Almaira kaget saat Alam tiba-tiba datang dan langsung menarik tangan Almaira untuk segera keluar dari gudang.
Joni yang berada di dalam gudang mengeluh kesal karena niatnya terhadap Almaira telah gagal. Gara-gara Alam yang tiba-tiba datang dan langsung menarik tangan Almaira untuk keluar dari gudang.
"Sialan si, bos! Hampir saja niatku untuk mencium Almaira berhasil, tapi bos telah menggagalkan niatku ini. Tapi tidak apalah, aku akan mencoba mendekati Almaira lagi. Karena aku tidak ingin membuat wanita cantik itu lepas dariku. Wangi tubuhnya, bahkan telah membangkitkan naluriku sebagai seorang laki-laki. Aku tidak akan pernah melepaskanmu , Almaira. Aku akan mencari kesempatan yang lain, saat kita hanya berdua saja," kata Joni yang punya niatan jahat terhadap Almaira.
Sementara itu Alam terus menarik tangan Almaira sampai Almaira dibawa Alam masuk ke dalam ruangan Alam.
"Apa yang kamu lakukan di gudang bersama Joni?!" tanya Alam dengan nada suara kesal.
"Aku tidak ngapa-ngapain! aku hanya memeriksa beberapa stok biji kopi yang ada di dalam gudang saja," jawab Almaira.
"Kalau kamu tidak ngapa-ngapain?! Lantas kamu tahu apa yang sebenarnya Joni akan lakukan terhadapmu?!"
"Tidak ... Joni tidak melakukan apapun terhadap diriku. Kenapa kamu mesti marah dan ngomel terhadapku?! Dasar cowok aneh! Dan kenapa pula kamu menarik tanganku? sakit tahu!"
"Aku menarik tangan mu, karena Joni punya niatan jahat terhadap dirimu, gadis bodoh!" kata Alam sambil menimpuk kepala Almaira dengan buku di mejanya.
"Apa kamu bilang?! aku gadis bodoh?!!" ulang Almaira dengan nada kesal sambil memegangi kepalanya yang habis ditimpuk oleh Alam.
"Iya bodoh! kamu tidak tahu apa sebenarnya yang akan Joni lakukan terhadapmu? Joni itu berniatan jahat terhadap dirimu, Almaira yang bodoh dan polos."
"Tidak mungkin Joni berniat jahat terhadap diriku. Justru kamu yang telah membuat aku sakit. Lihatlah! Tanganku sampai memerah seperti ini," bentak Almaira yang memperlihatkan pergelangan tangannya memerah karena tadi Alam memegangnya terlalu keras.
Alam melihat tangan gadis yang berada dihadapannya itu. Dan pergelangan tangan Almaira memang membekas jari tangan Alam.
Almaira terus mengusap bekas jari tangan Alam.
Alam merasa kasihan dan mencoba membantunya.
"Jangan sentuh tanganku lagi! Aku tidak butuh bantuan darimu! Karena kamu sudah membuat tanganku seperti ini!" tolak Almaira yang kemudian langsung keluar dari ruangan Alam begitu saja.
Terlihat Almaira sedang ngambek.
Alam membiarkan Almaira keluar. Alam sudah mengerti dengan sikap Almaira. Jika Almaira sedang ngambek seperti itu, ia tidak ingin diganggu oleh siapapun.
"Dasar gadis bodoh! Apakah ia tidak tahu niatan Joni yang sangat menjijikkan itu? dasar gadis tidak waras!" gerutu Alam.
Memang benar Joni mempunyai niatan jahat terhadap Almaira. Alam telah melihatnya.
"Sofi ... Apakah kamu melihat Almaira?" tanya Alam terhadap Sofi salah satu pelayan di cafenya
"Iya, bos. Tadi saya lihat. Almaira mengajak Joni untuk pergi ke gudang guna melihat stok biji kopi yang ada di gudang," jelas Sofi.
"Baiklah, Sofi. Terimakasih," ucap Alam.
Setelah itu Alam pergi menyusul Almaira ke gudang bersama dengan Joni. Alam pun melihat Joni yang hendak berniatan buruk terhadap Almaira.
