Share

Bab 5

Author: Kim YuMi
last update Last Updated: 2022-01-18 19:32:51

Aku duduk sambil menyantap makanan yang di bawa Nadia tadi, sesekali memikirkan perkataan om itu. 

"Belum saatnya kau tahu," kalimat itu terus-terusan berputar di otak kecilku. Belum saatnya aku tahu? Emangnya apaan sih? Jangan-jangan tebakanku itu benar, kalau dia itu menikahiku karena memang tak ada yang mau padanya. Jadinya saat mendengar perjodohan ini ia langsung menerimanya. Dasar, pria tua, harusnya kan dia mencari wanita yang seumuran dengannya. Bukannya denganku.

Apa yang harus aku lakukan sekarang, beberapa minggu lagi aku akan menjadi mahasiswa di salah satu kampus di kota ini. Ada kemungkinan juga teman-teman satu SMA ku juga masuk di sana. Setahu aku sih teman-teman seletingku belum ada yang menikah, baru aku saja. 

Ya sudahlah sudah terjadi, yang harus aku lakukan sekarang adalah menutup mulut rapat-rapat agar tidak ada yang tahu tentang statusku.

Sedikit merasa bosan aku menghidupkan HP dan membuka grup chatku di salah satu aplikasi. Grup ini beranggotakan teman-teman dekatku saat SMA. Tidak banyak hanya lima orang termasuk diriku. 

Kelihatannya grup sedang ramai-ramainya. Aku langsung nimbrung dalam pembicaraan.

Aku: Apa nih ribut-ribut?

Emma: Wah kamu kok baru muncul Yar?

Alya: Kami dari tadi cariin kamu

Aku: Kenapa emangnya?

Anya: Tadi Nadia udah kasih tau kami 

Apa? Yang benar saja, memangnya Nadia tau apa sih? Dia gak tau kan kalau om Aska itu suamiku. Atau diam-diam tadi om  Aska memberi tahu Nadia lagi, kalau kami ini sudah menikah. Dengan tangan bergetar aku menunggu balasan dari grup chat.

Anya: Sejak kapan kamu punya om yang ganteng Yar? Kok gak bilang sih?

Alya: Iya, kamu parah ah gak pernah kenalin ke kita

Syukurlah, Nadia tidak mengatakan hal yang sebenarnya, atau mungkin dia memang tidak tahu ya?

Emma: Jawab dong Yar! Jangan di read doang

Aku: Hahahaha, dia gak ganteng

Anya: Kamu bohong ah, Nadia bilang aja dia wow banget

Aku: Kalian belum lihat langsung. Udah ah gak usah di bahas lagi!

Aku meninggalkan grup chat dengan perasaan lega. Untunglah, tidak ada yang perlu aku khawatirkan sekarang. Ya Tuhan, mudahkanlah jalanku setelah hari ini. 

Sekarang aku mulai bosan lagi, tidak banyak yang bisa ku lakukan di rumah baru ini. Dulu di rumah yang lama kalau aku sedang bosan atau tidak ada kerjaan, pasti aku sudah karaokean di ruangan khusus yang mama dan papa buatkan untukku. Sedangkan di sini? Andai saja om Aska itu tidak di sini pasti aku sudah berteriak-teriak sesuka hatiku, meluapkan semua masalah yang terjadi padaku.

Sekarang sudah jam empat sore, waktu terasa berjalan sangat lama hari ini. Kalau bisa secepatnya aku ingin waktu berlalu beberapa minggu ke depan, saat-saat aku sudah masuk kuliah. Pasti menyenangkan, tidak selalu bertemu dengan pria tua itu.

Perhatianku teralihkan pada om Aska yang kini tengah berjalan ke arah pintu utama, dia mau kemana? Tanpa pikir panjang aku langsung berlari mengikuti. Dia menoleh padaku yang sudah berdiri di sampingnya. 

Aku menyengir sambil menampakkan gigi kelinciku, agar terkesan imut di hadapannya. "Mau kemana?" tanyaku langsung.

Dia diam sebentar, tidak langsung menjawab pertanyaannya, ah satu hari dengannya aku sudah mulai terbiasa dengan cara berbicaranya yang terkesan lamban ini. "Belanja, nanti malam kita ke datangan tamu," jawabnya.

