Kekasih Di Balik Kabut

Kekasih Di Balik Kabut

last updateLast Updated : 2025-03-03
By:  Olivia YoyetUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 rating. 1 review
65Chapters
377views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Scan code to read on App

Martin Ragnala, seorang pengusaha muda peranakan Tionghos, membeli sebidang tanah di pinggir Kota Bandung untuk dijadikan tempat bisnis. Kala mengecek lokasi, Martin bertemu dengan perempuan berbaju Cheongsam merah. Mereka sempat berbincang, dan perempuan itu mengaku bernama Margaretha. Semenjak pertemuan itu, Martin kerap kali memimpikan Margaretha, ataupun berjumpa dengan perempuan tersebut di berbagai tempat. Hendri Danantya, calon Kakak ipar Martin, mendatangi lokasi proyek yang tengah dihebohkan dengan berbagai peristiwa aneh di sana. Hendri yang memiliki kemampuan supranatural, mendiga bila beberapa peristiwa itu dan mimpi-mimpi Martin memiliki keterkaitan, yang mesti diselidiki.

View More

Latest chapter

Free Preview

Bab 01 - Koko Chen, kemarilah!

01"Mas, bos kita ngobrol sama siapa, ya?" tanya Ridho, supervisor proyek pembangunan pusat bisnis, di pinggir Kota Bandung.Seno Argianto menyipitkan mata untuk menajamkan penglihatan. "Kayaknya perempuan, tapi, mukanya nggak jelas. Ketutupan rambut," jawabnya. "Perempuan?" desak Ridho. "Hu um." "Tapi ... di sini nggak ada pekerja perempuan." Seno terdiam sesaat, lalu dia memandangi pria berkemeja cokelat di sebelah kiri. "Apa itu anak pemilik katering?" tanyanya. "Bu Lilis nggak punya anak perempuan." "Mungkin karyawannya." "Hmm, ya, bisa jadi." Keduanya meneruskan perbincangan sambil berpindah ke kantor pengelola. Sementara Martin Ragnala masih bercakap-cakap dengan perempuan berbaju Cheongsam merah. Martin terkejut, karena baru kali itu menemukan orang yang bisa berbahasa Tiociu, bahasa leluhurnya yang berasal dari Cina daratan. Pengusaha muda peranakan Tionghos itu begitu senang bisa kembali menggunakan bahasa turunan dari pihak ibunya, yang merupakan warga negara Malay...

