Share

Chapter 2

Author: Azuretanaya
last update Last Updated: 2021-01-16 16:44:39

Sepasang laki-laki dan perempuan sedang duduk di teras depan sebuah rumah kontrakan. Mereka sangat berharap pemilik kontrakan segera membukakan pintu, karena keduanya sudah tidak tahan menjadi sasaran empuk nyamuk-nyamuk yang tengah dilanda kelaparan.

“Aduh!” Vikha memukul lengannya sendiri yang digigit nyamuk tanpa izin. “Tris, Shanon ke mana ya? Sudah hampir setengah jam kita berada di sini, tapi ia belum juga membukakan pintu.” Gadis berambut lurus itu mulai menanyakan keberadaan pemilik rumah kepada sahabatnya yang juga tengah sibuk menghalau nyamuk menjamah tubuhnya sendiri.

“Coba kamu ketuk lagi pintunya, siapa tahu Shanon sudah tidur,” pinta Tristan Danendra, laki-laki berkacamata yang juga merupakan sahabat Shanon.

“Hei, apa yang kalian lakukan di rumahku?” Shanon berseru setelah memasuki halaman tempat tinggalnya sambil mengendarai sepeda motornya ketika ia melihat ada tamu yang sedang menunggunya.

“Akhirnya penderitaan kita gara-gara kawanan nyamuk ini berakhir sudah, Tris,” ucap Vikha lega saat melihat pemilik rumah telah menampakkan batang hidungnya.

“Cepat buka pintunya, Sha. Tangan dan kakiku hampir habis dijadikan santapan empuk nyamuk-nyamuk garang ini,” titah Tristan berlebihan.

“Sekali-kali berilah mereka makan agar kalian mendapat pahala,” balas Shanon setelah berdiri di antara kedua sahabatnya. Ia mulai memasukkan anak kunci agar pintunya terbuka.

“Sha, aku minta lotion anti nyamuk punyamu ya,” pinta Vikha setelah pintu terbuka dan langsung melesat ke kamar Shanon untuk mencari keberadaan lotion yang dimaksud. Bahkan, sang pemilik kamar belum memberikan tanggapannya.

“Percuma saja, Kha,” seru Tristan yang lebih memilih masuk ke kamar mandi, di samping dapur.

“Lebih baik pakai aloe vera gel saja untuk mengurangi gatalnya, Kha,” Shanon menyarankan kepada Vikha setelah menutup kembali pintu rumahnya.

Rumah yang dikontrak Shanon cukup besar. Selain kamar tidurnya luas dan dilengkapi dengan kamar mandi dalam, di kontrakannya juga terdapat dapur, ruang tamu serta kamar mandi luar. Kedua sahabat Shanon pun sangat betah bersantai di kontrakannya, terutama saat malam minggu seperti sekarang.

“Kamu dari mana, Sha?” Pertanyaan Tristan sontak saja membuat Shanon kaget. Dengan sigap ia berdiri di samping Shanon dan menangkap cangkir yang hendak lepas dari tangan sahabatnya tersebut.

“Ish! Kamu ini buat aku kaget saja,” tegur Shanon kesal. Ia pun kembali melanjutkan kegiatannya yang ingin membuat teh hangat untuk kedua sahabatnya tersebut.

“Siapa juga yang membuatmu kaget, Sha? Kamu saja yang mengambil cangkir-cangkir itu sambil melamun,” Tristan berkilah dan tidak mau disalahkan. “Matamu sembap. Kenapa? Menangisi kabar pernikahan Richard lagi?” tebaknya sambil memerhatikan wajah Shanon dari samping.

Melihat Shanon langsung menunduk setelah mendengar pertanyaannya, tanpa meminta izin terlebih dulu Tristan merangkul pundak sahabatnya tersebut. Ia membalikkan tubuh Shanon, kemudian memeluknya dengan erat. Tanpa dijawab pun, ia sudah mengetahui jawabannya.

“Aku bisa mengerti perasaanmu. Aku rela meminjamkan dadaku saat ini sebagai tempatmu mengeluarkan semua kesedihanmu,” ucap Tristan menenangkan sambil mengusap kepala belakang Shanon dengan lembut.

