaligus ditemani ke rumah sakit menjenguk sepupunya, jadi niatnya pun terpaksa ditunda.Kedatangan Shanon membuat Nola yang baru saja menyelesaikan kegiatannya menyapu halaman rumah terkejut, pasalnya sang anak tidak mengabarkan terlebih dulu akan pulang. “Kenapa kamu tidak mengabari Mama terlebih dulu, Nak?” tanyanya setelah Shanon turun dari motor dan mencium punggung tangannya.“Aku sengaja memberi kejutan Mama,” jawab Shanon asal sambil menyengir. Ia memeluk wanita yang sangat dihormati dan dicintainya dengan penuh kasi
Nola sudah pulang dari rumah sakit, Shanon pun telah kembali bekerja seperti biasa. Untung saja dua hari izin tidak membuat pekerjaannya menumpuk, sehingga ia bisa bernapas lega. Shanon tersenyum canggung kepada Tristan yang baru saja memasuki ruangan, ketika ia mengalihkan tatapannya dari layar monitor.“Bagaimana keadaan ibumu?” tanya Tristan yang telah berada di samping meja kerja Shanon.“Baik,” Shanon menjawab sedikit canggung, tapi ia tetap menyunggingkan senyum.“Tidak ada luka serius?” Tristan kembali bertanya setelah duduk.Shanon menggeleng sembari memberanikan diri menatap Tristan sedikit lebih lama. “Terima kasih sudah peduli terhadap keadaan ibuku, Tris,” pintanya tulus.Tristan hanya menanggapi ucapan terima kasih Shanon dengan anggukan.Sikap Tristan yang terlihat enggan berlama-lama berinteraksi dengannya membuat Shanon mengembalikan tatapannya pada layar monitor di depannya. Ia tidak keberatan jika sekarang Tristan yang ingin menjaga jarak dengannya. Menurutnya sangat
Tristan datang ke kantor dengan tidak bersemangat karena kurang tidur akibat memikirkan keadaan Talitha yang hingga kini belum memberi kabar. Sebelum berangkat ke kantor Tristan sempat menghubungi ponsel sang kakak, sayangnya tidak ada respons. Ketika ia kembali ingin mencoba menghubungi sang kakak, suara Anita yang tengah menanyakan keberadaan seseorang langsung menarik minatnya. Walau bukan dirinya yang ditanya, tapi Tristan refleks menoleh ke meja kerja di sampingnya dan tidak melihat sang pemilik berada di sana seperti biasa.“Shanon hari ini izin, katanya ada urusan keluarga yang sangat mendadak,” Bu Utami, wanita tambun yang menjadi manager di divisi keuangan memberi informasi sekaligus menjawab keingintahuan Anita mengenai ketidakhadiran Shanon. “Shanon memberi kabar sebelum saya berangkat ke kantor,” sambungnya.Pemberitahuan Bu Utami membuat pikiran Tristan kini terpecah, antara memikirkan keadaan sang kakak dan rasa penasarannya terhadap urusan keluarga Shanon. Baru saja Tri
Shanon ikut senang mendengar cerita Vikha mengenai acara makan malamnya bersama Tristan yang berjalan lancar. Shanon sangat bersyukur karena ketakutannya tidak menjadi kenyataan. Ketakutan jika Tristan akan menyeret namanya, andai laki-laki itu menolak cinta Vikha. Dari suaranya saja Shanon bisa merasakan jika kini Vikha tengah sangat bahagia karena cintanya tidak bertepuk sebelah tangan. “Selamat ya, Kha. Semoga hubungan kalian berlanjut ke jenjang yang lebih serius,” ucap Shanon tulus kepada Vikha yang tengah menghubunginya melalui telepon. “Kha, karena sekarang sudah sangat malam dan aku masih mengantuk, besok saja kita lanjutkan obrolan ini ya.” Setelah mengatakan itu, Shanon menguap karena ia benar-benar masih mengantuk. “Bye, semoga Tristan hadir dalam mimpi indahmu,” ucap Shanon setelah Vikha menyetujui. Shanon langsung menaruh ponselnya ke atas nakas dan melanjutkan kembali tidurnya yang sempat terganggu. *** Seperti biasanya sebelum menuju kantor, Shanon mampir sebentar me