Alam juga melihat saat Joni terus mendekati Almaira, bahkan Alam juga melihat saat Joni mencium ujung rambut Almaira. Almaira tidak menyadari semua itu. Karena Almaira fokus dengan pekerjaannya dan melihat stok biji kopi di gudang.
Alam mulai geram denga sikap Joni yang tiba-tiba akan mencium tengkuk leher Almaira dan akan memeluk Almaira dari belakang. Alam langsung menarik tangan Almaira untuk menyelamatkan Almaira dari niatan buruk dari Joni.
Alam sendiri juga mengetahui kalau selama ini Joni terus berusaha mengejar-ngejar Almaira. Demi untuk mendapatkan cinta dari Almaira. Namun Almaira tidak menyukainya dan Almaira menyukai pria lain.
Yang menjadi pertanyaannya. Siapakah pria itu? Alam sendiri belum bisa menemukan jawaban itu dari mulut Almaira sendiri. Almaira sendiri tidak pernah curhat mengenai hubungannya dengan pacarnya itu. Dan setiap kali Alam bertanya? Pasti dia bilang suatu saat pasti akan tahu sendiri.
"Dasar gadis aneh!" gerutu Alam sendiri.
Almaira duduk di kursi taman di belakang cafe. Ia memegangi pergelangan tangannya yang terasa sakit akibat bekas tangan Alam dan masih terlihat bekas merah di pergelangan tangannya itu.
"Apa dia tidak tahu, kalau tanganku itu sakit akibat ulahnya? dasar cowok tidak peka!" gerutu Almaira sambil memegang pergelangan tangannya yang masih terasa sakit.
"Aku tadi sama Joni kan cuman ngecek barang di gudang, aku kan tidak ngapa-ngapain sama Joni. Malahan dia nuduh Joni, kalau Joni akan melakukan tindakan senonoh padaku. Tidak mungkin, Joni akan melakukan hal buruk itu padaku," tambahnya yang masih tidak percaya dengan apa yang akan Joni lakukan pada dirinya.
"Masa bodoh dengan dirinya! Mungkin itu hanya bualan Alam saja. Mungkin tuh orang terlalu berhalusinasi, karena ia selalu menyangkutkan dunia nyata dengan video gila yang sempat ia tonton kemarin. Dasar otak kotor dan menjijikkan!" omel Almaira lagi.
Iya, benar. Pada waktu itu Almaira sempat mempergoki Alam pernah menonton video film dewasa.
Saat itu Almaira datang ke rumahnya untuk membawakan makanan yang Alam pesan dari salah satu restoran terkenal. Ia ingin Almaira yang membawakan makanan itu ke rumahnya. Alam juga seringkali memerintahkan Almaira untuk memesankan makanan disaat jam-jam libur.
"Halo ... kamu dimana Almaira? Apa kamu sudah membawakan makanan yang telah aku pesan dari restoran?" tanya Alam di telpon.
"Iya, bentar. Ini aku masih di jalan. Tidak sabaran amat sih kamu!" protes Almaira dari dalam telpon.
"Ya sudah, aku tunggu."
"Iya, bawael!"
Almaira langsung menutup telponnya. kemudian ia pun menunggu taksi agar bisa cepat sampai ke rumah Alam.
"Dasar! Merepotkan sekali tuh orang. Bisa nggak sih, bikin liburanku itu nyantai di rumah? Membiarkan aku rebahan sambil nonton TV, selonjoran, menikmati cemilan di depan TV. Ia selalu memintaku melayani dirinya saat hari libur. Memangnya aku ini baby sisternya apa?! Aku tahu kalau kamu itu sahabat aku,temen aku dari kecil, bos aku. Tapi please ... jangan ibaratkan aku ini baby sister kamu dong Alam? Kamu kan ada Yunita pacar kamu. Kamu bisa 'kan manja-manja sama dia? Bukanya sama aku. Lagi pula kamu juga tidak tahu isi hatiku yang sebenarnya Alam. Please ... cobalah untuk mengerti isi hatiku Alam. Agar aku tidak cemburu saat kamu dekat dengan Yunita," keluh Almaira panjang lebar sambil duduk di pinggir jalan melepaskan lelah dan menunggu taksi yang lewat.
