MEREKA BEBAS KETIKA KALIAN MATI

MEREKA BEBAS KETIKA KALIAN MATI

last updateLast Updated : 2023-08-23
By:  WiRahayuSsi  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
5 ratings. 5 reviews
87Chapters
8.4Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Lima sahabat ARCJJ, sebut saja Awan, Rosie, Cantigi, Jhagad dan Jazlan mendaki Gunung Argon yang terkenal mistis untuk pertama kali. Kebakaran hutan hebat membuat mereka terpencar dan petualangan di Hutan Terlarang pun resmi dimulai. Kepentingan masing-masing orang mulai membuat bertahan hidup menjadi lebih rumit lagi. Kisah kelam hutan terlarang terungkap, mereka jadi saksi keberadaan makhluk yang terpenjara sunyi. Ketika mahluk haus akan darah mengancam diri, pulang yang dulunya begitu dihindari, berubah menjadi hal yang paling diingini. Akankah mereka bisa bertahan dan pulang kemudian? Bahkan ketika harap mungkin hanya tinggal angan?

View More

Latest chapter

Free Preview

BAB 1: Sergapan

Menjejakkan kaki dan terjebak di kawasan Hutan Terlarang, sungguh tidak pernah terbayangkan sedikit pun oleh mereka sebelumnya. Bahkan, Lima Serangkai yang dulunya selalu bersama di mana pun berada, sekarang bisa terpisah-pisah begitu saja.Sementara empat sahabatnya juga terpencar, saling mencari dan saling ingin menyelamatkan. Jazlan yang cenderung penakut bahkan harus seorang diri berpetualang, masuk lebih dalam, jauh ke area terdalam Hutan Terlarang.Siang itu, Jazlan tersesat hingga sampai di area Padang Rumput luas bersama dengan banyak pendaki lainnya. Walaupun masih terhitung terang, tapi suasananya saat itu lebih ke arah mencekam.SREEK.. SREEK… SREEK!Suara gesekan rumput terdengar, dari arah yang tidak terlihat ada pendaki sama sekali. Jazlan dan para pendaki lain pun terhentak, menghentikan langkah.“HEI! SIAPA DI SANA? TOLONG JANGAN BERCANDA!” teri

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
TintaSepi84
Akhirnya tamat jga aku baca....sungguh kasihan pd serigala kakak nya Cantigi
2024-07-29 11:25:24
0
user avatar
Wahyu Novika S Ose
sudah baca dua kali.. luar biasa.. gak bosen bacanya.. settingnya juga keren...
2023-12-09 12:57:02
1
user avatar
Zhu Phi
Serem kak Mampir yuk ke Rumah Kosong di Dusun Angker Terima kasih
2022-06-08 17:08:53
1
user avatar
WiRahayuSsi
Terima kasih supportnya.. Selamat membaca ya^^
2022-04-07 07:30:00
0
user avatar
WiRahayuSsi
Terima kasih atas supportnya semuanya. Terima kasih sudah membaca dan berlangganan ceritanya. Terima kasih juga vote gems nya.. ... Selamat membaca yaa.. ... Oh iya, jngan ragu memberikan kritik dan saran. Agar penulis bisa lebih baik lagi ke depan. Sekali lagi terima kasih ......
2022-03-20 13:28:12
0
87 Chapters

BAB 1: Sergapan

Menjejakkan kaki dan terjebak di kawasan Hutan Terlarang, sungguh tidak pernah terbayangkan sedikit pun oleh mereka sebelumnya. Bahkan, Lima Serangkai yang dulunya selalu bersama di mana pun berada, sekarang bisa terpisah-pisah begitu saja. Sementara empat sahabatnya juga terpencar, saling mencari dan saling ingin menyelamatkan. Jazlan yang cenderung penakut bahkan harus seorang diri berpetualang, masuk lebih dalam, jauh ke area terdalam Hutan Terlarang. Siang itu, Jazlan tersesat hingga sampai di area Padang Rumput luas bersama dengan banyak pendaki lainnya. Walaupun masih terhitung terang, tapi suasananya saat itu lebih ke arah mencekam. SREEK.. SREEK… SREEK! Suara gesekan rumput terdengar, dari arah yang tidak terlihat ada pendaki sama sekali. Jazlan dan para pendaki lain pun terhentak, menghentikan langkah. “HEI! SIAPA DI SANA? TOLONG JANGAN BERCANDA!” teri
Read more

