Share

Cinta yang Kupendam
Cinta yang Kupendam
Author: Akiva Az-Zahra

Di Rumah Alam.

Author: Akiva Az-Zahra
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Almaira baru saja bangun dari tidurnya. Ia mengucek-ucek kedua matanya dan setelah itu ia mengenakan kacamatanya untuk melihat jam di ponselnya. Terlihat jam sudah menunjukkan waktu pukul delapan pagi. Setelah itu ia pun terbangun dan menaruh kacamata itu kembali sebelum ia masuk kedalam kamar mandi untuk segera mandi dan menuju ke restoran di mana tempat ia bekerja. 

Ia sendiri bekerja di restoran milik sahabatnya yang bernama Alam. Berkat Alam pula ia bisa mempunyai pekerjaan untuk membiayai adiknya yang bernama Silvia yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas.

Ayah Almaira sudah lama meninggal, sementara ibunya hanya bekerja sebagai penjahit pakaian yang penghasilannya tidak menentu. Jadi, setelah lulus dari kuliah Almaira pun bekerja di cafe milik sahabatnya Alam.

Di usia yang masih muda dan baru saja lulus dari sekolah dan baru memasuki bangku kuliah, Alam sudah bisa memegang usaha keluarganya itu. Dan setelah lulus kuliah Alam fokus dengan cafe miliknya. Dan tak tanggung-tanggung kini akhirnya Alam bisa meraih sukses dengan cafe yang ia pegang itu. 

Setelah mandi dan bersiap-siap Almaira pun segera keluar dari kamarnya dan menuju meja makan untuk sarapan. 

Ibu Ranti, Ibunya Almaira, telah menyiapkan sarapan untuk dirinya. 

"Selamat pagi, Bu," sapa Almaira pada ibunya. 

"Pagi, Almaira," kata Ibu Ranti balik menyapa. 

Almaira menggeret kursi dan duduk di depan meja makan. Di meja makan sudah ada nasi goreng dengan telur ceplok serta kerupuk sebagai lauknya. 

"Kamu berangkat agak siang Almaira?" tanya Ibu Ranti yang kemudian duduk di sebelah putrinya. 

"Iya Bu. Apa Silvia sudah berangkat, Bu?" kata Almaira menanyakan adiknya. 

"Sudah sayang." 

"Oh iya! lagi pula ini kan sudah agak siang," katanya sambil melihat jam di tangannya. 

Ibu Ranti tersenyum pada Almaira sambil memegang tangan putrinya. "Kamu sarapan dulu saja Almaira, Ibu akan melanjutkan pekerjaan Ibu."

"Apa Ibu tidak sarapan?"

"Ibu sudah sarapan sayang," jawab Ibu Ranti sambil dengan tersenyum pada Almaira.

Almaira pun melanjutkan sarapannya. Saat ia baru saja selesai sarapan, tiba-tiba ponselnya berdering. 

Ia pun melihat panggilan yang masuk dan  segera mengangkat panggilan itu. 

"Iya halo ... ada apa Alam?" tanya Almaira di telpon. 

"Almaira! Cepatlah kamu segera datang ke rumah!" bentak Alam pada Almaira di telpon dengan nada tidak seperti biasanya. Dan terdengar sangat marah. 

"Iya, bentar aku lagi sarapan," jawab Almaira dengan santainya dan ia masih mengunyah nasi gorengnya yang baru ia masukkan kedalam mulutnya yang sedang terbuka seperti lubang buaya. 

"Cepatlah Almaira ...," keluh Alam.

"Memangnya ada apa sih?!" tanya Almaira yang sedikit gugup dengan keluhan Alam yang sudah tidak bisa ditahan itu. 

"Aku mencari celana jeansku yang kemarin kamu pinjam. Apa kamu sudah kembalikan padaku?" 

Almaira menepuk keningnya sendiri, "Sorry Alam, celananya masih ada di rumahku. Bentar, aku akan ke rumahmu untuk mengembalikannya. Lagi pula apa kamu tidak punya celana lain selain celana jeans kamu itu?" kata Almaira balik bertanya. 

"Ada banyak Almaira, tapi itu celana yang dipilihkan oleh Yunita. Aku sekarang mau pergi keluar dengan Yunita. Aku tidak ingin cewek itu marah, kalau aku nggak memakai celana itu," jelas Alam pada Almaira.