Shanon mulai terisak. Ia mengeluarkan tangisnya tanpa sungkan di dada Tristan. Bahkan, sampai membuatnya sesenggukan. Ia mengeratkan pelukannya pada pinggang Tristan tanpa memedulikan Vikha yang tengah melihatnya seusai mengoleskan aloe vera gel miliknya.

Saat Tristan merasa ada yang memerhatikan mereka, ia menoleh ke samping dan mendapati Vikha tengah berdiri dengan ekspresi sedih melihat keadaan Shanon. Tanpa mengeluarkan suara, ia memberi isyarat kepada Vikha agar mengambil alih kegiatan Shanon yang ingin membuat teh hangat. Setelah Vikha mengerti isyarat pemberiannya, Tristan pun membawa wanita yang saat ini tengah rapuh tersebut ke ruang tamu.

***

Ketiga sahabat tersebut tengah duduk di lantai yang beralaskan karpet berbulu. Tiga cangkir teh hangat pun sudah terhidang di atas nampan disertai sekotak besar donat mini kesukaan mereka. Televisi yang sedari tadi menyala dan menyuguhkan acara ternyata tidak dihiraukan oleh ketiganya. Mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing, terutama Shanon. Mata wanita itu masih sesekali mengeluarkan cairan bening dan pandangannya kosong menatap ke sembarang obyek. Tristan dan Vikha saling tatap serta mengendikkan bahu saat melihat sahabatnya yang masih dirundung kesedihan tersebut.

“Apakah donat-donat lezat ini tidak ada yang mau menikmatinya? Jika tidak, biar aku saja yang menghabiskannya.” Vikha mencoba memecah keheningan untuk mengambil alih perhatian Shanon.

“Enak saja kamu mau menikmatinya sendirian. Lagi pula donat-donat itu dibeli menggunakan uangku sendiri, tanpa donasi sedikit pun darimu,” balas Tristan tidak terima. Ia mengambil sebuah donat yang bagian atasnya dibubuhi pasta cokelat.

Perdebatan Tristan dan Vikha yang didengarnya, secara otomatis menyadarkan Shanon dari lamunannya. Ia hanya mengulas senyum tipis saat melihat tingkah kedua sahabatnya yang kini mulai berlomba menghabiskan donat-donat lezat di hadapannya. Ia meraih cangkirnya dan mulai menghirup aroma melati pada tehnya. Aroma yang bisa menenangkan pikirannya dan membuat kesedihannya perlahan menguap, apalagi ditambah kehadiran dua orang sahabatnya.

“Sha, buka mulutmu,” instruksi Tristan. Setelah Shanon menurutinya, ia langsung memasukkan donat mini ke mulut sahabatnya itu.

“Cukup. Aku sudah kenyang,” tolak Vikha saat Tristan melakukan hal yang sama seperti kepada Shanon. “Oh ya, mumpung besok dan lusa libur, bagaimana kalau kita pergi jalan-jalan?” tanyanya kepada Shanon yang tengah sibuk mengunyah donat pemberian Tristan.

“Ide yang bagus,” Tristan meresponsnya dengan cepat setelah menyeruput tehnya.

“Aku tidak bertanya padamu, Pak!” Vikha mendengkus karena pertanyaan yang di alamatkannya kepada Shanon malah dijawab oleh Tristan.

“Sama saja,” tanggap Tristan tak peduli. “Memangnya nanti kalian pergi tidak akan mengikutsertakan aku?” imbuhnya sambil menatap Vikha penuh selidik.

Mendengar pertanyaan Tristan, Vikha malah menanggapinya dengan cengiran. “Tentu saja kamu harus ikut. Jika kamu tidak ikut, nanti siapa yang akan menjadi sopir kami?” ucapnya sambil menaikturunkan kedua alisnya.

Tristan mendengkus. “Aku bukan sopir pribadi kalian. Enak saja,” sanggahnya kesal.

“Sudah, sudah,” tegur Shanon. Akhirnya ia tergelitik untuk menengahi tingkah kedua sahabatnya. “Kalian ini sungguh kekanakan sekali,” ejeknya sambil terkekeh.

