Share

Benih Haram Sahabatku
Benih Haram Sahabatku
Author: Queeny

Malam Ternoda

Author: Queeny
last update Last Updated: 2024-06-24 14:02:32

"Halo, Ndra?"

Reisa yang sudah terlelap, harus terbangun ketika ponselnya berdering pukul dua pagi. Wanita itu sebenarnya enggan menerima telepon. Namun, Andra tak mungkin menghubunginya jika tak penting. 

Akhirnya Reisa mengangkat panggilan itu. Rasa khawatir lebih kuat daripada kantuknya. 

"Bisa jemput dia sekarang?" tanya seorang wanita di seberang sana. 

"Kamu siapa?"

Suara Reisa terdengar emosi ketika mendengar wanita itu berbicara dengan santai melalui ponsel Andra, sahabatnya. 

"Tolong jemput aja dia. Teman kamu mabuk."

"Andra mabuk?" tanya Reisa tak percaya. 

"Iya, udah teler nih."

"Kalian dimana?"

"The Paradise." 

Wanita di telepon tadi menyebutkan sebuah kelab yang lokasinya terletak di pusat kota. 

Setelah mengetahui semua secara detail, Reisa bergegas mengambil sweater beserta dompetnya. Dia menyalakan mesin mobil tanpa berpikir dia kali bahwa ini sudah larut malam. 

"Astagfirullah."

Sampai di sana, Reisa hanya bisa menggeleng saat melihat keadaan Andra. Lelaki itu sedang teler di pangkuan seorang wanita yang meneleponnya tadi. 

Andra terbaring dengan pakaian yang terbuka, sembari memegang sebotol minuman keras. Saat Reisa menghampiri mereka, wanita malam itu malah tersenyum senang, sembari mengecup dan meraba tubuh sahabatnya.

"Astagfirullah."

Reisa membuang pandangan karena malu melihatnya. Bertahun-tahun mereka bersahabat, wanita itu tak pernah melihat Andra begini.

Berkali-kali Reisa memalingkan wajah, merasa risih dan juga jijik. Apalagi saat melihat Andra tampak menikmati sentuhan itu. 

"Kamu yang namanya Reisa?"

Wanita malam itu bertanya sembari mengisap rokok. Lispstiknya belepotan ke mana-mana. Sebagian menempel di wajah Andra.

"Iya benar."

"Tadi dia joget sama aku. Terus minta minum dan mabuk. Nih teler dan nyebut nama kamu terus."

"Ya ampun, Ndra."

Reisa mengumpat dalam hati. Jika memang Andra punya masalah, harusnya lelaki itu berbagi cerita. Bukan mencari pelampiasan di tempat seperti ini. 

"Aku buka ponselnya pakai sidik jari, terus nelpon kamu. Kayaknya mas ini lagi patah hati." 

"Dasar kamu, Ndra! Sejak kapan maen ke tempat beginian."

"Baiknya bawa pulang sekarang. Gak bisa ngapa-ngapain juga," ucap wanita itu genit. 

Reisa kembali menggerutu, lalu menunjuk wanita itu untuk meminta bantuan. 

"Kamu bantuin aku bawa dia ke mobil. Sekarang!" 

Tanpa banyak basa-basi Reisa bertindak cepat. Dia tidak mau berlama-lama berada di tempat seperti ini. 

Wanita malam itu mengangguk patuh. Akhirnya, dengan susah payah mereka berhasil membawa Andra ke mobil. Kaki jangkung Andra cukup sulit ditekuk. Bahkan kepalanya hampir saja terbentur. 

"Dia belum bayar," ucap wanita itu sembari mengulurkan tangan. 

"Memangnya kalian ngapain aja?"

"Cuma kiss. Adalah pegang-pegang dikit. Tapi itu juga gak gratis," ucap wanita itu menjelaskan. 

"Sialan," lirihnya. 

Reisa mengeluarkan dompet dan memberikan beberapa lembar uang kertas. 

"Aku rasa segini cukup."

"Makasih ya, Cantik."

Wanita malam itu meninggalkan mereka dan berjalan kembali ke ke kelab. Sementara itu, Reisa menarik napas panjang untuk menenangkan pikiran. 

"Kamu yang maen, malah aku yang bayar. Ngapain aja ini anak sama cewek begituan."

"Rei--" 

Suara serak Andra begitu lirih memanggil nama wanita yang di cintainya.

"Ndra, kamu kalau ada masalah cerita dong. Nyusahin aku aja kayak gini."

***

Setelah memastikan semua baik-baik saja, Reisa mengendarai mobil menuju ke sebuah komplek perumahan di ibu kota. Rumah milik Andra. 

Suasana begitu sepi. Bahkan security tampak terkejut saat melihat mobilnya datang. 

"Malam banget, Mbak," sapa security saat mobil Reisa berhenti di pos jaga. 

"Si Andra mabuk," ucap Reisa kesal. 

Security menawarkan bantuan untuk mengantar mereka hingga tiba di rumah. Namun, Reisa menolaknya. Dia memutari jalan dan tiba di sebuah rumah besar bertingkat dengan pagar kayu. 

Reisa memencet bel. Untungnya pagar tidak dikunci. Sehingga dia bisa membuka sendiri dan memarkir mobil di halaman. 

"Assalamualaikum. Bibik, bukain pintu, dong! " teriak Reisa sembari mengetuk pintu rumah. 

Cukup lama mereka menunggu. Sementara Reisa terus saja mengetuk pintu. Tiga puluh menit berlalu dan dia masih sabar, walau matanya sudah ingin terpejam lagi. 

"Duh, Gusti. Ada apa ini?"

Seorang wanita paruh baya membuka pintu. Inah, pengasuh dan pengurus rumah yang bekerja untuk keluarga Andra dari kecil sampai sekarang, muncul di hadapan mereka. 

"Andra cari perkara, Bik," bisik Reisa. 

Andra sendiri sebenarnya sudah tidak memiliki orang tua. Dia yatim piatu dan anak tunggal. Ada beberapa orang yang bekerja di sini, tetapi tidak menginap. Hanya Inah yang menghuninya. 

Mereka bersahabat sejak SMA karena sama-sama kesepian dan butuh teman untuk tempat berbagi segala macam cerita hidup. 

Reisa menemukan Andra. Andra jatuh cinta pada Reisa.

Melihat kedekatan itu, papa Reisa sempat beberapa kali menanyaka hubungan mereka. Namun, wanita itu menjelaskan bahwa dia dan Andra hanya berteman.

Reisa menganggap Andra sebagai pengganti Wahyu, kakak kandungnya yang sudah lama meninggal.

Andra juga menjawab demikian saat ditanya. Padahal dalam hati, lelaki itu menyimpan rasa cinta yang tak diketahui oleh siapa pun. 

"Bantuin, Bik. Berat juga nih anak." 

Mereka menuntun Andra menuju kamarnya di lantai atas.

"Mas Andra kenapa, Non?" 

"Teler, Bik."

"Lah, kenapa? Biasanya gak pernah begini juga."

"Putus cinta kali, Bik." jawabnya asal. 

Saat ini Reisa tidak bisa berpikir apa-apa. Dia hanya perlu membawa Andra ke kamar, lalu pulang. 

"Sama siapa?" tanya Inah bingung. 

"Rei juga gak ngerti. Tau-tau dapat telepon dari cewek. Disuruh jemput nih anak."

Sejak tadi, papanya sudah melarang Reisa keluar rumah. Namun, dia berhasil meyakinkan bahwa hanya perlu menjemput Andra dan mengantarnya pulang. 

"Siapa pacarnya? Mas Andra gak pernah cerita. Biasanya juga curhat sama Bibik."

Inah membantu membuka sepatu dan kaus kaki tuannya. Sedangkan Reisa sendiri membuka lemari dan mencari baju ganti. 

"Gak tahu, Bik. Ntar, kalau udah sadar Rei tanyain." 

"Sama Non Reisa kali. Sejak tau non mau nikahan sama Mas Dimas, Den Andra jadi uring-uringan. Sering marah-marah gak jelas."

Inah mencoba menjelaskan karena beberapa kali dia mendapati tuannya melamun. Sejak mengetahui bahwa Reisa akan menikah. 

"Ah gak lah, Bik. Kita kan cuma temenan. Bibik kan juga tahu dari dulu gimana." 

Tangannya bergerak cekatan. Dia sudah berhasil menggantikan baju Andra, lalu mengatur posisi tidurnya sampai memakaikan selimut. Lelaki itu terlihat nyaman dalam lelapnya.

"Bibik ke belakang dulu ya, Non. Kalau ada apa-apa, ketok aja pintu kamar. Bibik suka gak sadar kalau udah tidur."

Wanita paruh baya itu berpamitan karena merasa sungkan. 

