Anakku Pulang Tanpa Nyawa

Anakku Pulang Tanpa Nyawa

last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-30
Oleh:  Ricny  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
10 Peringkat. 10 Ulasan-ulasan
56Bab
52.7KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Setelah 2 tahun menikah dan tinggal di pulau seberang, anakku pulang, tapi yang membuatku sesak adalah kepulangannya yang hanya raga tanpa nyawa. Berbagai kejanggalan mulai aku rasakan, aku pun bertekad untuk menyelidiki kasus kematian Nila, apakah luka sayatan dan lebam di tubuhnya yang kulihat itu ada kaitannya dengan kematian anakku? Dan kenapa anakku pulang hanya di antar mobil jenazah saja? Kemana suami dan keluarganya itu?

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Pratinjau Gratis

Bab 1

"Bi Sitah, Nila pulaaang!" teriak Sarah-sahabatnya Nila di pematang sawah.Aku yang tengah mencabut rumput hama di antara tanaman padi-padiku langsung menyisi mendekatinya."Ada apa teriak-teriak begitu Sarah?" tanyaku seraya membuka cetok yang menutup kepala dari terik matahari."Bi itu Bi, anu ...," jawabnya terengah-engah sambil memegangi dadanya yang tampak sesak."Apa? Ada apa Sarah? Kalau ngomong itu yang jelas." Aku mencecar tak sabar sebab saat melihat raut wajahnya perasaanku langsung berubah tak enak."Anu itu Bi, si Nila pulang."Mataku mendadak berbinar dengan senyuman lebar."Yang bener kamu Sarah? Anakku pulang?" Dengan semangat aku naik ke pematang sawah."Iya Bi, tapi anu Bi ....""Anu anu apa sih? Dari tadi kamu anu anu terus, ayo meningan kita balik aja, Bibi udah kangen banget rasanya sama si Nila," ucapku sambil melangkah tergesa-gesa melewati pematang sawah yang terbentang panjang itu."Tapi Bi, Biii tungguu." Si Sarah yang usianya sama dengan anakku itu berteria

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

default avatar
Mira Iryaza
Bagus sangat
2024-09-21 08:40:45
0
user avatar
Mawar Berduri
Jalan ceritanya lain dari yang lain
2022-12-21 01:56:25
0
user avatar
Dewidewi
baru baca di awal aja dh sedih bgt ...
2022-12-20 12:45:52
1
user avatar
Lhina Ridwan
bagus g muter2 cerita nya
2022-12-19 18:15:12
0
user avatar
Zhu Phi
Rumah Kosong di Dusun Angker sudah update lagi ya. Kali ini sampai tamat. Ikuti terus perjalanan Clara.
2022-12-05 00:18:06
1
user avatar
Eni Mayasari
bagus ceritanya
2022-11-27 21:13:12
0
user avatar
Aini Eny
ceritax bagus,gak bertele tela,semangat thor
2022-11-26 15:37:13
0
default avatar
mickeymousecowok
Ayo thor smngt up nya sy pembaca setia karya-karyamu...
2022-11-25 20:01:28
0
user avatar
Mblee Duos
Ceritanya menarik. Semangat nulisnya ya kak...... Saling support juga yuk kak, mampir di cerita aku. MAMA MUDA VS MAS POLISI
2022-11-17 15:52:07
0
user avatar
Zhu Phi
Bagaimana kalau kamu terjebak di Desa Angker? Baca "Rumah Kosong di Dusun Angkerr" Sukses thor. Semangat!
2022-11-13 00:37:16
0
56 Bab

