Bright Pearl

Bright Pearl

last updateLast Updated : 2024-04-06
By:  Romaneskha  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 rating. 1 review
49Chapters
2.6Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

BLACK FINGER's SEQUEL Sejak bayi mungilnya adalah setengah manusia, Diran sadar bayi itu terlalu lemah untuk hidup. Tubuhnya juga akan mudah dirasuki aura jahat. Diran mengantar bayi mungilnya ke Wang Mo Ryu dan berharap bayi itu bisa hidup lebih baik. Wang Mo Ryu menyadari ada aura berbeda,yang membuat penghuni Istana Bulan ingin membunuhnya. Wang Mo Ryu meyakinkan para petinggi istana bahwa dia akan menjaga bayi itu dan mengendalikan kekuatannya. Namun,lima belas tahun kemudian....

View More

Latest chapter

Free Preview

Chapter 1: Bayi Mungil Diran

Irama Ghuzeng menggema. Meski begitu, irama yang memancar dari senar yang dipetik tidak bisa menenggelamkan suara langkah kaki yang lamban di atas kelopak bunga ceri yang jatuh. Terlalu disayangkan, pada akhirnya Wang Mo Ryu harus menerima nasib bunganya yang terbuang."Diran! Kenapa menangis?" Wang Mo Ryu masih belum menegakkan kepalanya saat itu, jarinya menggaungkan irama kesedihan. Lalu, deruan angin semakin keras terdengar.Memang, air matanya jatuh ketika ia berlutut di hadapan Wang Mo Ryu. Ada gumpalan kain berbahan sutra dalam pelukannya. Awalnya, Wang Mo Ryu tidak menyadari apa yang dibawa Diran. Sampai ia berdiri dan menghampiri Diran.Bayi perempuan mungil terbungkus kain sutra berwarna merah. Tidak menangis dan dadanya tidak terlihat mengembang."Lucu sekali. Kenapa aku tidak bisa menyadari kehadirannya di sini?" ragu Wang Mo Ryu. Satu sentuhan dari sang raja iblis singgah di lengan bayi mungil itu. Dingin seperti

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Kikiw
Can't wait cerita anaknya Diran! tetep yang paling enak dibaca narasinya, dialognya, bayangan settingnya, juga alurnya dong! semangat kak author!
2022-10-16 05:58:24
1
49 Chapters

Chapter 1: Bayi Mungil Diran

Irama Ghuzeng menggema. Meski begitu, irama yang memancar dari senar yang dipetik tidak bisa menenggelamkan suara langkah kaki yang lamban di atas kelopak bunga ceri yang jatuh. Terlalu disayangkan, pada akhirnya Wang Mo Ryu harus menerima nasib  bunganya yang terbuang. "Diran! Kenapa menangis?" Wang Mo Ryu masih belum menegakkan kepalanya saat itu, jarinya menggaungkan irama kesedihan. Lalu, deruan angin semakin keras terdengar. Memang, air matanya jatuh ketika ia berlutut di hadapan Wang Mo Ryu. Ada gumpalan kain berbahan sutra dalam pelukannya. Awalnya, Wang Mo Ryu tidak menyadari apa yang dibawa Diran. Sampai ia berdiri dan menghampiri Diran. Bayi perempuan mungil terbungkus kain sutra berwarna merah. Tidak menangis dan dadanya tidak terlihat mengembang. "Lucu sekali. Kenapa aku tidak bisa menyadari kehadirannya di sini?" ragu Wang Mo Ryu. Satu sentuhan dari sang raja iblis singgah di lengan bayi mungil itu. Dingin seperti
Read more

