Share

Chapter 7

Author: Azuretanaya
last update Last Updated: 2021-01-21 12:23:53

Kecanggungan dirasakan Shanon terhadap Tristan saat mereka sedang menikmati sarapan bersama. Ia merasa malu ketika mengingat dirinya ketiduran dalam dekapan laki-laki yang kini duduk tenang di hadapannya. Ia tidak memungkiri mendapat kenyamanan saat lengan-lengan kekar milik Tristan mendekap tubuhnya. Kemarin Tristan membangunkannya saat tengah malam dan menyuruhnya melanjutkan tidur di kamar bersama Vikha. Meski terkejut menyadari dirinya ketiduran, tapi Shanon masih sempat mengucapkan rasa terima kasih kepada Tristan yang telah bersedia dan sukarela meminjamkan dadanya.

Berbeda halnya dengan Tristan yang berusaha terlihat biasa saja, seolah tidak pernah terjadi apa-apa kemarin malam bersama Shanon. Padahal, ia juga tengah didera rasa canggung sama seperti Shanon, mengingat kedekatan mereka kemarin malam. Bahkan, kini ia tidak berani menatap Shanon yang duduk tepat di depannya berlama-lama.

“Sebelum meninggalkan vila, alangkah baiknya kita periksa kembali barang bawaan masing-masing. Takutnya ada yang tertinggal,” Vikha mengingatkan kedua sahabatnya sekaligus memecah kebisuan di antara mereka saat sedang menikmati sarapan.

“Iya,” Shanon menjawab tanpa mengangkat kepalanya, sedangkan Tristan hanya mengangguk sambil menyeruput kopi hitam kesukaannya.

“Ada yang mau pisang bakar lagi?” tanya Vikha sebelum beranjak dari kursinya. Ia ingin memesan lagi makanan yang menurutnya enak tersebut. Mereka kini tengah menikmati sarapan di kedai dekat pantai, yang letaknya tidak jauh dari vila.

“Tidak, Kha. Roti bakarku saja belum habis,” ujar Shanon sambil memperlihatkan piring yang masih berisi setengah dari menu sarapannya.

“Aku juga tidak, Kha. Sudah cukup,” Tristan menimpali. Meski pisang bakar di piringnya hampir habis, tapi ia tidak ingin memesan lagi.

“Baiklah, kalau begitu aku mau memesan pisang bakar lagi. Perutku masih lapar,” ucap Vikha sambil terkekeh sebelum berlalu menuju pemilik kedai untuk menyampaikan pesanannya.

“Tris, terima kasih atas dekapanmu kemarin malam,” ucap Shanon pelan kepada Tristan sepeninggal Vikha.

Tristan memperbaiki letak kacamatanya dan tersenyum ke arah Shanon. “Kamu sudah berterima kasih kemarin malam, Sha. Memangnya kamu mau berapa kali mengatakannya? Lagi pula, sudah sepantasnya aku sebagai sahabatmu memberikan tempat bersandar yang nyaman untukmu,” balasnya dengan tenang tanpa menghapus senyuman di bibirnya. “Jika bisa, aku ingin menjadi tempatmu bersandar lebih dari sebagai sahabat, Sha,” batinnya menambahkan.

Mendengar ucapan Tristan, Shanon mengangguk dan membalas senyuman hangat sahabatnya tersebut. Perlahan, suasana di antara keduanya pun berangsur normal. Bahkan, kini mereka sudah mulai mengobrol seperti biasa sambil menunggu kedatangan Vikha.

***

Shanon, Tristan, dan Vikha sudah tiba di Taman Ujung, destinasi terakhir yang mereka kunjungi dalam rangka menikmati liburan singkatnya. Vikha sangat antusias menelusuri tempat-tempat yang membuatnya kagum, sedangkan Shanon dan Tristan hanya mengikutinya sambil tersenyum melihat tingkah sang sahabat di depannya. Saking antusiasnya, Vikha berjalan cepat dan meninggalkan kedua sahabatnya jauh di belakang.