Bab 1

"Bi Sitah, Nila pulaaang!" teriak Sarah-sahabatnya Nila di pematang sawah.Aku yang tengah mencabut rumput hama di antara tanaman padi-padiku langsung menyisi mendekatinya."Ada apa teriak-teriak begitu Sarah?" tanyaku seraya membuka cetok yang menutup kepala dari terik matahari."Bi itu Bi, anu ...," jawabnya terengah-engah sambil memegangi dadanya yang tampak sesak."Apa? Ada apa Sarah? Kalau ngomong itu yang jelas." Aku mencecar tak sabar sebab saat melihat raut wajahnya perasaanku langsung berubah tak enak."Anu itu Bi, si Nila pulang."Mataku mendadak berbinar dengan senyuman lebar."Yang bener kamu Sarah? Anakku pulang?" Dengan semangat aku naik ke pematang sawah."Iya Bi, tapi anu Bi ....""Anu anu apa sih? Dari tadi kamu anu anu terus, ayo meningan kita balik aja, Bibi udah kangen banget rasanya sama si Nila," ucapku sambil melangkah tergesa-gesa melewati pematang sawah yang terbentang panjang itu."Tapi Bi, Biii tungguu." Si Sarah yang usianya sama dengan anakku itu berteria
Baca selengkapnya

Bab 2

"Ya Allah gustiii, Nila sayang anakku, kenapa kamu, Nak? Siapa yang sudah berbuat seperti ini padamu?" Aku kembali terisak sambil menciumi wajahnya yang sudah dingin dan kaku."Ada apa, Bi?" tanya Sarah yang baru saja masuk dengan wajah cemas."Lihat ini Sarah, lihat ini, ada luka sayatan di perut sebelah kirinya Nila, tubuhnya juga penuh lebam, benar 'kan dugaan Bibi pasti ada sesuatu yang tak beres sudah terjadi.""Ta-tapi siapa yang sudah melakukan ini, Bi?""Mungkin saja suami dan keluarganya."Anak itu mengangguk ragu."Ada apa, Bu? Kenapa belum selesai juga memandikannya? Semua orang sudah menunggu itu." Bapaknya Nila datang."Lihat ini, Pak, lihat ini anak kita kenapa?"Kutunjukan luka panjang sekitar 15 centi meter itu pada suamiku.Sontak ia juga terkejut bahkan sampai harus membekap mulutnya sendiri sebab merasa tak percaya dengan apa yang dilihatnya."Ya Allah, Nila kenapa ini, Bu?" "Ibu juga gak tahu Pak, pantas saja Ibu ingin sekali memandikannya, ternyata sesuatu memang
Baca selengkapnya

Bab 3

Pukul 10 malam aku masih termenung di kursi depan sambil memeluk lututku. Selain mataku yang tak kunjung terpejam lagi, aku juga sedang menunggu Mila datang.Akan langsung kuceritakan apa yang kulihat tadi, ada luka di sekujur tubuh Nila dan jenazahnya tidak diantarkan oleh keluarga suaminya yang bedebah itu."Hujan Bi, dingin," kata Sarah yang tiba-tiba datang dari dapur.Aku menoleh, wajahnya memang tampak pucat dan menggigil kedinginan."Ya ampun Sarah, ambil selimut di lemari Bibi dan tidur sana," sahutku tanpa beranjak dari kursi.Anak itu memang sengaja ingin menginap di sini untuk menemaniku katanya, karena bapaknya Nila seperti biasa, mereka melekan untuk menunggu makam baru sampai malam ke 3."Ayo tidur Bi, Sarah mau tidur sama, Bibi.""Bibi belum ngantuk Sar, kamu tidur duluan gih.""Jangan terlalu pikirin Nila, Bi."Aku mengangguk, anak itu pun beranjak pergi ke kamar.Dipikir-pikir, kenapa anak itu terlihat lemas sekali? Padahal kalau dia sakit tak usahlah dia menginap di
Baca selengkapnya

Bab 4

"Nila menangis dan melambai ke arah Bibi Sar, dia bilang sakit katanya.""Hah? Apa iya, Bi? Bibi cuma mimpi kali.""Iya, tapi mimpi itu kayak nyata Sar.""Mimpi cuma kembang tidur Bi, gak usah terlalu dipikirin."Aku mematung. Saat anak itu akan kembali tidur aku segera menariknya lagi."Sar, apa menurutmu orang yang sudah meninggal bisa meminta tolong lewat mimpi? Atau ini memang hanya sugesti Bibi yang terlalu kepikiran aja?" cecarku.Sarah menggeleng ragu."Besok antar Bibi ke makam Nila ya Sar, tapi tunggu Mila datang dulu."Anak itu mematung tak menanggapi."Sar, kamu malah bengong sih." Aku menyikut lengannya."Eh i-iya Bi, Sarah sampe kaget," katanya tergagap."Kamu ini mikirin apa sih Sar?""Emm enggak Bi, tadi Sarah cuma lagi mikir soal apa yang tadi Bibi ceritakan, apa iya orang yang sudah meninggal bisa meminta tolong?"Aku menggeleng tak paham, tentu saja, aku sendiri ragu menafsirkan mimpiku, di sisi lain aku melihat Nila tampak jelas sekali meminta tolong.Tapi di sisi
Baca selengkapnya