“Memangnya daerah mana yang ingin kamu kunjungi, Kha?” tanya Tristan kepada Vikha setelah mengindahkan teguran Shanon.

“Bagaimana kalau kita berkunjung ke bagian timurnya pulau Bali?” Vikha menyampaikan idenya.

Tristan menanggapinya dengan anggukan kepala. “Aku dengar sekarang di sana banyak destinasi baru,” timpalnya. “Bagaimana menurutmu, Sha?” ia meminta pendapat Shanon.

“Aku ikut kalian saja, yang penting acaranya menyenangkan,” balas Shanon seadanya. “Selain itu tempatnya juga harus jelas ya, Kha,” imbuhnya mengingatkan Vikha.

Mendengar kalimat terakhir Shanon, Tristan dan Vikha kompak tertawa. Perkataan Shanon mengingatkan mereka terhadap acaranya yang pernah kacau sekaligus berantakan karena Vikha salah mendengarkan informasi yang diberikan oleh temannya. Alhasil, tujuan perjalanan mereka menjadi tidak jelas, apalagi waktu itu juga bumi sedang diguyur hujan deras.

“Trauma ya, Sha? Keliling-keliling tidak jelas,” Tristan menimpali. Ia terkekeh melihat Shanon yang menanggapi ucapannya dengan anggukan kepala.

Bukannya merasa kesal karena diingatkan kembali akan kesalahannya, Vikha malah semakin tertawa melihat tanggapan Shanon. “Kekacauan perjalanan kita bulan kemarin murni karena kesalahanku. Aku terlalu antusias karena mendapat arisan, sehingga membuatku menjadi tidak konsentrasi saat mendengar informasi yang temanku berikan,” akunya jujur.

“Sudah kuduga,” cibir Tristan dan Shanon bersamaan.

Vikha semakin terbahak mendengar Tristan dan Shanon kompak mencibirnya. “Kali ini aku jamin tempatnya jelas, jadi kalian tidak perlu khawatir. Terutama kamu, Sha,” ucapnya meyakinkan sambil terkekeh. “Aku juga sudah banyak mendapatkan informasi tentang destinasi yang akan kita kunjungi nanti. Bahkan, bukan hanya dari satu orang, melainkan beberapa teman yang juga sudah pernah datang ke sana,” imbuhnya.

“Kamu yakin informasinya berasal dari sumber yang akurat dan tepercaya?” Tristan kembali memastikan dengan nada menggoda.

Dengan penuh keyakinan Vikha mengangguk. “Aku jamin acara jalan-jalan kita kali ini pasti seru dan sangat menyenangkan. Bahkan, bisa membantumu melupakan kesedihan dari laki-laki bajingan itu, Sha.” Ia memeluk Shanon sebagai bentuk kepeduliannya.

Shanon tersenyum dan membalas pelukan Vikha. “Terima kasih banyak, Kha,” ucapnya dengan penuh keharuan. Ia juga mengangguk samar kepada Tristan yang ikut mengusap puncak kepalanya dari belakang tubuh Vikha.

Related chapters

  • The Secret Of Love   Chapter 3

    Sesuai rencana yang telah dibuat kemarin malam, hari ini sebelum matahari menyapa bumi, Tristan dan kedua sahabatnya sudah dalam perjalanan menuju bagian timur pulau Bali. Tepatnya di kabupaten Karangasem. Bukan tanpa alasan Tristan dan kedua sahabatnya sepakat melakukan perjalanan saat langit masih gelap. Hal itu dikarenakan ketiganya belum pernah mengunjungi destinasi yang dituju dan cenderung memakan waktu lumayan lama, walau sebenarnya Tristan telah mendapat sedikit informasi mengenai letak wilayah tersebut dari teman kantornya. Ide untuk mengunjungi tempat itu berasal dari Vikha yang sangat penasaran dengan unggahan beberapa temannya di media sosial mengenai keindahan sebuah taman bunga yang terlihat layaknya hamparan salju. Untuk menghilangkan rasa penasarannya akan tempat tersebut, Vikha mendesak Tristan dan Shanon agar mau mewujudkan keinginannya itu. “Sha, coba lihat ini. Bukankah tempatnya sangat bagus?” Vikha menunjukkan unggahan salah satu temannya di i*******m miliknya ke