Chapter 2: Teman dan Cinta Masa Lalu

"Bagaimana mungkin aku bisa melepaskanmu? Katakan! Bagaimana caranya?" Diran memandangi kedua telapak tangannya. Jemari itu bergetar dan ditetesi butiran air yang jatuh dari sudut matanya. Tiga hari lalu, kedua tangan itu menggenggam tubuh Rin yang dingin. Wajahnya memucat, tapi senyum tetap mengembang di sisa-sisa helaan napasnya yang berat."Tidak ada yang bisa kami lakukan. Kondisinya terus menurun. Hanya keajaiban...,""Omong kosong!" potong Diran. Dengan perasaan begitu kacau, ia keluar dari ruang dokter dan terisak semakin nyaring. "Bagaimana mungkin... bagaimana mungkin kalian begitu cepat menyerah sementara Rinku masih sadar!" sesalnya. Namun, pada Akhirnya Diran sadar. Tidak ada yang dipahami tentang tubuh manusia, kecuali mereka yang benar-benar rapuh."Diran!"Suara itu terdengar lirih. Rin berdiri di mulut pintu ruang perawatannya. Segera, Diran mengusap pipinya yang basah dan mendatangi Rin."Kenapa bangun? Istirahatlah!""Biark
Read more

Chapter 3: Serigala Kecil! Lebih Baik Kau Mati!

Bayangan hitam bergerak cepat seperti meteor yang jatuh dan terhempas ke bumi. Lalu, bayangan itu semakin jelas terlihat diiringi aroma yang membuat Li Xue tersenyum senang. Pemuda itu khawatir sejak tadi. Ia mengirim pesan melalui cahaya merah yang dilontarkan ke langit dan berharap Yueliang Palace menerima pesannya. Dia tidak menyangka jika Wang Mo Ryu akan datang secepat itu. Dengan tampilan ala manusia. Mantel hitam elegan dan sepatu boot. Sementara rambutnya, dibiarkan tetap sepunggung dan hanya dikuncir setengah.Belum sempat Li Xue memberikan penjelasan, Wang Mo Ryu melangkah cepat ke tengah-tengah dermaga. Matanya menyorot khawatir ke dasar danau."Laoshi, tiba-tiba aktivitas dari kekuatan iblis Jufeng Mo berkurang drastis. Saya jadi agak khawatir," jelas Li Xue.Wang Mo Ryu berpindah lagi, belum puas sepertinya ia jika ia tidak memeriksa setiap jengkal danau itu. Sebenarnya, Wang Mo Ryu tidak terlalu mendengarkan penjelasan dari Li Xue. Wang Mo Ryu bahk
Read more

Chapter 4: Anjing Peliharaan

Lima belas tahun kemudian... "Ming Zhu! Kau di mana? Aku datang! Apa kau tidak merindukanku?" Napas Ming Zhu berubah cepat, bulu-bulunya menegang. Paginya berubah menjadi bencana mengingat Raja Zhian yang sepertinya tidak punya kerjaan. "Kamu kira, dengan bersembunyi di sini, Raja Zhian tidak akan menemukanmu? Lagi pula, sebagai seorang bawahan kau seharusnya menyambut kedatangannya. Sudah dua bulan dia tidak di istana!" "Kakak Zhao, kau tidak merasakan penderitaanku! Bertemu dengannya adalah neraka," sahut Ming Zhu dari balik meja. Di atas meja, Zhao Shen sibuk menuangkan teh yang baru saja ia seduh ke dalam cangkir keramik. Seketika, gerak tangannya terhenti ketika mendengar peryataan Ming Zhu. Zhao Shen menggeleng-gelengkan kepala, "Kamu bilang dia neraka?" katanya tidak setuju. Teh yang Zhao Shen siapkan adalah untuk Raja Zhian. Zhao Shen tahu, saat sampai di Yueliang Palace, Paviliun Ying yang pertama kali akan disambangi. Raja itu terlalu rindu pada serigala kecil kesa
Read more

