Cinta Untuk Suami

Cinta Untuk Suami

last updateLast Updated : 2022-07-29
By:  Kim YuMiOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 rating. 1 review
41Chapters
5.0Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

Yara harus merelakan impiannya untuk menikah dengan pangeran impiannya yang tampan. Karena terpaksa dijodohkan dengan anak dari teman orang tuanya. Tidak akan masalah baginya jika pria itu masih tampan dan muda. Terus apa jadinya kalau dia dinikahkan dengan pria yang bahkan umurnya terpaut empat belas tahun. Dan lagi wajah pria itu semakin terlihat pas-pasan karena ditumbuhi jenggot dan kumis-kumis tipis. Belum lagi sifat pria itu yang pendiam dan berwajah datar seperti tripleks, bahkan terlihat susah bicara saat berhadapan langsung dengan Yara. "Ya Tuhan, beginikah caramu menghukumku atas dosa-dosaku?" Yara "Sungguh dia mirip seperti cacing kepanasan yang tidak bisa diam." Aska

View More

Chapter 1

Bab 1

Baru beberapa meter aku pergi meninggalkan gedung pencakar langit itu, kini suara teriakan heboh dan alunan musik yang sedari tadi mengganggu telingaku tak lagi terdengar, yang aku dengar sekarang hanyalah suara desingan mobil yang sedang kunaiki. 

Menurutku suasana senyap di dalam mobil ini lebih buruk daripada ke adaan pesta pernikahan yang baru saja aku tinggalkan beberapa menit yang lalu. Gila apa, aku sekarang merasa sedang berada di kuburan. Tiba-tiba saja aku jadi merinding saat tak sengaja mataku bertubrukan dengan mata tajamnya. 

Aku mencoba memberikan senyum manisku padanya, berharap rasa canggung yang kualami bisa pergi. Tapi lihatlah! Dia bahkan menghiraukanku dan kembali fokus melihat ke jalan di depan. Ingin sekali kumaki laki-laki di sampingku ini yang sekarang sudah berstatus sebagai suamiku. 

Hah, aku rasa aku tidak bisa menjalani masa mudaku yang indah lagi sekarang. Ya itu sudah pasti, karena semenjak aku menikah dengannya beberapa jam yang lalu aku sudah tidak punya semangat lagi untuk menjalani ke hidupanku sekarang.

Ini semua berawal dari keputusan gila orang tuaku. Seenaknya sendiri menjodohkanku dengan pria tua ini. Bolehkan aku memanggilnya pria tua? umurnya denganku berjarak empat belas tahun. Sekarang aku berumur delapan belas tahun, itu berarti dia berumur tiga puluh dua tahun. Wah, seperti nya ada yang salah dengan mata kedua orang tuaku. Bagaimana bisa mereka menikahkanku dengan om-om seperti ini. 

Keluarga besar dan kerabat-kerabatku bilang, aku ini wanita yang beruntung karena bisa menikah dengan laki-laki kaya sepertinya. Hey, kenapa rupanya kalau dia kaya? Orang tuaku juga kaya, bahkan dari lahir sampai sebesar ini aku tidak pernah merasa kekurangan apapun.  

Sampai sekarang aku masih bertanya-tanya kenapa dengan teganya mama dan papa menikahkanku dengan om-om seperti nya. Tidak masalah kalau dia berwajah tampan dan gagah seperti cerita-cerita romantis di film ataupun di novel yang sering kubaca. Dia ini berbeda, sangat terlihat tuanya, lihatlah janggutnya yang tak terawat itu. 

Ya tuhan begini kah caramu menghukumku? Dengan cara mentakdirkanku menikah dengan pria tua yang bahkan sedari tadi hanya memasang wajah dinginnya. Aku bisa gila dalam jangka waktu dekat ini.

Beberapa menit berlalu, akhirnya mobil yang kunaiki berhenti di depan rumah yang tak terlalu besar ini. Tapi ini sudah termasuk besar untuk kami tinggali berdua. Berdua? Aku tak sanggup membayangkannya.

Saat kutanya kenapa rumahnya kecil, mama langsung menjawab itu hanya untuk sementara, nanti kalau kalian sudah punya anak baru akan pindah ke rumah yang lebih besar. Anak? Ternyata mama sudah memikirkannnya sejauh itu. 

