Benih Haram Sahabatku

Benih Haram Sahabatku

last updateLast Updated : 2024-08-30
By:  QueenyCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
9 ratings. 9 reviews
108Chapters
11.7Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Reisa mengira, kisah cintanya akan berakhir indah dengan menikahi kekasihnya Dimas, cinta pertamanya sejak masih remaja. Segala macam persiapan pernikahan telah rampung, hanya tinggal menunggu harinya tiba. Namun, takdir berkata lain. Dia harus mengikat janji sehidup semati dengan sahabatnya sendiri, Andra. Sesuatu telah terjadi diantara mereka. Sesuatu yang tidak dapat mereka lawan. Sesuatu itu adalah takdir Tuhan. Jodoh-mu telah tertulis di Lauhul Mahfudz.

View More

Chapter 1

Malam Ternoda

"Halo, Ndra?"

Reisa yang sudah terlelap, harus terbangun ketika ponselnya berdering pukul dua pagi. Wanita itu sebenarnya enggan menerima telepon. Namun, Andra tak mungkin menghubunginya jika tak penting. 

Akhirnya Reisa mengangkat panggilan itu. Rasa khawatir lebih kuat daripada kantuknya. 

"Bisa jemput dia sekarang?" tanya seorang wanita di seberang sana. 

"Kamu siapa?"

Suara Reisa terdengar emosi ketika mendengar wanita itu berbicara dengan santai melalui ponsel Andra, sahabatnya. 

"Tolong jemput aja dia. Teman kamu mabuk."

"Andra mabuk?" tanya Reisa tak percaya. 

"Iya, udah teler nih."

"Kalian dimana?"

"The Paradise." 

Wanita di telepon tadi menyebutkan sebuah kelab yang lokasinya terletak di pusat kota. 

Setelah mengetahui semua secara detail, Reisa bergegas mengambil sweater beserta dompetnya. Dia menyalakan mesin mobil tanpa berpikir dia kali bahwa ini sudah larut malam. 

"Astagfirullah."

Sampai di sana, Reisa hanya bisa menggeleng saat melihat keadaan Andra. Lelaki itu sedang teler di pangkuan seorang wanita yang meneleponnya tadi. 

Andra terbaring dengan pakaian yang terbuka, sembari memegang sebotol minuman keras. Saat Reisa menghampiri mereka, wanita malam itu malah tersenyum senang, sembari mengecup dan meraba tubuh sahabatnya.

"Astagfirullah."

Reisa membuang pandangan karena malu melihatnya. Bertahun-tahun mereka bersahabat, wanita itu tak pernah melihat Andra begini.

Berkali-kali Reisa memalingkan wajah, merasa risih dan juga jijik. Apalagi saat melihat Andra tampak menikmati sentuhan itu. 

"Kamu yang namanya Reisa?"

Wanita malam itu bertanya sembari mengisap rokok. Lispstiknya belepotan ke mana-mana. Sebagian menempel di wajah Andra.

"Iya benar."

"Tadi dia joget sama aku. Terus minta minum dan mabuk. Nih teler dan nyebut nama kamu terus."

"Ya ampun, Ndra."

Reisa mengumpat dalam hati. Jika memang Andra punya masalah, harusnya lelaki itu berbagi cerita. Bukan mencari pelampiasan di tempat seperti ini. 

"Aku buka ponselnya pakai sidik jari, terus nelpon kamu. Kayaknya mas ini lagi patah hati." 

"Dasar kamu, Ndra! Sejak kapan maen ke tempat beginian."

"Baiknya bawa pulang sekarang. Gak bisa ngapa-ngapain juga," ucap wanita itu genit. 

Reisa kembali menggerutu, lalu menunjuk wanita itu untuk meminta bantuan. 

"Kamu bantuin aku bawa dia ke mobil. Sekarang!" 

Tanpa banyak basa-basi Reisa bertindak cepat. Dia tidak mau berlama-lama berada di tempat seperti ini. 