"Tamu? Siapa? Mama ya?" siapa yang yang akan datang? Kalau mama sama papa kenapa aku tidak di beri tahu.

"Bukan, tetangga sebelah," jawabnya lagi. 

"Ibu-ibu yang tadi pagi?" Aku tak tau harus berekspresi seperti apa sekarang, mau ngapain ibu-ibu rempong itu datang ke rumah? Membuat suasana makin buruk saja.

"Kau tak suka?" sepertinya dia tahu yang aku pikirkan, baguslah kalau begitu.

"Iya," jawabku gamblang. 

"Mereka ingin bertamu, kenapa kau tak senang," dia langsung pergi. "Aneh," eh aku masih dengar ya kau mengata-ngataiku.

Tapi, benar juga ya, tak ada salahnya kalau mereka hanya sekedar bertamu. "Eh, tunggu!" Aku mengejarnya yag sudah masuk ke dalam mobil. Dan aku juga ikut nyelonong masuk ke dalam mobil.

Dia menatapku heran, seakan meminta penjelasan dariku. "Aku ingin ikut belanja," jawabku sambil tersenyum manis. 

Dia tidak berkata-kata lagi setelah itu, lalu kami pun pergi ke sebuah supermarket yang letaknya lumayan jauh dari rumah.

Selama perjalanan dia hanya diam, walaupun sudah berulang kali kuajak bicara, sangat membosankan sekali disini. Aku lagi-lagi melihatnya, berharap dia mau melirikku. Mmm, dia bahkan terdengar berulang kali bernafas kasar, aku tahu dia pasti kesalkan dengan sikapku ini. Hehehehe.

"Om!" panggilku. Dia tidak melihatku, masih fokus menyetir.

"Om!" panggilku lagi, dia mulai bergumam pelan.

"Om, bicara dong! Aku bosen banget tau." Aku memukul-mukul lengannya pelan. 

"Suruh siapa kau ikut?" 

Jleb, apa-apaan itu? Dia tidak punya hati ya? Masih mending aku mau ikut tau. 

"Aaiih, tau gini aku tadi mending tiduran aja di kamar." Aku berbasa-basi.

Ckitttt. 

Dia langsung mengehentikan mobil, secara tiba-tiba.

"Kenapa berhenti?" tanyaku heran.

"Turun!" perintahnya. Aku sampai tidak bisa menutup mulutku, apa maksudnya menyuruhku turun?

"Apaan sih?" Aku melipat tangan di dada. "Seenaknya nyuruh orang turun." Aku membrengut kesal.

"Tadi kau bilang ingin tidur di rumah yasudah sana balik ke rumah!" dia mendorong bahuku kasar. Dasar tidak bisa lemah lembut apa sama cewek. Dan lagipula kenapa dia menganggap serius perkataanku tadi, aku kan hanya bercanda. Ya walaupun tidak lucu sih.

"Aku tidak serius mengatakan itu." Aku melotot padanya. "Lagi pula siapa yang mau tidur di sore-sore begini," lanjutku.

Dia menatapku acuh, seperti tak berdosa sudah mendorongku tadi. Dasar pria tua. 

Setelah itu kami melanjutkan perjalan lagi, tidak lama kemudian kamipun sampai di tempat tujuan. Setelah mencari tempat parkiran Aku dan om Aska keluar dari mobil dan langsung masuk ke supermarket.

Aku mengekorinya dari belakang, mengambil ancang-ancang bersembunyi, takut kalau ada yag mengenaliku nanti. Wajahku telak mengenai punggungnya, kenapa dia tiba-tiba berhenti sih? 

"Sakit tau om." Aku mengusap-usap keningku yang terasa sakit.

Dia menatapku datar. "Suruh siapa kau berjalan di belakangku?" tanyanya.

Jadi maksudnya aku yang salah gitu? Iya? Aku kesal sekali dengannya. Aku memukul-mukul dadanya. "Dasar kau tidak berperasaan," dia hanya diam, membiarkanku memukulinya.

Detik selanjutnya aku baru menyadari kalau sekarang aku dan dia sedang jadi pusat perhatian orang-orang yang lalu lalang. Beberapa orang ada yang tersenyum-senyum sebagiannya lagi tak habis pikir dengan tingkahku. 

Refleks aku langsung menjauh darinya dan segera menutup wajahku dengan kedua tanganku, aku sangat malu sekarang. 

"Kau tidak usah malu seperti itu." Aku mengintip dari celah jariku. Dia tersenyum tipis, sangat tipis padaku. Wah ini pertama kalinya dia tersenyum hanya khusus untukku? Kenapa aku jadi senang begini.

Dia mendekat padaku dan menarik tanganku, aku membelalakkan mataku antara percaya dan tidak. Dia balik menatapku datar. "Cepatlah!" 

Tubuhku refleks berjalan mengikuti karena dia menarik tanganku. Aku baru sadar, tangannya kenapa besar sekali?

"Kenapa kau sok perhatian begini padaku?" Aku berjalan di sampingnya.

Dia tidak menjawab dan masih sibuk melihat ke kanan dan ke kiri. 

Ooo aku tahu, pasti dia tertarik ya padaku makannya bersikap manis seperti ini. Sudah kuduga, tidak akan ada cowok yang tidak tertarik padaku, apalagi pria tua semacamnya. Hihihihi.

Plakkk.

Aku tersadar saat merasakan sesuatu mengahantam pipi kananku sedikit keras. Aku langsung menatap kesal padanya, kenapa dia seenaknya menamparku?

"Kau aneh," lagi-lagi dia mengataiku aneh. "Kenapa kau senyum-senyum sendiri?" lanjutnya lagi. 

"Aku? Senyum-senyum sendiri?" Aku mengulang kalimatnya. "Seorang Yara tidak akan mungkin bertingkah gila seperti itu." Aku mengibas rambutku dengan tanganku yang bebas, lalu tersenyum centil padanya.

Dia menatapku tak percaya. "Terserahmu," lalu berlanjut jalan lagi. 

Kami sudah lima belas menit berjalan menglilingi supermarket tapi om Aska bahkan belum membeli satu barangpun. 

"Om!" Aku mulai merengek, kakiku sudah terasa pegal sekarang.

"Mmmm?" gumamnya pelan tanpa melihatku.

"Dari tadi kita hanya berkeliling tanpa mengambil apapun, sebenarnya apa yang kau cari?" Aku sedikit berteriak tepat di telinganya, walaupun aku harus berjinjit karena tubuhnya lebih tinggi dariku.

"Sebenarnya aku masih bingung harus memasak apa untuk nanti malam," ujarnya pelan. 

Ya Tuhan, kenapa dia seperti ini?

"Kalau kau bingung, lebih baik kita beli makanan siap saji saja." Aku memberi saran, bukankah saranku ini bagus. 

"Idemu buruk sekali." Om Aska berlalu meninggalkanku.

"Hey tunggu!" Aku berjalan cepat mengejarnya, kenapa langkahnya begitu besar sih? Aku jadi susah menandingi jalannya.

Related chapters

  • Cinta Untuk Suami   Bab 6

    Kami kembali ke rumah saat hari sudah mulai gelap, jujur aku sudah sangat lelah karena lebih dari dua jam aku berjalan terus. Aku baru tahu ternyata om Aska itu bisa memasak, makannya dia lebih memilih masakan sendiri untuk tetangga yang bakalan datang nanti malam.Aku sudah siap-siap sekarang, dengan pakaian rumahan yang terlihat sopan. Aku melihatnya yang sedari tadi sibuk memasak, sedikit kasian sih kalau melihat wajahnya yang tampak kelelahan itu. Tapi mau bagaimana lagi, aku kan tidak pintar memasak. Maaf sekali ya om.Aku berjalan menuju kulkas, mengambil beberapa buah-buahan dan cake yang kami beli tadi saat perjalanan pulang.Dia bernafas lega saat masakan buatannya sudah terhidang rapih di atas meja. Lalu terduduk lelah di kursi, sesekali menyeka keringat yang terus-teruss mengalir di bagian kening dan leher."Sebaiknya kau mandi dulu om." Aku mendekatinya sambil menaruh buah dan cake yang ku ambil tadi di atas meja. "Keringatmu bau sekali.