"Iya ... iya bentar. Bawel!" 

Almaira langsung menutup telpon dari Alam, dan ia langsung mengambil celana yang ia pinjam dari Alam waktu itu. Dan segera pergi berangkat menuju kerumah Alam. Tapi sebelumnya ia berpamitan dulu pada ibunya. 

"Bu, Almaira berangkat dulu Bu," pamit Almaira pada ibunya. 

"Iya Almaira. Hati-hati di jalan," pesan ibunya pada Almaira. 

Almaira kemudian berjalan menyusuri gang sempit menuju jalan raya yang berada di ujung jalan dari gang rumahnya. 

                           ****

Alam yang masih telanjang dada dan menutupi area pribadinya dengan celana kolor masih mondar-mandir di kamarnya. Ia sedang sibuk menunggu Almaira datang untuk mengembalikan celana jeans miliknya. 

"Kenapa lama banget sih, Almaira? bisa-bisa aku terlambat untuk bertemu dengan Yunita," keluh Alam sambil mondar mandir di kamar. 

Tiba-tiba laptop miliknya berbunyi. Seperti ada e-mail yang masuk. Ia pun membuka laptopnya. Dan memang itu adalah e-mail dari papanya. Papanya meminta Alam untuk segera datang ke cafe milik papanya sebab ada beberapa urusan yang harus diselesaikan. Karena papanya akan membuka cabang baru buat Alam yang lokasinya tidak jauh dari cafe yang lama. 

"Sial! kenapa juga papa memintaku untuk datang ke cafe miliknya hari ini? aku kan ada janji dengan Yunita. Bahkan aku juga mau bilang ke Almaira untuk mengurus cafe selama aku pergi dengan Yunita," keluh Alam dan mengaca-acak sendiri rambutnya. 

Alam pun segera menghubungi Yunita untuk membatalkan pertemuan dengannya hari ini. 

Alam mengambil ponselnya dan mencari nomer Yunita. Ia pun segera menelpon Yunita. 

"Halo, Yunita?" 

"Iya sayang ... apa kamu akan datang menjemput ku?" tanya Yunita di seberang sana dengan nada senang saat Alam menelpon. 

"Maaf sayang, sepertinya kita harus menunda acara kita sayang. Hari ini papa memintaku ke cafe yang lama, sebab papa mau membuka cabang baru, sayang." 

Langsung saja suara ceria Yunita tak terdengar lagi dan terdiam di telpon. 

"Aku minta maaf sayang. Bagaimana kalau besok saja? aku pasti akan datang menjemput kamu di rumah dan mengajak kamu pergi jalan-jalan," bujuk Alam pada Yunita di telpon.

Alam tahu pasti Yunita sekarang sedang ngambek. 

"Baiklah, kamu janji ya?"

"Iya sayang, aku janji. Besok aku akan menjemputmu jam sembilan pagi, oke?" 

"Oke, sampai jumpa besok," jawab Yunita di seberang sana dan menutup telponnya. 

Setelah itu Alam segera menutup telponnya. 

Alam kemudian masuk kedalam kamar mandi untuk mandi, sebab ia baru saja habis olahraga pagi. Jadi badannya bau keringat. 

Saat Alam masuk ke dalam kamar mandi ia tidak tahu kalau Almaira sudah datang dan berada di ruang tamu. 

"Selamat pagi, Tante," sapa Almaira pada Mama Alam, Tante Ratih. 

"Almaira?" 

"Iya, Tante," jawab Almaira sambil tersenyum dan menunjukkan gigi-giginya yang berbaris rapi.

"Kamu ke sini pasti mau bertemu dengan Alam, 'kan Almaira?" tanya Tante Ratih. 

"Iya,Tante," jawab Almaira.

"Kamu langsung saja masuk ke kamarnya Alam. Bukankah kamu sering ke sini dan biasanya juga langsung masuk ke kamar Alam?"

"Iya, Tante," jawab Almaira sambil meringis dan menunjukkan gigi-giginya yang rapi itu kembali. 

"Cepetan kamu masuk sana! Pasti Alam sudah lama nungguin kamu," perintah Tante Ratih dengan nada sinis.

"Iya, Tante. Kalau begitu saya permisi dulu, Tante," kata Almaira yang kemudian langsung masuk menuju kamar Alam yang berada di atas. 

