Share

Bab 57

Author: Olivia Yoyet
last update Last Updated: 2025-02-26 16:33:53

57

Matahari baru naik sepenggalah, ketika sekelompok orang berkumpul di dua tempat. Kelompok Zainal berada di belakang kantor pengelola proyek. Sedangkan kelompok Zein berada di dekat mulut goa tepi sungai.

Yìchèn yang ikut dalam rombongan kedua, memerhatikan sekeliling sambil bergumam. Dia kaget, karena tempat itu memang mirip dengan sungai di Guandong, yang pernah didatanginya tempo hari.

Yìchèn memegangi beberapa bebatuan yang landai. Sungai yang airnya menyusut karena musim kemarau, menjadikan batu-batu itu bisa terlihat jelas.

Pria berambut sebahu, duduk di salah satu batu. Dia meraih seruling khas Chinese yang dibawakan Chyou dari Taiwan, lalu menempelkan benda itu di bibirnya.

Alunan musik tunggal nan lembut, menyebabkan semua orang terdiam. Mereka menonton Yìchèn yang tengah bermain musik sambil membayangkan sosok orang-orang yang dikasihinya.

Yìchèn begitu merindukan Mùchèn dan kedua orang tuanya. Bahkan pria berambut sebahu tersebut juga merindukan kudanya, yang telah ma
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Kekasih Di Balik Kabut   Bab 58

    58"Baru kali ini aku masuk lorong waktu. Ternyata sepi dan ... aneh," tutur Zulfi dengan suara pelan. "Aku juga baru tahu bagian dalamnya kayak gini. Kemarin itu cuma masuk beberapa meter," jawab Wirya. "Kita melalui jalur aman, Bang. Ini bagian paling dalam dari lingkaran kumparan waktu," jelas Rahman yang berjalan di depan bersama Wirya. "Ada berapa lapisan, Man?" tanya Zulfi yang berdampingan dengan Dante di barisan kedua. "Biasanya, ada tiga." Rahman menunjuk keluar. "Tim Kang Hendti ada di lapisan kedua. Lorongnya lebih besar, tapi banyak akar dan bebatuan. Nggak kayak yang kita lewati ini," lanjutnya. "Lapis ketiga, lebih gelap sekaligus banyak gangguan. Itu yang dilewati kelompok Kang Hendri, waktu mencari Koko Martin tempo hari," pungkas Rahman. "Pantas mereka semua luka-luka," sahut Wirya. "Ya, karena di sana mereka bertemu dengan berbagai bentuk makhluk gaib. Paling banyak, kurcaci yang bentuknya mengerikan," terang Rahman. "Kayak di film The Lord Of The Ring?" "Be

    Last Updated : 2025-02-26
  • Kekasih Di Balik Kabut   Bab 59

    59Kelompok satu dan dua akhirnya tiba di ujung lorong. Kabut putih tebal nan dingin menyelimuti tempat hening dan sangat terang itu.Semua orang mengatur barisan sesuai rencana yang telah dibuat ketiga komisaris HWZ. Mereka menunggu Martin mengatur napas, lalu mereka mengikuti langkah pria berpakaian bangsawan Tionghoa tersebut, menembus kabut. Hendri, Ubaid, Zein dan Bayu, mendampingi Martin di barisan terdepan. Keempat pria berpakaian prajurit tersebut, menembakkan tenaga dalam ke sisi kanan serta kiri, agar orang-orang di belakang bisa melihat lebih jelas ke depan. Tiba di depan gerbang besar bernuansa putih, Ubaid dan Bayu mundur. Posisi mereka digantikan Chyou dan Qianfan, yang akan bertugas sebagai pendamping utama Martin. Martin menempelkan telapak tangan kanannya ke gerbang. "Bibi, aku datang," tuturnya menggunakan bahasa Tiociu. Martin mundur selangkah ketika gerbang membuka sedikit demi sedikit, hingga terbuka sepenuhnya. Martin tertegun menyaksikan seorang perempuan pa

