Irama Ghuzeng menggema. Meski begitu, irama yang memancar dari senar yang dipetik tidak bisa menenggelamkan suara langkah kaki yang lamban di atas kelopak bunga ceri yang jatuh. Terlalu disayangkan, pada akhirnya Wang Mo Ryu harus menerima nasib bunganya yang terbuang.
"Diran! Kenapa menangis?" Wang Mo Ryu masih belum menegakkan kepalanya saat itu, jarinya menggaungkan irama kesedihan. Lalu, deruan angin semakin keras terdengar.
Memang, air matanya jatuh ketika ia berlutut di hadapan Wang Mo Ryu. Ada gumpalan kain berbahan sutra dalam pelukannya. Awalnya, Wang Mo Ryu tidak menyadari apa yang dibawa Diran. Sampai ia berdiri dan menghampiri Diran.
Bayi perempuan mungil terbungkus kain sutra berwarna merah. Tidak menangis dan dadanya tidak terlihat mengembang.
"Lucu sekali. Kenapa aku tidak bisa menyadari kehadirannya di sini?" ragu Wang Mo Ryu. Satu sentuhan dari sang raja iblis singgah di lengan bayi mungil itu. Dingin seperti es yang membuat Wang Mo Ryu harus menarik lagi tangannya.
"Apa yang kau inginkan?" tanya Wang Mo Ryu kemudian.
"Kehidupan!"
Wang Mo Ryu berbalik. Jubah panjang hitam yang dijahit dengan benang berwarna emas membuat kelopak bunga ceri tersibak.
"Aku sudah membebaskanmu sejak itu yang kau inginkan. Lalu, kau menikah dengan Rin. Jangan bilang aku tidak memperingatkanmu soal ini. Manusia dan makhluk dari dimensi berbeda, seharusnya tidak bersama. Sekarang, bukankah kau merasakan hal yang seharusnya tidak kau rasakan. Kehilangan menjadi lebih berat bagi makhluk seperti kita."
"Aku tahu, Tuan! Tidak ada yang kusesali dari itu. Sampai kemarin pun, Rin mengatakan dia senang bisa bersamaku. Tapi, terhadap anak ini. Aku samasekali tidak tahu," Diran menatap pilu pada bayi perempuannya yang tidak berdaya. "Sejak darahku mengalir pada dirinya, tubuh manusianya terlalu lemah untuk menanggung itu."
Wang Mo Ryu tersenyum, ia menyambut bayi mungil Diran, "Kau benar," katanya. Bayi mungil itu tidak benar-benar mati, kulit putihnya memancarkan cahaya yang membuat Wang Mo Ryu yakin, darah Diran dominan menguasai tubuh mungil itu. "Tapi, apa kau tahu apa konsekuensinya jika kuminumkan darahku padanya?"
"Bayi itu akan menjadi milik Anda seutuhnya. Anda hanya terlalu baik untuk membebaskanku dulu."
"Darahku adalah bagian dari diriku. Yang meminum darahku, juga bagian dari diriku. Sejujurnya, aku tidak terlalu peduli. Makanya kubebaskan dirimu. Biar begitu, kau tetap saja bagian dari diriku. Akan sangat mudah bagiku untuk mengontrol hidupmu," Wang Mo Ryu mengepalkan tangan kanan. Seketika, Diran merasakan ada yang menekan dadanya.
"Tapi, Diran. Tidak semua orang mampu mengontrol dirinya setelah meminum darahku. Itu, bisa saja menjadi racun yang mematikan," lanjut Wang Mo Ryu. Diran yang masih berlutut saat itu, sejenak menegakkan kepalanya, "Aku tidak punya pilihan," lirihnya menatap iba.Wang Mo Ryu terlihat menarik napas, "Baiklah," katanya yang kemudian melukai sedikit ujung kelingking dan mengusapkan darah yang keluar itu ke ujung bibir sang bayi. Perlahan, bayi perempuan dalam pelukan Wang Mo Ryu mulai menggeliat. Bayi itu tidak menangis, hanya sedikit tersenyum dan rona merah muncul di kedua pipinya.
"Apa kau sudah memberinya nama?"
Diran menggelengkan kepalanya. Terlalu menyakitkan mengingat Rin yang meninggal setelah melahirkan buah hati mereka. Dan lagi, tidakkah Wang Mo Ryu melihat sayatan di tubuh Diran. Seolah ada yang mengejar mereka, Diran lari sekuat tenaga ke taman bunga ceri tempat tinggal Wang Mo Ryu. Tidak jelas siapa yang sebenarnya menginginkan bayi mungil di tangannya, Diran hanya merasa angin telah menyisakan sayatan yang begitu banyak. Semakin jauh ia berlari, semakin banyak pula ia menerima sayatan itu. Lalu, terdengar gema yang menggaungkan namanya dan meminta agar Diran mau menyerahkan bayinya. Selain berlari, Diran tidak bisa memikirkan apa pun lagi.
"Kukira 'Ming Zhu' nama yang cocok untuknya," seperti mutiara, kulit bayi mungil itu bercahaya.
Diran mengangguk setuju. "Kedengarannya memang sangat bagus," lemah Diran.
"Sejak Ming Zhu meminum darahku, dia harus belajar mengontrol kekuatan iblis yang mengalir di tubuhnya. Atau, dia akan berubah menjadi lebih buruk dari William Gaultier dulu."Sekali lagi Diran mengangguk.