Bab 5

"Nomor teleponnya gimana? Emang kita punya nomor telepon Mila?""Coba minta ke si Sarah, Bu."Aku diam sebentar sambil kembali berpikir.Kalau aku minta nomor telepon sama Sarah, anak itu pasti akan tersinggung dan bertanya kenapa kami harus menelepon lewat telepon desa?Tapi kalau bukan dari Sarah dari mana lagi aku akan mendapatkan nomor telepon Mila?"Gimana, Bu?" Suamiku bertanya lagi."Enggak, Pak, kita gak boleh minta nomor telepon Mila sama Sarah, anak itu bisa tersinggung, lagi pula katanya Sarah lagi sibuk bikin proposal malam ini, gak bisa diganggu."Suamiku termenung sambil memijit keningnya."Terus gimana, Bu? Kita khawatir di sini, Mila udah dua malam di perjalanan gak sampai-sampai, kita perlu bicara langsung sama dia supaya kita gak terlalu cemas."Benar juga kata suamiku, tapi bagaimana? Darimana kami akan mendapatkan nomor telepon Mila?"Apa perlu kita minta ke kantor desa, Pak? Barangkali disana Mila pernah mengurus surat-surat keberangkatannya ke Surabaya dia pasti
Baca selengkapnya

Bab 6

"Cuma dicas? Gak rusak?" Aku mengulangi.Suami mengangguk dengan tatapan serius."Tapi kata Sarah hape nya rusak Pak, makanya gak dipake dari dulu.""Ya ini hape nya baik-baik aja, tadi Bapak cuma disuruh ke conter aja sama Pak Tomo, katanya suruh beli kartu baru dan pasang di sana, nih kalau gak percaya Bapak mau telepon Mila, tadi Bapak juga udah diajarin gimana caranya nelepon sama Pak Sutomo di kantor bale desa," ujarnya lagi.Ia mulai memencet beberapa tombol hingga ponsel itu pun berbunyi menunggu telepon diangkat."Mana, Pak? Mila mana?" Aku tak sabar."Sabar dulu, tadi kata Pak Tomo sebelum ada bunyi hallo berarti belum diangkat, Bu."Akhirnya kami pun menunggu beberapa detik."Hallo." Suara Mila pun mulai terdengar di jauh sana. Aku dan suami sampai melonjak kegirangan."Ha-hallo, hallo hallo hallo Mila.""Ibu? Ini Ibu?""Iya, Nak ini Ibu, Ibu sama Bapak khawatir banget sama kamu, kamu masih di mana sekarang?" Aku langsung mencecaer karena sudah tak sabar lagi rasanya."Maksu
Baca selengkapnya

Bab 7

Mungkin saja apa yang diucapkan suamiku itu benar tapi entah kenapa lagi-lagi aku merasa seperti ada sesuatu yang disembunyikan Sarah.Tapi apa? Ah sudahlah, kenapa juga aku harus memikirkan masalah Sarah? Sekarang aku harus fokus pada masalah kepergian Nila yang masih banyak kejanggalan itu.Setelah Mila benar-benar datang, aku pasti akan menceritakan semuanya tanpa ada yang terlewat."Siapa yang berbohong, Paman?"Kaget bukan main saat kami lihat tiba-tiba Sarah sudah berdiri di belakang kami.Secepat kilat suamiku memasukan ponsel itu ke dalam saku celananya, kemudian bergegas masuk ke dalam kamar."Eh Sar, kamu kirain siapa."Sarah mendekat lalu duduk di atas dipan bersamaku."Lagi pada ngomongin apa sih, Bi? Kok serius banget."Aku mengibaskan tangan."Ah bukan apa-apa, cuma ngomongin masalah buat tahlilan nanti malam aja, Bibi bingung masih belum punya apa-apa buat jamuan yang tahlil," jawabku sekenanya."Gak usahlah dipaksain kalau gak ada Bi, mereka ikhlas mendoakan Nila."Ak
Baca selengkapnya

