Beranda / Romansa / Benih Haram Sahabatku / Janji Seorang Lelaki

Share

Janji Seorang Lelaki

Penulis: Queeny
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-24 14:04:59

Wisnu mengucap doa dalam hati agar kedatangannya kali ini bisa diterima dengan baik. Sudah beberapa kali dia mengunjungi Dimas di kantor dan masih berharap agar lelaki itu mau menemui Reisa.

"Maksud Om, aku harus nikahin Rei?" tanya Dimas keberatan. 

Wajah Wisnu menegang. Dia menarik napas panjang dan mencoba menahan emosi yang hendak meluap. 

"Kalau kamu memang mencintai Reisa, Nak." 

"Reisa sudah kotor, Om. Dia mengandung benih Andra. Anak itu hasil perkosaan. Kenapa aku yang harus menanggung semuanya?" 

"Om rela melakukan apa saja kalau kamu bersedia."

Dengan pengharapan yang besar Wisnu datang kepada Dimas untuk menerima Reisa. Dia bahkan menekan harga diri demi kebahagiaan putrinya.

Hanya Dimas yang satu-satunya menjadi harapan menyembuhkan Reisa dan menutupi aib. Mereka sudah mempersiapkan pernikahan. Harinya juga sudah dekat, hanya tinggal menunggu waktu. 

"Maaf, aku gak bisa, Om." 

Dimas berlalu begitu saja meninggalkan Wisnu yang terdiam mematung. Dia menolak dengan tegas. Hatinya sungguh terluka atas apa yang telah Andra lakukan terhadap calon istrinya. 

Dimas sudah mempersiapkan semua dengan baik. Berkerja keras untuk masa depannya bersama Reisa. Menyiapkan pernikahan impian, bahkan mempekerjakan seseorang untuk menjaganya. Namun semua hancur. 

Dimas memilih untuk pergi, meninggalkan tanah air dan mengobati luka hatinya sendiri. Harga dirinya telah dilecehkan. Dia sudah tak punya muka untuk bertemu keluarga dan orang terdekatnya.

Wisnu tertunduk pasrah. Penolakan Dimas tadi telah menegaskan bahwa harapan mereka sudah sirna. 

***

Wisnu menatap Sarah dengan gamang. Saat ini mereka sedang berdiskusi untuk mencari jalan keluar yang terbaik.

"Mas. Baiknya kita sudahi saja perkara ini," sarannya. 

"Kasihan Reisa kalau sampai aku menyetujui hasil mediasi waktu itu," tolaknya. 

Wisnu tak mau jika Reisa harus hidup bersama Andra, sementara putrinya menderita trauma yang berkepanjangan.

"Keluarga Dimas juga gak ada itikad baik," desak Sarah. 

"Tapi--"

"Mas. Nikahkan Reisa dan Andra setelah bayinya lahir. Hanya itu satu-satunya cara," pinta Sarah.

Wisnu tertegun dan menimbang lama. Akhirnya dengan berat hati dia menganggukkan kepala dan menyetujuinya.

"Untuk sementara, pindahkan Reisa ke rumah lain untuk menghindari gunjingan. Dia sudah cukup menderita karena ini. Jangan sampai ada mulut lain yang ikut mencela dan menambah traumanya."

Sarah mengucapkan itu sembari menangis. Banyak bisik-bisik yang santer terdengar tentang keponakannya. Ada yang menyalahkan Wisnu karena membiarkan Reisa bergaul terlalu dekat dengan Andra sehingga semua ini terjadi. 

Ada juga yang mengatakan ini azab karena Wisnu pernah nakal di usia muda

sebelum menikah. Sarah hampir saja melabrak orang yang menyebarkan isu, karena merasa kecewa setelah mengetahui bahwa pelakunya berasal dari keluarga mereka sendiri.

"Lalu, siapa yang bakal jagain Reisa?"

"Andra."

"Kenapa harus dia?" tanya Wisnu geram. Nada suaranya kembali meninggi karena emosi 

"Karena cuma dia yang bisa ngembaliin keadaan supaya jadi normal kayak dulu."

"Tapi gak bisa begitu, Sarah. Dia--"

"Mas, kita udah coba berbagai cara. Hasilnya apa? Gagal."

Mereka sudah membayar psikiater, juga mencoba berbagai macam pengobatan alternatif. Sayangnya, semua hanya sia-sia. Reisa masih saja seperti orang yang kehilangan ingatan, kerap kali termenung dan menangis di malam hari. 

Wisnu menatap adiknya dengan gamang dan berkata, "Kamu yakin ini akan berhasil?"

Sarah mengangguk dan itu membuat Wisnu menghela napas panjang. 

"Berikan kesempatan kepada Andra, Mas."

"Baiklah kalau begitu. Mas akan cabut gugatannya," ucapnya dengan berat hati.

Wisnu datang ke rumah tahanan itu. Bertemu dengan lelaki yang sudah menodai putrinya untuk meminta pertanggungjawaban. Membunuh calon bayi di dalam kandungan Reisa sama saja dengan melakukan kesalahan untuk kedua kalinya. Sehingga, dia memilih untuk memaafkan Andra. 

Andra menyanggupinya karena memang itulah yang diharapkannya sejak dulu, hanya saja itu tak pernah terucap. Tanpa berpikir panjang, dia malah melakukan sesuatu yang merusak semua.

Wisnu menetapkan hati. Jalan keluarnya hanyalah satu, agar bayi itu tetap memiliki ayah saat dia lahir nanti. Itu bukanlah orang lain. Itu haruslah ayah biologisnya. 