Tak selang berapa lama kemudian ada taksi yang lewat juga.
"Akhirnya ..." kata Almaira yang kemudian berdiri dan menghentikan taksi itu.
Taksi pun berhenti tepat didepan Almaira.
Almaira membuka pintu mobil taksi dan segera masuk kedalam taksi.
Hanya selang sepuluh menit, Almaira sudah sampai di depan rumah Alam. Setelah ia membayar ongkos taksi Almaira langsung turun dari taksi dan masuk kedalam rumah besar milik Alam itu.
Almaira langsung masuk ke dalam rumah Alam. Setelah ia membunyikan bel di depan pintu rumah Alam.
Seorang pembantunya rumah Alam menyuruh Almaira untuk masuk dan menuju kamar Alam. Karena Alam tadi berpesan pada pembantunya untuk meyuruh Almaira langsung masuk ke kamarnya saat Almaira datang.
Almaira menaiki tangga dan menuju kamar Alam yang berada di lantai atas.
Almaira nyelonong masuk begitu saja ke kamar Alam. Dan hal itu pun sudah biasa ia lakukan.
Saat masuk kedalam kamar Alam, ia melihat Alam sedang fokus di depan laptop miliknya.
Almaira bermaksud untuk mengejutkan Alam. Tapi justru dirinya yang terkejut dan langsung berteriak.
"Alaaammm ...!!"
Bersambung ....
Langsung saja Alam keget mendengar teriakkan dari Almaira. Alam membungkam kedua telinganya sambil menoleh kearah Almaira. "Bisa tidak kamu masuk ke dalam kamar tidak berteriak?!" kata Alam sambil mengorek-ngorek kedua telinganya yang terasa melengking karena mendengar teriakkan dari Almaira. Almaira tidak menjawab pertanyaan dari Alam, ia langsung melepar bantal tepat ke muka Alam. "Nih ... rasain kamu!" Alam pun gelagapan. "Kamu matiin nggak leptop kamu itu?!" kata Almaira sambil berkancah pinggang. "Memangnya kenapa? Itu kan laptop aku. Terserah dong, mau aku matiin apa nggak?!" Almaira tak lagi banyak berkata ia langsung mematikan laptop milik Alam. "Dasar otak kotor! Otak menjijikkan! Kamu sadar nggak sih apa yang sebenarnya kamu tonton itu?!" maki Almaira dengan penuh kekesalan. "O ... itu? Itu kan film bagus," jawab Alam santai. "Film bagus?!" ulan
"Sudah puas gosipnya?" tanya Alam pada Almaira yang baru masuk ke dalam ruangan Alam. Almaira hanya berjalan santai sambil memiringkan bibirnya. Ia langsung duduk tak memperdulikan Alam. Almaira fokus melihat beberapa data keuangan dari cafe milik Alam ini. Alam hanya menggelengkan kepalanya melihat sikap Almaira yang selalu seenaknya saja pada dirinya. Alam menghelang nafas panjang. "Dasar gadis aneh!" gumam Alam sendiri. Alam mulai fokus kembali melihat beberapa resep racikan yang sekarang sedang digandrungi para anak muda jaman sekarang di laptop miliknya. Kemudian ia pun keluar dari ruangan untuk menemui Yoga untuk mencoba beberapa racikan kopi terbaru. Dari varian rasa berbeda dan menggugah selera. Hari ini cafe juga terlihat sedikit ramai, sampai karyawan cafe pun sedikit kuwalahan. Almaira yang sudah selesai dengan pekerjaannya di ruangan Alam pun langsung ikut membantu pula bersama dengan pelayanan cafe yang lainnya.