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
~•° Aishiteru °•~
cerita nya seruuuuuu
2025-02-28 07:20:09
0
65 Chapters
Bab 01 - Koko Chen, kemarilah!
01"Mas, bos kita ngobrol sama siapa, ya?" tanya Ridho, supervisor proyek pembangunan pusat bisnis, di pinggir Kota Bandung.Seno Argianto menyipitkan mata untuk menajamkan penglihatan. "Kayaknya perempuan, tapi, mukanya nggak jelas. Ketutupan rambut," jawabnya. "Perempuan?" desak Ridho. "Hu um." "Tapi ... di sini nggak ada pekerja perempuan." Seno terdiam sesaat, lalu dia memandangi pria berkemeja cokelat di sebelah kiri. "Apa itu anak pemilik katering?" tanyanya. "Bu Lilis nggak punya anak perempuan." "Mungkin karyawannya." "Hmm, ya, bisa jadi." Keduanya meneruskan perbincangan sambil berpindah ke kantor pengelola. Sementara Martin Ragnala masih bercakap-cakap dengan perempuan berbaju Cheongsam merah. Martin terkejut, karena baru kali itu menemukan orang yang bisa berbahasa Tiociu, bahasa leluhurnya yang berasal dari Cina daratan. Pengusaha muda peranakan Tionghos itu begitu senang bisa kembali menggunakan bahasa turunan dari pihak ibunya, yang merupakan warga negara Malay
last updateLast Updated : 2025-01-14
Read more
Bab 02
02"Dho, di sini, ada tukang urut, nggak?" tanya Martin. "Kurang tahu." Risho mengamati bosnya, lalu dia bertanya, "Kenapa, Mas?" "Badanku pegal-pegal. Terutama punggung. Kayak habis manggul karung." Ridho menyunggingkan senyuman. "Memangnya Mas pernah manggul karung?" "Pernah. Aku dilatih Papa dengan keras. Katanya, nggak peduli aku anaknya, tetap harus bantu angkut barang di grosiran." Ridho mengangguk paham. "Pak Razman beda dengan pengusaha lainnya yang aku kenal. Beliau sangat tegas dan nggak pilih kasih.""Papa lahir di keluarga sederhana. Beliau dan adik-adiknya bekerja keras, hingga bisa berhasil seperti sekarang." Martin memandangi sekeliling. "Papa yang memintaku berbisnis di sini. Supaya keturunannya tetap ada di tanah kelahirannya," lanjutnya. Kedatangan beberapa orang menjadikan percakapan itu terjeda. Martin mengangkat alis kala menyaksikan wajah kepala sekuriti yang terlihat tegang. "Ada apa, Dang?" tanya Martin. "Lapor, Pak. Ada alat berat yang terguling," jela
last updateLast Updated : 2025-01-14
Read more
Bab 03
03Sepanjang perjalanan menuju Kota Bandung, Martin terlelap. Dia benar-benar kelelahan, padahal selama berada di tempat proyek, Martin lebih sering berada di kantor dibandingkan luar ruangan. Hendri yang duduk bersama Martin dan Wirya di kursi belakang mobil Jeep, berulang kali mengamati lelaki yang usianya 6 tahun lebih muda darinya. Terbayang kembali sepasang mata di ujung kanan kantor. Hendri benar-benar penasaran dan sangat ingin mengecek lokasi itu sekali lagi. Namun, Hendri merahasiakan hal itu dari Martin, agar pria bermata sipit tersebut tidak cemas. "Koko Chyou ngajak ketemuan," ujar Wirya yang sedang berbalas pesan dengan Kakak sepupu istrinya, Delany. "Kapan?" tanya Hendri. "Senin minggu depan. Dia baru nyampe dari Bali itu, hari Sabtu. Minggunya istirahat. Senin baru masuk kantor GWG." "Kayaknya aku nggak bisa. Kamu aja, W." Hendri dan teman-temannya semasa kuliah terbiasa dipanggil dengan huruf depan nama masing-masing. "Aku juga mau ke Kanada bareng Yoga." Wirya
last updateLast Updated : 2025-01-14
Read more
Bab 04