    Last Updated : 2022-01-18
  • Cinta Untuk Suami   Bab 7

    "Terima kasih atas jamuannya, kami pulang dulu. Kalau ada waktu mainlah juga ke rumah kami" Bu Indri bersamamu pada om Aska setelah itu bergantian padaku. Aku tersenyum kikuk."Iya, nanti kami sempatkan datang ke rumah kakak" Om Aska tersenyum lebar, sungguh munafik. Lihat saja kalau setelah ini kau tidak mau tersenyum padaku, akan ku tarik bibirnya itu. Lihat saja, aku tidak akan main-main dengan kata-kataku.Setelah itu mereka langsung pergi dari rumah kami, rasanya sekarang aku lega. Lagipula aku juga sudah sangat mengantuk.Aku langsung naik ke atas, tapi sebelum itu aku mengambil bingkisan yang tadi di berikan oleh ibu-ibu itu. Sepertinya isinya makanan, kareanaaku bisa mencium aroma coklat dari dalam sana."Om aku naik duluan ya sudah ngantuk" Aku langsung meningggalkannya tanpa menunggunya menjawab perkataanku.Sesampainya di kamar aku langsung merebahkan diriku di atas kasur, rasanya nyaman sekali. Pokoknya malam ini aku akan tidur ny

    Last Updated : 2022-01-18
  • Cinta Untuk Suami   Bab 8

    Aku bangun lama hari ini, mungkin efek karena tadi malam aku bergadang hampir semalaman. Ternyata menggangu om Aska itu sangat menyenangkan ya, hehehe. Lain kali aku coba lagi deh mengganggunya.Dengan sedikit tergesa-gesa aku menuruni anak tangga, tujuanku sekarang adalah dapur. Aku sangat lapar sekarang, dasar pria tua kenapa dia tidak membangunkanku dari tadi sih.Aku melihat ke arah lemari makanan, bersyukur karena dia menyisakan sepiring nasi goreng di sana. Mungkin ini untukku karena tidak ada orang lainkan di rumah ini.Dengan lahap aku makan nasi goreng itu, terasa sangat enak begitu suapan pertama masuk ke dalam mulutku. Sepertinya nanti aku harus belajar masak padanya. Aku juga ingin pintar memasak, karena selama ini aku hanya bisa menggoreng telur ceplok dan masak mie instan, sangat tak pantas untuk di banggakan.Akhirnya aku siap dengan sarapanku yang sedikit terlambat ini. Setelah siap mencuci piring bekas makanku, aku mengambil b

    Last Updated : 2022-01-18
  • Cinta Untuk Suami   Bab 9

    Beberapa minggu sudah terlewat, kini hubunganku dengan om Aska semakin membaik. Dan dia juga mulai membuka diri padaku.Tidak banyak yang ku lakukan bersamanya, lggipula dia juga setiap harinya kerja di perusahaan milik papanya, yang sekarang juga sudah jadi papaku.Setiap hari sambil menunggunya pulang aku hanya bisa menonton film di laptop milikku sendiri.Aku ingat waktu itu aku datang ke rumah masih dengan perasaan kesal, merasa kalau mama dan papa itu egois, tidak memikirkan perasaanku.Walau sekarang aku juga masih kesal aku juga tidak bisa berbuat apa-apa. Mungkin ini sudah takdir dari yang kuasa, aku juga bisa apa?Sekarang aku mulai menerima pernikahan ini dengan lapang hati, tapi aku tidak tahu kalau dengan om Aska. Walaupun hubungan kami sudah membaik dia juga sepertinya tidak tertarik padaku. Itu merupakan keuntungan bagiku, karena akan merepotkan kalau sampai dia suka padaku.Kalau seandainya aku ya

    Last Updated : 2022-01-18
  • Cinta Untuk Suami   Bab 10

    Hari ini adalah hari minggu, hore aku bisa berteriak senang hari ini. Aku menyibak gorden kamarku, seketika cahaya-cahaya lembut dari matahari pagi langsung menerobos masuk ke dalam kamar. Udara segar langsung kuhirup dalam-dalam begitu jendelanya ku buka. Ah, hari ini sangat cerah sekali.Setelah membereskan tempat tidur aku langsung bergegas mandi. Kalian harus tahu, aku sangat tidak suka menunda-nunda waktu mandi. Tidak butuh waktu yang lama bagiku untuk mandi. Ini masih pagi, kalau aku mandi lama-lama bisa mati karena kedinginan nanti. Wkwkwk.Siap berpakaian, hari ini aku memakai setelan training hitam dan t-shirt berwarna abu-abu, rencananya sih aku ingin mengajak om Aska joging bareng, ya walaupun udah agak siangan gak apa deh. Daripada di rumah terus aku bosen, kebetulan hari ini kan om Aska kan libur juga, iya kali dia hari minggu pergi ngantor.Ok, setelah berpakaian aku langsung turun ke bawah, perutku sudah minta jatah dari tadi. Sesampai

    Last Updated : 2022-01-18
  • Cinta Untuk Suami   Bab 11

    Dengan tergesa aku mengambil HP ku yang berbunyi, aku tahu ini. Ini pasti bunyi alarm yang sudah ku setel tadi malam. Dengan cepat ku matikan alarm itu, sangat berisik.Aku duduk sambil menyandar di kepala tempat tidur, mengumpulkan nyawaku yang masih setengah tersadar.Mataku mengarah ke seluruh sudut ruangan, tidak ada. Si pria tua itu sudah tidak ada di dalam kamar. Ah, mungkin dia sudah bangun duluan.Setelah kurasa tubuhku sudah mendingan di ajak utntuk beraktifitas akupun langsung beranjak ke kamar mandi.Hah, rasanya sangat segar mandi pagi-pagi begini. Siap dengan acara mandi pagi aku langsung mengenakan pakaian yang sudah di tentukan untuk mengikuti OSPEK di kampus.Baju kemeja putih, rok hitam panjang selutut. Hah aku bersyukur tidak di suruh pakai yang aneh-aneh seperti masa-masa MOS di SMA dulu.Aku masih berdiri di depan cermin, sedikit mengernyitkan dahi. Merasa ada yang kurang dari apaa yang ku pakai. Tapi apa? Aku

    Last Updated : 2022-01-18
  • Cinta Untuk Suami   Bab 12

    Sesampainya di rumahku, langit sudah gelap dengan sempurna. Ternyata memakan waktu yang lumayan juga ya pulang ke rumah."Makasih ya Nad." Aku sedikit berteriak sambil melambaikan tangan pada Nadia yang sudah beranjak pergi dari rumahku.Tidak ada jawaban, tentu dia sudah melaju dengan cepat. Dasar.Aku masih memperhatikan mobil Nadia smapia menghilang di tikungan jalan. Setelah puas melihat Nadia pergi, aku baru masuk ke dalam rumah.Ah, rasanya badanku sudah minta di baringkan saja. Aku ingin segera tidur di kasurku yang empuk.Begitu aku buka pintu Bik Inah langsung menghampiriku. Masih dengan senyum hangatnya, aku rasa Bik Inah ini selain suka memasak, dia juga suka menebarkan senyumnya ini. Untung dia sudah berumur, apa jadinya kalau dia masih muda. Bisa-bisa Om Aska suka pula dengannya.Hei Yara, kau kenapa terus-terus mengingatnya sih?Aku rasa otakku sudah terdoktrin dengannya."Haduh kok lama ba