Wang Mo Ryu berbalik dengan Ming Zhu masih di gendongannya. Tentu saja, Diran akan merasa tidak ikhlas. Lututnya yang menempel di tanah, sesaat bergeser "Apakah tidak mungkin jika aku saja yang merawatnya, Tuan?" tanyanya dengan isak tangis yang semakin jelas terdengar. "Aku akan berusaha melindunginya!"
Wang Mo Ryu melirik sedikit ke Diran. Wang Mo Ryu tentu tahu apa yang terbaik. Bayi mungil di tangannya, mungkin akan lebih berbahaya bagi dunia jika tubuhnya dikuasai. Dan dengan alasan itu, Wang Mo Ryu harus membawanya pergi.
<>
Seratus tahun, seribu tahun, atau sepuluh ribu tahun, tidak ada yang benar-benar berubah dari dunia mereka. Dimensi lain punya urusannya sendiri. Tapi, karena energi yang begitu besar yang mereka miliki, sedikit banyak akan mempengaruhi dunia manusia. Hujan, terik, angin, salju, dan badai yang terjadi di bumi, mengibaratkan gejolak yang terjadi di dimensi lain tersebut. Dan Denova, telah menjadi jembatan yang berarti untuk menjaga keseimbangan keduanya. Sayangnya, di dunia modern sekarang, mereka tidak lagi mau ambil bagian. Jika saja Wang Mo Ryu tidak peduli, lalu siapa yang peduli. Bagi penghuni dimensi lain, manusia hanya seperti semut kecil yang digencet mati, serapuh itu. Tapi, mereka memiliki energi hidup yang mampu meningkatkan kekuatan para makhluk penghuni dimensi lain. Manusia menjadi sangat menarik dan akan terus dibiarkan beregenerasi.
Lalu, selama beratus ribu tahun, para penghuni dimensi lain; yang rata-rata memiliki kekuatan super besar; yang tak jarang berkembang menjadi kekuatan iblis yang menghancurkan; berusaha mengembangkan cara untuk menekan kekuatan itu agar tidak merusak. Pada akhirnya mereka sadar, nurani yang mereka miliki tak berbeda dari manusia. Semakin mereka mampu menekan emosi dan nafsu mereka, maka saat itulah mereka berubah bijaksana. Dan, ketika para penghuni dimensi lain selalu menuruti apa yang menjadi keinginan terbesar mereka, maka perlahan mereka akan kehilangan kemampuan untuk mengontrol diri. Sesederhana itu. Tapi, bagi Wang Mo Ryu, tidak ada yang sederhana di dunia ini. Untuk membuat dirinya sendiri tahan dengan godaan darah manusia, ia perlu menahan diri untuk tidak meminum cairan merah itu selama 500 tahun. Sekarang, darah manusia hanya seperti air yang bening, meminum atau pun tidak meminumnya, bukan hal yang berarti lagi.
"Yang Mulia Wang Mo Ryu, selamat datang!"
Pintu gerbang menjulang tinggi, menghadirkan nuansa nila ketika pintu itu terbuka dengan sendirinya. Para pelayan istana menunduk hormat untuk kedatangan pejabat tinggi di istana yang selalu diselimuti kabut. Yueliang Palace, setelah sekian lama bermain-main di bumi dan menghabiskan waktu di kebun cerinya yang indah, akhirnya Wang Mo Ryu kembali ke tempat itu.
Yueliang Palace, satu-satunya yang terpikir oleh Wang Mo Ryu sejak Ming Zhu berada di pangkuannya. Tentu saja, istana dibuat gaduh oleh kelakuan Wang Mo Ryu yang diluar logika mereka. Soal anak siapa itu, dan untuk apa Yang Mulia Wang Mo Ryu membawanya ke istana. Tapi, Wang Mo Ryu tidak terusik, ia meneruskan langkahnya, hingga seseorang menangkap aura negatif bayi mungil yang ada di gendongannya.
"Bukankah seharusnya kau bunuh dia?"
Suara itu seketika menghentikan langkah Wang Mo Ryu. Ia berpaling pada penasihat utama istana, Yu Jian Hua.
Wang Mo Ryu tersenyum sinis, "Apa pedulimu?" ujarnya tanpa sedikit pun menaruh hormat pada penasihat kerajaan. Tentu saja, karena Wang Mo Ryu tidak merasa lebih rendah dari orang itu. Yueliang Palace, mungkin memiliki seorang raja. Dengan begitu, pantas disebut sebagai sebuah kerajaan. Tapi, sebenarnya, Yueliang Palace mengurusi segala hal tentang makhluk dimensi lain di wilayah timur. Yueliang Palace menjadi tempat dimana aturan dibuat dan para petingginya menjadi yang paling dihormati, bahkan bagi tiga kerajaan lainnya di wilayah barat, utara dan selatan. Yueliang Palace, bisa juga disebut sebagai sekolah bagi mereka yang harus diajari tentang mengontrol kekuatan. Wang Mo Ryu sebagai pengajar utama, statusnya berada satu tingkat di bawah raja, dan sejajar dengan penasihat kerajaan. Di Yueliang Palace, mereka yang mulanya seorang perusak, bisa saja berubah menjadi peri yang akan bermanfaat bagi seluruh alam.