Saat memasuki jembatan sebelum menuju istana apung, Vikha melambatkan langkah kakinya ketika melihat beberapa orang tengah sibuk mengambil gambar sepasang model. Dari pakaian yang digunakan oleh sepasang model itu, ia mengasumsikan bahwa kerumunan orang tersebut tengah sibuk mengambil gambar untuk keperluan pre-wedding. Awalnya Vikha sangat senang bisa melihat pasangan pengantin yang tengah melakukan foto pre-wedding di tempat ini. Namun, saat ia terus melangkah dan semakin mendekat, tiba-tiba gerakan kakinya mulai terasa sangat berat. Setelah menajamkan penglihatannya, ia langsung menutup mulutnya menggunakan kedua tangannya sendiri. Ia mengenal sepasang model yang kini tengah berpelukan mesra tersebut dengan sangat jelas.

Alarm di otak Vikha langsung berbunyi, agar secepatnya meninggalkan tempat tersebut. Ia berharap bisa mencegah Shanon melihat pemandangan yang sangat menyakiti hati tersebut. Namun, semua harapan Vikha sirna, ternyata kedua sahabatnya telah mematung tidak jauh di belakangnya, terlebih Shanon yang wajahnya kini terlihat memucat. Vikha beradu pandang dengan Tristan yang juga sangat terkejut melihat pemandangan di depannya, dan melalui tatapan matanya ia meminta maaf. Vikha menyalahkan dirinya sendiri karena membuat Shanon kembali bersedih. Awalnya ia merasa senang karena usahanya dan Tristan menghibur Shanon hampir berjalan sempurna, tapi kini hal tersebut malah menjadi sia-sia. Seharusnya ia tidak memasukkan Taman Ujung ke dalam daftar kunjungannya selama liburan.

“Sha,” panggil Vikha dengan nada sedih setelah berdiri di samping Shanon.

Mendengar panggilan sedih Vikha yang diasumsikan sebagai bentuk rasa bersalah, Shanon mengerjapkan mata sebelum menoleh ke sumber suara. Ia menghela napasnya dalam-dalam, kemudian mendongak agar cairan yang membuat matanya berkaca-kaca tidak menetes. “Aku baik-baik saja,” ucapnya tercekat karena berusaha keras menekan kepedihan hatinya.

Melihat keadaan Shanon membuat Vikha semakin merasa bersalah. Bahkan, kini mata Vikha juga ikut berkaca-kaca. Berbeda halnya dengan Tristan yang memasang ekspresi datar. Tanpa berkata dan meminta izin, Tristan langsung membawa Shanon ke pelukannya. Akibat tindakan Tristan, pegangan tangan Vikha pada lengan Shanon pun langsung terlepas. Dengan erat Tristan mendekap tubuh rapuh Shanon, ia segera membawa sang sahabat meninggalkan tempat tersebut.

Langkah Tristan yang sudah menjauh terpaksa terhenti ketika menyadari sesuatu. Ia berbalik dan mendapati Vikha tidak mengikutinya. “Apakah kamu lebih memilih menonton kemesraan pasangan itu?” tanyanya datar kepada Vikha. Ia berusaha menyembunyikan emosinya saat menegur Vikha yang bergeming di tempat.

Vikha terkesiap saat nada datar menusuk indra pendengarannya, sehingga dengan spontan ia menggeleng. Vikha mengangguk dengan cepat ketika Tristan mengisyaratkan agar mengikutinya. Vikha berusaha mempercepat langkahnya agar tidak ditinggal oleh laki-laki yang sudah lama diharapkan menjadi kekasihnya. Walau rasa cemburu sering terlintas di benaknya ketika melihat kebersamaan Tristan dan Shanon, tapi ia selalu berusaha mengabaikannya, karena dirinya tidak mau dikatakan egois. Vikha juga selalu menasihati hatinya sendiri bahwa perhatian dan perlakuan Tristan kepada Shanon saat ini, tidak lebih dari kepedulian seorang sahabat. Waktu dirinya bersedih, Tristan juga akan memperlakukannya berbeda, sama seperti Shanon saat ini. Oleh karena itu, sekarang ia harus memaklumi keadaan dan pemandangan di hadapannya.

“Kita langsung pulang saja,” Tristan langsung membuat keputusan ketika melirik Vikha telah berjalan di sampingnya. Tangan laki-laki tersebut tetap setia merangkul pundak Shanon.

“Iya,” jawab Vikha pelan karena rasa bersalahnya. Namun, di bagian terdalam hatinya, ia merasa Tristan mengabaikan kehadirannya. Laki-laki itu terus berkata penuh kelembutan untuk menenangkan Shanon. Untung saja pengunjung Taman Ujung belum terlalu ramai, jadi ia tidak terlihat seperti obat nyamuk di antara Tristan dan Shanon.

Setelah berjalan kurang lebih dua puluh menit, ketiganya pun sampai di parkiran. Shanon dan Vikha diminta memasuki mobil lebih dulu oleh Tristan, sedangkan ia menuju bagasi mengambil snack serta minuman yang tadi dibelinya sebelum tiba di Taman Ujung.

“Sha, aku minta maaf karena secara tidak sengaja kembali membuatmu bersedih, sehingga liburan ini menjadi kacau,” pinta Vikha kepada Shanon yang duduk di kursi penumpang di belakangnya. “Andai saja aku tidak merekomendasikan Taman Ujung ke dalam daftar kunjungan liburan ini, pasti kita pulang dengan rasa bahagia, terutama untukmu,” imbuhnya benar-benar merasa bersalah.

Shanon menyusut air matanya dengan tissue di pangkuannya sebelum menanggapi ucapan Vikha. “Ini bukan salah siapa pun, jadi hilangkan rasa bersalahmu, Kha. Seharusnya aku yang meminta maaf kepada kalian, karena telah membuat sisa liburan kita menjadi berantakan,” Shanon balik meminta maaf. “Sial! Kenapa aku harus bercucuran air mata hanya karena melihat seorang mantan melakukan foto pre-wedding,” umpatnya pada diri sendiri sambil kembali menyeka air matanya.

“Wajar kamu menangis ketika melihat mantanmu melakukan foto pre-wedding, sebab hatimu bukan terbuat dari baja,” Tristan menimpali setelah memasuki mobil. “Jangankan melihat langsung sesi pemotretan pre-wedding sang mantan, aku yakin kalian menonton drama romantis saja pasti bercucuran air mata,” sambungnya dengan nada mengejek. Ia berharap mampu mengalihkan suasana melankolis di dalam mobil.

Wajah Vikha langsung tersipu mendengar ejekan Tristan, meski laki-laki itu belum pernah melihatnya langsung saat menonton drama romantis. Reaksi Shanon berbeda dengan Vikha, ia hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan Tristan yang sengaja menyindirnya. Shanon pernah diejek habis-habisan oleh Tristan karena tertangkap basah tengah menangis saat menonton drama romantis. Saat itu tanpa pemberitahuan terlebih dulu, Tristan mendatangi kontrakannya untuk meminjam uang ketika ingin mencari menu makan malam, sebab dompet sahabatnya tersebut ketinggalan.

“Jangan asal menuduh, Tris,” tegur Vikha. “Memangnya kamu pernah menemani perempuan menonton drama romantis?” selidiknya setelah Tristan menyalakan mesin mobil dan mulai menjalankannya perlahan.

Related chapters

  • The Secret Of Love   Chapter 8

    “Aku tidak asal tuduh, Kha,” Tristan menjawab tanpa mengalihkan perhatiannya pada jalanan di depannya. “Aku memang belum pernah menemani seorang perempuan menonton drama romantis. Namun, aku pernah melihat perempuan menangis tersedu-sedu saat menonton adegan romantis. Entah karena perempuan tersebut terharu atau iri melihat keromantisan yang terpampang di layar televisi,” imbuhnya. “Siapa perempuan itu, Tris? Pacarmu?” cecar Vikha penasaran. Ia merasa waspada jika ternyata sahabatnya ini telah menjalin hubungan serius dengan lawan jenis secara diam-diam, sama halnya seperti Shanon dulu. “Kakakku,” Tristan menjawabnya dengan santai dan tersenyum ke arah Vikha yang tertawa setelah mendengar jawabannya. Ia menyempatkan diri menatap Shanon yang tengah menundukkan kepala di belakang kemudi melalui spion di atasnya. “Tris, aku boleh buka ini?” Vikha menunjukkan snack berukuran jumbo yang berbahan dasar rumput laut kepada Tristan. “Silakan, Nona. Aku membawanya ke sini tujuannya memang un

    Last Updated : 2021-01-21
  • The Secret Of Love   Chapter 9

    Sepulangnya berlibur minggu lalu, ketiga sahabat itu telah kembali berkutat pada rutinitas dan tanggung jawabnya terhadap pekerjaan masing-masing. Sejak itu pula Vikha jarang bisa bertemu Tristan di kantor, walau sekadar ingin makan siang bersama, karena mereka memang berbeda divisi. Lain halnya dengan Shanon, sahabatnya itu dan Tristan bekerja di divisi yang sama. Pikiran Vikha sering terganggu saat mengingat celetukan yang dilontarkan Shanon di mobil waktu itu. Bukan hanya itu, penolakan Tristan secara tidak langsung atas celetukan tersebut juga kerap membuatnya sedih. Vikha mengurungkan niat ketika hendak menyandarkan punggungnya yang terasa kaku pada kursi kerjanya saat mendengar ponselnya bergetar. Setelah membaca pesan yang diterimanya, ia segera membalas ajakan makan siang dari Shanon. Ia bergegas merapikan meja kerjanya sambil menunggu Shanon menyambanginya untuk berangkat bersama menuju tempat makan siang. “Makan siang di mana, Kha?” tanya Rena, rekan kerja yang satu divisi

    Last Updated : 2021-01-22
  • The Secret Of Love   Chapter 10

    Setelah tiba di rumah kontrakannya, Shanon langsung mengajak Tristan ke ruang tamunya dan mempersilakan sahabatnya tersebut duduk di sofa. Selama perjalanan pulang, pikiran Shanon sibuk menimbang keinginannya untuk menceritakan luka batinnya kepada Tristan, hingga akhirnya ia yakin dengan keputusan yang akan diambilnya. “Sha, jika kamu belum siap ingin menceritakannya padaku, sebaiknya jangan dipaksakan,” Tristan memberi saran kepada Shanon yang terlihat kacau di depannya. Dengan jelas Tristan melihat sorot mata Shanon yang memancarkan berbagai macam gejolak emosi. Dengan cepat Shanon menggelengkan kepalanya. “Aku siap, Tris.” Selain merespons saran dari Tristan, tanggapannya tersebut juga untuk memantapkan keputusannya. “Aku sudah tidak kuat lagi untuk memendamnya seorang diri,” akunya sambil menatap sendu Tristan. “Baiklah. Jika keputusanmu tersebut bisa membuatmu merasa lebih baik, aku bersedia menjadi pendengar setiamu,” ucap Tristan penuh kelembutan. Ia sangat iba melihat kondi

    Last Updated : 2021-01-22
  • The Secret Of Love   Chapter 11

    Seminggu telah berlalu saat Shanon mengatakan dengan jujur mengenai kebodohan dan penyesalannya kepada Tristan, kini ia merasa hatinya menjadi lebih ringan. Awalnya Shanon pasrah akan reaksi Tristan keesokan harinya di kantor, tapi pada kenyataannya perlakuan dan sikap sahabatnya tersebut tetap seperti biasa, sehingga membuatnya merasa sangat lega. Atas saran Tristan, akhirnya Shanon datang ke acara resepsi pernikahan Richard beberapa hari yang lalu. Tristan juga memintanya untuk tetap bersikap santai saat berada di acara resepsi tersebut, meski rasa sakit hatinya akan muncul ketika melihat laki-laki yang pernah dicintainya bersanding dengan wanita lain di pelaminan. Untung saja Shanon datang bersama Tristan dan Vikha, sehingga ia bisa mengalihkan rasa sakit hatinya. Kedua sahabatnya tersebut pun segera mengajaknya meninggalkan tempat resepsi setelah memberi ucapan selamat kepada pasangan pengantin, dan berbasa-basi sebentar dengan beberapa rekan kerja mereka. Hubungan Shanon dengan V

    Last Updated : 2021-01-22
  • The Secret Of Love   Chapter 12

    Hampir sepekan Tristan merasa ada yang berbeda dari sikap kedua sahabatnya. Shanon yang terlihat seperti menjaga jarak saat berada di luar jam kantor, sedangkan Vikha mencoba lebih intens membangun interaksi dengannya. Bahkan, ia dan Vikha sudah tiga hari ini selalu berangkat sekaligus pulang kerja bersama, karena sepeda motor sahabatnya tersebut masih berada di bengkel dan belum sempat diambil. Bukan hanya itu, Vikha juga mengajaknya makan malam dan tempat yang dipilih sahabatnya pun cenderung romantis. Tempat yang lebih cocok didatangi oleh pasangan kekasih untuk berkencan. Tristan semakin curiga bahwa telah terjadi sesuatu di antara kedua sahabat perempuannya tersebut. Apalagi setiap diajak bergabung, Shanon pasti menolak dengan berbagai macam alasan. Tristan yang tengah sibuk memikirkan perubahan sikap kedua sahabatnya, menoleh saat mendengar sapaan seseorang. “Tumben, Ar?” tanyanya kepada Arya yang telah berdiri di depan meja kerjanya. “Iya, aku hanya ingin berkeliling sambil me

    Last Updated : 2021-01-22
  • The Secret Of Love   Chapter 13

    Vikha telah memantapkan keputusannya untuk menyatakan perasaannya secara langsung kepada Tristan nanti malam. Vikha telah menghubungi Tristan agar menghadiri undangan makan malamnya di tempat yang sudah ia pilih. Meski Vikha sangat berharap perasaannya berbalas, tapi ia tetap menyiapkan hati andai yang terjadi tidak sesuai harapan. Demi menunjang penampilannya nanti malam, kini Vikha tengah berada di salon langganannya untuk mempercantik diri. Selain itu, kegiatan ini ia lakukan untuk meminimalkan rasa gugup sekaligus gelisah yang tengah berkecamuk dalam hatinya. Setelah hampir sepuluh menit Vikha berada di salon, Shanon yang sudah berjanji akan menemaninya belum juga menampakkan diri. “Aku kira kamu tidak jadi datang, Sha,” ucap Vikha saat melihat kedatangan Shanon dari pantulan cermin besar di depannya. Shanon hanya menyengir menanggapi ucapan Vikha atas keterlambatannya. Ia langsung menduduki sofa empuk yang tersedia di sudut ruangan. “Creambath saja,” jawabnya saat salah satu kar

    Last Updated : 2021-02-26
  • The Secret Of Love   Chapter 14

    Shanon ikut senang mendengar cerita Vikha mengenai acara makan malamnya bersama Tristan yang berjalan lancar. Shanon sangat bersyukur karena ketakutannya tidak menjadi kenyataan. Ketakutan jika Tristan akan menyeret namanya, andai laki-laki itu menolak cinta Vikha. Dari suaranya saja Shanon bisa merasakan jika kini Vikha tengah sangat bahagia karena cintanya tidak bertepuk sebelah tangan. “Selamat ya, Kha. Semoga hubungan kalian berlanjut ke jenjang yang lebih serius,” ucap Shanon tulus kepada Vikha yang tengah menghubunginya melalui telepon. “Kha, karena sekarang sudah sangat malam dan aku masih mengantuk, besok saja kita lanjutkan obrolan ini ya.” Setelah mengatakan itu, Shanon menguap karena ia benar-benar masih mengantuk. “Bye, semoga Tristan hadir dalam mimpi indahmu,” ucap Shanon setelah Vikha menyetujui. Shanon langsung menaruh ponselnya ke atas nakas dan melanjutkan kembali tidurnya yang sempat terganggu. *** Seperti biasanya sebelum menuju kantor, Shanon mampir sebentar me