Wanita malam itu mengangguk patuh. Akhirnya, dengan susah payah mereka berhasil membawa Andra ke mobil. Kaki jangkung Andra cukup sulit ditekuk. Bahkan kepalanya hampir saja terbentur. 

"Dia belum bayar," ucap wanita itu sembari mengulurkan tangan. 

"Memangnya kalian ngapain aja?"

"Cuma kiss. Adalah pegang-pegang dikit. Tapi itu juga gak gratis," ucap wanita itu menjelaskan. 

"Sialan," lirihnya. 

Reisa mengeluarkan dompet dan memberikan beberapa lembar uang kertas. 

"Aku rasa segini cukup."

"Makasih ya, Cantik."

Wanita malam itu meninggalkan mereka dan berjalan kembali ke ke kelab. Sementara itu, Reisa menarik napas panjang untuk menenangkan pikiran. 

"Kamu yang maen, malah aku yang bayar. Ngapain aja ini anak sama cewek begituan."

"Rei--" 

Suara serak Andra begitu lirih memanggil nama wanita yang di cintainya.

"Ndra, kamu kalau ada masalah cerita dong. Nyusahin aku aja kayak gini."

***

Setelah memastikan semua baik-baik saja, Reisa mengendarai mobil menuju ke sebuah komplek perumahan di ibu kota. Rumah milik Andra. 

Suasana begitu sepi. Bahkan security tampak terkejut saat melihat mobilnya datang. 

"Malam banget, Mbak," sapa security saat mobil Reisa berhenti di pos jaga. 

"Si Andra mabuk," ucap Reisa kesal. 

Security menawarkan bantuan untuk mengantar mereka hingga tiba di rumah. Namun, Reisa menolaknya. Dia memutari jalan dan tiba di sebuah rumah besar bertingkat dengan pagar kayu. 

Reisa memencet bel. Untungnya pagar tidak dikunci. Sehingga dia bisa membuka sendiri dan memarkir mobil di halaman. 

"Assalamualaikum. Bibik, bukain pintu, dong! " teriak Reisa sembari mengetuk pintu rumah. 

Cukup lama mereka menunggu. Sementara Reisa terus saja mengetuk pintu. Tiga puluh menit berlalu dan dia masih sabar, walau matanya sudah ingin terpejam lagi. 

"Duh, Gusti. Ada apa ini?"

Seorang wanita paruh baya membuka pintu. Inah, pengasuh dan pengurus rumah yang bekerja untuk keluarga Andra dari kecil sampai sekarang, muncul di hadapan mereka. 

"Andra cari perkara, Bik," bisik Reisa. 

Andra sendiri sebenarnya sudah tidak memiliki orang tua. Dia yatim piatu dan anak tunggal. Ada beberapa orang yang bekerja di sini, tetapi tidak menginap. Hanya Inah yang menghuninya. 

Mereka bersahabat sejak SMA karena sama-sama kesepian dan butuh teman untuk tempat berbagi segala macam cerita hidup. 

Reisa menemukan Andra. Andra jatuh cinta pada Reisa.

Melihat kedekatan itu, papa Reisa sempat beberapa kali menanyaka hubungan mereka. Namun, wanita itu menjelaskan bahwa dia dan Andra hanya berteman.

Reisa menganggap Andra sebagai pengganti Wahyu, kakak kandungnya yang sudah lama meninggal.

Andra juga menjawab demikian saat ditanya. Padahal dalam hati, lelaki itu menyimpan rasa cinta yang tak diketahui oleh siapa pun. 

"Bantuin, Bik. Berat juga nih anak." 

Mereka menuntun Andra menuju kamarnya di lantai atas.

"Mas Andra kenapa, Non?" 

"Teler, Bik."

"Lah, kenapa? Biasanya gak pernah begini juga."

"Putus cinta kali, Bik." jawabnya asal. 

Saat ini Reisa tidak bisa berpikir apa-apa. Dia hanya perlu membawa Andra ke kamar, lalu pulang. 

"Sama siapa?" tanya Inah bingung. 

"Rei juga gak ngerti. Tau-tau dapat telepon dari cewek. Disuruh jemput nih anak."