"Aku tidak peduli. Tapi, kukira kau bisa memilah mana yang bisa diajari dan tidak. Jika dia tidak mati di tanganmu, mungkin dia akan mati di tanganku," Yu Jian Hua berkata lantang tanpa berpaling pada Wang Mo Ryu.
"Aku juga seorang iblis, dan aku cukup percaya diri untuk membiarkannya hidup!"
Ming Zhu menggeliat di tangan Wang Mo Ryu. Membiarkan Ming Zhu hidup berarti Wang Mo Ryu harus bekerja keras untuk bisa mengontrol kekuatan iblis yang ada di diri bayi mungil itu. Sejak ruh mengisi rahim Rin, sebenarnya transfer energi negatif telah dimulai. Tubuh manusia tidak mampu menahannya. Waktu akan membentuk Ming Zhu menjadi lebih kuat dan tidak terkontrol. Dan dengan alasan itu, wajar saja Yu Jian Hua langsung ingin memusnahkan Ming Zhu.Tapi, sudah beribu tahun sejak ia dan Yu Jian Hua mampu menekan aura iblis dalam diri mereka sendiri, dan itu menambah keyakinan Wang Mo Ryu untuk membiarkan Ming Zhu hidup, dibanding harus memusnahkannya. Bayi yang tidak berdosa dan tidak berdaya, bagaimana mungkin Wang Mo Ryu takut menghadapinya.
<>
Aula utama, tempat singgasana raja berada, dipenuhi oleh orang-orang yang merasa peduli terhadap sesuatu yang besar yang mungkin akan terjadi. Yu Jian Hua telah lebih dulu berada di sana tanpa berusaha menenangkan. Kadang, Wang Mo Ryu enggan untuk menyebut Yu Jian Hua sebagai penasihat. Toh, dia jarang menggunakan lidahnya. Dengan enggan pula Wang Mo Ryu bergabung dalam kelompok itu. Ia menjatuhkan pantatnya segera di singgasana di sebelah kiri singgasana raja dan memejamkan matanya.
"Ryu Laoshi, selamat datang! Lama tidak melihat Anda!" seseorang memberi salam.
Terpaksa, Wang Mo Ryu membuka mata, ia tersenyum kemudian. Ia kenal siapa yang menyapanya. Seorang penjaga wilayah perbatasan timur dan selatan. Datang dengan jubahnya yang berwarna es, Li Xue . Sedikit banyak Wang Mo Ryu bisa menangkap apa yang akan dibicarakan orang itu pada Raja.Saat menggeser pandangannya, tidak sengaja ia bertatapan dengan Yu Jian Hua. Tatapannya dingin, dan Wang Mo Ryu yakin Yu Jian Hua akan memberikan pendapat yang bertentangan dengan dirinya. Akan lebih baik jika Yu Jian Hua diam saja.
"Hormat kami pada Raja Zhian!"
Wang Mo Ryu ikut berdiri, tapi tidak bersuara. Raja Zhian memasuki aula utama istana dengan hanya menggunakan jubah tidur berwarna putih bercahaya. Ia melebarkan senyumnya untuk semua orang sebelum duduk di singgasana.
"Wang Mo Ryu, akhirnya aku melihatmu juga!" katanya dengan sudut mata menyipit.
"Maafkan saya, Baginda!" sahut Wang Mo Ryu mencoba lebih sopan.
"Dan kau Xiao Hua, sepertinya suasana hatimu tidak cukup baik hari ini!" sebut Wang Zhian lagi dengan lebih akrab pada Yu Jian Hua. Sekilas, Raja Zhian terkesan tidak serius dengan penampilan dan sikapnya. Ia terlihat jauh lebih muda dari Yu Jian Hua da Wang Mo Ryu. Itu membuat Raja Zhian tampak kurang berwibawa dibanding keduanya. Tapi, semua orang tahu raja mereka adalah yang paling tua, walaupun tampilan hanya seperti remaja laki-laki biasa. Mungkin, sekitar 2000 tahun lebih tua dari Wang Mo Ryu dan Yu Jian Hua.
Yu Jian Hua, dia sedikit menunduk, "Mungkin, yang Anda rasakan adalah aura dari sesuatu yang berbeda," jelasnya.
Wang Mo Ryu tersenyum diam-diam. Tentu saja ia mengerti yang dimaksud oleh Yu Jian Hua adalah Ming Zhu.
"Kudengar, bumi semakin hebat berguncang! Ini telah sembilan bulan berlalu, dan kalian masih ingin bilang tidak terjadi apa-apa di hutan tua?"
Yang dimaksud Wang Zhian adalah hutan sequoia purba, "Aegel Forest". Seratus tahun lalu ketika terakhir kali Wang Mo Ryu mengalirkan energinya untuk menghentikan gejolak yang besar dari dasar danau Aegel Forest, sekarang danau itu bergejolak lagi. Jufeng Mo pernah hidup di sana, dan dirantai di dasar danau. Jasadnya mungkin telah hancur, tapi tidak dengan kekuatan yang tersimpan di dalam jiwanya. Sekarang, kekuatan itu masih disegel dengan rantai baja besar yang di tanam di dasar lapisan bumi. Rantai baja yang secara periodik menyala merah karena energi magma yang mengalir. Biar begitu, energi dari Jufeng Mo Masih bisa menyerap energi hidup manusia. Energi iblis bahkan kadang meluap serupa letusan gunung berapi, gempa bumi dan tsunami. Karena itu, para makhluk dimensi lain memberikan perhatian lebih pada Aegel Forest. Tempat itu disegel dan tidak mudah bagi manusia untuk memasukinya. Hanya jika mereka terpedaya oleh suara-suara misterius, maka manusia terperangkap di sana dan berakhir dengan kematian.