Vikha telah memantapkan keputusannya untuk menyatakan perasaannya secara langsung kepada Tristan nanti malam. Vikha telah menghubungi Tristan agar menghadiri undangan makan malamnya di tempat yang sudah ia pilih. Meski Vikha sangat berharap perasaannya berbalas, tapi ia tetap menyiapkan hati andai yang terjadi tidak sesuai harapan. Demi menunjang penampilannya nanti malam, kini Vikha tengah berada di salon langganannya untuk mempercantik diri. Selain itu, kegiatan ini ia lakukan untuk meminimalkan rasa gugup sekaligus gelisah yang tengah berkecamuk dalam hatinya. Setelah hampir sepuluh menit Vikha berada di salon, Shanon yang sudah berjanji akan menemaninya belum juga menampakkan diri. “Aku kira kamu tidak jadi datang, Sha,” ucap Vikha saat melihat kedatangan Shanon dari pantulan cermin besar di depannya. Shanon hanya menyengir menanggapi ucapan Vikha atas keterlambatannya. Ia langsung menduduki sofa empuk yang tersedia di sudut ruangan. “Creambath saja,” jawabnya saat salah satu kar
Hampir sepekan Tristan merasa ada yang berbeda dari sikap kedua sahabatnya. Shanon yang terlihat seperti menjaga jarak saat berada di luar jam kantor, sedangkan Vikha mencoba lebih intens membangun interaksi dengannya. Bahkan, ia dan Vikha sudah tiga hari ini selalu berangkat sekaligus pulang kerja bersama, karena sepeda motor sahabatnya tersebut masih berada di bengkel dan belum sempat diambil. Bukan hanya itu, Vikha juga mengajaknya makan malam dan tempat yang dipilih sahabatnya pun cenderung romantis. Tempat yang lebih cocok didatangi oleh pasangan kekasih untuk berkencan. Tristan semakin curiga bahwa telah terjadi sesuatu di antara kedua sahabat perempuannya tersebut. Apalagi setiap diajak bergabung, Shanon pasti menolak dengan berbagai macam alasan. Tristan yang tengah sibuk memikirkan perubahan sikap kedua sahabatnya, menoleh saat mendengar sapaan seseorang. “Tumben, Ar?” tanyanya kepada Arya yang telah berdiri di depan meja kerjanya. “Iya, aku hanya ingin berkeliling sambil me
Bukan udara dingin yang membuat tubuh Shanon Sasmitha menggigil, melainkan kabar tidak terduga dari teman-teman di kantornya. Kaki perempuan berusia 25 tahun tersebut melemas setelah tidak kuasa menopang tubuhnya sendiri. Matanya berkaca-kaca dan deru napasnya menjadi tidak beraturan ketika berita yang didengarnya terus terngiang-ngiang di telinganya. Dengan susah payah ia berusaha menjejakkan kaki, agar tubuhnya tidak kehilangan keseimbangan. Setelah berhasil mengontrol deru napas yang menyiksa rongga dadanya, perlahan ia berjalan mendekati kursi kerja miliknya, kemudian segera mendudukinya. Tanpa bisa dibendung lagi, Shanon membiarkan cairan bening tersebut menetes begitu saja dari sudut matanya, sebagai ungkapan rasa sakit yang tengah menguasai hatinya. Mimpi dan masa depan yang ia rajut beberapa bulan belakangan bersama sang pujaan hati hancur, karena kekasihnya tersebut tidak bisa menjaga kesetiaannya. Untung saja penghuni di ruangannya tengah makan siang di luar kantor seperti b...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen