Short
Cinta Rumit Tiga Sekawan

Cinta Rumit Tiga Sekawan

Short Story · Romansa
By:  Ayu AzaleaUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
Not enough ratings
29Chapters
22views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

"Wenny, sejak kamu kecil, keluarga kita sudah menjodohkanmu. Sekarang kan penyakitmu sudah hampir sembuh, apakah kamu mau pulang ke Kota Jintara dan menikah? Kalau kamu tetap nggak mau, aku akan bicara lagi sama ayahmu untuk membatalkan perjodohan ini." Di dalam kamar yang remang-remang, Wenny Sanjaya hanya bisa mendengar keheningan. Saat orang di ujung telepon hampir menyerah untuk membujuknya lagi, tiba-tiba dia berkata, "Aku mau pulang untuk menikah." Bu Maya Sanjaya tertegun di seberang telepon, seperti tidak menyangka, "Kamu ... kamu setuju?" "Wenny menjawab dengan tenang, "Ya, aku setuju. Tapi, aku masih butuh waktu untuk menyelesaikan urusanku di Kota Hanis. Aku akan kembali dalam dua minggu. Ibu, kalian siapkan saja dulu pernikahannya." Setelah mengucapkan beberapa pesan tambahan, dia menutup telepon.

View More

Latest chapter

Free Preview

Bab 1

Begitu telepon terputus, terdengar suara musik keras dari lantai bawah, dan samar-samar terdengar juga suara orang yang sedang menyanyikan lagu ulang tahun.Itu adalah pesta ulang tahun yang diadakan oleh Yoga dan Sandro untuk Hana.Tiba-tiba terdengar langkah kaki dari luar. Entah sejak kapan, Hana sudah berjalan masuk sembari tersenyum dan membawa sepotong kue black forest."Matanya yang indah berkedip beberapa kali, wajahnya yang cantik dihiasi riasan yang halus, tetapi ada sedikit noda krim yang agak mencolok. Dia pun berkata, "Kak Wenny, ayo turun dan main denganku?""Wenny yang bisa melihat jelas ada topeng di balik wajahnya, berkata dengan suara dingin, "Masih ada pekerjaan yang harus aku lakukan, jadi aku nggak bisa ikut. Selamat bersenang-senang."Seketika, mata Hana penuh dengan air mata. "Kak Wenny, apa kamu nggak suka padaku, makanya kamu menolak?"Wenny refleks mengerutkan dahinya. Dia tidak melakukan apa-apa, tetapi kenapa malah kelihatannya seperti dia yang menyakiti Han...

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
29 Chapters
Bab 1
Begitu telepon terputus, terdengar suara musik keras dari lantai bawah, dan samar-samar terdengar juga suara orang yang sedang menyanyikan lagu ulang tahun.Itu adalah pesta ulang tahun yang diadakan oleh Yoga dan Sandro untuk Hana.Tiba-tiba terdengar langkah kaki dari luar. Entah sejak kapan, Hana sudah berjalan masuk sembari tersenyum dan membawa sepotong kue black forest."Matanya yang indah berkedip beberapa kali, wajahnya yang cantik dihiasi riasan yang halus, tetapi ada sedikit noda krim yang agak mencolok. Dia pun berkata, "Kak Wenny, ayo turun dan main denganku?""Wenny yang bisa melihat jelas ada topeng di balik wajahnya, berkata dengan suara dingin, "Masih ada pekerjaan yang harus aku lakukan, jadi aku nggak bisa ikut. Selamat bersenang-senang."Seketika, mata Hana penuh dengan air mata. "Kak Wenny, apa kamu nggak suka padaku, makanya kamu menolak?"Wenny refleks mengerutkan dahinya. Dia tidak melakukan apa-apa, tetapi kenapa malah kelihatannya seperti dia yang menyakiti Han
Read more
Bab 2
Wenny menutup pintu, lalu memakai earphone. Dia tidak ingin mendengar keramaian di luar.Karena sudah memutuskan untuk pulang dan menikah, maka pekerjaannya di sini harus dia tinggalkan. Namun, dia tetap ingin menyelesaikan tugas-tugasnya dahulu agar tidak merepotkan orang lain.Dia duduk di depan jendela besar, menyelesaikan pekerjaannya sendirian.Matahari di luar mulai tenggelam, langit pun perlahan menjadi gelap.Wenny melepas earphone-nya, bangkit dan meregangkan tubuh. Setelah sekian lama, akhirnya pekerjaannya selesai.Suasana di lantai bawah kini benar-benar sudah hening.Secara refleks dia membuka ponselnya untuk bersantai sejenak.Saat itu, muncullah pesan dari Hana. Wenny pun langsung membukanya.[Kenapa kamu nggak kasih 'like' di postinganku?]Baru satu menit pesan itu dikirim, pesan lainnya masuk.[Maaf ya, Kak Wenny, aku salah kirim, jangan marah ya?]Wenny membuka akun media sosial Hana, ingin melihat apa yang dia posting.Yang terlihat di depan mata adalah kolase foto d
Read more
Bab 3
Melihat dua pria di depannya yang terlihat tegang, Wenny berkata dengan tenang, "Ini hanya foto saja, bisa difoto lagi nanti.""Karena sudah habis terbakar, nanti kita foto ulang saja. Kebetulan kita sudah lama nggak pergi liburan."Yoga mencoba menenangkan situasi dan Sandro segera menambahkan, "Kali ini kita juga bisa ajak Hana. Dia sering bilang kalau dia belum pernah pergi liburan sebelumnya."Mendengar kata-kata Sandro, Wenny kembali tersenyum pahit, menertawakan dirinya sendiri.Yoga dan Sandro mengira dia setuju dengan usulan ini, dan langsung menghela napas lega.Ketika mereka hendak masuk ke dalam, mereka melihat beberapa kotak besar yang tiba-tiba ada di ruang tamu. Tadi pagi saat mereka keluar, kotak-kotak ini belum ada di sana."Apa lagi ini?" Keduanya bertanya serempak.Wenny melirik sejenak, lalu berkata, "Oh, aku sudah mengundurkan diri, rencananya mau cari pekerjaan baru."Bukankah sebelumnya dia sangat menyukai pekerjaan ini?Pertanyaan yang sama terlintas di benak Yog
Read more
Bab 4
Hana memeluk piala itu, tetapi tidak ada kebahagiaan di wajahnya atas kemenangan Wenny. Dia juga tidak menyerahkan piala tersebut.Dia malah menggigit bibirnya dan berkata dengan wajah sedih, "Kak Wenny, Direktur menyuruhku mengantarkan piala ini untukmu. Penghargaan ini sangat bergengsi, kamu hebat sekali.""Aku mau meminta sesuatu, meski terdengar agak memalukan. Aku belum pernah menerima penghargaan ini, bisakah piala ini aku pinjam beberapa hari?"Meminjam piala ini beberapa hari?Ini pertama kalinya Wenny mendengar permintaan yang begitu konyol.Dia mengernyitkan dahi, lalu tersenyum dingin seraya berkata, "Kalau sudah tahu agak memalukan, sebaiknya jangan ajukan permintaan seperti itu. Kalau kamu benar-benar mau, ikut saja kompetisi itu dan menangkan sendiri."Setelah itu, dia mengulurkan tangannya untuk mengambil pialanya dari pelukan Hana.Tidak menyangka sikap Wenny begitu dingin, wajah Hana langsung pucat, tampak seperti sangat tertekan. "Kak Wenny, kenapa kamu bicara seperti
Read more
Bab 5
Entah sejak kapan, telepon di tangan Wenny sudah terputus.Dia menenangkan emosinya sejenak, lalu berkata, "Sahabatku akan menikah, kenapa? Apa kalian mau ikut?"Saat ini, Yoga dan Sandro makin dingin terhadapnya. Setelah dia kembali ke Kota Jintara, mereka tidak akan bertemu lagi, bahkan mungkin tidak bisa dianggap sebagai teman lagi.Jadi, tidak perlu mengatakan yang sebenarnya kepada mereka, bahwa dia akan pulang ke Kota Jintara untuk menikah.Mendengar kata-kata itu, Yoga dan Sandro langsung saling berpandangan dan merasa agak aneh.Namun, mereka tidak terlalu memikirkannya, dan hanya berkata dengan santai, "Nggak, kamu saja yang pergi, aku sibuk di kantor."Setelah itu, seolah-olah masih marah karena Wenny membuat Hana terluka, dengan wajah dingin Yoga mengambil dokumen dan masuk ke ruang kerjanya.Sandro juga memasang wajah masam dan berkata, "Hari ini Hana sampai terluka karena kamu, sebaiknya kamu minta maaf padanya. Kalau nggak, aku nggak tertarik menemani kamu ke acara pernik