Pria tua itu turun dari mobil tanpa berbicara sepatah katapun padaku dan langsung masuk ke dalam rumah. Aku langsung mengikuti dari belakang.

Sesampainya di dalam rumah aku melihatnya sudah terduduk santai di sofa ruang tamu, sambil memejamkan matanya.

Aku ikut duduk di sofa yang bersebrangan dengannya, menatap nya penuh dengan perasaan kesal.

"Om." Aku memberanikan diri memanggilnya.

Ah, aku semakin kesal saja sekarang, dia bahkan tidak menyahut panggilanku. Dia belum tahu kalau aku ini cewek yang cerewet dan tak bisa diam. "Oy!" Aku mulai memanggilnya kasar.

Dia membuka matanya. "Huh," dapat terdengar jelas ia menghembuskan nafas kasar. Lagi-lagi dia tidak menjawab, hanya saja kali ini dia melihat ke arahku.

"Kenapa om diam saja?" tanyaku santai, mengabaikan tatapan matanya yang tajam.

"Menurut mu?" dia bertanya balik, sambil melonggarkan dasi yang sedari tadi melingakar di lehernya.

"Ck." Aku berdecak pelan, bahkan untuk mengajaknya bicara sangat sulit kurasa. "Dosa apa yang kuperbuat sampai harus menikah dengan om-om tua seperti mu," sepertinya perkataanku barusan memancing emosinya, dia yang tadinya diam saja kini berjalan mendekat ke arahku. Aku sedikit gugup saat matanya menatap nyalang padaku.

"Kau mau cari ribut denganku?" tanyanya pelan sampai aku hampir tidak bisa mendengar suaranya.

"Kau yang aneh, aku kan hanya mengajakmu bicara, tapi kau bahkan menghiraukanku. Kau anggap aku ini patung," teriakku seraya berdiri dan menjauh darinya. Jaga-jaga kalau dia akan bertindak yang tidak-tidak.

Dia menatapku kembali dengan wajah datarnya. Lalu pergi begitu saja ke lantai dua. 

Lantai dua? Aku teringat sesuatu, dan langsung lari mengejarnya. Mengingat sekali lagi kalau rumah ini letak kamarnya hanya ada di lantai dua. Aku tahu karena baru saja datang kemarin untuk membawa baju dan beberapa barangku ke kemari.

Aku melewatinya yang masih jalan dengan langkah pelan menaiki anak tangga, sepertinya dia sangat lelah sampai tak terlihat sedikit pun semangat dari tubuhnya. Abaikan itu, apa peduliku.

Sesampainya di lantai dua aku langsung berhenti di depan kamar yang pintunya tampak lebih besar dari kamar yang satunya lagi. Aku sudah tau, kamar yang ada di depan ku sekarang adalah kamar utama di rumah ini. Dan tentu aku akan memilih kamar yang luas dan bagus untuk ku.

Aku membalikkan badan saat menyadari dia sudah berdiri di belakangku. Dia menaikkan alisnya, seolah bertanya apa yang sedang kulakukan.

"Aku tidur di kamar utama," ujarku sedikit kaku.

"Ooo," dia mengangkat bahunya acuh.

"Apaan sikapnya itu, sombong sekali. Kalau bukan karena hanya berdua di sini aku juga tidak mau mengajaknya bicara," sindirku sedikit kuat, berharap kalau dia mendengar ocehanku.

Setelah itu aku langsung membuka pintu kamar yang akan aku tempati. "Apa-apaan ini?" pekikku lalu menutup kembali pintu kamar dengan kuat.

"Kau mau merusak pintu?" tanyanya masih dengan wajahnya yang datar seperti tripleks.

"Bukan, bukan begitu aku-" Aku tak melanjutkan ucapanku lagi, karena sepertinya akan sia-sia saja, dia pasti tidak akan mau mendengarkan celotehanku. Aku hanya akan membuang-buang tenaga saja nantinya.

Aku kembali menatap pintu kamar utama, wahai pintu aku syok melihat apa yang ada di dalam sana. Seketika perhatianku teralihkan olehnya, siapa lagi kalau bukan om tua itu. Aku diam-diam memperhatikannya yang sedang kesusahan membuka pintu kamarnya.