Sebenarnya, Wang Mo Ryu tidak cukup berpengalaman menghadapi Jufeng Mo. Yu Jian Hua yang pernah bertarung dengannya. Dia juga yang berhasil menyegel Jufeng Mo di dasar danau. Tapi, itu dulu, saat Yu Jian Hua masih memiliki kekuatan Black Finger. Sudah lama Yu Jian Hua melepaskan diri dari kekuatan Black Finger dengan cara yang tidak diketahui Wang Mo Ryu. Kabarnya, ia juga telah memusnahkan kekuatan Black Finger yang pernah mengisi jiwanya. Saat ini, Wang Mo Ryu tidak memilki keyakinan apa pun pada penasihat istana itu. Jika saja kekuatan iblis dari Jufeng Mo terbebas, entah apa yang akan terjadi. Hanya menunggu waktu sampai kekuatan Jufeng Mo menemukan kembali jasadnya.
"Yang Mulia Raja!" Li Xue mengajukan diri.
"Ya, bicaralah!"
"Aktivitas kekuatan Jufeng Mo mengarah pada satu titik. Kemarin saya mencoba menyelidikinya. Tapi, hari ini kekuatan itu menyebar, seperti kehilangan arah dan saya masih belum tahu persis apa yang terjadi."
Wang Zhian mengangguk beberapa kali, "Aku juga merasakan energi yang aneh," ucapnya tenang. Seakan tidak perlu ada yang dikhawatirkan saat itu. "Bagaimana pendapatmu Xiao Hua?"
"Saya kira Wang Mo Ryu lebih mengerti," Yu Jian Hua melirik pada Wang Mo Ryu. "Dia membawa seorang anak kecil ke istana pagi ini. Jika tidak salah, Jufeng Mo juga mengincar anak itu. Tapi, Yueliang Palace punya segel pelindungnya sendiri. Aura anak kecil itu akan terlindungi."
"Kalau begitu Yang Mulia, kita harus segera memusnahkan anak itu sebelum Jufeng Mo menemukannya! Agar tidak menimbulkan kekacauan di kemudian hari."
"Bagaimana mungkin kalian takut terhadap seorang anak kecil? Seekor bayi serigala? Dia hanya peliharaan bagiku. Apa kalian meremehkan kemampuan yang kumilki? Apa menurut kalian aku tidak akan mampu membuatnya tunduk? Sejak aku membawanya kemari, tentu saja aku yang akan bertanggung jawab."
"Peliharaan?" Wang Zhian antusias, "bukannya kamu sudah punya Diran?"
"Keturunannya," sergah Wang Mo Ryu.
Bibir Wang Zhian melebar, "Manis sekali," katanya terlihat semakin antusias. "Kapan aku boleh melihatnya?""Yang Mulia, Diran berasal dari hutan purba," sela Yu Jian Hua.
Wang Mo Ryu terdiam. Tangannya mengepal dan segera auranya berubah menjadi kemerahan. Aura yang cukup berbahaya juga munyelimuti Yu Jian Hua. Bukan karena ia marah, atau karena ingin menyerah. Tapi, Aura itu muncul sebagai bentuk pertahanan dari sikap permusuhan yang ditunjukkan oleh Wang Mo Ryu.Wang Zhian menatap dua orang kepercayaannya itu secara bergantian. Hanya dengan diam, sebenarnya mereka telah membuat laut bergejolak hebat, sebentuk badai yang akan membuat para nelaian panik.
"Hey! Sudah! Sudah! Xiao Ryu, tahan dirimu!"
Wang Mo Ryu masih sulit menahan dirinya saat itu, ia kemudian berbalik dan pergi meninggalkan aula utama. Cukup jelas keputusannya untuk tetap melindungi Ming Zhu.
Wang Zhian tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Terhadap sikap Wang Mo Ryu yang tidak sopan, ia telah terbiasa.
"Xiao Hua, aku menyukai dirimu!" sebut Raja Zhian kemudian, "Tapi, aku juga sangat menyukai Xiao Ryu. Aku tidak mungkin mengambil peliharaannya yang begitu ia sukai. Apa kau mengerti perasaanku?"
Yu Jian Hua mengangguk.
"Mungkin kita bisa bicarakan hal ini lain kali!" Wang Zhian berdiri. Dihadapkan pilihan untuk memusnahkan dan memberikan kesempatan hidup, batinnya sebenarnya condong pada ketegasan Wang Mo Ryu.