Tante Ratih, sebenarnya tidak begitu suka dengan kedekatan Alam dengan Almaira. Kalau bukan almarhum ayah Almaira pernah berjasa pada keluarganya, dan pernah menolong papa Alam dari kecelakaan, dan mengorbankan keselamatannya sendiri bagi papa Alam. Kemungkinan besar tante Ratih tidak akan memperbolehkan Alam untuk dekat-dekat dengan Almaira. 

Almaira masuk kedalam kamar Alam. Ia masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, langsun nyelonong masuk begitu saja. Saat Almaira masuk kamar Alam. Ia pun kaget dengan apa yang telah ia lihat di depannya.

"Aaaaa ...!!"

Bersambung ....

Related chapters

  • Cinta yang Kupendam   Kaget.

    Almaira berteriak karena shok dengan apa yang dilihatnya. "Alam! bisa tidak kamu menutup tubuhmu itu dengan handuk!!" bentak Almaira. "Salah siapa masuk kamar orang tidak mengetuk pintu terlebih dulu." Almaira menarik nafas dan menghembuskan nafasnya dengan kesal. "Iya ... aku akui kalau aku salah. Tapi seenggaknya kamu bisa segera memakai pakaianmu terlebih dulu. Dan ini celana milikmu!" Almaira memberikan sebuah paper bag yang ia bawa dan masih berbalik memalingkan wajahnya. "Aku tidak jadi pakai celana itu. Sekarang kamu bisa membalikkan badanmu," kata Alam yang sudah selesai berpakaian. Almaira membalikkan badannya sambil menaikkan kacamatanya yang mau melorot. "Kalau kamu tidak jadi pakai celana itu, kenapa pula kamu menyuruhku untuk cepat-cepat datang kesini?! merepotkan!" gerutu Almaira kesal. "Aku tidak jadi ketemu sama Yunita. Sekarang papa memintaku untuk segera datang ke cafe. Hari ini k

  • Cinta yang Kupendam   Sekertaris Pribadi.

    Om Hendra mengangguk. Sementara Almaira masih tertegun mendengarnya. "Ada apa Almaira? Apakah kamu tidak menyukainya jika Om meminta Alam untuk menjadikan kamu sebagai sekertaris pribadi Alam?" tanya Om Hendra pada Almaira. Almaira yang tadinya masih melongo pun gelagapan. "Tidak Om Hendra. Sepertinya aku tidak cocok untuk menjadi sekertaris pribadi Alam, Om," tolak Almaira secara halus. "Kenapa kamu tidak mau Almaira? Banyak orang yang ingin mendapatkan jabatan seperti itu. Kenapa kamu menolaknya Almaira?" tanya Om Hendra pada Almaira. Almaira terdiam sejenak dan berfikir. Namun Alam yang menjawab pertanyaan dari Om Hendra. "Jelas saja Almaira tidak mau Pa. Almaira tidak ingin terikat dengan jabatan itu. Apalagi melayaniku sebagai sekertaris pribadi. Almaira lebih suka bebas dan tak terikat," sahut Alam yang seakan-akan mengerti jalan pikiran Almaira. "Nggak kok Om! Itu semua bohong!" elak Almaira cepat.

  • Cinta yang Kupendam   Jabatan Baru.

    Sesampainya di cafe, Alam menyuruh Almaira untuk menemani dirinya di ruangan Alam. "Almaira, untuk sekarang ini aku minta sama kamu untuk selalu mengikutiku kemana pun aku pergi," perintah Alam pada Almaira. Almaira memiringkan bibirnya dengan menghelang nafas sejenak. "Baiklah, tapi jangan kamu suruh aku untuk mengawalmu saat kamu bersama-sama dengan Yunita," kata Almaira dengan nada suara datar. Alam tersenyum pada Almaira. "Tidak ... kecuali dalam keadaan mendesak. Terpaksa kamu harus ikut denganku untuk menemaniku bersama dengan Yunita." "Please ... jangan jadikan aku kambing congek! Aku lebih baik jadi pelayan cafemu seperti biasa, dari pada aku harus menjadi sekertaris pribadimu. Aku sebenarnya enggan menjadi sekertarismu, Alam. Jika seandainya aku tidak butuh uang untuk membiayai sekolah adikku, dan membantu ibuku, aku pasti menolak tawaran ini," kata Almaira. Tapi Alam lagi-lagi terse

  • Cinta yang Kupendam   Niatan Jahat Joni.