Almaira langsung menjitak kepalanya Alam."Sakit tahu!" protes Alam dengan memegangi kepalanya yang terasa sedikit sakit akibat dijitak oleh Almaira.Almaira terkekeh melihat Alam."Makanya, jangan sekali-kali bilang kalau aku itu cemburu dengan pacar kamu itu, aku tidak mungkin menyukai dirimu, dan kamu jangan sok kepedean!" elak Almaira cepat. Ia juga mencoba untuk selalu menutupi perasaan yang sesungguhnya pada Alam."Baiklah, Nona cerewet! Sekarang kita segera kembali ke cafe. Aku tidak mau lagi berdebat denganmu. Ujung-ujungnya aku yang kalah. Aku tahu jika kamu tidak mungkin bisa mendapatkan posisi Yunita di hatiku, karena dalam hatiku cuman ada Yunita," tutur Alam yang sudah berjalan duluan keluar menuju mobilnya.Almaira langsung terdiam seribu bahasa saat ia mendengar apa yang Alam katakan barusan. Ia harus terima kenyataan bahwa dalam hatinya Alam hanya ada Yunita seorang. Tidak ada wanita lain lagi yang ada di dalam hatinya Alam.
"Maafkan aku Almaira. Aku tidak membawa kuncinya, sehingga kita terjebak bersama di ruanganku ini," ucap Alam yang merasa kebingungan juga lantaran ia bingung harus keluar lewat mana.Almaira hanya diam dan berfikir dan kedua matanya langsung tertuju kearah jendela."Dasar bodoh! Kita kan bisa lewat jendela ini," Almaira menuju kearah jendela ruangan Alam.Ia segera menuju kearah jendela dan membukanya, namun jendelanya tidak bisa dibuka."Kok tidak bisa dibuka sih?!" tanya Almaira pada Alam.Alam menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia bahkan meringis, "Maafkan aku, Almaira. Jendela itu juga macet sudah lama dan tidak bisa dibuka," ucapnya.Almaira langsung menepuk keningnya sendiri, "Ya Tuhan ... lengkap sudah penderitaan ku. Sekarang kita terjebak dalam ruangan ini dan tidak akan bisa keluar kecuali besok jika para karyawan cafe sudah datang."Alam hanya diam saja dan kemudian mondar-mandir mencoba untuk mencari
Terlihat matahari sudah menunjukkan sinarnya. Cahayanya yang terang mulai membias menebus jendela kaca ruangan Alam.Almaira mulai terbangun saat cahaya matahari itu tepat jatuh dimatanya sehingga membuatnya terbangun."Rupanya sudah pagi, sudah jam enam," gumam Almaira yang kemudian ia bangun dari tidurnya. Saat ia bangun ia melihat Alam yang masih tertidur di sofa juga."Dasar pemalas!" batin Almaira yang kemudian langsung masuk kedalam kamar mandi untuk mencuci mukanya.Sebelum masuk Almaira mengambil handuk kecil dan juga sabun untuk mukanya agar wajahnya terlihat lebih segar kembali. Selain itu ia berharap agar ada karyawan yang datang dan segera mengeluarkan dirinya dan juga Alam dari ruangan ini. Tidak mungkin dirinya akan selamanya terkurung di ruangan ini bersama dengan Alam.Almaira masuk kedalam kamar mandi untuk buang air kecil dan juga menggosok gig
"Kamu memang sudah gila Alam!" ucap Almaira sambil memejamkan matanya dan mencoba untuk mendorong tubuhnya Alam. Ia tidak ingin Alam dan tega melakukan tindakan bodoh itu.Alam yang tidak tega melihat Almaira yang merasa ketakutan dan langsung mengalihkan pembicaraan."Dasar bodoh! Aku masih waras tahu!" tutur Alam sambil menjitak kepala Almaira.Almaira langsung membuka matanya dan memegang kepalanya yang terasa sedikit sakit akibat dijitak oleh Alam."Kukira kamu memang sudah gila, hehehe ....""Meringis!"Almaira masih menunjukkan giginya yang berbaris dengan rapi."Aku itu masih waras Almaira, aku tidak akan melakukan tindakan bodoh itu padamu. Mana mungkin aku akan melakukannya itu padamu? Kecuali jika kamu mau menyerahkan semuanya padaku dengan suka rela."Almaira yang mendengar ucapan Alam langsung melotot dan mendorong Alam. Alam pun terjatuh diatas sofa dibelakangnya.Almaira kemudi