Beberapa waktu terlewat, tapi pintunya masih saja belum bisa di buka. Aku mendekatinya karena penasaran. "Kenapa dengan pintunya?" tanyaku sok ramah.

Dia hanya diam tapi matanya masih tertuju pada gagang pintu kamar yang akan dia tempati, seolah-olah menyuruhku untuk melihatnya sendiri.

Aku mulai menyentuh gagang pintu itu dan kenapa ini? Kenapa sulit sekali membukanya? Berbeda dengan pintu kamar utama. "Sepertinya di kunci," kataku kemudian. "Kau tak ada kuncinya?" 

"Tidak," jawabnya cepat sambil memalingkan wajahnya dariku. Dasar tidak sopan, dia bahkan tidak melihatku sebagai lawan bicaranya.

"Hah, aku sangat prihatin padamu. Tapi mau bagaimana lagi, aku tak suka berbagi kamar dengan laki-laki jadinya malam ini kau harus rela tidur di sofa." Aku berjalan kembali menuju kamar utama. 

Tapi, dia tiba-tiba menghadang jalanku. Aku menatap bingung padanya.

"Apa?" tanyaku.

"Aku yang akan tidur di kamar utama, karena ini rumahku," ujarnya. Wah, ini adalah kalimat terpanjang yang aku dengar dari mulutnya.

"Tidak, pokoknya aku yang akan tidur di kamar utama," sergahku sambil mendorongnya agar menjauh dari hadapanku.

Ujung ekor mataku menangkap geraknya yang akan membuka pintu kamar. Aku segera mencegahnya.

"Kau tidak boleh masuk?" teriakku tak perduli dengan apa yang akan ia lakukan nantinya padaku. Aku harus mempertahankan kamar ini. 

Dia menarik tanganku dan sontak tubuhku ikutan terbawa mendekat ke arahnya. Aku sangat terkejut karena jarak antara diriku dan dirinya sekarang sangatlah dekat, aku mendongak agar bisa melihat wajah nya lebih jelas. Dan dari jarak sedekat ini aku baru tahu kalau kulit wajahnya itu sangat bersih dan putih, hidungnya juga mancung dan mata tajamnya yang terlihat menawan itu. Eh,apa yang ku pikirkan. 

"Jangan sentuh aku!" Aku menarik diri agar menjauh darinya. 

"Menyingkirlah!" dia langsung membuka pintu kamar utama, dan sepertinya dia juga terkejut dengan isi kamar utama itu. Aku ikutan mengintip sekali lagi ke dalam kamar, tidak ada yang aneh. Hanya saja kamar itu di dekorasi layaknya kamar untuk malam pertama pengantin baru. 

Ini pasti kerjaan mama dan ibu mertuaku, aku sungguh tak habis fikir dengan mereka. Apa gunanya sih menghias kamar sampai seperti ini? Siapa juga yang mau melekukan itu dengannya. 

"Berkediplah!" ujarnya sambil melihat ku datar.

Dengan bodohnya aku mengikuti perkataannya. 

"Kau saja yang tidur di sini," dia melangkah pergi ke lantai bawah, sepertinya dia akan tidur di sofa.

"Eh tunggu!" Aku menarik tangannya. Dia langsung berbalik dan menatapku tanpa berkedip. Iya aku tahu, kau pasti terpesona dengan kecantikanku.

"Bantu aku memberasakan kamar, aku tidak suka hiasan-hiasan seperti itu," pintaku. 

"Huh," lagi-lagi dia mengehela nafas kasar. "Itu urusanmu," dia tak perduli dan hendak pergi lagi.

"Ku mohon om, aku tidak akan sanggup membereskannya sendiri." Aku merengek-rengek padanya. Enak saja dia ingin pergi begitu saja.

"Lepaskan tanganku!" Aku mengikuti arah matanya.

"Kalau ku lepas kau pasti akan pergi," teriakku.

"Baiklah," dia mengajakku masuk ke dalam kamar utama.

Sesampainya di dalam aku hanya duduk diam di sofa sambil memperhatikannya yang sibuk membereskan hiasan-hiasan laknat itu.

"Itu om di sebelah sana belum." Aku menunjuk sudut kamar. Dengan cepat dia berjalan ke sana dan menarik hiasan-biasa bunga yang tergantung.

"Lanjut yang sana lagi om!" aturku seperti seorang bos. 