    Almaira kaget saat Alam tiba-tiba datang dan langsung menarik tangan Almaira untuk segera keluar dari gudang. Joni yang berada di dalam gudang mengeluh kesal karena niatnya terhadap Almaira telah gagal. Gara-gara Alam yang tiba-tiba datang dan langsung menarik tangan Almaira untuk keluar dari gudang. "Sialan si, bos! Hampir saja niatku untuk mencium Almaira berhasil, tapi bos telah menggagalkan niatku ini. Tapi tidak apalah, aku akan mencoba mendekati Almaira lagi. Karena aku tidak ingin membuat wanita cantik itu lepas dariku. Wangi tubuhnya, bahkan telah membangkitkan naluriku sebagai seorang laki-laki. Aku tidak akan pernah melepaskanmu , Almaira. Aku akan mencari kesempatan yang lain, saat kita hanya berdua saja," kata Joni yang punya niatan jahat terhadap Almaira. Sementara itu Alam terus menarik tangan Almaira sampai Almaira dibawa Alam masuk ke dalam ruangan Alam. "Apa yang kamu lakukan di gudang bersama Joni?!" tanya Alam dengan nada suar

  • Cinta yang Kupendam   Kancing Baju yang Lepas.

    Langsung saja Alam keget mendengar teriakkan dari Almaira. Alam membungkam kedua telinganya sambil menoleh kearah Almaira. "Bisa tidak kamu masuk ke dalam kamar tidak berteriak?!" kata Alam sambil mengorek-ngorek kedua telinganya yang terasa melengking karena mendengar teriakkan dari Almaira. Almaira tidak menjawab pertanyaan dari Alam, ia langsung melepar bantal tepat ke muka Alam. "Nih ... rasain kamu!" Alam pun gelagapan. "Kamu matiin nggak leptop kamu itu?!" kata Almaira sambil berkancah pinggang. "Memangnya kenapa? Itu kan laptop aku. Terserah dong, mau aku matiin apa nggak?!" Almaira tak lagi banyak berkata ia langsung mematikan laptop milik Alam. "Dasar otak kotor! Otak menjijikkan! Kamu sadar nggak sih apa yang sebenarnya kamu tonton itu?!" maki Almaira dengan penuh kekesalan. "O ... itu? Itu kan film bagus," jawab Alam santai. "Film bagus?!" ulan

  • Cinta yang Kupendam   Memilih Kado

    "Sudah puas gosipnya?" tanya Alam pada Almaira yang baru masuk ke dalam ruangan Alam. Almaira hanya berjalan santai sambil memiringkan bibirnya. Ia langsung duduk tak memperdulikan Alam. Almaira fokus melihat beberapa data keuangan dari cafe milik Alam ini. Alam hanya menggelengkan kepalanya melihat sikap Almaira yang selalu seenaknya saja pada dirinya. Alam menghelang nafas panjang. "Dasar gadis aneh!" gumam Alam sendiri. Alam mulai fokus kembali melihat beberapa resep racikan yang sekarang sedang digandrungi para anak muda jaman sekarang di laptop miliknya. Kemudian ia pun keluar dari ruangan untuk menemui Yoga untuk mencoba beberapa racikan kopi terbaru. Dari varian rasa berbeda dan menggugah selera. Hari ini cafe juga terlihat sedikit ramai, sampai karyawan cafe pun sedikit kuwalahan. Almaira yang sudah selesai dengan pekerjaannya di ruangan Alam pun langsung ikut membantu pula bersama dengan pelayanan cafe yang lainnya.

  • Cinta yang Kupendam   Posisi yang Tidak Akan Ia Dapatkan.