    Last Updated : 2025-02-27
  • Kekasih Di Balik Kabut   Bab 60

    60Rombongan pimpinan Chyou tiba di depan rumah besar berarsitektur khas zaman dulu. Batu hitam menghiasi sisi bawah dinding, sedangkan bagian atasnya di-cat putih. Shin Fung mempersilakan semua orang memasuki ruangan. Dia penasaran, karena tidak ada seorang pun yang membuka kain penutup di wajah mereka. Selain itu, nyaris tidak ada yang berbincang. Selain Yìchèn, Qianfan, dan beberapa pengawal berselempang kain merah.Para pelayan bergegas menyuguhkan minuman dan makanan di belasan meja besar. Loko, Michael, Gibson dan Cedric mengelilingi setiap meja untuk mengecek, apakah ada racun pada hidangan. Shin Fung membatin, bila sepertinya anak buah Yìchèn memahami berbagai cara pengamanan, dan hal itu kian meningkatkan rasa keingintahuannya. "Saya belum tahu nama Tuan," ujar Shin Fung sambil memandangi pria berbaju cokelat di kursi sebelah kanannya. "Saya, Vong Qianfan," jawab lelaki yang rambutnya telah dihiasi uban. "Berasal dari mana?" "Guangzhou." "Bagaimana Tuan bisa bertemu de

    Last Updated : 2025-02-27
  • Kekasih Di Balik Kabut   Bab 61

    61Langit malam dipenuhi jutaan bintang. Rembulan memamerkan bentuknya yang sempurna, hingga mampu sedikit menerangi dunia. Angin berembus sepoi-sepoi di sekitar halaman depan kediaman keluarga Shin Fung, dan menyebabkan dedaunan di pohon-pohon itu bergoyang dengan pelan. Puluhan orang memenuhi seputar halaman. Mereka menonton ritual sembahyang ala orang Tiongkok, yang dilakukan Shin Fung, keluarga Chow, Yìchèn dan Qianfan. Chyou dan kelompok berselempang kain merah, berjaga-jaga di dekat tempat pemujaan. Kelompok Wirya yang menggunakan selempang biru, bersiaga di sekitar area sebagai lapisan kedua. Pasukan Ming Tianba menjadi pelindung utama di seputar rumah besar. Mereka bergantian mengawasi jalanan, supaya bisa mendeteksi pergerakan dari luar. Sebab saat itu masih zaman penjajahan Belanda, semua warga harus berhati-hati dalam mengadakan aktivitas yang melibatkan banyak orang. Kendatipun Shin Fung dan Tan Liu Chow telah mendapatkan izin dari pejabat setempat untuk melakukan per

    Last Updated : 2025-02-28
  • Kekasih Di Balik Kabut   Bab 62

    62Seorang pria tua menyambut rombongan Yìchèn dengan penghormatan. Dia memberikan bungkusan kain pada orang terdepan, yakni Dante. Keduanya bercakap-cakap sesaat, sebelum lelaki tua membuka pintu bangunan kecil itu. Cahaya terang seketika terpancar dari dalam. Semua orang di bagian depan menyipitkan mata, kemudian mereka berbaris dua orang, sesuai arahan Wirya. Yìchèn yang berpindah ke depan bersama Freya, memberi hormat dengan sedikit membungkuk pada suami Shin Fung, dan keluarga Chow, yang membalas dengan hal yang sama. Yìchèn menegakkan badan, lalu menunggu kedua orang terdepan memulai perjalanan mereka menuju masa modern. Hendri dan Zein menggerak-gerakkan kedua tangan mereka membentuk jurus halus olah napas. Keduanya serentak menembakkan tenaga dalam ke cahaya, yang seketika meredup dan memperlihatkan kumparan kabut tebal yang tidak terlalu terang. Hendri dan Zein melangkah bersamaan. Ubaid dan Bayu mengikuti di belakang. Keempatnya bekerjasama menembakkan tenaga dalam ke s

    Last Updated : 2025-02-28
  • Kekasih Di Balik Kabut   Bab 63

    63Bau angit sisa-sisa kebakaran, yang sempat memenuhi area kanan belakang kantor pengelola proyek KARZD, perlahan menghilang. Matahari pagi bergerak cepat memutari bumi. Siang menjelang dengan diiringi gerimis, yang menyebabkan tanah di sekitar gudang kecil menjadi basah. Tim tiga dan empat berjibaku membangun tenda, dengan dibantu Seno, Ridho, dan Muchlis. Maman, Jajang, dan para petugas keamanan, juga turut membantu menjadi penyedia konsumsi. Dua lampu sorot besar diarahkan ke pintu gudang yang ditutupi kain hitam. Empat lampu lainnya digunakan untuk penerangan sekitar tenda, yang dibangun memanjang dari depan gudang kecil hingga ujung gudang besar. Yuanna merapikan lipatan handuk dan pakaian ganti buat anggota rombongan yang berada di lorong waktu. Sedangkan Gantari dan Sinta menyusun bungkusan plastik bening yang berisikan kue-kue serta minuman. Arsyad jalan mondar-mandir di sisi kanan tenda. Dia benar-benar khawatir, karena kelompok Zainal dan Hendri belum juga muncul. Pada

    Last Updated : 2025-03-01
  • Kekasih Di Balik Kabut   Bab 64

    64Jalinan waktu terus bergulir. Semua anggota rombongan penembus lorong waktu, telah kembali ke kediaman masing-masing dan menjalankan aktivitas seperti biasanya. Yìchèn yang menetap di kediaman Frederick Adhitama, telah membaca surat panjang dari Shin Hung. Bersama Qianfan dan yang lainnya, Yìchèn juga sudah membahas isi surat dan silsilah keluarga Chow serta Shin Fung. Dua minggu berlalu, Martin dan tim Bandung mendatangi Yìchèn di Jakarta. Kemudian mereka melanjutkan perbincangan tentang isi surat itu. "Koko yakin mau berangkat ke sana?" tanya Martin sambil memandangi kembarannya lekat-lekat. "Ya, tapi tidak sekarang," jawab Yìchèn. "Lalu, kapan?" desak Martin. "Menunggu aku punya identitas sendiri." "Oh, belum selesai, ya?" Yìchèn mengangguk mengiakan. "Pengacara keluargaku tengah mengurusnya." Martin mengangkat alisnya. "Keluarga Koko?" "Ya. Aku sekarang jadi bagian dari keluarga PBK." Martin mengulaskan senyuman. "Betul juga, sih." "Koko mau diangkat anak sama Papa

    Last Updated : 2025-03-01
  • Kekasih Di Balik Kabut   Bab 65

    65Bulan berganti. Proyek KARZD akhirnya rampung. Pagi itu diadakan peresmian bangunan yang akan menjadi pusat bisnis sepanjang hampir 1km. Ketiga bos HWZ dan keluarga, serta para tamu undangan, memenuhi lobi utama gedung yang akan menjadi pusat kegiatan di kawasan strategis ituKeluarga Danantya, Pramudya, Baltissen dan Adhitama juga turut hadir. Selain mereka, beberapa sahabat Martin di PC dan PCD juga menghadiri acara penting bagi KARZD. Setelah Hendri dan Martin menyampaikan pidato, Mulyadi menaiki panggung untuk membacakan doa, yang diikuti hadirin dengan khusyuk. Selanjutnya, acara pengguntingan pita yang dilakukan kelima komisaris perusahaan tersebut. Zein dan Martin mengapit Wirya, Zulfi dan Hendri. Mereka bersama-sama memotong pita, kemudian mereka mempersilakan ketiga bocah untuk memencet tombol. Bayazid, Fazluna dan Rhetta, berseru ketika berbagai hiasan dari kertas mengilat, muncul dari lantai dua dengan diiringi aneka pita kecil berwarna-warni. Puluhan menit terlewati