"Iya. Bibik tidur aja udah malem. Biar Rei yang ngurusin Andra."

Inah melangkah keluar dan menutup pintu. Tidak berani ikut campur apalagi bertanya banyak. Biasanya nanti tuannya akan cerita jika memang ada yang penting. 

"Rei--" 

Reisa menoleh saat mendengar Andra memanggilnya. 

"Kamu mau minum?" tawar Reisa iba. Rasanya dia sedih melihat kondisi Andra yang sekarang 

Andra mengangguk.

"Jangan tinggalin aku." 

Diantara sadar dan tidaknya, Andra mulai meracau. Lelaki itu bahkan meraih lengan Reisa dan memegangnya erat. 

"Gak, Ndra. Aku cuma mau keluar bentar ambil air ... auw." Tubuh Reisa terjatuh ke tempat tidur. 

Tangan besar dan kokoh milik Andra malah menariknya ke dalam pelukan.

"Sayang ...." Andra membenamkan wajahnya ke ceruk leher Reisa.

"Lepas, Ndra! Kamu mau apa?" 

Reisa mencoba berontak. Dia tidak rela dirinya disentuh seperti ini. 

"Aku mau kamu aja."

Kini, Andra berusaha menaklukan pujaan hatinya. 

"Kamu mabuk. Sadar woi!"

Reisa masih meronta, berusaha melepaskan diri dari rengkuhan lelaki itu. Perutnya mual mencium bau asam dari mulut Andra.

Kali ini Andra benar-benar tidak peduli. Lelaki itu akan melakukan apa saja, demi mendapatkan apa yang dia inginkan. 

Tubuhnya berbalik menindih, tak membiarkan pujaan hatinya bergerak sedikitpun.

"Ndra, lepasin! Kamu lagi gak sadar. Ini aku Reisa, bukan cewek yang tadi." 

Tangan mungil Reisa menepuk pipi Andra, mencoba menyadarkan sahabatnya. Dalam posisi begini, dia tak berdaya. Lemah, berusaha mempertahankan kesuciannya.

"Rei, jangan nolak aku." 

Tangan Andra mulai berkeliaran, mencari apa yang dia suka. 

"Lepas, lepas. Tolooong!" 

Reisa berteriak. Dia masih berusaha mempertahankan diri. Namun, tidak ada yang mendengar. Tidak ada yang bisa menolong. 

Reisa mulai menendang. Tangannya juga mencakar. Kehormatanya saat ini sedang dipertaruhkan. Apalah daya tubuh kecilnya tak sanggup melawan. Walaupun dia sudah sekuat tenaga mencoba. 

"DIAM REI!" Andra membentak. 

Seketika itulah Reisa tahu bahwa Andra sebenarnya tidak mabuk. Lelaki itu melakukannya dengan sadar. 

Mata Andra normal seperti biasa. Hanya saja saat ini, sesuatu yang bejat sedang menyelimutinya.

"Kamu?"

Andra menyumpal mulut Reisa dengan sebuah ciuman kasar. Tubuh besarnya bergerak sesuka hati, melakukan apa pun yang dia mau. Mengambil semua yang dia inginkan pada wanita ini. 

Untuk selanjutnya, Reisa tak dapat berbuat apa-apa. Tak kuasa menolak, tiada daya dan upaya. Di bawah kungkungan Andra dia kehilangan semuanya. 

Kesucian Reisa direnggut oleh orang yang paling dipercaya. Dirampas oleh orang yang disayang. Seluruh kesakitan yang dia rasakan hanya dapat diungkapkan dengan air mata.

Haruskah begini takdir hidupnya. Tak bolehkan dia meminta, sama seperti wanita lain. Menikah dan hidup bahagia bersama orang yang dicintai. 

"Mengapa harus begini?"

"Mengapa aku, Andra?"