    Almaira langsung menjitak kepalanya Alam."Sakit tahu!" protes Alam dengan memegangi kepalanya yang terasa sedikit sakit akibat dijitak oleh Almaira.Almaira terkekeh melihat Alam."Makanya, jangan sekali-kali bilang kalau aku itu cemburu dengan pacar kamu itu, aku tidak mungkin menyukai dirimu, dan kamu jangan sok kepedean!" elak Almaira cepat. Ia juga mencoba untuk selalu menutupi perasaan yang sesungguhnya pada Alam."Baiklah, Nona cerewet! Sekarang kita segera kembali ke cafe. Aku tidak mau lagi berdebat denganmu. Ujung-ujungnya aku yang kalah. Aku tahu jika kamu tidak mungkin bisa mendapatkan posisi Yunita di hatiku, karena dalam hatiku cuman ada Yunita," tutur Alam yang sudah berjalan duluan keluar menuju mobilnya.Almaira langsung terdiam seribu bahasa saat ia mendengar apa yang Alam katakan barusan. Ia harus terima kenyataan bahwa dalam hatinya Alam hanya ada Yunita seorang. Tidak ada wanita lain lagi yang ada di dalam hatinya Alam.

  • Cinta yang Kupendam   Terkunci Bersama dengan Alam.

    "Maafkan aku Almaira. Aku tidak membawa kuncinya, sehingga kita terjebak bersama di ruanganku ini," ucap Alam yang merasa kebingungan juga lantaran ia bingung harus keluar lewat mana.Almaira hanya diam dan berfikir dan kedua matanya langsung tertuju kearah jendela."Dasar bodoh! Kita kan bisa lewat jendela ini," Almaira menuju kearah jendela ruangan Alam.Ia segera menuju kearah jendela dan membukanya, namun jendelanya tidak bisa dibuka."Kok tidak bisa dibuka sih?!" tanya Almaira pada Alam.Alam menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia bahkan meringis, "Maafkan aku, Almaira. Jendela itu juga macet sudah lama dan tidak bisa dibuka," ucapnya.Almaira langsung menepuk keningnya sendiri, "Ya Tuhan ... lengkap sudah penderitaan ku. Sekarang kita terjebak dalam ruangan ini dan tidak akan bisa keluar kecuali besok jika para karyawan cafe sudah datang."Alam hanya diam saja dan kemudian mondar-mandir mencoba untuk mencari

Latest chapter

  • Cinta yang Kupendam   Kegilaan Alam.

    "Kamu memang sudah gila Alam!" ucap Almaira sambil memejamkan matanya dan mencoba untuk mendorong tubuhnya Alam. Ia tidak ingin Alam dan tega melakukan tindakan bodoh itu.Alam yang tidak tega melihat Almaira yang merasa ketakutan dan langsung mengalihkan pembicaraan."Dasar bodoh! Aku masih waras tahu!" tutur Alam sambil menjitak kepala Almaira.Almaira langsung membuka matanya dan memegang kepalanya yang terasa sedikit sakit akibat dijitak oleh Alam."Kukira kamu memang sudah gila, hehehe ....""Meringis!"Almaira masih menunjukkan giginya yang berbaris dengan rapi."Aku itu masih waras Almaira, aku tidak akan melakukan tindakan bodoh itu padamu. Mana mungkin aku akan melakukannya itu padamu? Kecuali jika kamu mau menyerahkan semuanya padaku dengan suka rela."Almaira yang mendengar ucapan Alam langsung melotot dan mendorong Alam. Alam pun terjatuh diatas sofa dibelakangnya.Almaira kemudi

  • Cinta yang Kupendam   Akhirnya Bisa Keluar.

    Terlihat matahari sudah menunjukkan sinarnya. Cahayanya yang terang mulai membias menebus jendela kaca ruangan Alam.Almaira mulai terbangun saat cahaya matahari itu tepat jatuh dimatanya sehingga membuatnya terbangun."Rupanya sudah pagi, sudah jam enam," gumam Almaira yang kemudian ia bangun dari tidurnya. Saat ia bangun ia melihat Alam yang masih tertidur di sofa juga."Dasar pemalas!" batin Almaira yang kemudian langsung masuk kedalam kamar mandi untuk mencuci mukanya.Sebelum masuk Almaira mengambil handuk kecil dan juga sabun untuk mukanya agar wajahnya terlihat lebih segar kembali. Selain itu ia berharap agar ada karyawan yang datang dan segera mengeluarkan dirinya dan juga Alam dari ruangan ini. Tidak mungkin dirinya akan selamanya terkurung di ruangan ini bersama dengan Alam.Almaira masuk kedalam kamar mandi untuk buang air kecil dan juga menggosok gig

  • Cinta yang Kupendam   Terkunci Bersama dengan Alam.