Bab 8

Aku menganggukan kepala."Ya udah gih Sar, Bibi kan udah bilang dari tadi, takut kamu lagi ada urusan gak apa-apa kamu gak usah bantu-bantu di sini dulu," ucapku.Sarah tersenyum."Sebenarnya bukan urusan penting sih, Bi, emang Sarah ada yang kelupaan aja, tapi nanti juga Sarah balik lagi ke sini, cuma bentar kok, ya udah bentar ya, Bi," pungkasnya.Sarah pun segera keluar lewat pintu dapur. Aku mengangkat bahu, entahlah anak itu mau ke mana dan ada urusan apa, tadi katanya gak ada kegiatan sekarang malah mendadak ada yang kelupaan. Hmm Saraah Saraah.Dia itu memang mirip sekali dengan Nila.-Malam hari ketika waktu tahlilan ketiganya Nila tiba. Para tetangga sudah berkumpul selepas isya.Sementara aku sibuk sendiri di dapur, menyiapkan berbagai macam makanan ringan untuk kuberikan setelah tahlilan selesai dilaksanakan.Tadi ada si Mae yang bantu-bantu tapi anaknya yang paling kecil malah nangis terus di rumahku, gak tahu kenapa, jadinya terpaksa Mae pulang saja."Kemana si Sarah? K
Baca selengkapnya

Bab 9

"Hah? Apa iya, Bi?" tanya Sarah tak percaya."Iya bener enggak tahu kenapa, apa mungkin karena kamu sahabatnya? kamu yang selalu bersamanya dan kamu yang selalu membantu kami selama ini? Jadi lah ia datang dengan rupa kamu."Sarah menelan salivanya."Tapi untuk apa Nila datang, Bi?" Dia bertanya lagi.Aku menggeleng kepala."Itulah Bibi juga enggak tahu, tapi kata paman mungkin Bibi hanya trauma jadi pikiran-pikiran itu memunculkan ketakutan dalam diri Bibi sendiri.""Iya bener, Bi, makanya Bibi harus ikhlaskan Nila, jangan sampai Nila gak tenang karena pikiran Bibi yang terlalu berlebihan," ucapnya sambil mengelus punggungku.Aku tertunduk lesu, mendadak aku tak berselera menyiapkan makanan untuk menyambut kedatangan Mila."Ya udahlah Bi, mendingan kita lanjutin aja persiapkan makanan buat Mbak Mila nya, yuk," ajak Sarah mencoba menghilangkan kesedihanku.Aku mengangguk dan kembali memegang sutil yang tadi kulepaskan itu.Selesai kami memasak Sarah juga sibuk membantuku menghidangkan
Baca selengkapnya

Bab 10

"Mbak Mila? Ya Allah Mbak apa kabar? Kapan datang?" Ia berbasa-basi."Baik, ini baru aja datang Sar." Mereka pun cipika-cipiki seperti biasanya."Ya ampun, Mbak Mila makin putih aja, makin cantik pula, hebatlah pokoknya Mbak Mila ini," kata si Sarah terkagum-kagum seraya meneliti diri Mila."Kamu ini bisa aja, padahal lebih cantikan kamu kemana-mana," balas Mila seraya mengibaskan tangannya.Kalau soal wajah aku setuju Sarah memang jauh lebih cantik, mirip bule tapi kalau soal penampian dan kebersihannya, sekarang anakku yang menang, ya maklum sih mungkin karena si Mila itu sering perawatan di sana."Mbak yang bisa aja, mana ada gadis kampung kayak Sarah ini cantik, jauh lah Mbak."Sarah dan Mila pun lanjut mengobrol, layaknya dua orang sahabat yang saling merindukan setelah sekian lama mereka bicara heboh sekali entah membicarakan apa, tapi kemudian ada juga saat mereka terisak-isak ketika membicarakan Nila."Dulu ... Nila suka menimbrung kalau kita lagi mengobrol begini ya, Mbak."
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status