    Last Updated : 2021-02-27
  • The Secret Of Love   Chapter 15

    Tristan datang ke kantor dengan tidak bersemangat karena kurang tidur akibat memikirkan keadaan Talitha yang hingga kini belum memberi kabar. Sebelum berangkat ke kantor Tristan sempat menghubungi ponsel sang kakak, sayangnya tidak ada respons. Ketika ia kembali ingin mencoba menghubungi sang kakak, suara Anita yang tengah menanyakan keberadaan seseorang langsung menarik minatnya. Walau bukan dirinya yang ditanya, tapi Tristan refleks menoleh ke meja kerja di sampingnya dan tidak melihat sang pemilik berada di sana seperti biasa.“Shanon hari ini izin, katanya ada urusan keluarga yang sangat mendadak,” Bu Utami, wanita tambun yang menjadi manager di divisi keuangan memberi informasi sekaligus menjawab keingintahuan Anita mengenai ketidakhadiran Shanon. “Shanon memberi kabar sebelum saya berangkat ke kantor,” sambungnya.Pemberitahuan Bu Utami membuat pikiran Tristan kini terpecah, antara memikirkan keadaan sang kakak dan rasa penasarannya terhadap urusan keluarga Shanon. Baru saja Tri

    Last Updated : 2023-01-17

Latest chapter

  • The Secret Of Love   Chapter 20

    Shanon akhirnya menghela napas lega. Dari posisinya ia melihat kehadiran Tristan yang kini sedang berjalan santai ke arahnya. Tanpa membuang waktu Shanon langsung mendorong Richard agar tubuhnya terbebas dari impitan laki-laki tersebut. Ia mengusap bergantian pergelangan tangannya yang terasa kebas karena dipegang cukup erat oleh Richard.“Hai, Richard,” sapa Tristan tanpa memperlihatkan emosi yang telah menyelimuti hati dan pikirannya. “Sudah lama kita tidak bertemu. Bagaimana kabarmu sekeluarga?” tanyanya berbasa-basi.“Untuk apa kamu datang kemari?” Richard mengabaikan pertanyaan basa-basi yang Tristan lontarkan. Sambil memasukkan sebelah tangannya ke saku celana yang dipakainya, ia menatap Tristan tak bersahabat.Bibir Tristan menyunggingkan senyum tipis. Walau tangannya sudah sangat gatal ingin menghajar laki-laki yang kini sedang menatapnya dengan angkuh, tapi ia berusaha keras untuk tetap bersikap tenang. Ia tetap melangkahkan kakinya dengan santai menuju tempat Shanon berdiri.

  • The Secret Of Love   Chapter 19

    Bukannya mereda, semakin malam hujan kian menderas. Sebelum tidur Shanon membawakan bantal dan selimut untuk Tristan yang masih sibuk memainkan game di ponselnya. Tristan akan menggunakan sofa yang ada di ruang tengah untuk tidur. Baru saja Tristan membaringkan tubuhnya di atas sofa setelah usai bermain game, tiba-tiba ia merasa perutnya kembali mulas. Sejak mulai bermain game Tristan sudah beberapa kali ke kamar mandi yang ada di samping dapur. Awalnya ia hanya menganggap sakit perut biasa, tapi ternyata dugaannya keliru. Selain sakit, kini perutnya juga terasa panas dan perih. Hal tersebut diakibatkan karena saat makan malam tadi ia menghabiskan empat bungkus sambal.Setelah beberapa menit berada di dalam kamar mandi, akhirnya Tristan keluar sembari memegang perutnya. Ia menghapus keringat di keningnya sambil berjalan pelan menuju kamar Shanon untuk menanyakan obat sakit perut.“Sha,” Tristan memanggil Shanon seraya mengetuk pin