04"Ko, dipanggil Bapak," tukas Dimas, seusai memasuki kamar tamu yang ditempatinya bersama Martin. "Bentar lagi aku keluar. Mau ke toilet dulu," balas Martin sembari bangkit dan jalan ke toilet di sudut kiri ruangan luas bernuansa abu-abu muda. Kala Martin melewatinya, Dimas tertegun. Asisten kedua Wirya itu mengendus-ngendus, karena aroma harum yang lembut menguar dari tubuh Martin. Sangat berbeda dengan wangi parfum yang biasa dipakai calon suami Yuanna tersebut. Dimas berpikir sesaat, kemudian dia mengangkat bahu. Lelaki berkaus putih tersebut berpindah ke depan cermin. Dimas menyisiri rambutnya sembari bersiul. Sekian menit terlewati, Dimas dan Martin telah berada di ruang makan. Mereka bersantap sembari mendengarkan percakapan Arsyad, Hendri dan Wirya. Tidak berselang lama, Fenita datang bersama suami dan Kellan, anaknya. Lelaki kecil berbaju merah langsung bergabung dengan Bayazid, anak Wirya dan Delany, yang kemudian mengajak Kellan bermain di teras. "Ada temannya, Kella
last updateLast Updated : 2025-01-14
Read more
Bab 05
05Hendri dan Wirya termangu, sesaat setelah mendengarkan penuturan Yuanna, tentang kejadian di pusat kota sore tadi. Kedua sahabat itu saling melirik, kemudian mereka sama-sama menghela napas berat dan mengembuskannya sekali waktu. Hendri berpikir cepat. Dia yakin jika ada yang tidak beres, yang sedang melingkupi Martin. Hendri akhirnya menerangkan maksudnya untuk menyelidiki tempat proyek yang sedang dikerjakan Martin. Namun, dia meminta Wirya dan Yuanna merahasiakannya. "Kapan kamu mau ke sana?" tanya Wirya. "Pengennya, sih, secepatnya," sahut Hendri. "Kekejar nggak waktunya? Kamu, kan, mau ke Sydney." Hendri tertegun sesaat. "Aku mau minta gantiin Gunther aja buat kunjungan ke sana." "Lalu, yang nemenin kamu, siapa? Z mau ke Filipina bareng Naizar dan Izra." "Mau nggak mau, aku maksa Bayu dan Ubaid buat ikut. Karena Gunther gantiin aku. Emyr sama Kenzie juga sibuk keliling Indonesia. Di kantor sisa Gilang, Rini dan Gwen. Enggak mungkin aku ngajak mereka ke proyek itu." "Aj
last updateLast Updated : 2025-01-14
Read more
Bab 06
06Pagi itu, Martin dan Aditya telah berada di TKP. Mereka memerhatikan para pekerja yang sedang berjibaku untuk memadatkan tanah lapisan terbawah. Martin berbincang dengan Muchlis dan Ridho, di saung tempat pekerja beristirahat. Aditya memutari lokasi sembari memotret beberapa hal yang menurutnya penting. Aditya berhenti beraktivitas ketika melihat beberapa orang yang sedang mengarit di seberang. Asisten Yoga tersebut penasaran dan segera mendatangi keempat orang bertopi caping. Sebab bukan orang Sunda, Aditya akhirnya menyapa mereka dengan bahasa Indonesia. Dia meringis ketika pria paruh baya di hadapannya menyahut dengan bahasa Sunda yang cepat. "Mohon maaf, Pak. Bahasa Sunda saya terbatas. Jadi kita ngobrolnya pakai bahasa Indonesia saja," pinta Aditya yang dibalas anggukan pria berkaus hitam di depannya. "Ya, Kang. Mangga," tukas lelaki tua sambil membetulkan letak capingnya. "Bapak warga asli sini?" "Muhun." "Rumahnya, jauh?" "Enteu. Sakitar sakilo. Kanan tea." Pria itu
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more
Bab 07
07Malam telah larut ketika Aditya kembali ke rumah kontrakan Martin. Seno yang membukakan pintu, terkejut saat Aditya menunjukkan Al Quran berukuran sedang di tangan kanannya. Seno membiarkan Aditya memasuki ruang tamu. Kemudian dia menutup dan mengunci pintu. Seno duduk di kursi terdekat, sembari memandangi Aditya yang sedang menghafal ayat suci. "Bang, sudah ketemu sama Pak Hendri?" tanya Seno dengan suara pelan. "Ya," jawab Aditya. "Apa katanya?" "Nanti kuceritain. Mau ngafalin ini dulu." Seno terdiam, lalu dia menyandar ke tumpukan bantal sofa. Pria berkaus hitam meraih ponselnya dari meja, kemudian dia berkelana di dunia maya. Sekian menit berlalu, Aditya telah selesai menghafalkan ayat yang ditunjukkan Hendri. Pria berambut lebat memijat belakang lehernya. Lalu Aditya mengambil botol minuman dari samping ranselnya. "Bang, gimana?" desak Seno. "Kata Kang Hendri, besok dia mau ngecek ke sungai. Mungkin ada aliran khusus yang nembus ke tempat proyek," terang Aditya seusai