Almaira baru saja bangun dari tidurnya. Ia mengucek-ucek kedua matanya dan setelah itu ia mengenakan kacamatanya untuk melihat jam di ponselnya. Terlihat jam sudah menunjukkan waktu pukul delapan pagi. Setelah itu ia pun terbangun dan menaruh kacamata itu kembali sebelum ia masuk kedalam kamar mandi untuk segera mandi dan menuju ke restoran di mana tempat ia bekerja. Ia sendiri bekerja di restoran milik sahabatnya yang bernama Alam. Berkat Alam pula ia bisa mempunyai pekerjaan untuk membiayai adiknya yang bernama Silvia yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Ayah Almaira sudah lama meninggal, sementara ibunya hanya bekerja sebagai penjahit pakaian yang penghasilannya tidak menentu. Jadi, setelah lulus dari kuliah Almaira pun bekerja di cafe milik sahabatnya Alam. Di usia yang masih muda dan baru saja lulus dari sekolah dan baru memasuki bangku kuliah, Alam sudah bisa memegang usaha keluarganya itu. Dan setelah lulus kuliah Alam fokus dengan c
Almaira berteriak karena shok dengan apa yang dilihatnya. "Alam! bisa tidak kamu menutup tubuhmu itu dengan handuk!!" bentak Almaira. "Salah siapa masuk kamar orang tidak mengetuk pintu terlebih dulu." Almaira menarik nafas dan menghembuskan nafasnya dengan kesal. "Iya ... aku akui kalau aku salah. Tapi seenggaknya kamu bisa segera memakai pakaianmu terlebih dulu. Dan ini celana milikmu!" Almaira memberikan sebuah paper bag yang ia bawa dan masih berbalik memalingkan wajahnya. "Aku tidak jadi pakai celana itu. Sekarang kamu bisa membalikkan badanmu," kata Alam yang sudah selesai berpakaian. Almaira membalikkan badannya sambil menaikkan kacamatanya yang mau melorot. "Kalau kamu tidak jadi pakai celana itu, kenapa pula kamu menyuruhku untuk cepat-cepat datang kesini?! merepotkan!" gerutu Almaira kesal. "Aku tidak jadi ketemu sama Yunita. Sekarang papa memintaku untuk segera datang ke cafe. Hari ini k
"Kamu memang sudah gila Alam!" ucap Almaira sambil memejamkan matanya dan mencoba untuk mendorong tubuhnya Alam. Ia tidak ingin Alam dan tega melakukan tindakan bodoh itu.Alam yang tidak tega melihat Almaira yang merasa ketakutan dan langsung mengalihkan pembicaraan."Dasar bodoh! Aku masih waras tahu!" tutur Alam sambil menjitak kepala Almaira.Almaira langsung membuka matanya dan memegang kepalanya yang terasa sedikit sakit akibat dijitak oleh Alam."Kukira kamu memang sudah gila, hehehe ....""Meringis!"Almaira masih menunjukkan giginya yang berbaris dengan rapi."Aku itu masih waras Almaira, aku tidak akan melakukan tindakan bodoh itu padamu. Mana mungkin aku akan melakukannya itu padamu? Kecuali jika kamu mau menyerahkan semuanya padaku dengan suka rela."Almaira yang mendengar ucapan Alam langsung melotot dan mendorong Alam. Alam pun terjatuh diatas sofa dibelakangnya.Almaira kemudi