    Last Updated : 2021-01-16
  • The Secret Of Love   Chapter 4

    Seperti yang sudah direncanakan, keempatnya akan mengunjungi obyek wisata Taman Edelweiss dan Taman Jinja menggunakan sepeda motor. Arya akan membonceng Vikha dengan motornya sendiri, sedangkan Shanon dan Tristan berboncengan menggunakan sepeda motor milik sepupu Arya yang belum dipakai. “Ar, apakah kita tidak perlu menggunakan helm?” tanya Shanon sebelum motor yang dikemudikan Tristan melaju. “Tidak usah, Sha. Jaraknya lumayan dekat dari sini,” jawab Arya santai. “Siap?” tanyanya pada Vikha yang sudah nyaman dengan posisi duduknya. Shanon menanggapi jawaban Arya dengan anggukan. “Tris, jangan ngebut ya,” Shanon mengingatkan Tristan. “Kamu tenang saja, Sha. Kita pasti selamat sampai tempat tujuan,” balas Tristan sambil terkekeh. “Oh ya, jangan lupa pegangan yang erat, Sha. Aku tidak keberatan jika kamu mau menjadikan pinggangku sebagai pegangan saat berboncengan,” imbuhnya menggoda dan spontan membuat Shanon yang duduk di belakangnya memukul pundaknya cukup keras. “Cepat jalan, ja

    Last Updated : 2021-01-20
  • The Secret Of Love   Chapter 5

    Sebelum Tristan, Shanon, dan Vikha bertolak ke vila, Arya mengajak mereka bersantap siang di salah satu rumah makan sederhana yang ada di pinggir jalan. Arya sengaja mengajak ketiganya ke rumah makan yang memang menyediakan beberapa menu khas Bali bagian timur. Setelah tadi mata ketiga temannya dimanjakan oleh pemandangan Taman Edelweiss dan Taman Jinja yang memesona, kini giliran nasi sela, sate lilit ikan tuna serta olahan ikan tuna lainnya yang akan memanjakan lidah mereka. Bahkan, Shanon dan Vikha tidak sungkan-sungkan menambah porsi makannya agar kebutuhan perut keduanya terpenuhi. Arya dan Tristan hanya menggelengkan kepala melihat kelahapan dua gadis cantik yang tengah asyik bersantap siang tersebut. Tidak sampai di situ, Vikha dan Shanon pun sepakat membeli beberapa tusuk sate lilit serta pepes telengis untuk dinikmatinya menuju vila. Tentu saja hal itu membuat Arya dan Tristan tidak habis pikir terhadap kelakuan dua sahabatnya tersebut yang ternyata tidak jaga image dalam urus

    Last Updated : 2021-01-20
  • The Secret Of Love   Chapter 6

    Menemukan lokasi Virgin Beach atau penduduk setempat lebih mengenalnya dengan sebutan Pantai Bias Putih, ternyata tidak semudah mencari obyek wisata lain karena terkendala akses jalan menuju tempat tersebut. Padahal pantai tersebut letaknya cukup dekat dengan Candidasa, tepatnya di Desa Bugbug. Sesuai namanya, pantai ini belum terlalu banyak didatangi wisatawan domestik maupun internasional, mungkin dikarenakan lokasinya yang tersembunyi dan jauh dari lalu-lalang kendaraan. Namun perlu diketahui bahwa, pemandangan laut di Virgin Beach sangatlah indah. Selain lembutnya pasir putih saat diinjak, air lautnya pun sangat jernih. “Nama Pantai Bias Putih yang diberikan warga sekitar untuk tempat ini mungkin dikarenakan warna pasirnya ya, Sha?” Vikha merentangkan kedua tangannya, berharap udara segar memenuhi setiap ruas tubuhnya. “Bisa jadi, Kha, sedangkan dinamai Virgin Beach kemungkinan karena pantainya belum banyak diketahui oleh wisatawan domestik atau internasional. Letaknya pun cender