Chapter 5: Yu Jian Hua dan Kewaspadaan Ming Zhu

"Laoshi! Jangan pergi! Muridmu ini memang bodoh!" Ming Zhu mengigau. Ia tertidur di anak tangga teras menuju kebun bunga."Ah, bisa-bisanya dia tidur di tempat seperti ini," Raja Zhian merendahkan tubuhnya dan mengusap rambut Ming Zhu. Sebenarnya tidak akan terlihat aneh jika saja Ming Zhu dalam wujud serigalanya. Kepala tertopang di atas tangan, bibir hampir menyentuh papan dan gaun yang berwarna biru muda di atas tanah, berada di antara ratusan kelopak ceri yang berjatuhan. Raja Zhian tidak mengerti, dimana pun itu, sepertinya adalah tempat yang nyaman untuk Ming Zhu tidur."Katakan! Apa kali ini Wang Mo Ryu membuatmu kesulitan lagi?" Raja Zhian merasa iba.Ming Zhu bergerak. Perlahan ia membuka mata dan tersenyum dengan bodohnya pada Raja Zhian. "Baginda! Kau datang? Apa kau membawa makanan untukku?" tanyanya."Aku ke sini...," penjelasan Raja Zhian terhenti.Ming Zhu tiba-tiba bergerak mundur. Ia menggeram sambil menyorot tajam ke satu arah.Raja Zhian memiringkan kepalanya. Ia ti
Read more

Chapter 6: Kemarahan pada Diri Sendiri

Satu kelopak bunga, terangkat dan jatuh secara bergantian di atas mangkuk yang diisi air. Ming Zhu belum bisa mengontrol energi dari ujung jarinya untuk menggerakkan kelopak bunga tesebut tanpa menimbulkan riak air. Akan lebih mudah baginya untuk membuat semua kelopak bunga di tanah bergejolak terbang, lalu ia fokuskan pada satu titik. Kelopak bunga akan berubah menjadi sisi tajam pedang jika itu terjadi dan membelah apa pun di sekitarnya. "Kenapa ini begitu sulit?" Ming Zhu mulai bosan. Ia merapatkan pipinya ke meja dan mulai bermain-main dengan bola-bola air yang melayang di antara mangkuk dan langit-langit ruang perpustakaan Pavilian Ying Hua. Kelopak bunga terperangkap dalam bola air tersebut. Dan bola air itu lebur ketika Ming Zhu melihat bayangan gurunya dalam gumpalan air tersebut. "Laoshi!" punggung Ming Zhu menegak. Wang Mo Ryu mendatangi Ming Zhu dan menatap muridnya itu cukup lama. "Bagaimana kesehatanmu?" tanya Wang Mo Ryu kemudian. Ming Zhu tidak menjawab.
Read more

Chapter 7: Urusan Hati, Tidak Berguna

"Ada apa?" Raja Zhian tidak tahan untuk tidak bertanya. Wang Mo Ryu tidak terlihat bersemangat untuk turun ke bumi. "Wajahmu juga terlihat lebih pucat." "Entahlah! Aku hanya merasa lemah. Setelah kasus ini, mungkin aku akan meminta waktu untuk bersemedi!" "Kau tidak harus ikut jika memang tidak enak badan!" Raja Zhian menasihati. Ia melihat Wang Mo Ryu seperti baru saja pulang dari pertarungan yang hebat. Yang begitu menguras energinya. "Apa itu karena Ming Zhu, kau seharusnya menyesal tidak membunuhnya dulu!" sela Yu Jian Hua. Wang Mo Ryu diam. Seolah terbiasa dengan kesinisan yang dilontarkan oleh Penasihat Istana, ia melanjutkan langkahnya. Benar, jika energinya terkuras saat bersama Ming Zhu. Tapi, itu hanya rutinitas yang harus ia jalani. Yang lebih buruk adalah sikapnya terhadap Ming Zhu di dua malam sebelumnya. Setelah kejadian itu, Wang Mo Ryu menjadi penakut. Ia berusaha menghindari Ming Zhu dan jika pun mereka berhadapan, tidak banyak yang bisa Wang Mo Ryu katakan. Segala
Read more