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ahmadfirdaus
karena sejatinya tidsk ada pwrtemanan yg murni antara wanita dan lkilaki,pasti ada melibatkn hati salh satu ny
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Benih Haram Sahabatku   Pagi Hari Itu

    Pukul lima, subuh hari. "Non Rei!" Inah menutup mulut, setengah tak percaya melihat keadaan Reisa yang tak seperti biasanya."Bik. Tolong." Reisa melangkah tertatih-tatih. Rasa sakit di sekujur tubuhnya sudah tidak dapat ditahan. "Astagfirullah, Non. Kenapa?" Inah memapah dan membantu Reisa berjalan. Pakaian wanita itu sebagian robek dengan rambut acak-acakan. Ada bekas lebam di pergelangan tangannya. Dan ada bercak darah. "Panggilkan taksi, Bik. Aku mau pulang," lirih Reisa. Matanya bengkak dengan air matanya tak berhenti menetes. "Ada Tarno, Non. Sebentar bibik panggilkan di belakang. Tadi barusan dia datang." Inah berlari ketakutan. Dalam hati menduga-duga apa yang sebenarnya terjadi. Wanita paruh baya itu tidak mau berprasangka. Namun, melihat kondisi Reisa seperti itu, dia mencurigai sesuatu. Tuannya tak keluar kamar sejak tadi. Pintu kamarnya setengah terbuka, walau tidak ada suara apa pun dari dalam sana. Inah tidak berani mengintip karena itu tidak sopan."Nok, Nok.

    Last Updated : 2024-06-24
  • Benih Haram Sahabatku   Hati Seorang Ayah

    Wisnu tergopoh-gopoh keluar dari kamar ketika salah satu pengurus rumah mengabari kondisi putrinya yang baru saja diantar pulang."Ada apa?""Non Rei, Pak. Kayaknya dirampok."Wisnu berlari ke ruang tamu dan mendapati putrinya terbaring di sofa. Dia mengucap istigfar berulang kali sembari memeriksa beberapa bagian tubuh Reisa yang lebam. "Pak Nok?" tanya laki-laki paruh baya itu kaget ketika melihat siapa yang mengantar putrinya pulang.Tarno sering ke rumah ini mengantar Reisa pulang. Putrinya memang sudah bersahabat sejak lama dengan Andra. Wisnu bahkan kenal siapa saja yang bekerja di rumah itu. Wisnu bahkan sudah menganggap Andra seperti anak sendiri. Anak itu baik dan sopan karena sudah terbiasa datang ke rumah. "Iya, Pak. Ini ... saya antar Non Rei pulang.""Sebenarnya ada apa ini?" Wisnu menarik kerah baju Tarno dengan penuh amarah. "Bukan saya, Pak. Saya cuma diminta nganterin Non Rei pulang.""Terus Reisa diapain sampai begini?"Dengan terbata, Tarno menceritakan apa y

    Last Updated : 2024-06-24
  • Benih Haram Sahabatku   Luka

    "Arghhh!"Dimas melempar barang-barang di ruangannya saat menerima kabar terbaru mengenai kondisi Reisa. Lelaki itu duduk di sofa sembari meremas rambut berulang kali. Ponselnya kembali berdering, setelah satu jam yang lalu tak hentinya menerima panggilan. "Ya, Ma?""Kami mau ke rumah sakit. Kamu cepetan nyusul. Kita mau lihat Reisa," ucap seseorang di seberang sana. "Tapi aku masih ada kerjaan, Ma.""Dimas! Kamu ini gimana? Ini calon istri kamu kena musibah.""Mama jalan aja dulu. Aku nyusul."Dimas memutus panggilan lalu kembali ke meja kerja. Pikirannya kalut sehingga dia memutuskan untuk meninggalkan kantor dan menuju rumah sakit.Sepanjang perjalanan Dimas merenung sehingga tak fokus menyetir. Laki-laki itu tak mengira semua ini terjadi. Padahal, dia sudah menyewa seorang supir pribadi untuk mengantar sekaligus menjaga Reisa. Menurut informasi yang Dimas terima, Reisa menyelinap di malam hari tanpa sepengetahuan papanya. Itulah yang paling dia sesali. Geramnya lagi, Andra ben

    Last Updated : 2024-06-24
  • Benih Haram Sahabatku   Positif

    Hari itu, dua keluarga bertemu untuk berunding. Wisnu mendapatkan penangguhan penahanan, sementara Andra sudah diperbolehkan pulang karena kondisinya sudah pulih. Hanya Reisa yang masih dirawat di rumah sakit karena beberapa kali berteriak di tengah malam. Reisa bahkan sempat mengambil pisau buah dan menyayat lengannya karena depresi. Untunglah nyawanya masih bisa diselamatkan. Sehingga pihak keluarga berinisiatif membayar seorang psikiater untuk menanganinya. Kondisi Reisa semakin menurun karena Dimas hanya sekali datang membesuk selama satu minggu dirawat. Padahal laki-laki itu adalah harapan semua orang untuk membantu proses penyembuhan, walaupun traumanya tidak akan hilang dengan mudah.Ada banyak dukungan dan empati dari berbagai pihak karena kasusnya mulai tersebar. Namun, itu justeru membuat Reisa semakin tertekan karena aibnya terbongkar ke mana-mana. "Saya mewakili keluarga besar datang ke sini untuk meminta maaf atas apa yang telah dilakukan oleh Andra kepada Reisa. Kami