    Last Updated : 2021-01-20
  • The Secret Of Love   Chapter 7

    Kecanggungan dirasakan Shanon terhadap Tristan saat mereka sedang menikmati sarapan bersama. Ia merasa malu ketika mengingat dirinya ketiduran dalam dekapan laki-laki yang kini duduk tenang di hadapannya. Ia tidak memungkiri mendapat kenyamanan saat lengan-lengan kekar milik Tristan mendekap tubuhnya. Kemarin Tristan membangunkannya saat tengah malam dan menyuruhnya melanjutkan tidur di kamar bersama Vikha. Meski terkejut menyadari dirinya ketiduran, tapi Shanon masih sempat mengucapkan rasa terima kasih kepada Tristan yang telah bersedia dan sukarela meminjamkan dadanya. Berbeda halnya dengan Tristan yang berusaha terlihat biasa saja, seolah tidak pernah terjadi apa-apa kemarin malam bersama Shanon. Padahal, ia juga tengah didera rasa canggung sama seperti Shanon, mengingat kedekatan mereka kemarin malam. Bahkan, kini ia tidak berani menatap Shanon yang duduk tepat di depannya berlama-lama. “Sebelum meninggalkan vila, alangkah baiknya kita periksa kembali barang bawaan masing-masing

    Last Updated : 2021-01-21
  • The Secret Of Love   Chapter 8

    “Aku tidak asal tuduh, Kha,” Tristan menjawab tanpa mengalihkan perhatiannya pada jalanan di depannya. “Aku memang belum pernah menemani seorang perempuan menonton drama romantis. Namun, aku pernah melihat perempuan menangis tersedu-sedu saat menonton adegan romantis. Entah karena perempuan tersebut terharu atau iri melihat keromantisan yang terpampang di layar televisi,” imbuhnya. “Siapa perempuan itu, Tris? Pacarmu?” cecar Vikha penasaran. Ia merasa waspada jika ternyata sahabatnya ini telah menjalin hubungan serius dengan lawan jenis secara diam-diam, sama halnya seperti Shanon dulu. “Kakakku,” Tristan menjawabnya dengan santai dan tersenyum ke arah Vikha yang tertawa setelah mendengar jawabannya. Ia menyempatkan diri menatap Shanon yang tengah menundukkan kepala di belakang kemudi melalui spion di atasnya. “Tris, aku boleh buka ini?” Vikha menunjukkan snack berukuran jumbo yang berbahan dasar rumput laut kepada Tristan. “Silakan, Nona. Aku membawanya ke sini tujuannya memang un

    Last Updated : 2021-01-21
  • The Secret Of Love   Chapter 9

    Sepulangnya berlibur minggu lalu, ketiga sahabat itu telah kembali berkutat pada rutinitas dan tanggung jawabnya terhadap pekerjaan masing-masing. Sejak itu pula Vikha jarang bisa bertemu Tristan di kantor, walau sekadar ingin makan siang bersama, karena mereka memang berbeda divisi. Lain halnya dengan Shanon, sahabatnya itu dan Tristan bekerja di divisi yang sama. Pikiran Vikha sering terganggu saat mengingat celetukan yang dilontarkan Shanon di mobil waktu itu. Bukan hanya itu, penolakan Tristan secara tidak langsung atas celetukan tersebut juga kerap membuatnya sedih. Vikha mengurungkan niat ketika hendak menyandarkan punggungnya yang terasa kaku pada kursi kerjanya saat mendengar ponselnya bergetar. Setelah membaca pesan yang diterimanya, ia segera membalas ajakan makan siang dari Shanon. Ia bergegas merapikan meja kerjanya sambil menunggu Shanon menyambanginya untuk berangkat bersama menuju tempat makan siang. “Makan siang di mana, Kha?” tanya Rena, rekan kerja yang satu divisi