last updateLast Updated : 2025-01-31
Read more
Bab 08
08Seno tertegun, sesaat setelah Hendri menuntaskan cerita tentang hasil penyelidikannya tadi pagi hingga menjelang zuhur. Seno mengingat-ingat tentang gorong-gorong yang pernah dilaporkan pekerja pembabat rumput, beberapa waktu silam. Ucapan mereka sama persis dengan keterangan Maman. Selama beberapa saat berikutnya, Seno memerhatikan Hendri dan yang lainnya berbincang. Tatapannya beralih pada Aditya yang menyambangi Hendri sambil mengulurkan ponselnya. Hendri mengambil benda itu dan langsung menyapa Abang iparnya. Namun, seketika dia meringis karena diomeli Wirya yang masih berada di kantor PBK. "Jangan marah-marah, atuh, Abang ipar. Nanti tensinya naik," bujuk Hendri. "Kamu bikin aku senewen!" sungut Wirya dari seberang telepon. "Kemarin Nirwan, sekarang Aditya yang mau dipinjam!" omelnya. "Selagi orangnya mau, Abang kasep." "Giliran ada maunya, baru muji aku. Teu baleg!" "Teu kudu dipuji. Maneh emang lebih cakep dari urang. Puas!" "Jigana teu ikhlas ngomongnya." "Pikaseb
last updateLast Updated : 2025-02-01
Read more
Bab 09
09Sekelompok orang keluar dari mobil MPV hitam, yang terparkir belasan meter dari kediaman Martin. Mereka lari sekencang mungkin untuk menghalangi pria berkaus merah, yang tengah jalan sambil terhuyung-huyung. Nirwan yang pertama sampai, langsung menarik tangan kanan Martin. Sedangkan Ubaid menahan tangan kiri pria itu, sambil membaca doa dalam hati. Hendri dan Bayu yang tiba belakangan, serentak melakukan jurus halus olah napas. Kemudian mereka memegangi dada dan paha Martin, lalu menembakkan tenaga dalam secara penuh. Pekikan Martin mengiringi kemunculan kabut tebal di sekitarnya. Aditya yang telah berhasil membuka pintu, hendak mendekat, tetapi dicegah Nirwan. "Abang, siram air doa!" seru Nirwan sembari berusaha terus menahan Martin yang tengah memberontak. Aditya berbalik dan lari ke meja makan. Dia mengambil dua botol besar air mineral, lalu membawanya ke depan. Aditya membuka tutup botol pertama dengan tergesa-gesa, kemudian dia maju beberapa langkah dan menyiramkan air ke
last updateLast Updated : 2025-02-01
Read more
Bab 10
10Siang itu, Martin tiba di rumah kontrakan bersama Seno, Aditya dan Nirwan. Mereka bergegas mengemasi pakaian, kemudian menaburkan bubuk bidara di sekeliling rumah. Mengikuti saran Hendri, Martin akan pindah ke hotel, dan nantinya dia ikut kelompok Hendri ke Bandung. Sebab dikhawatirkan makhluk yang lain kembali muncul, maka Martin harus menjauhi tempat itu. Sebelum berangkat, Aditya memastikan kamera CCTV berfungsi maksimal. Dia juga mengecek sambungan ke ponsel Seno, supaya yakin keadaan rumah itu tetap terpantau dari jarak jauh. Puluhan menit berikutnya, mereka telah berada di dekat gudang proyek. Hendri tengah menyoroti bagian dalam gorong-gorong, yang menurut pekerja telah tertutup tanah dan sampah. Martin memerhatikan sekeliling. Dia seolah-olah merasa mengenali tempat itu. Padahal dia belum pernah menginjakkan kaki di sana. Meskipun sudah sebulan Martin berkantor di lokasi tersebut, tetapi dia memang belum pernah meninjau kawasan belakang. Tatapan Martin beralih ke ujung
last updateLast Updated : 2025-02-01
Read more
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status