Chapter 8: Tersesat

"Aku yakin, lambat laun monster itu akan mendatangi keturuan William Gaultier. Aura Alex terlalu kuat untuk ditumbangkan dan aura itu hanya akan menarik lebih banyak makhluk dimensi lain untuk mendekat. Sayangnya...," dengan lamban, mata Yu Jian Hua terbuka. Sebenarnya dari dua jam sebelumnya, Yu Jian Hua mencoba untuk tidur. Meski hanya dengan posisi duduk, dengan kepala bertopang pada kepalan tangannya. Memang jarang berhasil karena otaknya tak pernah berhenti berpikir. Ia masih tidak bisa membayangkan monster seperti apa yang melakukan pembantaian dengan merampas jantung manusia. Mungkin belum semua, tapi cukup banyak waktu yang dihabiskan Yu Jian Hua untuk membolak-balik kertas tua yang berisi tulisan-tulisan sejarah. Ilustrasi-ilustrasi makhluk yang menjadi mitologi di alam manusia, tidak luput dari perhatiannya.Tapi,"Cling!"Itu suara lonceng dari paviliun tempat tinggalnya, Paviliun Mudan. "Siapa yang berani menerobos masuk?" Yu Jian Hua tiba-tiba merasa geram. Ia tidak punya
Read more

Chapter 9: Orang Bodoh

"Ming Zhu! Dari mana saja kau?" Kakek Yin Dan bertanya.Ming Zhu menggelengkan kepala, "Tidak dari mana-mana!" gagapnya sambil berharap Kakek Yin Dan tidak melihat dirinya yang baru saja memasuki gerbang Paviliun Ying Hua."Kamu keluar?" Kakek melongok ke belakang Ming Zhu, gerbang masuk memang terlihat dari tempat mereka berdiri."Aku tidak berani," Ming Zhu tertunduk gelisah."Emmm. Memang harus begitu. Jangan buat masalah sementara Laoshi-mu tidak ada. Kembalilah ke kamar! Berhenti keluyuran. O, ya! Temui kakakmu dulu, Zhao Shen, dia panik mencarimu sejak dua jam lalu. Hampir saja dia menghubungi Wang Mo Ryu!""Memang Laoshi akan peduli?". Ming Zhu menggerutu di dalam hati. Lalu, apa yang terjadi jika Wang Mo Ryu menemukan kenyataan. "Bahwa aku telah melanggar aturan." Sebelumnya Ming Zhu ketakutan. Tapi, setelah dipikir lagi, Ming Zhu justru jadi penasaran. Hukuman seperti apa yang akan ia terima? Kekecewaan seperti apa yang akan gurunya sandang? Atau dia justru tidak peduli? "Lal
Read more

Chapter 10: Tebing Awan

Yueliang Palace,"Kenapa bisa begitu ceroboh?" Ming Zhu mencari ke sana- kemari sambil memegangi dadanya. Setelah dua hari, baru ia sadar kalung anjing yang diberikan Wang Mo Ryu tidak lagi di lehernya. "Aku mendapat masalah di Paviliun Mudan karena loncengnya yang berbunyi," pikir Ming Zhu tentang di mana kira-kira benda itu jatuh. Karena setelah berjam-jam mencari di Paviliun Ying Hua, ia tidak menemukan apa-apa. Ming Zhu mengendap ke gerbang Paviliun Ying Hua, melongok ke sekitar, takut kalau ada yang melihat dirinya. Ming Zhu mungkin pernah mendengar samar tentang segel pelindung yang diucapkan Yu Jian Hua. Ia tidak terlalu mengerti. Hanya saja, ketika itu, Paviliun Mudan terlihat jelas dari tempatnya berdiri."Sekarang, aku mungkin bisa ke sana!" Ming Zhu masih yakin bahwa tiga petinggi istana masih berada di bumi. Seolah tidak belajar dari pengalaman sebelumnya, Ming Zhu melangkah keluar, mengikuti memori yang samar ke tempat yang ia pernah memijak. Jembatan kayu penghubung, ri
Read more
DMCA.com Protection Status