    Last Updated : 2021-01-22
  • The Secret Of Love   Chapter 10

    Setelah tiba di rumah kontrakannya, Shanon langsung mengajak Tristan ke ruang tamunya dan mempersilakan sahabatnya tersebut duduk di sofa. Selama perjalanan pulang, pikiran Shanon sibuk menimbang keinginannya untuk menceritakan luka batinnya kepada Tristan, hingga akhirnya ia yakin dengan keputusan yang akan diambilnya. “Sha, jika kamu belum siap ingin menceritakannya padaku, sebaiknya jangan dipaksakan,” Tristan memberi saran kepada Shanon yang terlihat kacau di depannya. Dengan jelas Tristan melihat sorot mata Shanon yang memancarkan berbagai macam gejolak emosi. Dengan cepat Shanon menggelengkan kepalanya. “Aku siap, Tris.” Selain merespons saran dari Tristan, tanggapannya tersebut juga untuk memantapkan keputusannya. “Aku sudah tidak kuat lagi untuk memendamnya seorang diri,” akunya sambil menatap sendu Tristan. “Baiklah. Jika keputusanmu tersebut bisa membuatmu merasa lebih baik, aku bersedia menjadi pendengar setiamu,” ucap Tristan penuh kelembutan. Ia sangat iba melihat kondi

    Last Updated : 2021-01-22

Latest chapter

  • The Secret Of Love   Chapter 20

    Shanon akhirnya menghela napas lega. Dari posisinya ia melihat kehadiran Tristan yang kini sedang berjalan santai ke arahnya. Tanpa membuang waktu Shanon langsung mendorong Richard agar tubuhnya terbebas dari impitan laki-laki tersebut. Ia mengusap bergantian pergelangan tangannya yang terasa kebas karena dipegang cukup erat oleh Richard.“Hai, Richard,” sapa Tristan tanpa memperlihatkan emosi yang telah menyelimuti hati dan pikirannya. “Sudah lama kita tidak bertemu. Bagaimana kabarmu sekeluarga?” tanyanya berbasa-basi.“Untuk apa kamu datang kemari?” Richard mengabaikan pertanyaan basa-basi yang Tristan lontarkan. Sambil memasukkan sebelah tangannya ke saku celana yang dipakainya, ia menatap Tristan tak bersahabat.Bibir Tristan menyunggingkan senyum tipis. Walau tangannya sudah sangat gatal ingin menghajar laki-laki yang kini sedang menatapnya dengan angkuh, tapi ia berusaha keras untuk tetap bersikap tenang. Ia tetap melangkahkan kakinya dengan santai menuju tempat Shanon berdiri.

  • The Secret Of Love   Chapter 19

    Bukannya mereda, semakin malam hujan kian menderas. Sebelum tidur Shanon membawakan bantal dan selimut untuk Tristan yang masih sibuk memainkan game di ponselnya. Tristan akan menggunakan sofa yang ada di ruang tengah untuk tidur. Baru saja Tristan membaringkan tubuhnya di atas sofa setelah usai bermain game, tiba-tiba ia merasa perutnya kembali mulas. Sejak mulai bermain game Tristan sudah beberapa kali ke kamar mandi yang ada di samping dapur. Awalnya ia hanya menganggap sakit perut biasa, tapi ternyata dugaannya keliru. Selain sakit, kini perutnya juga terasa panas dan perih. Hal tersebut diakibatkan karena saat makan malam tadi ia menghabiskan empat bungkus sambal.Setelah beberapa menit berada di dalam kamar mandi, akhirnya Tristan keluar sembari memegang perutnya. Ia menghapus keringat di keningnya sambil berjalan pelan menuju kamar Shanon untuk menanyakan obat sakit perut.“Sha,” Tristan memanggil Shanon seraya mengetuk pin