Dia menatap tajam ke arahku, membuatku langsung diam tak berkutik. Walaupun begitu mataku terus memperhatikan, yang sekarang sudah berjalan ke arah tempat tidur ukuran king itu.

Oh tidak, dia berbaring di situ. Dengan cepat aku ikutan naik ke atas tempat tidur, menjadikan lututku sebagai tupuan tubuhku. "Om kenapa tiduran di sini?" teriakku.

Dia memejamkan matanya, mengacuhkan ucapanku.

"Om!" panggilku lagi sedikit merengek.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Wahyuni
halooo mau tanya novel ini up tiap hari ngga?
2022-04-30 13:41:44
3
41 Chapters
Bab 1
Baru beberapa meter aku pergi meninggalkan gedung pencakar langit itu, kini suara teriakan heboh dan alunan musik yang sedari tadi mengganggu telingaku tak lagi terdengar, yang aku dengar sekarang hanyalah suara desingan mobil yang sedang kunaiki. Menurutku suasana senyap di dalam mobil ini lebih buruk daripada ke adaan pesta pernikahan yang baru saja aku tinggalkan beberapa menit yang lalu. Gila apa, aku sekarang merasa sedang berada di kuburan. Tiba-tiba saja aku jadi merinding saat tak sengaja mataku bertubrukan dengan mata tajamnya. Aku mencoba memberikan senyum manisku padanya, berharap rasa canggung yang kualami bisa pergi. Tapi lihatlah! Dia bahkan menghiraukanku dan kembali fokus melihat ke jalan di depan. Ingin sekali kumaki laki-laki di sampingku ini yang sekarang sudah berstatus sebagai suamiku. Hah, aku rasa aku tidak bisa menjalani masa mudaku yang indah lagi sekarang. Ya itu sudah pasti, karena semenjak aku menikah dengannya beber
last updateLast Updated : 2022-01-18
Read more
Bab 2
Capek.Itulah yang aku rasakan sekarang, bagaimana tidak. Aku sudah sekuat tenaga mengomel, berteriak bahkan menarik kakinya agar hempas dari tempat tidur. Tapi, dia bergerak sedikitpun tidak. Dan akhirnya aku mengalah, jadinya malam ini aku akan tidur di sofa.Aku merasakan kalau tubuhku sudah lengket karena keringat, jadinya aku memutuskan untuk mandi. "Awas ya kalau om ngintip!" Aku menimbulkan kepalaku dari ruang ganti baju. Dia tidak menjawab, tidak masalah yang penting aku sudah mengingatkan. Aku membuka lemari baju pintu kedua di depanku. Kalau aku tidak salah ingat, kemarin aku menyusun baju-bajuku di sini. "Aaaaaa." Aku berteriak kuat, sumpah aku syok melihat isi lemariku. Baju-baju yang aku susun di sini menghilang semua. Sebagai gantinya ada beberapa baju-baju yang tampak kekurangan bahan dan pendek yang tergantung di situ. Aku memeriksa pintu lemari lainnya, hanya ada baju Om itu, selebihny kosong. Oh my god, ini
last updateLast Updated : 2022-01-18
Read more
Bab 3
Aku duduk sambil menekuk kaki di pinggiran tempat tidur, menjadikan lututku sebagai sandaran daguku. Huh, masih pagi-pagi begini dia sudah marah-marah seperti itu, lagipula aku tidak salahkan kalau mengatainya om-om tua. Aku menangis tadi itu hanya akting agar dia tidak bersikap kasar seperti itu lagi. Dasar tua.Baru tinggal sebentar dengannya aku sudah tau kalau dia itu memiliki tempramen yang buruk. Dan lagi yang membuatku sangat kesal dengannya ialah wajah datarnya dan sikap anehnya itu. Tok tok tok.Aku melihat ke arah pintu yang di ketuk. Mau apa dia? Apa dia akan memarahiku lagi? Apa tidak puas tadi dia melihatku ketakutan?Tok tok tokKetukan itu tidak berhenti, malah terdengar semakin brutal. Aku berjalan gontai menuju pintu. Menyiapkan diri untuk hal buruk yang akan terjadi.Cklek. Dengan sangat pelan aku membuka pintu, menatapnya takut-takut.Dia langsung nyelonong masuk begitu pintu kubuka. Mataku mengikutinya yang k
last updateLast Updated : 2022-01-18