Terlihat matahari sudah menunjukkan sinarnya. Cahayanya yang terang mulai membias menebus jendela kaca ruangan Alam.Almaira mulai terbangun saat cahaya matahari itu tepat jatuh dimatanya sehingga membuatnya terbangun."Rupanya sudah pagi, sudah jam enam," gumam Almaira yang kemudian ia bangun dari tidurnya. Saat ia bangun ia melihat Alam yang masih tertidur di sofa juga."Dasar pemalas!" batin Almaira yang kemudian langsung masuk kedalam kamar mandi untuk mencuci mukanya.Sebelum masuk Almaira mengambil handuk kecil dan juga sabun untuk mukanya agar wajahnya terlihat lebih segar kembali. Selain itu ia berharap agar ada karyawan yang datang dan segera mengeluarkan dirinya dan juga Alam dari ruangan ini. Tidak mungkin dirinya akan selamanya terkurung di ruangan ini bersama dengan Alam.Almaira masuk kedalam kamar mandi untuk buang air kecil dan juga menggosok gig
"Maafkan aku Almaira. Aku tidak membawa kuncinya, sehingga kita terjebak bersama di ruanganku ini," ucap Alam yang merasa kebingungan juga lantaran ia bingung harus keluar lewat mana.Almaira hanya diam dan berfikir dan kedua matanya langsung tertuju kearah jendela."Dasar bodoh! Kita kan bisa lewat jendela ini," Almaira menuju kearah jendela ruangan Alam.Ia segera menuju kearah jendela dan membukanya, namun jendelanya tidak bisa dibuka."Kok tidak bisa dibuka sih?!" tanya Almaira pada Alam.Alam menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia bahkan meringis, "Maafkan aku, Almaira. Jendela itu juga macet sudah lama dan tidak bisa dibuka," ucapnya.Almaira langsung menepuk keningnya sendiri, "Ya Tuhan ... lengkap sudah penderitaan ku. Sekarang kita terjebak dalam ruangan ini dan tidak akan bisa keluar kecuali besok jika para karyawan cafe sudah datang."Alam hanya diam saja dan kemudian mondar-mandir mencoba untuk mencari
Almaira langsung menjitak kepalanya Alam."Sakit tahu!" protes Alam dengan memegangi kepalanya yang terasa sedikit sakit akibat dijitak oleh Almaira.Almaira terkekeh melihat Alam."Makanya, jangan sekali-kali bilang kalau aku itu cemburu dengan pacar kamu itu, aku tidak mungkin menyukai dirimu, dan kamu jangan sok kepedean!" elak Almaira cepat. Ia juga mencoba untuk selalu menutupi perasaan yang sesungguhnya pada Alam."Baiklah, Nona cerewet! Sekarang kita segera kembali ke cafe. Aku tidak mau lagi berdebat denganmu. Ujung-ujungnya aku yang kalah. Aku tahu jika kamu tidak mungkin bisa mendapatkan posisi Yunita di hatiku, karena dalam hatiku cuman ada Yunita," tutur Alam yang sudah berjalan duluan keluar menuju mobilnya.Almaira langsung terdiam seribu bahasa saat ia mendengar apa yang Alam katakan barusan. Ia harus terima kenyataan bahwa dalam hatinya Alam hanya ada Yunita seorang. Tidak ada wanita lain lagi yang ada di dalam hatinya Alam.
"Sudah puas gosipnya?" tanya Alam pada Almaira yang baru masuk ke dalam ruangan Alam. Almaira hanya berjalan santai sambil memiringkan bibirnya. Ia langsung duduk tak memperdulikan Alam. Almaira fokus melihat beberapa data keuangan dari cafe milik Alam ini. Alam hanya menggelengkan kepalanya melihat sikap Almaira yang selalu seenaknya saja pada dirinya. Alam menghelang nafas panjang. "Dasar gadis aneh!" gumam Alam sendiri. Alam mulai fokus kembali melihat beberapa resep racikan yang sekarang sedang digandrungi para anak muda jaman sekarang di laptop miliknya. Kemudian ia pun keluar dari ruangan untuk menemui Yoga untuk mencoba beberapa racikan kopi terbaru. Dari varian rasa berbeda dan menggugah selera. Hari ini cafe juga terlihat sedikit ramai, sampai karyawan cafe pun sedikit kuwalahan. Almaira yang sudah selesai dengan pekerjaannya di ruangan Alam pun langsung ikut membantu pula bersama dengan pelayanan cafe yang lainnya.