  • The Secret Of Love   Chapter 18

    Tristan tidak mempunyai kesempatan untuk berbicara empat mata dengan Shanon, karena dua rekan kerja di divisinya sedang absen. Ia dan Shanon pun sama-sama sibuk mengambil alih pekerjaan milik kedua rekannya yang sedang absen tersebut. Bahkan, saat jam makan siang pun mereka lewati secara terpisah. Mereka berbicara atau berinteraksi hanya sebatas urusan yang menyangkut pekerjaan.Sambil menunggu layar komputer di depannya mati, Tristan menyandarkan punggungnya yang kaku pada kursi kebesarannya. Bahkan, kini ia telah melepas kacamatanya yang sangat berjasa membantu matanya bekerja. Ia juga menyempatkan diri untuk memejamkan matanya sejenak, agar otot-otot pada indra penglihatannya tersebut dapat beristirahat, meski hanya sebentar. Baginya hari ini benar-benar sangat melelahkan sekaligus mengesalkan. Bagaimana tidak, ia dan rekan-rekan di divisinya terpaksa harus lembur karena diminta menyiapkan laporan untuk rapat dadakan yang akan diadakan besok pagi. Akhirnya mereka pun pulang saat ja

  • The Secret Of Love   Chapter 17

    Shanon terpaksa menolak ajakan Vikha berolahraga di lapangan Niti Mandala yang ada di Renon, sebab ia akan menggunakan waktu liburnya untuk mengunjungi sang ibu. Walau Vikha terlihat kecewa atas penolakannya, tapi sahabatnya tersebut memaklumi alasannya. Untung saja ketika Vikha mendatangi kontrakannya, ia masih bersiap-siap sebelum berangkat ke rumah sang ibu. Awalnya Shanon ingin berangkat kemarin sore, sepulangnya dari kantor, tapi karena Anita meminta diantar sekaligus ditemani ke rumah sakit menjenguk sepupunya, jadi niatnya pun terpaksa ditunda.Kedatangan Shanon membuat Nola yang baru saja menyelesaikan kegiatannya menyapu halaman rumah terkejut, pasalnya sang anak tidak mengabarkan terlebih dulu akan pulang. “Kenapa kamu tidak mengabari Mama terlebih dulu, Nak?” tanyanya setelah Shanon turun dari motor dan mencium punggung tangannya.“Aku sengaja memberi kejutan Mama,” jawab Shanon asal sambil menyengir. Ia memeluk wanita yang sangat dihormati dan dicintainya dengan penuh kasi

  • The Secret Of Love   Chapter 16

    Nola sudah pulang dari rumah sakit, Shanon pun telah kembali bekerja seperti biasa. Untung saja dua hari izin tidak membuat pekerjaannya menumpuk, sehingga ia bisa bernapas lega. Shanon tersenyum canggung kepada Tristan yang baru saja memasuki ruangan, ketika ia mengalihkan tatapannya dari layar monitor.“Bagaimana keadaan ibumu?” tanya Tristan yang telah berada di samping meja kerja Shanon.“Baik,” Shanon menjawab sedikit canggung, tapi ia tetap menyunggingkan senyum.“Tidak ada luka serius?” Tristan kembali bertanya setelah duduk.Shanon menggeleng sembari memberanikan diri menatap Tristan sedikit lebih lama. “Terima kasih sudah peduli terhadap keadaan ibuku, Tris,” pintanya tulus.Tristan hanya menanggapi ucapan terima kasih Shanon dengan anggukan.Sikap Tristan yang terlihat enggan berlama-lama berinteraksi dengannya membuat Shanon mengembalikan tatapannya pada layar monitor di depannya. Ia tidak keberatan jika sekarang Tristan yang ingin menjaga jarak dengannya. Menurutnya sangat

  • The Secret Of Love   Chapter 15

    Tristan datang ke kantor dengan tidak bersemangat karena kurang tidur akibat memikirkan keadaan Talitha yang hingga kini belum memberi kabar. Sebelum berangkat ke kantor Tristan sempat menghubungi ponsel sang kakak, sayangnya tidak ada respons. Ketika ia kembali ingin mencoba menghubungi sang kakak, suara Anita yang tengah menanyakan keberadaan seseorang langsung menarik minatnya. Walau bukan dirinya yang ditanya, tapi Tristan refleks menoleh ke meja kerja di sampingnya dan tidak melihat sang pemilik berada di sana seperti biasa.“Shanon hari ini izin, katanya ada urusan keluarga yang sangat mendadak,” Bu Utami, wanita tambun yang menjadi manager di divisi keuangan memberi informasi sekaligus menjawab keingintahuan Anita mengenai ketidakhadiran Shanon. “Shanon memberi kabar sebelum saya berangkat ke kantor,” sambungnya.Pemberitahuan Bu Utami membuat pikiran Tristan kini terpecah, antara memikirkan keadaan sang kakak dan rasa penasarannya terhadap urusan keluarga Shanon. Baru saja Tri