    Last Updated : 2024-06-24
  • Benih Haram Sahabatku   Janji Seorang Lelaki

    Wisnu mengucap doa dalam hati agar kedatangannya kali ini bisa diterima dengan baik. Sudah beberapa kali dia mengunjungi Dimas di kantor dan masih berharap agar lelaki itu mau menemui Reisa."Maksud Om, aku harus nikahin Rei?" tanya Dimas keberatan. Wajah Wisnu menegang. Dia menarik napas panjang dan mencoba menahan emosi yang hendak meluap. "Kalau kamu memang mencintai Reisa, Nak." "Reisa sudah kotor, Om. Dia mengandung benih Andra. Anak itu hasil perkosaan. Kenapa aku yang harus menanggung semuanya?" "Om rela melakukan apa saja kalau kamu bersedia."Dengan pengharapan yang besar Wisnu datang kepada Dimas untuk menerima Reisa. Dia bahkan menekan harga diri demi kebahagiaan putrinya.Hanya Dimas yang satu-satunya menjadi harapan menyembuhkan Reisa dan menutupi aib. Mereka sudah mempersiapkan pernikahan. Harinya juga sudah dekat, hanya tinggal menunggu waktu. "Maaf, aku gak bisa, Om." Dimas berlalu begitu saja meninggalkan Wisnu yang terdiam mematung. Dia menolak dengan tegas. Ha

    Last Updated : 2024-06-24
  • Benih Haram Sahabatku   Mencoba

    Bunyi ketukan di pintu membuat Reisa terbangun. Dia mengerjapkan mata berulang kali dan melirik ke arah jam di dinding. Tubuhnya terasa pegal, juga perut yang semakin mual.Reisa berlari ke kamar mandi dan mengeluarkan isi perutnya. Hanya ada cairan, karena sejak kemarin malam dia tidak bisa makan. Atas kesepakatan bersama, Inah dan Tarno ikut tinggal bersama mereka untuk menjaga dan mengurus rumah ini. Mereka juga diminta untuk mengawasi sikap Andra selama menemani Reisa.Sarah menyanggupi akan menjenguk keponakannya satu minggu sekali. Sekalipun mereka dibiarkan tinggal bersama, tetapi Wisnu tetap memantau perkembangannya dari jauh. Setiap hari Inah sudah membuatkan berbagai macam jenis makanan. Akan tetapi, tidak ada satu pun yang bisa Reisa telan. Semalaman dia menangis karena merasa kelaparan. Akhirnya Reisa tertidur dengan perut yang kosong. Wanita itu lebih banyak mengurung diri di kamar sejak tinggal di sini. Papanya bilang, setelah bayi ini lahir, Andra akan menikahinya.

    Last Updated : 2024-06-24
  • Benih Haram Sahabatku   Suaminya Mana?

    Dua bulan kemudian. Masih ada tiga antrean dan Reisa sudah tidak sabar menunggu. Kakinya kesemutan. Tubuhnya gemetaran. Mual yang terus menerus mendera membuatnya nekat berbaring di kursi tunggu, tak perduli ada banyak pasang mata yang melihat. "Mual, Bik," katanya manja. Di tangan Reisa ada sepotong roti manis untuk cemilan. Sedari tadi mulutnya mengunyah sambil mengeluhkan perut yang terasa tidak nyaman. Obat anti mual yang diberikan dokter dipemeriksaan sebelumnya juga tidak berefek banyak.Mualnya tidak hilang, kecuali pada saat tertidur. Begitu bangun, dia akan mengeluarkan semua yang dimakan sebelumnya. "Ya Tuhan. Beginikah rasanya mengandung?" Rasanya dia tidak sanggup."Sabar, Non. Bentar lagi giliran kita."Benar saja kata Inah. Tak lama setelah pasien yang di dalam selesai periksa, si perawat memanggil pasien berikutnya. "Antrean nomor sepuluh. Silakan masuk." Tidak ada yang berdiri sehingga beberapa pasien lain saling berpandangan. "Ibu Reisa. Ibu Reisa." Suara pangg