Sejak tadi, papanya sudah melarang Reisa keluar rumah. Namun, dia berhasil meyakinkan bahwa hanya perlu menjemput Andra dan mengantarnya pulang. 

"Siapa pacarnya? Mas Andra gak pernah cerita. Biasanya juga curhat sama Bibik."

Inah membantu membuka sepatu dan kaus kaki tuannya. Sedangkan Reisa sendiri membuka lemari dan mencari baju ganti. 

"Gak tahu, Bik. Ntar, kalau udah sadar Rei tanyain." 

"Sama Non Reisa kali. Sejak tau non mau nikahan sama Mas Dimas, Den Andra jadi uring-uringan. Sering marah-marah gak jelas."

Inah mencoba menjelaskan karena beberapa kali dia mendapati tuannya melamun. Sejak mengetahui bahwa Reisa akan menikah. 

"Ah gak lah, Bik. Kita kan cuma temenan. Bibik kan juga tahu dari dulu gimana." 

Tangannya bergerak cekatan. Dia sudah berhasil menggantikan baju Andra, lalu mengatur posisi tidurnya sampai memakaikan selimut. Lelaki itu terlihat nyaman dalam lelapnya.

"Bibik ke belakang dulu ya, Non. Kalau ada apa-apa, ketok aja pintu kamar. Bibik suka gak sadar kalau udah tidur."

Wanita paruh baya itu berpamitan karena merasa sungkan. 

"Iya. Bibik tidur aja udah malem. Biar Rei yang ngurusin Andra."

Inah melangkah keluar dan menutup pintu. Tidak berani ikut campur apalagi bertanya banyak. Biasanya nanti tuannya akan cerita jika memang ada yang penting. 

"Rei--" 

Reisa menoleh saat mendengar Andra memanggilnya. 

"Kamu mau minum?" tawar Reisa iba. Rasanya dia sedih melihat kondisi Andra yang sekarang 

Andra mengangguk.

"Jangan tinggalin aku." 

Diantara sadar dan tidaknya, Andra mulai meracau. Lelaki itu bahkan meraih lengan Reisa dan memegangnya erat. 

"Gak, Ndra. Aku cuma mau keluar bentar ambil air ... auw." Tubuh Reisa terjatuh ke tempat tidur. 

Tangan besar dan kokoh milik Andra malah menariknya ke dalam pelukan.

"Sayang ...." Andra membenamkan wajahnya ke ceruk leher Reisa.

"Lepas, Ndra! Kamu mau apa?" 

Reisa mencoba berontak. Dia tidak rela dirinya disentuh seperti ini. 

"Aku mau kamu aja."

Kini, Andra berusaha menaklukan pujaan hatinya. 

"Kamu mabuk. Sadar woi!"

Reisa masih meronta, berusaha melepaskan diri dari rengkuhan lelaki itu. Perutnya mual mencium bau asam dari mulut Andra.

Kali ini Andra benar-benar tidak peduli. Lelaki itu akan melakukan apa saja, demi mendapatkan apa yang dia inginkan. 

Tubuhnya berbalik menindih, tak membiarkan pujaan hatinya bergerak sedikitpun.

"Ndra, lepasin! Kamu lagi gak sadar. Ini aku Reisa, bukan cewek yang tadi." 

Tangan mungil Reisa menepuk pipi Andra, mencoba menyadarkan sahabatnya. Dalam posisi begini, dia tak berdaya. Lemah, berusaha mempertahankan kesuciannya.

"Rei, jangan nolak aku." 

Tangan Andra mulai berkeliaran, mencari apa yang dia suka. 

"Lepas, lepas. Tolooong!" 

Reisa berteriak. Dia masih berusaha mempertahankan diri. Namun, tidak ada yang mendengar. Tidak ada yang bisa menolong. 

Reisa mulai menendang. Tangannya juga mencakar. Kehormatanya saat ini sedang dipertaruhkan. Apalah daya tubuh kecilnya tak sanggup melawan. Walaupun dia sudah sekuat tenaga mencoba. 

"DIAM REI!" Andra membentak. 