    "Maafkan aku Almaira. Aku tidak membawa kuncinya, sehingga kita terjebak bersama di ruanganku ini," ucap Alam yang merasa kebingungan juga lantaran ia bingung harus keluar lewat mana.Almaira hanya diam dan berfikir dan kedua matanya langsung tertuju kearah jendela."Dasar bodoh! Kita kan bisa lewat jendela ini," Almaira menuju kearah jendela ruangan Alam.Ia segera menuju kearah jendela dan membukanya, namun jendelanya tidak bisa dibuka."Kok tidak bisa dibuka sih?!" tanya Almaira pada Alam.Alam menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia bahkan meringis, "Maafkan aku, Almaira. Jendela itu juga macet sudah lama dan tidak bisa dibuka," ucapnya.Almaira langsung menepuk keningnya sendiri, "Ya Tuhan ... lengkap sudah penderitaan ku. Sekarang kita terjebak dalam ruangan ini dan tidak akan bisa keluar kecuali besok jika para karyawan cafe sudah datang."Alam hanya diam saja dan kemudian mondar-mandir mencoba untuk mencari

  • Cinta yang Kupendam   Posisi yang Tidak Akan Ia Dapatkan.

    Almaira langsung menjitak kepalanya Alam."Sakit tahu!" protes Alam dengan memegangi kepalanya yang terasa sedikit sakit akibat dijitak oleh Almaira.Almaira terkekeh melihat Alam."Makanya, jangan sekali-kali bilang kalau aku itu cemburu dengan pacar kamu itu, aku tidak mungkin menyukai dirimu, dan kamu jangan sok kepedean!" elak Almaira cepat. Ia juga mencoba untuk selalu menutupi perasaan yang sesungguhnya pada Alam."Baiklah, Nona cerewet! Sekarang kita segera kembali ke cafe. Aku tidak mau lagi berdebat denganmu. Ujung-ujungnya aku yang kalah. Aku tahu jika kamu tidak mungkin bisa mendapatkan posisi Yunita di hatiku, karena dalam hatiku cuman ada Yunita," tutur Alam yang sudah berjalan duluan keluar menuju mobilnya.Almaira langsung terdiam seribu bahasa saat ia mendengar apa yang Alam katakan barusan. Ia harus terima kenyataan bahwa dalam hatinya Alam hanya ada Yunita seorang. Tidak ada wanita lain lagi yang ada di dalam hatinya Alam.

  • Cinta yang Kupendam   Memilih Kado

    "Sudah puas gosipnya?" tanya Alam pada Almaira yang baru masuk ke dalam ruangan Alam. Almaira hanya berjalan santai sambil memiringkan bibirnya. Ia langsung duduk tak memperdulikan Alam. Almaira fokus melihat beberapa data keuangan dari cafe milik Alam ini. Alam hanya menggelengkan kepalanya melihat sikap Almaira yang selalu seenaknya saja pada dirinya. Alam menghelang nafas panjang. "Dasar gadis aneh!" gumam Alam sendiri. Alam mulai fokus kembali melihat beberapa resep racikan yang sekarang sedang digandrungi para anak muda jaman sekarang di laptop miliknya. Kemudian ia pun keluar dari ruangan untuk menemui Yoga untuk mencoba beberapa racikan kopi terbaru. Dari varian rasa berbeda dan menggugah selera. Hari ini cafe juga terlihat sedikit ramai, sampai karyawan cafe pun sedikit kuwalahan. Almaira yang sudah selesai dengan pekerjaannya di ruangan Alam pun langsung ikut membantu pula bersama dengan pelayanan cafe yang lainnya.

  • Cinta yang Kupendam   Kancing Baju yang Lepas.