Read more
Bab 6
Wenny akhirnya berhasil pulih dengan susah payah. Dia bersandar di dinding, memegang obat di tangannya dengan erat sambil menutupi wajahnya untuk menghalangi serbuk bunga masuk lagi.Belum sempat beristirahat sejenak, terdengar suara Yoga yang bertanya padanya.Apa kamu benar-benar membenci Hana? Dia baru saja memberikan bunga-bunga ini kepada kita, tapi kamu langsung menghancurkannya!Tak lama kemudian, suara Sandro yang penuh dengan kemarahan juga menyusul.Wenny, aku merasa kamu makin susah dipahami belakangan ini, bagaimana kamu bisa berubah seperti ini!Mendengar kata-kata itu, Wenny menarik napas dalam-dalam.Seluruh tubuhnya bergetar, marah dan kesal. Ada banyak kemarahan yang ingin diungkapkan, tetapi pada akhirnya, hanya menjadi suara yang terisak dengan mata berair.Aku yang berubah? Atau sebenarnya kalian yang berubah?Aku menderita asma dan alergi terhadap serbuk bunga, apa kalian nggak tahu?Suaranya lemah, tidak ada semangat sedikit pun.Setiap kata dan kalimatnya seperti
Read more
Bab 7
Urusan rumah akhirnya sudah beres, Wenny pun bisa merasa lega.Beban yang dirasakannya langsung terasa jauh lebih ringan.Saat menandatangani kontrak, Wenny menyadari bahwa hari pengurusan dokumen properti itu ternyata tepat pada hari dia akan pergi.Kebetulan sekali. Jadi dia tidak perlu menjelaskan lagi ke Yoga dan Sandro.Saat menulis namanya di atas kertas, dia merasa sangat lega.Segalanya akan segera berakhir.Sekarang, hanya ada satu hal terakhir yang tersisa.Dia pergi ke pusat perbelanjaan. Di sana, dia memilih dan membeli sebuah alat pijat serta sebuah perhiasan gelang dengan cermat, lalu pergi ke rumah tantenya.Begitu dia masuk, Tante Reyna langsung memeluk Wenny dengan erat.Wenny, aku benar-benar nggak rela kamu pergi. Kamu sudah bertahun-tahun tinggal di Kota Hanis, aku sudah menganggapmu seperti anak kandungku sendiri. Aku nggak terbayang hidup tanpa kamu.Tante Reyna menghapus air matanya, menggenggam tangan Wenny dengan erat dan tidak mau melepaskannya.Wenny juga tid
Read more
Bab 8
Wenny berbalik dan hendak pergi. Setelah kedua orang itu memastikan bahwa dia tidak marah, barulah mereka merasa lega.Yoga melangkah maju, lalu menggenggam tangannya. "Nggak perlu merapikan koper, terlalu banyak dan melelahkan. Nanti aku akan suruh sopirku datang, lalu kita akan pindah ke rumah baru bersama-sama."Sandro juga mengangguk setuju.Di saat itu, Wenny merasa seperti melihat kembali dirinya yang dulu selalu menjadi prioritas utama mereka.Dulu, saat masih kecil, setiap Wenny berbicara, mereka akan menanggapinya dengan tawa.Namun, sekarang janji di masa muda itu telah berubah menjadi sekadar kata-kata tanpa makna.Wenny melirik Hana sambil menggelengkan kepala, "Nggak perlu, banyak hal yang harus aku atur sendiri."Setelah mengatakan itu, tanpa memperhatikan ekspresi kedua orang itu, dia langsung berbalik dan pergi.Setibanya di rumah, dia membereskan koper, lalu membersihkan diri. Setelah itu, saat baru saja berbaring, tiba-tiba dia mendapat telepon dari Hana.Dari ujung t
Read more
Bab 9
Selanjutnya, Yoga dan Sandro duduk di meja di sebelah Wenny bersama Hana.Kedua anak muda itu berebut menyiapkan makanan untuk Hana, dengan mata penuh kasih sayang.Melihat pemandangan itu, Maudy merasa kesal sampai steik di piringnya hancur, tetapi Wenny tetap terlihat tenang. Akhirnya Maudy memilih untuk diam dan tidak mengatakan apa-apa.Tidak lama kemudian, mereka selesai makan malam dan pergi bersama.Setelah mengucapkan selamat tinggal kepada Maudy, Wenny kembali ke rumah.Malam itu, Yoga dan Sandro masih belum pulang.Wenny juga tidak peduli, dia sibuk mengemas barang-barang terakhirnya.Pagi-pagi, dia mendengar suara langkah kaki dari luar, jadi dia tahu bahwa Yoga dan Sandro sudah pulang.Mereka seharusnya memang sudah pulang, karena hari ini adalah hari mereka pindah ke rumah baru.Hanya saja mereka tidak tahu, di rumah baru mereka, di masa depan mereka, tidak akan ada Wenny lagi.Suara gaduh di luar makin keras, sepertinya mereka sedang memindahkan barang-barang. Wenny berpu
Read more
Bab 10
Wenny naik ke pesawat tanpa menoleh sedikit pun. Dia sama sekali tidak peduli dengan apa yang akan terjadi pada Yoga dan Sandro.Pesawat lepas landas dan dia merasakan kelegaan yang belum pernah dirasakannya sebelumnya.Namun, di Vila Teluk di Kota Hanis, suasananya sangat tegang.Sudah tiga jam berlalu. Yoga dan Sandro tiba di Vila Teluk bersama Hana, tetapi mereka belum juga melihat sosok Wenny.Di dalam vila hanya ada barang-barang mereka bertiga, sementara barang-barang Wenny tidak terlihat.Yoga merasa sangat gelisah, seolah-olah ada sesuatu yang tidak terduga sedang terjadi.Sandro duduk di sofa, wajahnya juga terlihat sangat cemas.Hana sudah tahu apa yang sedang terjadi, tetapi dia memutuskan untuk tidak mengatakan apa-apa.Melihat kedua pria itu diam saja, akhirnya dia mencoba bicara untuk memecah keheningan."Mungkin Kak Wenny belum selesai berkemas. Bagaimana kalau kita suruh orang lain mengatur semuanya dulu? Lagi pula, kita 'kan masih ada rencana makan malam bersama. Kak W
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status