    Last Updated : 2025-03-03

Latest chapter

  • Kekasih Di Balik Kabut   Bab 65

    65Bulan berganti. Proyek KARZD akhirnya rampung. Pagi itu diadakan peresmian bangunan yang akan menjadi pusat bisnis sepanjang hampir 1km. Ketiga bos HWZ dan keluarga, serta para tamu undangan, memenuhi lobi utama gedung yang akan menjadi pusat kegiatan di kawasan strategis ituKeluarga Danantya, Pramudya, Baltissen dan Adhitama juga turut hadir. Selain mereka, beberapa sahabat Martin di PC dan PCD juga menghadiri acara penting bagi KARZD. Setelah Hendri dan Martin menyampaikan pidato, Mulyadi menaiki panggung untuk membacakan doa, yang diikuti hadirin dengan khusyuk. Selanjutnya, acara pengguntingan pita yang dilakukan kelima komisaris perusahaan tersebut. Zein dan Martin mengapit Wirya, Zulfi dan Hendri. Mereka bersama-sama memotong pita, kemudian mereka mempersilakan ketiga bocah untuk memencet tombol. Bayazid, Fazluna dan Rhetta, berseru ketika berbagai hiasan dari kertas mengilat, muncul dari lantai dua dengan diiringi aneka pita kecil berwarna-warni. Puluhan menit terlewati

  • Kekasih Di Balik Kabut   Bab 64

    64Jalinan waktu terus bergulir. Semua anggota rombongan penembus lorong waktu, telah kembali ke kediaman masing-masing dan menjalankan aktivitas seperti biasanya. Yìchèn yang menetap di kediaman Frederick Adhitama, telah membaca surat panjang dari Shin Hung. Bersama Qianfan dan yang lainnya, Yìchèn juga sudah membahas isi surat dan silsilah keluarga Chow serta Shin Fung. Dua minggu berlalu, Martin dan tim Bandung mendatangi Yìchèn di Jakarta. Kemudian mereka melanjutkan perbincangan tentang isi surat itu. "Koko yakin mau berangkat ke sana?" tanya Martin sambil memandangi kembarannya lekat-lekat. "Ya, tapi tidak sekarang," jawab Yìchèn. "Lalu, kapan?" desak Martin. "Menunggu aku punya identitas sendiri." "Oh, belum selesai, ya?" Yìchèn mengangguk mengiakan. "Pengacara keluargaku tengah mengurusnya." Martin mengangkat alisnya. "Keluarga Koko?" "Ya. Aku sekarang jadi bagian dari keluarga PBK." Martin mengulaskan senyuman. "Betul juga, sih." "Koko mau diangkat anak sama Papa

  • Kekasih Di Balik Kabut   Bab 63

    63Bau angit sisa-sisa kebakaran, yang sempat memenuhi area kanan belakang kantor pengelola proyek KARZD, perlahan menghilang. Matahari pagi bergerak cepat memutari bumi. Siang menjelang dengan diiringi gerimis, yang menyebabkan tanah di sekitar gudang kecil menjadi basah. Tim tiga dan empat berjibaku membangun tenda, dengan dibantu Seno, Ridho, dan Muchlis. Maman, Jajang, dan para petugas keamanan, juga turut membantu menjadi penyedia konsumsi. Dua lampu sorot besar diarahkan ke pintu gudang yang ditutupi kain hitam. Empat lampu lainnya digunakan untuk penerangan sekitar tenda, yang dibangun memanjang dari depan gudang kecil hingga ujung gudang besar. Yuanna merapikan lipatan handuk dan pakaian ganti buat anggota rombongan yang berada di lorong waktu. Sedangkan Gantari dan Sinta menyusun bungkusan plastik bening yang berisikan kue-kue serta minuman. Arsyad jalan mondar-mandir di sisi kanan tenda. Dia benar-benar khawatir, karena kelompok Zainal dan Hendri belum juga muncul. Pada