"Bagaimana mungkin aku bisa melepaskanmu? Katakan! Bagaimana caranya?" Diran memandangi kedua telapak tangannya. Jemari itu bergetar dan ditetesi butiran air yang jatuh dari sudut matanya. Tiga hari lalu, kedua tangan itu menggenggam tubuh Rin yang dingin. Wajahnya memucat, tapi senyum tetap mengembang di sisa-sisa helaan napasnya yang berat."Tidak ada yang bisa kami lakukan. Kondisinya terus menurun. Hanya keajaiban...,""Omong kosong!" potong Diran. Dengan perasaan begitu kacau, ia keluar dari ruang dokter dan terisak semakin nyaring. "Bagaimana mungkin... bagaimana mungkin kalian begitu cepat menyerah sementara Rinku masih sadar!" sesalnya. Namun, pada Akhirnya Diran sadar. Tidak ada yang dipahami tentang tubuh manusia, kecuali mereka yang benar-benar rapuh."Diran!"Suara itu terdengar lirih. Rin berdiri di mulut pintu ruang perawatannya. Segera, Diran mengusap pipinya yang basah dan mendatangi Rin."Kenapa bangun? Istirahatlah!""Biark
Bayangan hitam bergerak cepat seperti meteor yang jatuh dan terhempas ke bumi. Lalu, bayangan itu semakin jelas terlihat diiringi aroma yang membuat Li Xue tersenyum senang. Pemuda itu khawatir sejak tadi. Ia mengirim pesan melalui cahaya merah yang dilontarkan ke langit dan berharap Yueliang Palace menerima pesannya. Dia tidak menyangka jika Wang Mo Ryu akan datang secepat itu. Dengan tampilan ala manusia. Mantel hitam elegan dan sepatu boot. Sementara rambutnya, dibiarkan tetap sepunggung dan hanya dikuncir setengah.Belum sempat Li Xue memberikan penjelasan, Wang Mo Ryu melangkah cepat ke tengah-tengah dermaga. Matanya menyorot khawatir ke dasar danau."Laoshi, tiba-tiba aktivitas dari kekuatan iblis Jufeng Mo berkurang drastis. Saya jadi agak khawatir," jelas Li Xue.Wang Mo Ryu berpindah lagi, belum puas sepertinya ia jika ia tidak memeriksa setiap jengkal danau itu. Sebenarnya, Wang Mo Ryu tidak terlalu mendengarkan penjelasan dari Li Xue. Wang Mo Ryu bahk
Lima belas tahun kemudian... "Ming Zhu! Kau di mana? Aku datang! Apa kau tidak merindukanku?" Napas Ming Zhu berubah cepat, bulu-bulunya menegang. Paginya berubah menjadi bencana mengingat Raja Zhian yang sepertinya tidak punya kerjaan. "Kamu kira, dengan bersembunyi di sini, Raja Zhian tidak akan menemukanmu? Lagi pula, sebagai seorang bawahan kau seharusnya menyambut kedatangannya. Sudah dua bulan dia tidak di istana!" "Kakak Zhao, kau tidak merasakan penderitaanku! Bertemu dengannya adalah neraka," sahut Ming Zhu dari balik meja. Di atas meja, Zhao Shen sibuk menuangkan teh yang baru saja ia seduh ke dalam cangkir keramik. Seketika, gerak tangannya terhenti ketika mendengar peryataan Ming Zhu. Zhao Shen menggeleng-gelengkan kepala, "Kamu bilang dia neraka?" katanya tidak setuju. Teh yang Zhao Shen siapkan adalah untuk Raja Zhian. Zhao Shen tahu, saat sampai di Yueliang Palace, Paviliun Ying yang pertama kali akan disambangi. Raja itu terlalu rindu pada serigala kecil kesa
"Laoshi! Jangan pergi! Muridmu ini memang bodoh!" Ming Zhu mengigau. Ia tertidur di anak tangga teras menuju kebun bunga."Ah, bisa-bisanya dia tidur di tempat seperti ini," Raja Zhian merendahkan tubuhnya dan mengusap rambut Ming Zhu. Sebenarnya tidak akan terlihat aneh jika saja Ming Zhu dalam wujud serigalanya. Kepala tertopang di atas tangan, bibir hampir menyentuh papan dan gaun yang berwarna biru muda di atas tanah, berada di antara ratusan kelopak ceri yang berjatuhan. Raja Zhian tidak mengerti, dimana pun itu, sepertinya adalah tempat yang nyaman untuk Ming Zhu tidur."Katakan! Apa kali ini Wang Mo Ryu membuatmu kesulitan lagi?" Raja Zhian merasa iba.Ming Zhu bergerak. Perlahan ia membuka mata dan tersenyum dengan bodohnya pada Raja Zhian. "Baginda! Kau datang? Apa kau membawa makanan untukku?" tanyanya."Aku ke sini...," penjelasan Raja Zhian terhenti.Ming Zhu tiba-tiba bergerak mundur. Ia menggeram sambil menyorot tajam ke satu arah.Raja Zhian memiringkan kepalanya. Ia ti
Satu kelopak bunga, terangkat dan jatuh secara bergantian di atas mangkuk yang diisi air. Ming Zhu belum bisa mengontrol energi dari ujung jarinya untuk menggerakkan kelopak bunga tesebut tanpa menimbulkan riak air. Akan lebih mudah baginya untuk membuat semua kelopak bunga di tanah bergejolak terbang, lalu ia fokuskan pada satu titik. Kelopak bunga akan berubah menjadi sisi tajam pedang jika itu terjadi dan membelah apa pun di sekitarnya. "Kenapa ini begitu sulit?" Ming Zhu mulai bosan. Ia merapatkan pipinya ke meja dan mulai bermain-main dengan bola-bola air yang melayang di antara mangkuk dan langit-langit ruang perpustakaan Pavilian Ying Hua. Kelopak bunga terperangkap dalam bola air tersebut. Dan bola air itu lebur ketika Ming Zhu melihat bayangan gurunya dalam gumpalan air tersebut. "Laoshi!" punggung Ming Zhu menegak. Wang Mo Ryu mendatangi Ming Zhu dan menatap muridnya itu cukup lama. "Bagaimana kesehatanmu?" tanya Wang Mo Ryu kemudian. Ming Zhu tidak menjawab.