Seketika itulah Reisa tahu bahwa Andra sebenarnya tidak mabuk. Lelaki itu melakukannya dengan sadar. 

Mata Andra normal seperti biasa. Hanya saja saat ini, sesuatu yang bejat sedang menyelimutinya.

"Kamu?"

Andra menyumpal mulut Reisa dengan sebuah ciuman kasar. Tubuh besarnya bergerak sesuka hati, melakukan apa pun yang dia mau. Mengambil semua yang dia inginkan pada wanita ini. 

Untuk selanjutnya, Reisa tak dapat berbuat apa-apa. Tak kuasa menolak, tiada daya dan upaya. Di bawah kungkungan Andra dia kehilangan semuanya. 

Kesucian Reisa direnggut oleh orang yang paling dipercaya. Dirampas oleh orang yang disayang. Seluruh kesakitan yang dia rasakan hanya dapat diungkapkan dengan air mata.

Haruskah begini takdir hidupnya. Tak bolehkan dia meminta, sama seperti wanita lain. Menikah dan hidup bahagia bersama orang yang dicintai. 

"Mengapa harus begini?"

"Mengapa aku, Andra?"

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
lullaby dreamy
thor ini ceritanya berujung dgn konsep poligami kah ?! ga bklan mau lanjut baca kalo kaya gtu modelannya . ngbaca Andra yg lembek aja ngadepin Christian n' Helena udh kesel setengah mati bacanya . apalagi kalo sampe ada kisah poligami, kbayang bgt kalo si Helena bklan mnjadi jd . mending STOP baca .
2024-08-14 14:40:38
2
user avatar
Michellyn Ling
Buat watak lelaki lebih tegas thor, jgn lemah sma wanita lain. susah payah baru dpt menikah sma isteri, sda dpt malah bego sma wanita lain alasan kasihan. lama2 jatuh cinta
2024-08-12 13:40:01
2
user avatar
lullaby dreamy
kog cerita ini gak sat set sat set ringkas kaya cerita yg lain . udh gtu tokoh andra jg trlalu lemah utk mnghindar dr wanita yg pny hati sm dia . sampe d pegang² aja ga marah . pdhl ada hati yg hrs Andra jaga . ktnya cinta mati sm reisa, tp prioritas malah cewe lain . kerjaan n' keluarga diabaikan .
2024-08-11 23:13:23
2
user avatar
Cintia Aradila
lanjut kak
2024-07-25 12:21:15
2
user avatar
Mira Haniarti
Bagus kakak
2024-07-25 09:47:54
2
user avatar
Kamu Saudaraku
lanju kak semangat
2024-07-14 17:44:06
3
user avatar
Michellyn Ling
semangat menulisnya thor
2024-06-28 19:54:42
1
user avatar
Michellyn Ling
ini cerita mengenai apa thor, klu pasal selingkuhan malaslah mau teruskan
2024-06-28 16:54:59
2
user avatar
Queeny
Ayo mampir dan baca cerita ini seru
2024-06-26 09:54:39
1
108 Chapters
Malam Ternoda
"Halo, Ndra?"Reisa yang sudah terlelap, harus terbangun ketika ponselnya berdering pukul dua pagi. Wanita itu sebenarnya enggan menerima telepon. Namun, Andra tak mungkin menghubunginya jika tak penting. Akhirnya Reisa mengangkat panggilan itu. Rasa khawatir lebih kuat daripada kantuknya. "Bisa jemput dia sekarang?" tanya seorang wanita di seberang sana. "Kamu siapa?"Suara Reisa terdengar emosi ketika mendengar wanita itu berbicara dengan santai melalui ponsel Andra, sahabatnya. "Tolong jemput aja dia. Teman kamu mabuk.""Andra mabuk?" tanya Reisa tak percaya. "Iya, udah teler nih.""Kalian dimana?""The Paradise." Wanita di telepon tadi menyebutkan sebuah kelab yang lokasinya terletak di pusat kota. Setelah mengetahui semua secara detail, Reisa bergegas mengambil sweater beserta dompetnya. Dia menyalakan mesin mobil tanpa berpikir dia kali bahwa ini sudah larut malam. "Astagfirullah."Sampai di sana, Reisa hanya bisa menggeleng saat melihat keadaan Andra. Lelaki itu sedang t