    Last Updated : 2024-06-24
  • Benih Haram Sahabatku   Trauma

    Andra berulang kali memencet bel dan tidak ada yang membukakan pintu. Hari ini dia pulang larut malam karena ada meeting mendadak dengan pengurus hotel. Setelah lulus kuliah, laki-laki itu meneruskan usaha keluarga bersama beberapa paman dan sepupunya. Jam menunjukkan pukul sebelas. Biasanya selepas Maghrib, Andra sudah berada di rumah. Pulang awal atau pulang cepat baginya sama saja, tidak bisa bertemu dengan Reisa. Pernah suatu kali Andra mencoba mengintip saat melihat Reisa keluar kamar menuju dapur. Itu saja sudah membuatnya senang. Andra duduk di teras dan membuka tas untuk mencari kunci cadangan tetapi tidak ada. Rasanya dia ingin berteriak. Mengapa saat ini hidupnya semakin rumit, mencari kunci saja tidak ketemu. Andra mengambil ponsel, mencari sebuah nama langsung menelepon seseorang."Pak Nok, lagi di mana?""Balik ke rumah lama. Tadi, Nok nungguin Den Andra pulang. Tapi kemalaman. Jadi langsung jalan aja. Lupa ngabarin Aden."Andra menarik napas panjang. Rumah kesayangann

    Last Updated : 2024-06-24

Latest chapter

  • Benih Haram Sahabatku   Ending Extra Part

    Andra benar-benar gelisah. Sejak kamarin perasaan lelaki itu tak menentu. Dia bahkan tak berselera makan. Semakin dekat hari pernikahan Reisa, mereka bahkan tak bertemu sama sekali. Sahabatnya itu sempat mengangkat teleponnya. Namun tak lama, katanya masih sibuk mempersiapkan acara.Andra meminta untuk video call dan Reisa mengabulkannya. Namun, saat berbincang, raut wajah gadis itu tak seperti biasa. Sebelum ada Bimo, Reisa masih sama seperti dulu. Bersikap hangat dan bersahabat. Namun, semua berubah ketika sang pujaan hati memiliki pengawal sendiri. Andra bahkan tak dilibatkan apa pun dalam persiapan pernikahan Reisa. Padahal lelaki itu bersedia jika direpotkan. Lelaki itu bagai tak dianggap sama sekali. Dan itu membuat Andra kecewa. "Den Andra gak makan? Inah masak enak, loh."Inah menegur tuannya. Sejak pulang tadi Andra tak menyentuh hidangan yang dimasaknya sama sekali. Hal itu membuatnya heran.Biasanya Andra akan lahap setiap melihat sajian di meja makan. Maklum, sejak ke

  • Benih Haram Sahabatku   Merasa Indah

    Reisa turun dari tangga dengan langkah anggun. Hal itu membuat Dimas terpana. Lelaki itu menelan ludah akan hasratnya yang muncul saat melihat sang kekasih.Sudah beberapa kali Dimas mengajak Reisa bermesraan. Namun, gadis itu menolak secara halus. Reisa yang lahir dan besar di kota kecil, memang selalu dituntut untuk menjaga diri.Hal itulah yang membuat Dimas kesal, lalu melampiaskannya kepada wanita lain. Hanya untuk bersenang-senang dan bukan cinta. Namun, kebiasaannya ini sudah terjadi sejak lama, dari mereka sama-sama kuliah. "Sudah siap?"Suara Wisnu memecah keheningan. Reisa menoleh ke arah papanya, lalu mengangguk. Gaun yang dia pakai kali ini berwarna silver dengan model sederhana. Gadis itu tak memakai perhiasan berlebihan. Hanya sepasang anting mutiara yang menambah keanggunannya. "Siap, Papa," jawab gadis itu senang.Wisnu menatap putrinya dengan bangga. Reisa tak hanya berprestasi di sekolah, tetapi bekerja dengan baik di kantornya. Apalagi setelah bertunangan dengan