  • The Secret Of Love   Chapter 18

    Tristan tidak mempunyai kesempatan untuk berbicara empat mata dengan Shanon, karena dua rekan kerja di divisinya sedang absen. Ia dan Shanon pun sama-sama sibuk mengambil alih pekerjaan milik kedua rekannya yang sedang absen tersebut. Bahkan, saat jam makan siang pun mereka lewati secara terpisah. Mereka berbicara atau berinteraksi hanya sebatas urusan yang menyangkut pekerjaan.Sambil menunggu layar komputer di depannya mati, Tristan menyandarkan punggungnya yang kaku pada kursi kebesarannya. Bahkan, kini ia telah melepas kacamatanya yang sangat berjasa membantu matanya bekerja. Ia juga menyempatkan diri untuk memejamkan matanya sejenak, agar otot-otot pada indra penglihatannya tersebut dapat beristirahat, meski hanya sebentar. Baginya hari ini benar-benar sangat melelahkan sekaligus mengesalkan. Bagaimana tidak, ia dan rekan-rekan di divisinya terpaksa harus lembur karena diminta menyiapkan laporan untuk rapat dadakan yang akan diadakan besok pagi. Akhirnya mereka pun pulang saat ja

  • The Secret Of Love   Chapter 17

    Shanon terpaksa menolak ajakan Vikha berolahraga di lapangan Niti Mandala yang ada di Renon, sebab ia akan menggunakan waktu liburnya untuk mengunjungi sang ibu. Walau Vikha terlihat kecewa atas penolakannya, tapi sahabatnya tersebut memaklumi alasannya. Untung saja ketika Vikha mendatangi kontrakannya, ia masih bersiap-siap sebelum berangkat ke rumah sang ibu. Awalnya Shanon ingin berangkat kemarin sore, sepulangnya dari kantor, tapi karena Anita meminta diantar sekaligus ditemani ke rumah sakit menjenguk sepupunya, jadi niatnya pun terpaksa ditunda.Kedatangan Shanon membuat Nola yang baru saja menyelesaikan kegiatannya menyapu halaman rumah terkejut, pasalnya sang anak tidak mengabarkan terlebih dulu akan pulang. “Kenapa kamu tidak mengabari Mama terlebih dulu, Nak?” tanyanya setelah Shanon turun dari motor dan mencium punggung tangannya.“Aku sengaja memberi kejutan Mama,” jawab Shanon asal sambil menyengir. Ia memeluk wanita yang sangat dihormati dan dicintainya dengan penuh kasi

  • The Secret Of Love   Chapter 16

    Nola sudah pulang dari rumah sakit, Shanon pun telah kembali bekerja seperti biasa. Untung saja dua hari izin tidak membuat pekerjaannya menumpuk, sehingga ia bisa bernapas lega. Shanon tersenyum canggung kepada Tristan yang baru saja memasuki ruangan, ketika ia mengalihkan tatapannya dari layar monitor.“Bagaimana keadaan ibumu?” tanya Tristan yang telah berada di samping meja kerja Shanon.“Baik,” Shanon menjawab sedikit canggung, tapi ia tetap menyunggingkan senyum.“Tidak ada luka serius?” Tristan kembali bertanya setelah duduk.Shanon menggeleng sembari memberanikan diri menatap Tristan sedikit lebih lama. “Terima kasih sudah peduli terhadap keadaan ibuku, Tris,” pintanya tulus.Tristan hanya menanggapi ucapan terima kasih Shanon dengan anggukan.Sikap Tristan yang terlihat enggan berlama-lama berinteraksi dengannya membuat Shanon mengembalikan tatapannya pada layar monitor di depannya. Ia tidak keberatan jika sekarang Tristan yang ingin menjaga jarak dengannya. Menurutnya sangat

  • The Secret Of Love   Chapter 15

    Tristan datang ke kantor dengan tidak bersemangat karena kurang tidur akibat memikirkan keadaan Talitha yang hingga kini belum memberi kabar. Sebelum berangkat ke kantor Tristan sempat menghubungi ponsel sang kakak, sayangnya tidak ada respons. Ketika ia kembali ingin mencoba menghubungi sang kakak, suara Anita yang tengah menanyakan keberadaan seseorang langsung menarik minatnya. Walau bukan dirinya yang ditanya, tapi Tristan refleks menoleh ke meja kerja di sampingnya dan tidak melihat sang pemilik berada di sana seperti biasa.“Shanon hari ini izin, katanya ada urusan keluarga yang sangat mendadak,” Bu Utami, wanita tambun yang menjadi manager di divisi keuangan memberi informasi sekaligus menjawab keingintahuan Anita mengenai ketidakhadiran Shanon. “Shanon memberi kabar sebelum saya berangkat ke kantor,” sambungnya.Pemberitahuan Bu Utami membuat pikiran Tristan kini terpecah, antara memikirkan keadaan sang kakak dan rasa penasarannya terhadap urusan keluarga Shanon. Baru saja Tri