"Ada apa?" Raja Zhian tidak tahan untuk tidak bertanya. Wang Mo Ryu tidak terlihat bersemangat untuk turun ke bumi. "Wajahmu juga terlihat lebih pucat." "Entahlah! Aku hanya merasa lemah. Setelah kasus ini, mungkin aku akan meminta waktu untuk bersemedi!" "Kau tidak harus ikut jika memang tidak enak badan!" Raja Zhian menasihati. Ia melihat Wang Mo Ryu seperti baru saja pulang dari pertarungan yang hebat. Yang begitu menguras energinya. "Apa itu karena Ming Zhu, kau seharusnya menyesal tidak membunuhnya dulu!" sela Yu Jian Hua. Wang Mo Ryu diam. Seolah terbiasa dengan kesinisan yang dilontarkan oleh Penasihat Istana, ia melanjutkan langkahnya. Benar, jika energinya terkuras saat bersama Ming Zhu. Tapi, itu hanya rutinitas yang harus ia jalani. Yang lebih buruk adalah sikapnya terhadap Ming Zhu di dua malam sebelumnya. Setelah kejadian itu, Wang Mo Ryu menjadi penakut. Ia berusaha menghindari Ming Zhu dan jika pun mereka berhadapan, tidak banyak yang bisa Wang Mo Ryu katakan. Segala
"Aku yakin, lambat laun monster itu akan mendatangi keturuan William Gaultier. Aura Alex terlalu kuat untuk ditumbangkan dan aura itu hanya akan menarik lebih banyak makhluk dimensi lain untuk mendekat. Sayangnya...," dengan lamban, mata Yu Jian Hua terbuka. Sebenarnya dari dua jam sebelumnya, Yu Jian Hua mencoba untuk tidur. Meski hanya dengan posisi duduk, dengan kepala bertopang pada kepalan tangannya. Memang jarang berhasil karena otaknya tak pernah berhenti berpikir. Ia masih tidak bisa membayangkan monster seperti apa yang melakukan pembantaian dengan merampas jantung manusia. Mungkin belum semua, tapi cukup banyak waktu yang dihabiskan Yu Jian Hua untuk membolak-balik kertas tua yang berisi tulisan-tulisan sejarah. Ilustrasi-ilustrasi makhluk yang menjadi mitologi di alam manusia, tidak luput dari perhatiannya.Tapi,"Cling!"Itu suara lonceng dari paviliun tempat tinggalnya, Paviliun Mudan. "Siapa yang berani menerobos masuk?" Yu Jian Hua tiba-tiba merasa geram. Ia tidak punya
"Ming Zhu! Dari mana saja kau?" Kakek Yin Dan bertanya.Ming Zhu menggelengkan kepala, "Tidak dari mana-mana!" gagapnya sambil berharap Kakek Yin Dan tidak melihat dirinya yang baru saja memasuki gerbang Paviliun Ying Hua."Kamu keluar?" Kakek melongok ke belakang Ming Zhu, gerbang masuk memang terlihat dari tempat mereka berdiri."Aku tidak berani," Ming Zhu tertunduk gelisah."Emmm. Memang harus begitu. Jangan buat masalah sementara Laoshi-mu tidak ada. Kembalilah ke kamar! Berhenti keluyuran. O, ya! Temui kakakmu dulu, Zhao Shen, dia panik mencarimu sejak dua jam lalu. Hampir saja dia menghubungi Wang Mo Ryu!""Memang Laoshi akan peduli?". Ming Zhu menggerutu di dalam hati. Lalu, apa yang terjadi jika Wang Mo Ryu menemukan kenyataan. "Bahwa aku telah melanggar aturan." Sebelumnya Ming Zhu ketakutan. Tapi, setelah dipikir lagi, Ming Zhu justru jadi penasaran. Hukuman seperti apa yang akan ia terima? Kekecewaan seperti apa yang akan gurunya sandang? Atau dia justru tidak peduli? "Lal
Keesokan harinya, hanya sedikit cahaya terang yang mampu menembus Danau Aegel Gustave Savery. Yang berarti siang mungkin tidak akan terlihat di tempat itu. Yu Jian Hua lebih dulu berdiri di tengah dermaga. Tatapannya datar pada air yang terlihat tenang, tapi telah berubah menjadi hitam. Dalam satu abad terakhir, dalam pandangan di dua alam, Yu Jian Hua telah berjasa. Dengan tangannya sendiri ia berhasil menyegel Jufeng Mo dan memusnahkan Mo Zhang Li. Tapi, di dalam dirinya sendiri, kebimbangannya tidaklah hilang. Pikiran yang kadang egois, membuatnya merasa bersalah. Menyegel Jufeng Mo, Yu Jian Hua tahu sendiri itu hanya langkah sementara. Sudah seharusnya ia mengeluarkan lebih banyak kekuatan untuk membunuh Jufeng Mo.Sekarang, Yu Jian Hua benar-benar ragu akan sampai kapan rantai pemusnah diri akan bertahan. Yu Jian Hua sadar, dirinya tidaklah sekuat Jufeng Mo. Terlebih ketika ia memutuskan untuk menghilangkan kekuatan Black Finger dari dalam dirinya. Di tahun itu, jika bukan karen