  • Kekasih Di Balik Kabut   Bab 62

    62Seorang pria tua menyambut rombongan Yìchèn dengan penghormatan. Dia memberikan bungkusan kain pada orang terdepan, yakni Dante. Keduanya bercakap-cakap sesaat, sebelum lelaki tua membuka pintu bangunan kecil itu. Cahaya terang seketika terpancar dari dalam. Semua orang di bagian depan menyipitkan mata, kemudian mereka berbaris dua orang, sesuai arahan Wirya. Yìchèn yang berpindah ke depan bersama Freya, memberi hormat dengan sedikit membungkuk pada suami Shin Fung, dan keluarga Chow, yang membalas dengan hal yang sama. Yìchèn menegakkan badan, lalu menunggu kedua orang terdepan memulai perjalanan mereka menuju masa modern. Hendri dan Zein menggerak-gerakkan kedua tangan mereka membentuk jurus halus olah napas. Keduanya serentak menembakkan tenaga dalam ke cahaya, yang seketika meredup dan memperlihatkan kumparan kabut tebal yang tidak terlalu terang. Hendri dan Zein melangkah bersamaan. Ubaid dan Bayu mengikuti di belakang. Keempatnya bekerjasama menembakkan tenaga dalam ke s

  • Kekasih Di Balik Kabut   Bab 61

    61Langit malam dipenuhi jutaan bintang. Rembulan memamerkan bentuknya yang sempurna, hingga mampu sedikit menerangi dunia. Angin berembus sepoi-sepoi di sekitar halaman depan kediaman keluarga Shin Fung, dan menyebabkan dedaunan di pohon-pohon itu bergoyang dengan pelan. Puluhan orang memenuhi seputar halaman. Mereka menonton ritual sembahyang ala orang Tiongkok, yang dilakukan Shin Fung, keluarga Chow, Yìchèn dan Qianfan. Chyou dan kelompok berselempang kain merah, berjaga-jaga di dekat tempat pemujaan. Kelompok Wirya yang menggunakan selempang biru, bersiaga di sekitar area sebagai lapisan kedua. Pasukan Ming Tianba menjadi pelindung utama di seputar rumah besar. Mereka bergantian mengawasi jalanan, supaya bisa mendeteksi pergerakan dari luar. Sebab saat itu masih zaman penjajahan Belanda, semua warga harus berhati-hati dalam mengadakan aktivitas yang melibatkan banyak orang. Kendatipun Shin Fung dan Tan Liu Chow telah mendapatkan izin dari pejabat setempat untuk melakukan per

  • Kekasih Di Balik Kabut   Bab 60

    60Rombongan pimpinan Chyou tiba di depan rumah besar berarsitektur khas zaman dulu. Batu hitam menghiasi sisi bawah dinding, sedangkan bagian atasnya di-cat putih. Shin Fung mempersilakan semua orang memasuki ruangan. Dia penasaran, karena tidak ada seorang pun yang membuka kain penutup di wajah mereka. Selain itu, nyaris tidak ada yang berbincang. Selain Yìchèn, Qianfan, dan beberapa pengawal berselempang kain merah.Para pelayan bergegas menyuguhkan minuman dan makanan di belasan meja besar. Loko, Michael, Gibson dan Cedric mengelilingi setiap meja untuk mengecek, apakah ada racun pada hidangan. Shin Fung membatin, bila sepertinya anak buah Yìchèn memahami berbagai cara pengamanan, dan hal itu kian meningkatkan rasa keingintahuannya. "Saya belum tahu nama Tuan," ujar Shin Fung sambil memandangi pria berbaju cokelat di kursi sebelah kanannya. "Saya, Vong Qianfan," jawab lelaki yang rambutnya telah dihiasi uban. "Berasal dari mana?" "Guangzhou." "Bagaimana Tuan bisa bertemu de