  • Benih Haram Sahabatku   Mencuri Kesempatan

    Bimo memarkir mobilnya di sebuah gedung bertingkat. Dimana Reisa berkantor di perusahaan milik papanya. Siang ini Bimo akan mengantar Reisa makan siang, karena gadis itu ingin mencoba menu baru di sebuah restoran. "Hai, Bim."Reisa menyapa Bimo dengan ramah. Walau di hatinya ada rasa risih jika harus berdekatan dengan orang baru. Apalagi lelaki itu anak menemaninya sepanjang waktu hingga hari pernikahan tiba."Siang, Mbak Rei.""Kamu udah makan?" "Sudah, Mbak," jawabnya pendek. Tadi sebelum ke sini, Bimo mampir di sebuah tempat makan untuk mengisi perut. Selama Reisa bekerja, lelaki itu tak boleh mengikuti. Sehingga job desknya sekarang lebih ke supir pribadi. "Kalau gitu jalan."Setelah menutup pintu mobil Reisa menarik napas panjang dan meletakkan tasnya di samping. Dia mengambil ponsel dan mengabari Dimas bahwa akan makan siang.Reisa merasa hidupnya sekarang dikekang. Namun, dia hanya menuruti apa maunya Dimas demi kebaikan bersama. "Mau ke mana kita ini?" Bimo bertanya. Me

  • Benih Haram Sahabatku   Bimo

    Hari itu, Dimas membawa Reisa bertemu dengan seorang lelaki, saat menjemputnya sepulang dari bekerja. Dia mempunyai rencana untuk melindungi sang kekasih. Dari orang-orang yang berniat jahat dan dari Andra tentunya.Ini tak bisa dibiarkan. Pembicaraannya kemarin dengan Andra membuat Dimas cemas. Dia khawatir jika lelaki itu nekat dan benar-benar akan menggagalkan pernikahan nereka. "Rei, kenalin. Ini Bimo." Reisa menjabat tangan Bimo. Jika diperhatikan dengan jeli, tampilan fisik Bimo mirip seperti orang yang pernah mendapat pendidikan militer. "Siapa ini?"Mata Reisa penuh tanya, tapi tak berani menduga. Entah apa maksud Dimas memperkenalkan lelaki ini kepadanya. "Bimo ini tadinya kerja di kantor papa. Tapi mulai sekarang dia bakal jadi supir pribadi sekaligus ngejagain lu." Dimas menjelaskan dengan pelan agar Reisa mau menerima. Dia tahu jika bicara dengan kekasihnya ini harus penuh dengan kelembutan.Reisa selalu diperlakukan baik oleh orang tuanya. Namun, hal itu menjadikanny

  • Benih Haram Sahabatku   Dimas

    Pintu ruangan Andra terbuka. Sesosok lelaki gagah masuk dengan santainya tanpa permisi."Sibuk?"Dimas tampak santai saat bertamu, menganggap Andra tidak akan berani melawannya."Gak juga. Jadi masih punya waktu buat Reisa," sindir Andra.Suasana menjadi tegang. Andra bahkan enggan meninggalkan kursinya. Lelaki itu bahkan tak mempersilakan Dimas duduk. Sehingga tunangan Reisa itu masih berdiri di hadapannya. "Gak usah nyindir gue," ucap Dimas sembari tersenyum mengejek."Gue cuma bicara fakta."Dimas terkekeh, lalu menatap Andra dengan sinis. Pandangan matanya begitu tajam. Namun, justru menambah ketampanannya. Wajar jika Reisa jatuh dan cinta setengah mati kepada lelaki itu. "Lu tadi makan siang sama Reisa?" Andra berhenti mengerjakan laporan, lalu meletakkan mouse yang sedari tadi setia menemani."Iya. Kenapa?" jawab Andra singkat. "Sering banget kayaknya.""Soalnya cuma gue yang bisa nemenin. Lu gak ada gunanya jadi tunangan," ucap Andra sarkas.Dimas mengepalkan jari. Amarah b

  • Benih Haram Sahabatku   Bujuk Rayu

    Panggilan telepon masuk, Andra segera mengambil ponselnya. Reisa is calling."Ya, Rei? Apaan?" Andra menutup laptopnya dan menjawab telepon. Laporan sedang banyak yang harus dikerjakan hari ini. Dia sedang fokus menyelesaikannya sedari pagi, saat tiba di kantor. "Ndra. Temenin aku makan siang, dong. Aku sendirian nih." Terdengar suara syahdu wanita di seberang sana. Si pemilik suara adalah seorang wanita cantik, mungil dengan rambut panjang tergerai. Bulu matanya lentik dengan suara manja. "Dimas mana?" Nada suara Andra terdengar malas. Selalu begini, hampir setiap hari terjadi dan sudah menjadi kebiasaan bagi mereka. Sekalipun status Reisa adalah tunangan dari orang lain. Namun, Andra lah yang selalu menemani. "Lagi meeting sama klien. Dia gak sempet nemenin aku katanya. Tadi barusan aku telepon. Kamu mau kan, Ndra?"Suara manja Reisa kembali terdengar. Wanita itu berusaha membujuk dan merayu sahabatnya. Andra menarik napas panjang. Entah sudah untuk yang ke berapa kalinya i