last updateLast Updated : 2024-06-24
Read more
Pagi Hari Itu
Pukul lima, subuh hari. "Non Rei!" Inah menutup mulut, setengah tak percaya melihat keadaan Reisa yang tak seperti biasanya."Bik. Tolong." Reisa melangkah tertatih-tatih. Rasa sakit di sekujur tubuhnya sudah tidak dapat ditahan. "Astagfirullah, Non. Kenapa?" Inah memapah dan membantu Reisa berjalan. Pakaian wanita itu sebagian robek dengan rambut acak-acakan. Ada bekas lebam di pergelangan tangannya. Dan ada bercak darah. "Panggilkan taksi, Bik. Aku mau pulang," lirih Reisa. Matanya bengkak dengan air matanya tak berhenti menetes. "Ada Tarno, Non. Sebentar bibik panggilkan di belakang. Tadi barusan dia datang." Inah berlari ketakutan. Dalam hati menduga-duga apa yang sebenarnya terjadi. Wanita paruh baya itu tidak mau berprasangka. Namun, melihat kondisi Reisa seperti itu, dia mencurigai sesuatu. Tuannya tak keluar kamar sejak tadi. Pintu kamarnya setengah terbuka, walau tidak ada suara apa pun dari dalam sana. Inah tidak berani mengintip karena itu tidak sopan."Nok, Nok.
last updateLast Updated : 2024-06-24
Read more
Hati Seorang Ayah
Wisnu tergopoh-gopoh keluar dari kamar ketika salah satu pengurus rumah mengabari kondisi putrinya yang baru saja diantar pulang."Ada apa?""Non Rei, Pak. Kayaknya dirampok."Wisnu berlari ke ruang tamu dan mendapati putrinya terbaring di sofa. Dia mengucap istigfar berulang kali sembari memeriksa beberapa bagian tubuh Reisa yang lebam. "Pak Nok?" tanya laki-laki paruh baya itu kaget ketika melihat siapa yang mengantar putrinya pulang.Tarno sering ke rumah ini mengantar Reisa pulang. Putrinya memang sudah bersahabat sejak lama dengan Andra. Wisnu bahkan kenal siapa saja yang bekerja di rumah itu. Wisnu bahkan sudah menganggap Andra seperti anak sendiri. Anak itu baik dan sopan karena sudah terbiasa datang ke rumah. "Iya, Pak. Ini ... saya antar Non Rei pulang.""Sebenarnya ada apa ini?" Wisnu menarik kerah baju Tarno dengan penuh amarah. "Bukan saya, Pak. Saya cuma diminta nganterin Non Rei pulang.""Terus Reisa diapain sampai begini?"Dengan terbata, Tarno menceritakan apa y
last updateLast Updated : 2024-06-24
Read more
Luka
"Arghhh!"Dimas melempar barang-barang di ruangannya saat menerima kabar terbaru mengenai kondisi Reisa. Lelaki itu duduk di sofa sembari meremas rambut berulang kali. Ponselnya kembali berdering, setelah satu jam yang lalu tak hentinya menerima panggilan. "Ya, Ma?""Kami mau ke rumah sakit. Kamu cepetan nyusul. Kita mau lihat Reisa," ucap seseorang di seberang sana. "Tapi aku masih ada kerjaan, Ma.""Dimas! Kamu ini gimana? Ini calon istri kamu kena musibah.""Mama jalan aja dulu. Aku nyusul."Dimas memutus panggilan lalu kembali ke meja kerja. Pikirannya kalut sehingga dia memutuskan untuk meninggalkan kantor dan menuju rumah sakit.Sepanjang perjalanan Dimas merenung sehingga tak fokus menyetir. Laki-laki itu tak mengira semua ini terjadi. Padahal, dia sudah menyewa seorang supir pribadi untuk mengantar sekaligus menjaga Reisa. Menurut informasi yang Dimas terima, Reisa menyelinap di malam hari tanpa sepengetahuan papanya. Itulah yang paling dia sesali. Geramnya lagi, Andra ben