BAB 2: Mahluk & Firasat Buruk

Dalam hitungan detik, Awan sudah tergeletak di tanah dengan posisi kedua tangan menutupi bagian wajah. Berusaha melindungi bagian-bagian sensitif seperti mata dan kepalanya agar tidak mengalami cedera. Cantigi yang juga terperanjat melihat mahluk itu melompat, menyambar ke arah Awan pun tidak berpikir panjang segera melangkah dengan tergesa-gesa, berniat menolong Awan. Sialnya, lumut-lumut membuat pijakannya begitu licin, ia pun gagal mempertahankan keseimbangan tubuhnya. Ketika tubuh Cantigi siap terjatuh ke belakang, tiba-tiba saja muncul seseorang dari belakang. “Kau tidak apa-apa?” tanya seorang laki-laki sambil menarik tangan Cantigi tepat waktu sebelum benar-benar terjatuh. “Eh, tidak apa-apa, terima kasih!” jawab Cantigi singkat, lantas melihat ke arah Awan. Awan ternyata sudah berdiri sambil menggendong mahluk berbulu belang itu. Ternyata, mahluk itu hanyalah seekor ke
Read more

BAB 3: Sosok Tanpa Kepala

Di bawah pohon dengan daun yang cukup lebat, sesosok wanita yang sepertinya tidak asing terlihat duduk sambil manikmati indahnya danau dengan air terjun kecil tepat di sebelahnya. Di antara rinai pepohonan dalam hutan, sangat tentram dengan hanya gemarcik air yang mengisi heningnya suasana. Cantigi pelan tetapi pasti melangkah mendekati sosok wanita itu. Hawa dingin khas dataran tinggi mulai memeluk erat tubuhnya. Semakin dekat jarak dengan sosok wanita itu, tubuh Cantigi semakin bergetar karena dinginnya.  Keraguan mulai muncul ketika Cantigi dan sosok wanita itu hanya berjarak tujuh langkah saja. Cantigi baru sadar ada serigala yang mencoba mendekati sosok wanita itu juga. “HEI! AWAS!!!” Cantigi berusaha memperingatkan sosok wanita itu. Namun, Cantigi tidak dapat bersuara. Sekeras apapun Cantigi berteriak, tetap
Read more

BAB 4: KEBAKARAN !!!

Pagi menjelang, pukul delapan rombongan Jhagad sudah bersiap untuk turun. Tegar terlihat juga telah siap untuk turun. Entah disengaja atau tidak mereka pun turun bersama-sama menuju Pos Tiga. Selama perjalanan turun, tidak ada halangan yang berarti kali ini. Sampai di dekat persimpangan Hutan Terlarang,  tiba-tiba saja suasana menjadi sangat ramai. Banyak pendaki berhamburan dari arah Pos Tiga menuju ke Pos Empat. “LARI… KEBAKARAN!!!,” teriak para pendaki sambil berlarian. “Bang, ada apa?” tanya Jhagad pada salah satu pendaki yang berhasil dicegatnya. “Kebakaran Bang, Pos Tiga sudah mulai terbakar,” jawab pendaki itu singkat lalu melanjutkan langkahnya berlari. Api yang melahap pohon-pohon di arah Pos Tiga pun mulai terlihat dari perbatasan Hutan Terlarang. Para pendaki banyak yang berlari menuju ke arah satu-satunya jembatan gantun
Read more

BAB 5: Bukan Awan yang Kukenal

Setelah mendapat kabar dari orang rumah, Kakak Rosie langsung menuju ke basecamp Gunung Argon saat itu juga. Hal serupa juga dilakukan oleh para keluarga pendaki yang masih terjebak di Gunung Argon saat itu. Akibatnya, basecamp Gunung Argon pun dipenuhi oleh keluarga para pendaki yang masih terjebak kebakaran. Tidak sedikit ibu yang menangis histeris mengkhawatirkan keadaan putra putrinya. Pihak basecamp pun masih berusaha menenangkan keluarga para pendaki. Mereka pun menyiapkan tempat yang layak untuk menjadi tempat istirahat sementara keluarga pendaki. Seorang laki-laki muda dengan perawakan tinggi tegap turun dari mobil dan langsung mendekati petugas informasi basecamp. “Pak, saya kakak dari Rosie Hanan. Boleh saya tahu informasi terakhir terkait kondisi adik saya?” tanya laki-laki itu. “Rosie Hanan ya, sebentar. Iya benar, Rosie Hanan naik ber
Read more

BAB 6: Teror dari Arah Semak-Semak

Awan yang tadinya lebih fokus ke arah semak-semak pun menoleh. Tidak disangka, di balik batuan besar itu ada danau yang terhampar luas. Uniknya, mereka tidak merasa jalanan yang menurun sebelumnya, namun tanpa sadar, jika sebelumnya sebelah kiri ada tebing cukup tinggi yang membatasi sungai, sekarang berubah menjadi danau luas. ‘Sungguh topografi yang unik’ gumam Awan dalam hati. Awan dan Rosie pun berjalan sedikit menurun, mendekati pinggiran danau. Hal pertama yang mereka lakukan setelah sampai di pinggiran danau adalah, mulai menyapukan mata ke seluruh sisi danau. Mencari keberadaan Cantigi, Jhagad dan Tegar. PLUK.. Sesekali, riak kecil air danau pun membuat fokus mereka berdua teralihkan. Berharap itulah pertanda kehidupan dari yang mereka cari. Namun sayang, riak-riak air itu hanyalah percikan ikan yang melompat bermain-main kegirangan. 
Read more