  • The Secret Of Love   Chapter 14

    Shanon ikut senang mendengar cerita Vikha mengenai acara makan malamnya bersama Tristan yang berjalan lancar. Shanon sangat bersyukur karena ketakutannya tidak menjadi kenyataan. Ketakutan jika Tristan akan menyeret namanya, andai laki-laki itu menolak cinta Vikha. Dari suaranya saja Shanon bisa merasakan jika kini Vikha tengah sangat bahagia karena cintanya tidak bertepuk sebelah tangan. “Selamat ya, Kha. Semoga hubungan kalian berlanjut ke jenjang yang lebih serius,” ucap Shanon tulus kepada Vikha yang tengah menghubunginya melalui telepon. “Kha, karena sekarang sudah sangat malam dan aku masih mengantuk, besok saja kita lanjutkan obrolan ini ya.” Setelah mengatakan itu, Shanon menguap karena ia benar-benar masih mengantuk. “Bye, semoga Tristan hadir dalam mimpi indahmu,” ucap Shanon setelah Vikha menyetujui. Shanon langsung menaruh ponselnya ke atas nakas dan melanjutkan kembali tidurnya yang sempat terganggu. *** Seperti biasanya sebelum menuju kantor, Shanon mampir sebentar me

  • The Secret Of Love   Chapter 13

    Vikha telah memantapkan keputusannya untuk menyatakan perasaannya secara langsung kepada Tristan nanti malam. Vikha telah menghubungi Tristan agar menghadiri undangan makan malamnya di tempat yang sudah ia pilih. Meski Vikha sangat berharap perasaannya berbalas, tapi ia tetap menyiapkan hati andai yang terjadi tidak sesuai harapan. Demi menunjang penampilannya nanti malam, kini Vikha tengah berada di salon langganannya untuk mempercantik diri. Selain itu, kegiatan ini ia lakukan untuk meminimalkan rasa gugup sekaligus gelisah yang tengah berkecamuk dalam hatinya. Setelah hampir sepuluh menit Vikha berada di salon, Shanon yang sudah berjanji akan menemaninya belum juga menampakkan diri. “Aku kira kamu tidak jadi datang, Sha,” ucap Vikha saat melihat kedatangan Shanon dari pantulan cermin besar di depannya. Shanon hanya menyengir menanggapi ucapan Vikha atas keterlambatannya. Ia langsung menduduki sofa empuk yang tersedia di sudut ruangan. “Creambath saja,” jawabnya saat salah satu kar

  • The Secret Of Love   Chapter 12

    Hampir sepekan Tristan merasa ada yang berbeda dari sikap kedua sahabatnya. Shanon yang terlihat seperti menjaga jarak saat berada di luar jam kantor, sedangkan Vikha mencoba lebih intens membangun interaksi dengannya. Bahkan, ia dan Vikha sudah tiga hari ini selalu berangkat sekaligus pulang kerja bersama, karena sepeda motor sahabatnya tersebut masih berada di bengkel dan belum sempat diambil. Bukan hanya itu, Vikha juga mengajaknya makan malam dan tempat yang dipilih sahabatnya pun cenderung romantis. Tempat yang lebih cocok didatangi oleh pasangan kekasih untuk berkencan. Tristan semakin curiga bahwa telah terjadi sesuatu di antara kedua sahabat perempuannya tersebut. Apalagi setiap diajak bergabung, Shanon pasti menolak dengan berbagai macam alasan. Tristan yang tengah sibuk memikirkan perubahan sikap kedua sahabatnya, menoleh saat mendengar sapaan seseorang. “Tumben, Ar?” tanyanya kepada Arya yang telah berdiri di depan meja kerjanya. “Iya, aku hanya ingin berkeliling sambil me

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status