    Langsung saja Alam keget mendengar teriakkan dari Almaira. Alam membungkam kedua telinganya sambil menoleh kearah Almaira. "Bisa tidak kamu masuk ke dalam kamar tidak berteriak?!" kata Alam sambil mengorek-ngorek kedua telinganya yang terasa melengking karena mendengar teriakkan dari Almaira. Almaira tidak menjawab pertanyaan dari Alam, ia langsung melepar bantal tepat ke muka Alam. "Nih ... rasain kamu!" Alam pun gelagapan. "Kamu matiin nggak leptop kamu itu?!" kata Almaira sambil berkancah pinggang. "Memangnya kenapa? Itu kan laptop aku. Terserah dong, mau aku matiin apa nggak?!" Almaira tak lagi banyak berkata ia langsung mematikan laptop milik Alam. "Dasar otak kotor! Otak menjijikkan! Kamu sadar nggak sih apa yang sebenarnya kamu tonton itu?!" maki Almaira dengan penuh kekesalan. "O ... itu? Itu kan film bagus," jawab Alam santai. "Film bagus?!" ulan

  • Cinta yang Kupendam   Niatan Jahat Joni.

    Almaira kaget saat Alam tiba-tiba datang dan langsung menarik tangan Almaira untuk segera keluar dari gudang. Joni yang berada di dalam gudang mengeluh kesal karena niatnya terhadap Almaira telah gagal. Gara-gara Alam yang tiba-tiba datang dan langsung menarik tangan Almaira untuk keluar dari gudang. "Sialan si, bos! Hampir saja niatku untuk mencium Almaira berhasil, tapi bos telah menggagalkan niatku ini. Tapi tidak apalah, aku akan mencoba mendekati Almaira lagi. Karena aku tidak ingin membuat wanita cantik itu lepas dariku. Wangi tubuhnya, bahkan telah membangkitkan naluriku sebagai seorang laki-laki. Aku tidak akan pernah melepaskanmu , Almaira. Aku akan mencari kesempatan yang lain, saat kita hanya berdua saja," kata Joni yang punya niatan jahat terhadap Almaira. Sementara itu Alam terus menarik tangan Almaira sampai Almaira dibawa Alam masuk ke dalam ruangan Alam. "Apa yang kamu lakukan di gudang bersama Joni?!" tanya Alam dengan nada suar

  • Cinta yang Kupendam   Jabatan Baru.

    Sesampainya di cafe, Alam menyuruh Almaira untuk menemani dirinya di ruangan Alam. "Almaira, untuk sekarang ini aku minta sama kamu untuk selalu mengikutiku kemana pun aku pergi," perintah Alam pada Almaira. Almaira memiringkan bibirnya dengan menghelang nafas sejenak. "Baiklah, tapi jangan kamu suruh aku untuk mengawalmu saat kamu bersama-sama dengan Yunita," kata Almaira dengan nada suara datar. Alam tersenyum pada Almaira. "Tidak ... kecuali dalam keadaan mendesak. Terpaksa kamu harus ikut denganku untuk menemaniku bersama dengan Yunita." "Please ... jangan jadikan aku kambing congek! Aku lebih baik jadi pelayan cafemu seperti biasa, dari pada aku harus menjadi sekertaris pribadimu. Aku sebenarnya enggan menjadi sekertarismu, Alam. Jika seandainya aku tidak butuh uang untuk membiayai sekolah adikku, dan membantu ibuku, aku pasti menolak tawaran ini," kata Almaira. Tapi Alam lagi-lagi terse

  • Cinta yang Kupendam   Sekertaris Pribadi.

    Om Hendra mengangguk. Sementara Almaira masih tertegun mendengarnya. "Ada apa Almaira? Apakah kamu tidak menyukainya jika Om meminta Alam untuk menjadikan kamu sebagai sekertaris pribadi Alam?" tanya Om Hendra pada Almaira. Almaira yang tadinya masih melongo pun gelagapan. "Tidak Om Hendra. Sepertinya aku tidak cocok untuk menjadi sekertaris pribadi Alam, Om," tolak Almaira secara halus. "Kenapa kamu tidak mau Almaira? Banyak orang yang ingin mendapatkan jabatan seperti itu. Kenapa kamu menolaknya Almaira?" tanya Om Hendra pada Almaira. Almaira terdiam sejenak dan berfikir. Namun Alam yang menjawab pertanyaan dari Om Hendra. "Jelas saja Almaira tidak mau Pa. Almaira tidak ingin terikat dengan jabatan itu. Apalagi melayaniku sebagai sekertaris pribadi. Almaira lebih suka bebas dan tak terikat," sahut Alam yang seakan-akan mengerti jalan pikiran Almaira. "Nggak kok Om! Itu semua bohong!" elak Almaira cepat.

DMCA.com Protection Status