Lantai menderit sejak ia memasuki kediaman pribadi Laoshi-nya. Telinga Ming Zhu menegang dan dia melangkah lebih hati-hati setelahnya. Ming Zhu berpikir, lagkahnya jelas akan lebih ringan jika ia berubah wujud.“Tidak apa-apa! Lantai ini memang sudah sangat tua. Aku tahu telingamu sangat sensitif, tapi kamu hanya perlu membiasakan diri.”Ming Zhu tertegun karena Laoshi seolah tahu apa yang dia pikirkan.“Aku hanya takut Laoshi terganggu juga!”“Tidak. Sama sekali tidak. Kupikir malah kamu yang khawatir? Tidak bisa mengendap-endap, keluar masuk seenaknya seperti di Paviliun Ying Hua?”Segera Ming Zhu menggelengkan kepala. “Aku mana pernah begitu,” katanya berbohong. Faktanya, Ming Zhu memang suka menyelinap masuk tanpa izin, terutama ketika Wang Mo Ryu tidak sengaja terlelap di ruang baca. Hanya Ming Zhu yang terlalu bodoh mengira Wang Mo Ryu tidak tahu apa-apa.“Sebenarnya aku tidak keberatan. Tapi, segalanya akan berbeda setelah kamu tinggal di sini!” Wang Mo Ryu mendorong pintu kam
“Laoshi! Akan seperti apa tempat yang akan kita datangi?”Wang Mo Ryu diam saja. Cahaya terang perlahan tertelan oleh kabut misterius. Mereka meyebutnya lorong dimensi. Sebagian lagi mengistilahkannya sebagai lorong neraka. Jiwa-jiwa yang terjebak ketidakpastian, dan penantian panjang, tentang kapan penderitaan mereka akan berakhir. Tempat mereka berpijak bukan lagi rumput dan ranting yang rapuh, tapi patahan tulang dan genangan darah yang semu. Di tiga langkah pertama, Ming Zhu sudah dibuat sakit kepala. Ia memegangi kepalanya sendiri. Wang Mo Ryu merasa itu hal wajar. Energi di lorong dimensi sungguh kacau dan akan dengan mudah mempengaruhi makhluk yang baru belajar seperti Ming Zhu. Jika dibiarkan Ming Zhu mungkin akan berubah gelisah hingga pingsan, selanjutnya ia akan terjebak dalam mimpi buruk para penghuni lorong dimensi.Wang Mo Ryu melingkarkan tangannya ke punggung Ming Zhu, memastikan peliharannya tetap bisa berdiri dan tidak kehilangan seluruh kesadaran. Pendar-pendar hita
Yu Jian Hua sudah memikirkannya. Ia pernah merawat seekor burung yang terluka. Setelah sembuh, burung itu dilepaskan kembali ke alam. Bebas, untuk menemukan takdirnya sendiri. Lalu, apa bedanya dengan serigala kecil. "Apa aku akan tega merantaimu hingga selama ini?"Yu Jian Hua tersenyum getir. Agak menyedihkan ketika berpikir, "Aku memang bukan rumah baginya." "Tuan, Yu! Akhirnya saya menemukan Anda!" Ye Luo memberi hormat. Bukan Yu Jian Hua yang dibuat berpaling ketika itu, Sang Iblis Perempuan terperangah dengan sosok di belakangnya, "Sejak kapan…,"gagapnya. Sudah cukup lama sebenarnya, Yu Jian Hua berdiri sambil meratapi Mo Zhang Li dari jarak tiga meter di belakang. Mo Zhang Li yang terpejam, dengan kepala bersandar di tiang di tepi Tebing Awan, Yu Jian Hua enggan mengusiknya. "Sebentar lagi! Sampaikan kepada Yang Mulia aku akan segera menemuinya!" perintah Yu Jian Hua kepada Ye Luo. Ye Luo mohon diri setelah menerima perintah itu. "Kukira Tuan tidak akan mau menemui makhluk
Ketika nada pertama diperdengarkan, dari senar yang bergetar, seperti terhipnotis, serigala putih berdiri dan menjatuhkan kepalanya di pangkuan Wang Mo Ryu. Ming Zhu mana tahu ia telah tidur selama lima jam dan sudah hampir senja saat itu. Yang ia tahu ia masih sangat mengantuk dan pangkuan gurunya adalah tempat ternyaman yang bisa ia dapatkan. Kali ini bukan guzheng, tapi gu qin. Suaranya terdengar dalam dan seperti diliputi kekhawatiran. Ming Zhu mungkin tidak pernah tahu, semua nada itu berasal dari bumi. Para manusia sudah lebih dulu memainkannya. Raja Zhian bilang,"Manusia itu banyak pengalaman dan mereka kaya akan perasaan," wajar ketika yang tercipta dari pikiran mereka adalah hal luar biasa seperti yang Wang Mo Ryu mainkan sekarang. Dua hari lagi dia harus kembali ke bumi untuk melanjutkan penyelidikan. Dan sekarang, Wang Mo Ryu berada di posisi sedang mempertimbangkan apakah Ming Zhu akan ikut dengannya atau tetap tinggal di Paviliun Ying Hua. "Tetap saja aku merasa khawat