    Last Updated : 2022-01-18
  • Cinta Untuk Suami   Bab 13

    Aku duduk lemas di bangku, sambil membiarkan Bik Inah menyiapkan sarapan untukku."Non yakin bakalan ikutan OSPEK hari ini?" tanya Bik inah."Yakin-yakin aja sih Bik, kan Yara udah sehat." Aku tersenyum manis padanya. Aku sudah merasa mendingan dari tadi malam. Bersyukur karena aku sakit tidak berlama-lama. Ya, walaupun masih agak sedikit pusing."Nanti kalau Non sakit di sana gimana?" Bik Inah memasang wajah cemas."Kan ada anggota PMR nya Bik." Aku mulai menyantap sarapan pagi ku. "Bibik gak usah khawatir, Yara kan kuat.""Kuat darimananya, baru begitu aja udah sakit," seru Om Aska yang tiba-tiba duduk si sampingku. Wakahnya itu, kenapa seolah-olah mengejekku?"Heboh banget sih." Aku menggeser bangku agar sedikit menjauh darinya. Aku tidak tahu, jantungku tiba-tiba saja berdetak cepat lagi hanya berdekatan dengannya."Terserahmu kalau begitu, aku tidak mau bersusah payah merawatmu lagi nanti kalau kau sakit," dia menatap

    Last Updated : 2022-01-18

Latest chapter

  • Cinta Untuk Suami   Mau Apa?

    Dinginnya malam seakan menusuk jauh ke dalam tubuhku, menjalar cepat seperti aliran darah ke seluruh tubuh. Membawa tanganku yang tadinya berpegang erat pada pinggiran pagar balkon ke arah perutku, memeluknya dengan erat.Jalanan kompleks yang biasanya tidak terlalu ramai, kini di padati para pengendara motor yang sibuk berlalu lalang. Aku bisa memakluminya karena besok adalah hari minggu.Ku alihkan fokusku ke arah samping kanan rumah dan langsung mendapati pekarangan rumah Bu Ayu yang memang bersebelahan dengan rumah kami. Di sebelah rumahnya bu Ayu ada rumahnya Bu Indri. Kalau di samping kiri ku ada rumah Bu Uci, ah di antara yang lainnya dia memang yang paling cocok untuk di panggil kakak. Umurnya juga belum terlalu tua mungkin baru menginjak ujung dua puluhan atau mungkin awal tiga puluhan kayaknya. Dan dari yang ku dengar-dengar juga, katanya Bu Uci juga belum terlalu lama tinggal di sini. Berbeda jauh dengan Bu Ayu dan Bu Indri yang sudah menempati perumahan ini lebih dari sep

  • Cinta Untuk Suami   Teman Yang Baik

    Hawa panas mulai menyerang pertahanan tubuh kami. Bahkan sudah terdengar dari tadi beberapa orang yang mengeluhkan rasa tidak nyamannya.Sama seperti hari kemarin, hari ini setelah perkenalan yang terkesan boring itu Dosen pun keluar, setelah sebelumnya mengatakan bahwa mulai minggu depan kami sudah bisa memulai kuliah dengan normal.Ya baiklah, itu terserah mereka saja.Para pelajar yang baru saja menyandang status sebagai Mahasiswa, sudah bersiap-siap dengan barang-barang bawaan mereka. Begitu di lihat Dosen benar-benar menghilang dari ambang pintu merekapun langsung bangkit dari kursinya. Beberapa terlihat meregangkan tubuh mereka dengan cara memutar-mutar pelan pinggang mereka atau melakukan peregangan ringan pada leher.Terlihat lebay karena pada dasarnya kami tidaklah melakukan kegiatan yang begitu melelahkan dan menguras tenang. Lagak mereka sudah mirip para Petapa yang duduk selama berhari-hari tanpa makan dan minum."Kok gerah banget ya ini ruangan? AC nya hidup gak sih tu? P

  • Cinta Untuk Suami   Kericuhan Di Kelas

    Pada akhirnya aku hanya bisa terus berpura-pura tidak terjadi apa-apa antara aku dan dia malam itu. Bukan karena aku sok kuat atau apapun itu, tapi biarlah hal ini berjalan dengan seiringnya waktu. Rasa kantukku semakin menjadi, akibat rasa pusing yang mendadak datang karena terus-menerus memikirkan hal itu. Aku tersentak kuat saat menyadari sesuatu yang sudah berbeda di sekitar ku.Suasana kelas yang tadinya anteng ayem kayak di hutan kini berubah menjadi ribut begitu beberapa orang masuk ke dalam. Terhitung ada tiga orang cewek dan dua orang cowok, salah satu cowok itu adalah yang kemarin tidak sengaja bertatap muka denganku.Hal yang sama juga tidak di rasakan saja olehku, beberapa yang lainnya juga melihat ke arah mereka. Mungkin merasa terganggu karena suara-suara teriakan heboh yang mereka keluarkan. Semangat sekali mereka, maklum sih ini masih pagi. Berbanding terbalik denganku yang merasa sangat tidak bertenaga sama sekali.Mereka yang menjadi pusat perhatian karena beberapa