last updateLast Updated : 2024-06-24
Read more
Positif
Hari itu, dua keluarga bertemu untuk berunding. Wisnu mendapatkan penangguhan penahanan, sementara Andra sudah diperbolehkan pulang karena kondisinya sudah pulih. Hanya Reisa yang masih dirawat di rumah sakit karena beberapa kali berteriak di tengah malam. Reisa bahkan sempat mengambil pisau buah dan menyayat lengannya karena depresi. Untunglah nyawanya masih bisa diselamatkan. Sehingga pihak keluarga berinisiatif membayar seorang psikiater untuk menanganinya. Kondisi Reisa semakin menurun karena Dimas hanya sekali datang membesuk selama satu minggu dirawat. Padahal laki-laki itu adalah harapan semua orang untuk membantu proses penyembuhan, walaupun traumanya tidak akan hilang dengan mudah.Ada banyak dukungan dan empati dari berbagai pihak karena kasusnya mulai tersebar. Namun, itu justeru membuat Reisa semakin tertekan karena aibnya terbongkar ke mana-mana. "Saya mewakili keluarga besar datang ke sini untuk meminta maaf atas apa yang telah dilakukan oleh Andra kepada Reisa. Kami
last updateLast Updated : 2024-06-24
Read more
Janji Seorang Lelaki
Wisnu mengucap doa dalam hati agar kedatangannya kali ini bisa diterima dengan baik. Sudah beberapa kali dia mengunjungi Dimas di kantor dan masih berharap agar lelaki itu mau menemui Reisa."Maksud Om, aku harus nikahin Rei?" tanya Dimas keberatan. Wajah Wisnu menegang. Dia menarik napas panjang dan mencoba menahan emosi yang hendak meluap. "Kalau kamu memang mencintai Reisa, Nak." "Reisa sudah kotor, Om. Dia mengandung benih Andra. Anak itu hasil perkosaan. Kenapa aku yang harus menanggung semuanya?" "Om rela melakukan apa saja kalau kamu bersedia."Dengan pengharapan yang besar Wisnu datang kepada Dimas untuk menerima Reisa. Dia bahkan menekan harga diri demi kebahagiaan putrinya.Hanya Dimas yang satu-satunya menjadi harapan menyembuhkan Reisa dan menutupi aib. Mereka sudah mempersiapkan pernikahan. Harinya juga sudah dekat, hanya tinggal menunggu waktu. "Maaf, aku gak bisa, Om." Dimas berlalu begitu saja meninggalkan Wisnu yang terdiam mematung. Dia menolak dengan tegas. Ha
last updateLast Updated : 2024-06-24
Read more
Mencoba
Bunyi ketukan di pintu membuat Reisa terbangun. Dia mengerjapkan mata berulang kali dan melirik ke arah jam di dinding. Tubuhnya terasa pegal, juga perut yang semakin mual.Reisa berlari ke kamar mandi dan mengeluarkan isi perutnya. Hanya ada cairan, karena sejak kemarin malam dia tidak bisa makan. Atas kesepakatan bersama, Inah dan Tarno ikut tinggal bersama mereka untuk menjaga dan mengurus rumah ini. Mereka juga diminta untuk mengawasi sikap Andra selama menemani Reisa.Sarah menyanggupi akan menjenguk keponakannya satu minggu sekali. Sekalipun mereka dibiarkan tinggal bersama, tetapi Wisnu tetap memantau perkembangannya dari jauh. Setiap hari Inah sudah membuatkan berbagai macam jenis makanan. Akan tetapi, tidak ada satu pun yang bisa Reisa telan. Semalaman dia menangis karena merasa kelaparan. Akhirnya Reisa tertidur dengan perut yang kosong. Wanita itu lebih banyak mengurung diri di kamar sejak tinggal di sini. Papanya bilang, setelah bayi ini lahir, Andra akan menikahinya.
last updateLast Updated : 2024-06-24