  • The Secret Of Love   Chapter 14

    Shanon ikut senang mendengar cerita Vikha mengenai acara makan malamnya bersama Tristan yang berjalan lancar. Shanon sangat bersyukur karena ketakutannya tidak menjadi kenyataan. Ketakutan jika Tristan akan menyeret namanya, andai laki-laki itu menolak cinta Vikha. Dari suaranya saja Shanon bisa merasakan jika kini Vikha tengah sangat bahagia karena cintanya tidak bertepuk sebelah tangan. “Selamat ya, Kha. Semoga hubungan kalian berlanjut ke jenjang yang lebih serius,” ucap Shanon tulus kepada Vikha yang tengah menghubunginya melalui telepon. “Kha, karena sekarang sudah sangat malam dan aku masih mengantuk, besok saja kita lanjutkan obrolan ini ya.” Setelah mengatakan itu, Shanon menguap karena ia benar-benar masih mengantuk. “Bye, semoga Tristan hadir dalam mimpi indahmu,” ucap Shanon setelah Vikha menyetujui. Shanon langsung menaruh ponselnya ke atas nakas dan melanjutkan kembali tidurnya yang sempat terganggu. *** Seperti biasanya sebelum menuju kantor, Shanon mampir sebentar me

  • The Secret Of Love   Chapter 13

    Vikha telah memantapkan keputusannya untuk menyatakan perasaannya secara langsung kepada Tristan nanti malam. Vikha telah menghubungi Tristan agar menghadiri undangan makan malamnya di tempat yang sudah ia pilih. Meski Vikha sangat berharap perasaannya berbalas, tapi ia tetap menyiapkan hati andai yang terjadi tidak sesuai harapan. Demi menunjang penampilannya nanti malam, kini Vikha tengah berada di salon langganannya untuk mempercantik diri. Selain itu, kegiatan ini ia lakukan untuk meminimalkan rasa gugup sekaligus gelisah yang tengah berkecamuk dalam hatinya. Setelah hampir sepuluh menit Vikha berada di salon, Shanon yang sudah berjanji akan menemaninya belum juga menampakkan diri. “Aku kira kamu tidak jadi datang, Sha,” ucap Vikha saat melihat kedatangan Shanon dari pantulan cermin besar di depannya. Shanon hanya menyengir menanggapi ucapan Vikha atas keterlambatannya. Ia langsung menduduki sofa empuk yang tersedia di sudut ruangan. “Creambath saja,” jawabnya saat salah satu kar

  • The Secret Of Love   Chapter 12

    Hampir sepekan Tristan merasa ada yang berbeda dari sikap kedua sahabatnya. Shanon yang terlihat seperti menjaga jarak saat berada di luar jam kantor, sedangkan Vikha mencoba lebih intens membangun interaksi dengannya. Bahkan, ia dan Vikha sudah tiga hari ini selalu berangkat sekaligus pulang kerja bersama, karena sepeda motor sahabatnya tersebut masih berada di bengkel dan belum sempat diambil. Bukan hanya itu, Vikha juga mengajaknya makan malam dan tempat yang dipilih sahabatnya pun cenderung romantis. Tempat yang lebih cocok didatangi oleh pasangan kekasih untuk berkencan. Tristan semakin curiga bahwa telah terjadi sesuatu di antara kedua sahabat perempuannya tersebut. Apalagi setiap diajak bergabung, Shanon pasti menolak dengan berbagai macam alasan. Tristan yang tengah sibuk memikirkan perubahan sikap kedua sahabatnya, menoleh saat mendengar sapaan seseorang. “Tumben, Ar?” tanyanya kepada Arya yang telah berdiri di depan meja kerjanya. “Iya, aku hanya ingin berkeliling sambil me

DMCA.com Protection Status