  • Cinta Untuk Suami   Bab 38 Menaruh Curiga

    Tatapanku dan dia saling beradu, suasana di sekitar kami kini menjadi sunyi dan senyap. Hanya nafas kami yang saling bersaut-sautan mengisi rasa ke gugupan yang sudah mendatagiku sejak tadi.Dia memajukan wajahnya, membuatku semakin was-was dan perlahan memundurkan tubuhku. Menjauhinya.Alisnya terangkat sebelah seolah sedang bertanya sekaligus menggodaku. "Apa?" tanyaku sewot mengalihkan rasa gugupku.Dia tertawa pelan, terdengar aneh, membuat wajah tampannya tampak jadi mneyeramkan. Aku tahu ekspresi wajah ini.Aku melihat ke bawah, ke arah kursi yang ku duduki, kalau aku mundur lagi maka aku akan jatuh. Dan aku tidak suka dia menertawaiku nantinya.Saat ku rasakan deru nafasnya sudah menerpa wajahku, hal yang aku lakukan selanjutnya hanyalah memejamkam mataku. Tanganku di genggam olehnya. Aku pasrah kalau dia akan berbuat apapun padaku. Ya, pikiranku sudah mulai di penuhi dengan pikiran kotor lagi.Beberapa detik terlewat tidak terjadi apapun. Karena penasaran aku membuka satu mata

  • Cinta Untuk Suami   Bab 37 Mulai Bicara Lagi

    "Siapa ini?" jantungku berpacu cepat begitu terdengar seruan dari arah belakang.Tubuhku bergerak kaku dan terkesan patah-patah saat berbalik tubuh. Ku dongakkan sedikit kepalaku agar bisa melihat dengan jelas orang yang tengah menatap tajam padaku, tatapannya seperti ingin membunuh.Dengan susah payah aku menelan ludah sampai akhirnya aku mulai mengerakkan mulutku."Ah i-itu dia tem-""Malam bang!" belum siap aku berbicara walaupun tergagap, Dion memotong pembicaraanku dan dengan santainya menyapa pria tua di depanku ini dengan senyuman manis dan ia menyempatkan untuk menunduk tanda hormatmatnya.Aku mempelototi Dion tak percaya dengan apa yang ia lakukan barusa. Tidak ada yang salah di sini, kalau yang ia tegur itu bukanlah pria ini. Hei apa yang kau pikirkan Yara? Tidak ada masalah yang terjadi nanti, jadi kenapa kau jadi secemas ini. Bukankah Om Aska selalu ramah pada tamu yang datang ke rumah mereka ini. Lantas apa yang kau takutkan.Ya itu benar. Aku mulai menegakkan tubuhku,

  • Cinta Untuk Suami   Bab 36 Tamu di Malam Hari

    Bi Inah yang tadi bersembunyi ke arah dapur kini sudah kembali lagi saat di dengarnya suara mobil milik Om Aska. Wajahnya di penuhuni dengan tanda tanya saat melihatku yang wajahnya sudah makin manyun dari pada yang tadi.Sekilas ku lihat Bi Inah melirik ke arah kamar di atas, dimana Om Aska baru saja masuk ke dalam kamarnya. Lalu dia berjalan ke arahku dengan sedikit tergesa-gesa. HP nya sudah tidak ada lagi di tangannya, mungkin ia menyembunyikan dariku."Kenapa non?" tanyanya begitu sudah berada di dekatku, dia memilih berdiri dan tidak duduk seperti tadi.Masih dengan wajah yang sama aku melihatnya. "Yara kenapa emangnya? Kok bibik nanyak nya gitu?" "Itu non, saya lihat wajah non kok kayaknya makin murung aja. Padahal kan tuan Aska udah pulang, kok masih cemberut sih?" "Karena dia pulanglah Yara jadi makin gak mood gini. Rasanya tuh pas lihat mukanya pingin banget di cakar-cakar biar jadi gak berbentuk sekalian. Kesel banget ah," cibirku asal-asal. Jelas -jelas tadi aku sempat m