BAB 7: Tidak Tahu Harus Bagaimana

Awan pun terdiam, tidak jadi atau tidak bisa berkata apa-apa. Jari telunjuknya diletakkan di depan mulutnya, menyuruh Rosie agar tidak bersuara. SSST… Rosie mengangguk pelan, paham dengan bahasa tubuh Awan. Mata Awan masih sibuk melihat ke arah sumber suara. Awan tahu benar, ada jarak aman ketika sedang berhadapan dengan binatang liar. Selagi jarak itu terjaga, kemungkinan aman dari terkaman masih besar. Namun, tentu hal ini bukan jaminan, karena alam liar selalu banyak memberikan kejutan. Kewaspadaan adalah satu-satunya kunci, agar bisa menyelamatkan diri. “Ros!” ucap Awan sedikit berbisik. “Apa?” tanya Rosie sangat pelan. “Kalau kubilang lari, kau harus cepat lari!” “Lalu, kau sendiri? Awan tidak menjawab apa-apa. “Wan?&
Read more

BAB 8: Teror Padang Rumput

Di sisi lain Hutan Terlarang, terlihat para pendaki juga mulai kelelahan. Di area yang cukup luas, mereka satu persatu terduduk di tanah, melemaskan kaki yang sedari tadi dipaksa berlari. Ada yang mengeluarkan air untuk sekadar melepas dahaganya. Ada juga yang memilih menggeletakkan tubuhnya, telentang melepas lelah.  Beberapa pendaki lain masih terus berdatangan ke area tersebut. Seorang laki-laki tinggi tegap, yang tidak lain adalah Jazlan, terlihat berjalan sempoyongan, sambil menggandeng bahu seorang pendaki muda yang jalannya terseok-seok. <<Flashback>>            Ketika hendak menuju jembatan gantung, kerumunan para pendaki yang berlarian kian tidak terbendung. Jazlan yang notabennya memiliki badan tinggi besar pun sampai terseret karena saking banyaknya pendaki yang menyerbu, berebut untuk menuju jembatan gantung itu. Apalagi R
Read more

BAB 9: LARI!!!

“SSST…” Jazlan hanya mengkode agar Riki diam. Jazlan yang bisa dibilang cenderung penakut pun tiba-tiba merasa seluruh bulu kudunya berdiri. Pikirannya melayang, membayangkan apa saja yang bisa menjadi sumber suara. “Astaga! Kenapa juga aku teringat kejadian di Hutan Mati sekarang?” Jazlan keceplosan mengucapkan apa yang ada di pikirannya sendiri. “Hah, kau bicara apa?” Riki tidak mengerti. “Eh, lupakan, aku sedang bicara sendiri!” kata Jazlan sedikit berbisik. Walaupun masih terhitung terang, tapi suasanya kali ini lebih ke arah mencekam. Bahkan para pendaki yang ada di area itu pun hanya berdiri kaku, melihat ke arah sumber suara. Tidak ada satupun yang berani berinisitif memastikan apa yang menyibak rimbunnya rumput di sana. “HEI! SIAPA DI SANA? TOLONG JANGAN BERCANDA!” teriak Jazlan yang m
Read more

BAB 10: Hal penting yang harus kalian tahu!

Melihat serigala yang semakin mendekat, Riki yang duduk di samping kanan, tepat di depan pintu gerbang benteng pun tidak bisa lagi tinggal diam. Ia kemudian mencoba bangkit dari duduknya dengan  menjadikan dinding benteng sebagai alat bantu berdiri. KRETEK.. KRETEK Tidak disangka, saat tangan Riki bersandar di salah satu bagian dinding benteng tua, ada bagian dinding yang tiba-tiba bergerak masuk ke dalam, membentuk lubang. Ajaib, di dalam lubang tembok itu terlihat benda semacam tuas. ‘Astaga, jangan-jangan itu tuas untuk membuka pintu gerbang, sudah seperti cerita film saja,' gumam Riki. Tanpa menunggu lagi, sambil berjinjit, Riki pun langsung mengarahkan tangannya ke dalam lubang dan menarik tuasnya ke arah bawah. CIIIT…. BRUK…BRUK…  Dan benar saja, setelah itu pintu gerbang tiba-tiba saja terbuka. Jazlan
Read more
DMCA.com Protection Status