Read more
Bab 4
Aku mengikutinya sambil membawa beberapa tangkai bunga mawar, sedangkan dia membawa keranjang sampah tadi. Sesampainya di depan rumah, dia langsung meletakkan keranjang sampah itu di pinggiran pagar rumah, agar nanti petugas pengangkut sampah bisa langsung mengambilnya."Nah!" Aku memberikan beberapa tangkai mawar yang kupegang tadi padanya."Buang sendiri!" katanya singkat. "Tanganku bisa kotor nanti om, aku kan sudah mandi." Aku membuat wajah seimut-imut mungkin di hadapanya."Wah lihat itu! Bukankah mereka tetangga yang baru pindah kemarin?""Mereka pengantin baru ya?""Aish, aku jadi baper sendiri melihat wanita itu memberikan mawar pada suaminya.""Aku jadi teringat saat pertama kali menikah dulu dengan suamiku.""Manis sekali mereka."Apa itu? Kenapa mereka berbisik-bisik seperti itu? Tunggu-tunggu! Aku tidak salah dengarkan tadi 'Aku memberi mawar pada suamiku' Aku baru sadar kalau tingkahku sek
last updateLast Updated : 2022-01-18
Read more
Bab 5
Aku duduk sambil menyantap makanan yang di bawa Nadia tadi, sesekali memikirkan perkataan om itu. "Belum saatnya kau tahu," kalimat itu terus-terusan berputar di otak kecilku. Belum saatnya aku tahu? Emangnya apaan sih? Jangan-jangan tebakanku itu benar, kalau dia itu menikahiku karena memang tak ada yang mau padanya. Jadinya saat mendengar perjodohan ini ia langsung menerimanya. Dasar, pria tua, harusnya kan dia mencari wanita yang seumuran dengannya. Bukannya denganku.Apa yang harus aku lakukan sekarang, beberapa minggu lagi aku akan menjadi mahasiswa di salah satu kampus di kota ini. Ada kemungkinan juga teman-teman satu SMA ku juga masuk di sana. Setahu aku sih teman-teman seletingku belum ada yang menikah, baru aku saja. Ya sudahlah sudah terjadi, yang harus aku lakukan sekarang adalah menutup mulut rapat-rapat agar tidak ada yang tahu tentang statusku.Sedikit merasa bosan aku menghidupkan HP dan membuka grup chatku di salah satu aplika
last updateLast Updated : 2022-01-18
Read more
Bab 6
Kami kembali ke rumah saat hari sudah mulai gelap, jujur aku sudah sangat lelah karena lebih dari dua jam aku berjalan terus. Aku baru tahu ternyata om Aska itu bisa memasak, makannya dia lebih memilih masakan sendiri untuk tetangga yang bakalan datang nanti malam.Aku sudah siap-siap sekarang, dengan pakaian rumahan yang terlihat sopan. Aku melihatnya yang sedari tadi sibuk memasak, sedikit kasian sih kalau melihat wajahnya yang tampak kelelahan itu. Tapi mau bagaimana lagi, aku kan tidak pintar memasak. Maaf sekali ya om.Aku berjalan menuju kulkas, mengambil beberapa buah-buahan dan cake yang kami beli tadi saat perjalanan pulang. Dia bernafas lega saat masakan buatannya sudah terhidang rapih di atas meja. Lalu terduduk lelah di kursi, sesekali menyeka keringat yang terus-teruss mengalir di bagian kening dan leher."Sebaiknya kau mandi dulu om." Aku mendekatinya sambil menaruh buah dan cake yang ku ambil tadi di atas meja. "Keringatmu bau sekali.
last updateLast Updated : 2022-01-18
Read more
Bab 7
"Terima kasih atas jamuannya, kami pulang dulu. Kalau ada waktu mainlah juga ke rumah kami" Bu Indri bersamamu pada om Aska setelah itu bergantian padaku. Aku tersenyum kikuk. "Iya, nanti kami sempatkan datang ke rumah kakak" Om Aska tersenyum lebar, sungguh munafik. Lihat saja kalau setelah ini kau tidak mau tersenyum padaku, akan ku tarik bibirnya itu. Lihat saja, aku tidak akan main-main dengan kata-kataku.Setelah itu mereka langsung pergi dari rumah kami, rasanya sekarang aku lega. Lagipula aku juga sudah sangat mengantuk.Aku langsung naik ke atas, tapi sebelum itu aku mengambil bingkisan yang tadi di berikan oleh ibu-ibu itu. Sepertinya isinya makanan, kareanaaku bisa mencium aroma coklat dari dalam sana."Om aku naik duluan ya sudah ngantuk" Aku langsung meningggalkannya tanpa menunggunya menjawab perkataanku.Sesampainya di kamar aku langsung merebahkan diriku di atas kasur, rasanya nyaman sekali. Pokoknya malam ini aku akan tidur ny