Read more
Suaminya Mana?
Dua bulan kemudian. Masih ada tiga antrean dan Reisa sudah tidak sabar menunggu. Kakinya kesemutan. Tubuhnya gemetaran. Mual yang terus menerus mendera membuatnya nekat berbaring di kursi tunggu, tak perduli ada banyak pasang mata yang melihat. "Mual, Bik," katanya manja. Di tangan Reisa ada sepotong roti manis untuk cemilan. Sedari tadi mulutnya mengunyah sambil mengeluhkan perut yang terasa tidak nyaman. Obat anti mual yang diberikan dokter dipemeriksaan sebelumnya juga tidak berefek banyak.Mualnya tidak hilang, kecuali pada saat tertidur. Begitu bangun, dia akan mengeluarkan semua yang dimakan sebelumnya. "Ya Tuhan. Beginikah rasanya mengandung?" Rasanya dia tidak sanggup."Sabar, Non. Bentar lagi giliran kita."Benar saja kata Inah. Tak lama setelah pasien yang di dalam selesai periksa, si perawat memanggil pasien berikutnya. "Antrean nomor sepuluh. Silakan masuk." Tidak ada yang berdiri sehingga beberapa pasien lain saling berpandangan. "Ibu Reisa. Ibu Reisa." Suara pangg
last updateLast Updated : 2024-06-24
Read more
Trauma
Andra berulang kali memencet bel dan tidak ada yang membukakan pintu. Hari ini dia pulang larut malam karena ada meeting mendadak dengan pengurus hotel. Setelah lulus kuliah, laki-laki itu meneruskan usaha keluarga bersama beberapa paman dan sepupunya. Jam menunjukkan pukul sebelas. Biasanya selepas Maghrib, Andra sudah berada di rumah. Pulang awal atau pulang cepat baginya sama saja, tidak bisa bertemu dengan Reisa. Pernah suatu kali Andra mencoba mengintip saat melihat Reisa keluar kamar menuju dapur. Itu saja sudah membuatnya senang. Andra duduk di teras dan membuka tas untuk mencari kunci cadangan tetapi tidak ada. Rasanya dia ingin berteriak. Mengapa saat ini hidupnya semakin rumit, mencari kunci saja tidak ketemu. Andra mengambil ponsel, mencari sebuah nama langsung menelepon seseorang."Pak Nok, lagi di mana?""Balik ke rumah lama. Tadi, Nok nungguin Den Andra pulang. Tapi kemalaman. Jadi langsung jalan aja. Lupa ngabarin Aden."Andra menarik napas panjang. Rumah kesayangann
last updateLast Updated : 2024-06-24
Read more
Harapan
"Sayang," ucap Andra lembut lalu mengendurkan pelukannya."Jangan," lirih Reisa dengan tubuh gemetaran. Dia mencoba mendorong tubuh besar itu sembari meronta untuk melepaskan diri. "Gak apa-apa,ya. Kamu gak usah takut.""Tolong ...." ucapnya di antara isak tangis. "Gue gak akan ngelakuin itu lagi sama lu." Andra mengusap kepala Reisa dengan lembut dan penuh kasih sayang. Sementara wanita itu masih saja meronta sehingga Andra mengendurkan pelukannya. Dia terduduk di lantai sembari menangis.Andra ikut bersimpuh di hadapan Reisa dan mengusap banbu Reisa sembari berkata, "Tenang, ya. Tenang."Reisa menutup wajah dengan kedua tangannya. Kiniz Andra masih mengusap rambutnya dan mencoba menenangkan. Wanita itu masih menangis sesegukan, tetapi dia hanya diam dan tak dapat berbuat apa-apa."Lu mau makan bubur?" Tidak ada jawaban, sehingga Andra mengusap wajahnya lalu membuang napas dengan kasar. "Adek mau bubur?" Andra mencoba mengusap perut Reisa, tetapi tangannya ditepiskan lagi."Lu m
last updateLast Updated : 2024-06-24
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status