  • Kekasih Di Balik Kabut   Bab 59

    59Kelompok satu dan dua akhirnya tiba di ujung lorong. Kabut putih tebal nan dingin menyelimuti tempat hening dan sangat terang itu.Semua orang mengatur barisan sesuai rencana yang telah dibuat ketiga komisaris HWZ. Mereka menunggu Martin mengatur napas, lalu mereka mengikuti langkah pria berpakaian bangsawan Tionghoa tersebut, menembus kabut. Hendri, Ubaid, Zein dan Bayu, mendampingi Martin di barisan terdepan. Keempat pria berpakaian prajurit tersebut, menembakkan tenaga dalam ke sisi kanan serta kiri, agar orang-orang di belakang bisa melihat lebih jelas ke depan. Tiba di depan gerbang besar bernuansa putih, Ubaid dan Bayu mundur. Posisi mereka digantikan Chyou dan Qianfan, yang akan bertugas sebagai pendamping utama Martin. Martin menempelkan telapak tangan kanannya ke gerbang. "Bibi, aku datang," tuturnya menggunakan bahasa Tiociu. Martin mundur selangkah ketika gerbang membuka sedikit demi sedikit, hingga terbuka sepenuhnya. Martin tertegun menyaksikan seorang perempuan pa

  • Kekasih Di Balik Kabut   Bab 58

    58"Baru kali ini aku masuk lorong waktu. Ternyata sepi dan ... aneh," tutur Zulfi dengan suara pelan. "Aku juga baru tahu bagian dalamnya kayak gini. Kemarin itu cuma masuk beberapa meter," jawab Wirya. "Kita melalui jalur aman, Bang. Ini bagian paling dalam dari lingkaran kumparan waktu," jelas Rahman yang berjalan di depan bersama Wirya. "Ada berapa lapisan, Man?" tanya Zulfi yang berdampingan dengan Dante di barisan kedua. "Biasanya, ada tiga." Rahman menunjuk keluar. "Tim Kang Hendti ada di lapisan kedua. Lorongnya lebih besar, tapi banyak akar dan bebatuan. Nggak kayak yang kita lewati ini," lanjutnya. "Lapis ketiga, lebih gelap sekaligus banyak gangguan. Itu yang dilewati kelompok Kang Hendri, waktu mencari Koko Martin tempo hari," pungkas Rahman. "Pantas mereka semua luka-luka," sahut Wirya. "Ya, karena di sana mereka bertemu dengan berbagai bentuk makhluk gaib. Paling banyak, kurcaci yang bentuknya mengerikan," terang Rahman. "Kayak di film The Lord Of The Ring?" "Be

  • Kekasih Di Balik Kabut   Bab 57

    57Matahari baru naik sepenggalah, ketika sekelompok orang berkumpul di dua tempat. Kelompok Zainal berada di belakang kantor pengelola proyek. Sedangkan kelompok Zein berada di dekat mulut goa tepi sungai. Yìchèn yang ikut dalam rombongan kedua, memerhatikan sekeliling sambil bergumam. Dia kaget, karena tempat itu memang mirip dengan sungai di Guandong, yang pernah didatanginya tempo hari. Yìchèn memegangi beberapa bebatuan yang landai. Sungai yang airnya menyusut karena musim kemarau, menjadikan batu-batu itu bisa terlihat jelas. Pria berambut sebahu, duduk di salah satu batu. Dia meraih seruling khas Chinese yang dibawakan Chyou dari Taiwan, lalu menempelkan benda itu di bibirnya.Alunan musik tunggal nan lembut, menyebabkan semua orang terdiam. Mereka menonton Yìchèn yang tengah bermain musik sambil membayangkan sosok orang-orang yang dikasihinya. Yìchèn begitu merindukan Mùchèn dan kedua orang tuanya. Bahkan pria berambut sebahu tersebut juga merindukan kudanya, yang telah ma

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status