last updateLast Updated : 2022-01-18
Read more
Bab 8
Aku bangun lama hari ini, mungkin efek karena tadi malam aku bergadang hampir semalaman. Ternyata menggangu om Aska itu sangat menyenangkan ya, hehehe. Lain kali aku coba lagi deh mengganggunya.Dengan sedikit tergesa-gesa aku menuruni anak tangga, tujuanku sekarang adalah dapur. Aku sangat lapar sekarang, dasar pria tua kenapa dia tidak membangunkanku dari tadi sih. Aku melihat ke arah lemari makanan, bersyukur karena dia menyisakan sepiring nasi goreng di sana. Mungkin ini untukku karena tidak ada orang lainkan di rumah ini. Dengan lahap aku makan nasi goreng itu, terasa sangat enak begitu suapan pertama masuk ke dalam mulutku. Sepertinya nanti aku harus belajar masak padanya. Aku juga ingin pintar memasak, karena selama ini aku hanya bisa menggoreng telur ceplok dan masak mie instan, sangat tak pantas untuk di banggakan.Akhirnya aku siap dengan sarapanku yang sedikit terlambat ini. Setelah siap mencuci piring bekas makanku, aku mengambil b
last updateLast Updated : 2022-01-18
Read more
Bab 9
Beberapa minggu sudah terlewat, kini hubunganku dengan om Aska semakin membaik. Dan dia juga mulai membuka diri padaku.Tidak banyak yang ku lakukan bersamanya, lggipula dia juga setiap harinya kerja di perusahaan milik papanya, yang sekarang juga sudah jadi papaku. Setiap hari sambil menunggunya pulang aku hanya bisa menonton film di laptop milikku sendiri. Aku ingat waktu itu aku datang ke rumah masih dengan perasaan kesal, merasa kalau mama dan papa itu egois, tidak memikirkan perasaanku. Walau sekarang aku juga masih kesal aku juga tidak bisa berbuat apa-apa. Mungkin ini sudah takdir dari yang kuasa, aku juga bisa apa? Sekarang aku mulai menerima pernikahan ini dengan lapang hati, tapi aku tidak tahu kalau dengan om Aska. Walaupun hubungan kami sudah membaik dia juga sepertinya tidak tertarik padaku. Itu merupakan keuntungan bagiku, karena akan merepotkan kalau sampai dia suka padaku. Kalau seandainya aku ya
last updateLast Updated : 2022-01-18
Read more
Bab 10
Hari ini adalah hari minggu, hore aku bisa berteriak senang hari ini. Aku menyibak gorden kamarku, seketika cahaya-cahaya lembut dari matahari pagi langsung menerobos masuk ke dalam kamar. Udara segar langsung kuhirup dalam-dalam begitu jendelanya ku buka. Ah, hari ini sangat cerah sekali. Setelah membereskan tempat tidur aku langsung bergegas mandi. Kalian harus tahu, aku sangat tidak suka menunda-nunda waktu mandi. Tidak butuh waktu yang lama bagiku untuk mandi. Ini masih pagi, kalau aku mandi lama-lama bisa mati karena kedinginan nanti. Wkwkwk.Siap berpakaian, hari ini aku memakai setelan training hitam dan t-shirt berwarna abu-abu, rencananya sih aku ingin mengajak om Aska joging bareng, ya walaupun udah agak siangan gak apa deh. Daripada di rumah terus aku bosen, kebetulan hari ini kan om Aska kan libur juga, iya kali dia hari minggu pergi ngantor. Ok, setelah berpakaian aku langsung turun ke bawah, perutku sudah minta jatah dari tadi. Sesampai
last updateLast Updated : 2022-01-18
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status