"Bagus! Bagus!" riuh tepukan tangan hanya dari seorang Zhao Shen. "Huadan" sedang menari riang di atas teras Paviliun Ying Hua, sambil sesekali melapalkan dialog dengan suara yang biasa-biasa saja, tapi penuh ekspresi. Ming Zhu terlalu bosan untuk membaca buku atau berlatih ilmu. Jadi, di tengah hari itu, ia merias wajah dengan tepung dan pewarna makanan. Kemudian menjadikan Zhao Shen satu-satunya penonton pertunjukan. Zhao Shen selalu penasaran dengan pengalaman Ming Zhu dan caranya untuk bertahan sendiri di tempat yang asing. Dan Ming Zhu tidak kalah bersemangat untuk menjelaskan bahwa ada hal seperti "ini" di bumi. Namun, ketika Zhao Shen bertanya tentang, "Siapa yang mengajarimu?" raut muka Ming Zhu berubah. "Ada apa?" "Ah, tidak," Ming Zhu mencoba tersenyum lagi. Ia kembali menari sambil meyakinkan diri bahwa kejadian buruk di Forth Armor hanyalah mimpi. "Kakak Shim, Daiyu, semuanya… mereka akan baik-baik saja!" Ming Zhu menggunakan sedikit kekuatannya untuk menggerakan kelop
Paviliun kediaman Penasihat Istana, yang seabad kemudian disebut Paviliun Mudan, hari itu secara kebetulan Raja Zhian menemukan pemandangan agak berbeda. Yu Jian Hua berdiri di tebing awan dengan pedang Fenghuang di tangan kanan dan mata yang dibalut dengan kain putih. Ketika ada yang masuk ke sana, Yu Jian Hua menyadari itu. Tapi, karena matanya tertutup, ia tidak tahu persis siapa yang datang diam-diam ke wilayahnya. Pedang Fenghuang diacungkan sebagai bentuk kewaspadaan, dan diturunkan kembali segera setelah Yu Jian Hua melepas ikatan di matanya. Setelah kematian Mo Zhang Li, nama iblis wanita itu dan Yu Yan menjadi dua kata terlarang di Yueliang Palace. Namun, semuanya jadi omong kosong karena bunga peony yang menjadi landasan cerita kelam Yu Jian Hua masih terus tumbuh dan dijaga. Selama seabad, Yu Jian Hua rupanya menggunakan aroma itu untuk menghukum dirinya sendiri atas ketidakmengertiannya terhadap apa yang terjadi. Ia pernah sangat marah ketika Mo Zhang Li membunuh janin y
Setelah dua puluh tiga jam, salju akan turun dan menyelimuti bumi dalam beberapa hari. Berdasarkan perhitungan Raja Zhian, ini tidak akan terlalu mengejutkan bagi penghuni bumi. Musim dingin tahun ini hanya datang lebih cepat beberapa waktu. Setelah dua puluh tiga jam itu, Yu Jian Jua juga akan kehilangan sedikit demi sedikit pengaruhnya terhadap semua elemen di dunia. Zhian Yu Fei telah memulainya dari hal yang paling menyakitkan. Meski ia juga berjanji membuat proses itu tidak lebih menyakitkan dari seharusnya. Sebagai orang yang pernah memiliki kekuatan Black Finger dan menghancurkannya sendiri. Tentu perasaan mati berkali-kali tidaklah asing bagi Penasihat Istana. Keberanian itu tidak diragukan. Hanya saja, entah apakah ada orang yang sebodoh Yu Jian Hua. Benarkah "Mantra Pengikat Hati" terlalu menyakitinya hingga kehilangan daya untuk melindungi bumi dengan segenap jiwa. Kekuatan Lima Elemen, diberkahi oleh alam. Ketenangan jiwa menjadi kuncinya. Dengan kekuatan sebesar itu,
"Tuan! Biar kubantu!" Ye Luo memasangkan pakaian ke punggung Yu Jian Hua. "Penghuni bumi mengira sebentar lagi akan kiamat!" Raja Zhian menerobos masuk ke sisi kolam pemandian. Ia terhenyak sendiri dengan tampilan Yu Jian Hua. Pakaian tipis dan kulit yang basah, tidak ada yang bisa dilakukan Yu Jian Hua ketika Raja Zhian harus memalingkan wajahnya. "Aku sudah menyuruh pelayan mengambil pakaianku. Tidak akan lama." Ye Luo tertawa diam-diam sambil mengeringkan rambut Penasihat Yu dengan sapu tangan. "Aku tahu kau jatuh cinta pada Mo Zhang Li, tapi kenapa aku yang gugup melihatmu seperti ini. Kau bahkan menolak bertemu denganku dan memilih dipenjara bersamanya. Rasanya benar-benar tidak adil." "Jadi, apa menurutmu aku harus membagi cintaku?" senyum Yu Jian Hua mengembang. Ia menuangkan teh yang disediakan Ye Luo sejak tadi, mungkin sudah mulai dingin. Tapi, itu lebih baik dibanding tidak ada apa pun yang dapat mencairkan suasan