  • Benih Haram Sahabatku   Persahabatan

    "Andra! Balikin buku aku." Reisa berlari mengejar seorang anak lelaki seusianya. Napasnya gadis itu terengah-engah. Sedari tadi dia berusaha, tetapi si target malah makin menjauh. Sedangkan sosok yang dikejar itu malah bersorak senang karena berhasil menggodanya. "Ambil kalau bisa!" Andra mengangkat tangan ke atas dan melambaikan buku itu. Tentu saja Reisa tidak bisa menjangkau karena tubuhnya mungil dan tak sampai sebahu lelaki itu."Kamu usil banget sih, Ndra." Tangan mungil Reisa berusaha menggapai tetapi tak sampai. Gadis itu mencoba lagi hingga akhirnya menyerah."Lu bantet sih, Rei. Makanya makan yang banyak. Tumbuh itu ke atas, bukan ke samping."Sudah menjadi kebiasaan Andra mengolok-olok Reisa. Gadis itu juga tidak pernah marah. Bukankah jika bersama sahabat, kamu bisa lepas menjadi diri sendiri. Bahkan semua kekuranganmu dia bisa memakluminya. "Kamu kalau mau nyontek bilang aja napa? Gak usah pake' ngambil buku aku."Reisa berhenti berlari dan duduk lemas sembari menyek

  • Benih Haram Sahabatku   Cinta Dalam Hati

    Sudah satu jam Andra menunggu, tapi Reisa belum turun juga.Melihat Andra yang sedari tadi gelisah, akhirnya Wisnu mengizinkan lelaki itu menyusul ke atas. Andra bergerak cepat, nenyusul Reisa di kamarnya. Lelaki itu hanya menunggu di luar pintu dan tak berani masuk. Sedekat apapun mereka, dia masih tahu batas."Cepetan, Rei! Rempong amat nih cewek." Andra mengetuk-ngetuk pintu kamar gadis itu."Berisik banget. Apaan?"Pintu terbuka.Mata Andra terbelalak mendapati sosok yang sedang berdiri dihadapannya. Reisa terlihat sangat anggun dengan dress kasual serta dandanan yang natural. Rambut panjangnya di gelung ke atas. Andra menelan ludah. Dalam hatinya berkata, bidadari ternyata di bumi juga ada. "Kenapa kamu, Ndra?" Gadis yang ditatap mesra itu begong, tak mengerti sinyal cinta di mata Andra rupanya. "Eh, gak apa-apa."Andra membuang muka sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Wajah lelaki itu bersemu merah. Kenapa dia jadi nervous begini.Reisa memang jarang berdandan. Gadi

  • Benih Haram Sahabatku   Extra Part: Pertemuan Pertama

    Brugh!"Auw!"Seorang gadis berteriak saat tubuh mungilnya terbentur sesuatu yang keras, sehingga membuatnya terjatuh. Darah mengucur dari lutut yang mulus itu. Sementara itu, sang lawan masih tetap berdiri kokoh bahkan tak bergoyang sedikit pun. "Kamu gak apa-apa?""Perih ...."Gadis itu meringis kesakitan. Lututnya menghantam tembok sekolah. Keras dan masih terasa denyutnya. Tak lama lagi sepertinya akan menimbulkan luka lebam yang kebiru-biruan."Sini, gue bantuin."Gadis itu menyambut uluran tangan yang diarahkan kepadanya."Maaf ya, gue ga sengaja." Anak lelaki itu tersenyum. Ada rasa bersalah di dalam hatinya. "Iya, engga apa-apa, kok." Senyumnya terukir, membalas senyuman anak lelaki itu. "Wah berdarah gitu. Ayo kita ke UKS. Minta diobatin lukanya. Kasian lu."Anak lelaki itu menarik tangannya, tetapi ditepiskan. Gadis itu tidak mau bersentuhan karena masih malu. "Gak usah. Biarin aja, cuma luka kecil kok. Nanti aku bersihin di toilet juga bisa."Gadis itu tidak mau merepot

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status