  • Cinta Untuk Suami   Bab 35 Masih Kesal

    Waktu sudah menunjukkan pukul enam lewat beberapa menit dan matahari baru saja benar-benar lenyap dari langit. Aku menutup jendela kamar, menguncinya lalu turun ke lantai bawah. Merasa bosan karena tidak ada orang yang bisa di ajak bicara aku berencana menemui Bi Inah yang sekarang entah di mana ke beradaannya.Padahal aku sudah mencarinya di mana-mana termasuk di dapur dan di halaman belakang biasa tempat aku dan Bi Inah mengobrol bareng. Tapi tidak ada. Mmm. Di kamar mungkin kali ya?Aku menyegerakan diri menuju kamarnya, dan langsung mengetuk pintu. "Bi!" panggilku sedikit kuat sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar. Lama tidak ada jawaban, akhirnya Bi Inah keluar setelah panggilanku yang ke sekian kalinya dengan wajah sedikit merasa bersalah. "Maaf ya non, saya tadi gak denger soalnya lagi telponan sama anak saya di rumah," ujarnya sambil menundukkan kepalanya. Aku yang melihatnya jadi tidak enak. "Ah bibik, biasa aja kali gak usah ngerasa bersalah gitu! Kayak sama siapa aja." Ak

  • Cinta Untuk Suami   Bab 34 Hari Yang Melelahkan

    Aku mengetuk-ngetuk pelan mejaku, menunggu giliranku untuk memperkenalkan diri. Gak perlu pakai perkenalan aku yakin nanti juga bakalan kenal, mana ni kelas ramai lagi. Buat jantung deg-deg an aja.Dion menyenggolku pelan saat tiba giliranku. Aku langsung berdiri dan menyebutkan nama, alamat, asal sekolah dan hal-hal lainnya yang sering di tanyakan saat perkenalan diri.Sedikit gugup sih, karena wajah-wajah orang di sekitarku lumayan menyeramkan sih menurutku. Bukan, mereka bukan buruk rupa, tapi beberapa di antaranya menunjukkan wajah dingin dan masam. Hah, sepertinya mereka punya beban yang lebih berat daripada yang aku tanggung.Aku duduk kembali setelah siap memperkenalkan diri. Dan di lanjutkan oleh Fanie yang duduk di samping kananku. Jadi posisinya aku ada ditengah-tengah Dion dan Fanie. Mereka ini tadi sempat berebut aku akan duduk di samping siapa. Karena gak mau jadi bahan perbincangan orang-orang karena ini masih hari pertama masuk kuliah aku memutuskan untuk duduk di antar

  • Cinta Untuk Suami   Bab 33 Senior Rafa

    "Yaraaa!" teriakan kuat bin heboh langsung menerjang indra pendengarku dengan begitu lantangnya. Aku memutar cepat ke arah belakang dan mendapati Emma yang tengah berlari tergopoh-gopoh ke arahku. Tidak lupa dengan senyuman aneh di wajahnya yang sudah lumayan lama tidak ku lihat lagi. Tak kalah hebohnya aku juga ikut-ikutan berlari cepat ke arah Emma samb merrntangkan tanganku. Bersiap-siap memeluknya, padahal antara jarakku dan dia masih terbilang tidak dekat. "Aaaaa," kami semakin teriak kayak orang ke surupan begitu saling berpelukan. "Kangen ah aku sama kamu, kalau gak di chat luan pasti gak bakalan chat," celutuknya di sela pelukan kami. Ah, rasanya dia seperti tidak bertemu berabad-abad dengan ku, terasa dengan begitu jelas dari pelukan eratnya. Ah, anak ini lebay banget sih. Pelukan kami terlepas saat Nadia dengan paksa melepasnya. Dengan wajah di tekuk dia ngomel. "Malu-maluin banget sih kalian! Di lihatin orang-orang tahu." Aku dan Emma yang cengengesan menanggapinya.

DMCA.com Protection Status