Langsung saja Alam keget mendengar teriakkan dari Almaira. Alam membungkam kedua telinganya sambil menoleh kearah Almaira. "Bisa tidak kamu masuk ke dalam kamar tidak berteriak?!" kata Alam sambil mengorek-ngorek kedua telinganya yang terasa melengking karena mendengar teriakkan dari Almaira. Almaira tidak menjawab pertanyaan dari Alam, ia langsung melepar bantal tepat ke muka Alam. "Nih ... rasain kamu!" Alam pun gelagapan. "Kamu matiin nggak leptop kamu itu?!" kata Almaira sambil berkancah pinggang. "Memangnya kenapa? Itu kan laptop aku. Terserah dong, mau aku matiin apa nggak?!" Almaira tak lagi banyak berkata ia langsung mematikan laptop milik Alam. "Dasar otak kotor! Otak menjijikkan! Kamu sadar nggak sih apa yang sebenarnya kamu tonton itu?!" maki Almaira dengan penuh kekesalan. "O ... itu? Itu kan film bagus," jawab Alam santai. "Film bagus?!" ulan
Almaira kaget saat Alam tiba-tiba datang dan langsung menarik tangan Almaira untuk segera keluar dari gudang. Joni yang berada di dalam gudang mengeluh kesal karena niatnya terhadap Almaira telah gagal. Gara-gara Alam yang tiba-tiba datang dan langsung menarik tangan Almaira untuk keluar dari gudang. "Sialan si, bos! Hampir saja niatku untuk mencium Almaira berhasil, tapi bos telah menggagalkan niatku ini. Tapi tidak apalah, aku akan mencoba mendekati Almaira lagi. Karena aku tidak ingin membuat wanita cantik itu lepas dariku. Wangi tubuhnya, bahkan telah membangkitkan naluriku sebagai seorang laki-laki. Aku tidak akan pernah melepaskanmu , Almaira. Aku akan mencari kesempatan yang lain, saat kita hanya berdua saja," kata Joni yang punya niatan jahat terhadap Almaira. Sementara itu Alam terus menarik tangan Almaira sampai Almaira dibawa Alam masuk ke dalam ruangan Alam. "Apa yang kamu lakukan di gudang bersama Joni?!" tanya Alam dengan nada suar
Sesampainya di cafe, Alam menyuruh Almaira untuk menemani dirinya di ruangan Alam. "Almaira, untuk sekarang ini aku minta sama kamu untuk selalu mengikutiku kemana pun aku pergi," perintah Alam pada Almaira. Almaira memiringkan bibirnya dengan menghelang nafas sejenak. "Baiklah, tapi jangan kamu suruh aku untuk mengawalmu saat kamu bersama-sama dengan Yunita," kata Almaira dengan nada suara datar. Alam tersenyum pada Almaira. "Tidak ... kecuali dalam keadaan mendesak. Terpaksa kamu harus ikut denganku untuk menemaniku bersama dengan Yunita." "Please ... jangan jadikan aku kambing congek! Aku lebih baik jadi pelayan cafemu seperti biasa, dari pada aku harus menjadi sekertaris pribadimu. Aku sebenarnya enggan menjadi sekertarismu, Alam. Jika seandainya aku tidak butuh uang untuk membiayai sekolah adikku, dan membantu ibuku, aku pasti menolak tawaran ini," kata Almaira. Tapi Alam lagi-lagi terse
Om Hendra mengangguk. Sementara Almaira masih tertegun mendengarnya. "Ada apa Almaira? Apakah kamu tidak menyukainya jika Om meminta Alam untuk menjadikan kamu sebagai sekertaris pribadi Alam?" tanya Om Hendra pada Almaira. Almaira yang tadinya masih melongo pun gelagapan. "Tidak Om Hendra. Sepertinya aku tidak cocok untuk menjadi sekertaris pribadi Alam, Om," tolak Almaira secara halus. "Kenapa kamu tidak mau Almaira? Banyak orang yang ingin mendapatkan jabatan seperti itu. Kenapa kamu menolaknya Almaira?" tanya Om Hendra pada Almaira. Almaira terdiam sejenak dan berfikir. Namun Alam yang menjawab pertanyaan dari Om Hendra. "Jelas saja Almaira tidak mau Pa. Almaira tidak ingin terikat dengan jabatan itu. Apalagi melayaniku sebagai sekertaris pribadi. Almaira lebih suka bebas dan tak terikat," sahut Alam yang seakan-akan mengerti jalan pikiran Almaira. "Nggak kok Om! Itu semua bohong!" elak Almaira cepat.