***

"Masuk ke dalam, yuk. Di sini dingin." 

Bisikan dan hembusan napas Andra di telinganya membuat Reisa merinding. Wanita itu menunduk dan tak berani bergerak. 

"Rei." 

Andra menyentuh pipi Reisa yang sejak tadi dibasahi oleh air mata, lalu meletakkan tangannya di bahu wanita itu. Dia ingin merengkuhnya ke dalam pelukan, tetapi tak punya nyali. 

"Maafin gue."

Andra membalik tubuh Reisa dan menuntunnya ke kamar. Beribu kata maaf telah dia ucapkan, tetapi itu belum mampu mengubah keadaan. 

Setelah menutup pintu, Andra memilih keluar dan meninggalkan Reisa dalam tangis. Dia tidak tahu harus berbuat apa untuk saat ini. Berada di dekat wanita itu hanya akan menambah lukanya. 

Andra hendak menuju kamarnya sendiri, ketika sebuah tepukan bersarang di bahunya. 

"Belum tidur, Ndra?" tanya Wisnu dengan tenang. 

"Belum, Om." jawabnya singkat. 

Andra tidak tahu harus bicara apa. Apa pun yang pernah dia lakukan tidak hanya melukai hati Reisa, tapi juga lelaki gagah di sampingnya ini. 

"Reisa masih nangis?" 

"Tiap kali aku deketin," jawabnya.

Wisnu membuang pandangan. Hatinya begitu sakit setiap kali melihat Andra. Lelaki yang bertahun-tahun dia percayakan untuk menjaga Reisa, tetapi justeru merusak masa depannya.

Hati Wisnu lebih sakit saat mengetahui kenyataan lain bahwa Dimas, orang yang dia harapkan bisa menerima Reisa apa adanya, justru menolak untuk menikahi putrinya karena sudah cacat. Walaupun pernikahan mereka sudah direncanakan jauh-jauh hari. 

"Biarkan saja dulu, Ndra. Jangan kamu paksakan." 

Ucapan terakhir itu penuh tekanan dan Andra tahu apa maksudnya.

"Aku ngerti, Om."

"Tolong jangan ganggu Reisa dulu. Biarkan dia tenang. Ini semua sangat sulit untuk di terima." 

Tepukan kedua di bahunya membuat Andra bergetar. Ini peringatan keras agar dia tak gegabah dalam bertindak.

"Iya, Om," jawabnya singkat.

"Kamu bersungguh-sungguh mencintai anakku?" tanya Wisnu. 

"Sejak dulu. Gak pernah berubah. Karena itu aku selalu jagaian dia. Mungkin ... caraku mencintainya salah," jawab Andra mantap. 

Kali ini mereka berbicara sebagai dua orang lelaki yang mengasihi satu wanita yang sama, Reisa.

"Apa benar Dimas--"

"Iya. Aku udah jelasin semua sama om waktu itu. Aku juga udah bilang ke Reisa berkali-kali. Tapi gak ada yang percaya. Dimas tidak sebaik yang kalian kira."

Wisnu menatap sosok di hadapannya dengan lekat. Hari itu ketika mereka bertemu di rumah tahanan, Andra menceritakan banyak hal mengenai Dimas. 

Andra membongkar segala tindak tanduknya, bahkan menyanggupi untuk memberikan bukti-bukti agar Wisnu percaya. Dia mengakui kalau sengaja menjebak Reisa agar pernikahannya dengan Dimas dibatalkan.

Wisnu kembali melayangkan tinju di wajah Andra ketika mendengar penuturan yang terakhir. Sehingga penjaga tahanan melerai dan mengusirnya pulang agar tak menimbulkan keributan. 

"Aku merestui kalian dengan perjanjian yang sudah kita sepakati. Ingat itu!"

Andra telah menanda-tangani selembar kertas di depan seorang pengacara. Jika dia sampai berani menyentuh Reisa sebelum waktunya, maka Wisnu akan memisahkan mereka. 

Andra harus berhasil merebut hati Reisa dan menyembuhkan traumanya. Barulah setelah bayinya lahir, mereka akan dinikahkan. Jika lelaki itu tidak berhasil, maka Wisnu akan memindahkan putri dan cucunya ke luar negeri agar mereka tak bisa bertemu lagi. 

"Tapi aku gak akan ninggalin Reisa dan anakku sampai kapan pun."

Dua lelaki itu saling menatap tajam. Mengukur kekuatan satu sama lain. Mereka sama kuat, karena mereka sama-sama seorang ayah. Lelaki sejati akan melindungi keluarganya bahkan jika harus bertaruh nyawa.

Wisnu tersenyum. Bukan kalah atau mengalah, tetapi ingin melihat sejauh apa kesungguhan lelaki di hadapannya ini.

"Kalau begitu, buktikan!" 

Wisnu melangkah pergi meninggalkan Andra yang masih berperang dengan batinnya sendiri. 

"Aku akan pertahankan mereka. Gak akan aku biarkan Om pisahkan kami!" tegasnya.

Andra menatap hamparan rumput luas di hadapannya dengan gamang. Rumah ini akan mereka tempati sampai tiba waktunya Reisa melahirkan.

Tugas Andra saat ini sangatlah banyak. Menyembuhkan luka yang sudah dia toreh. Mempersiapkan diri menjadi seorang ayah. Merebut kembali cinta Reisa. Juga menepati janji kepada Wisnu untuk membahagiakan putrinya. 

Janji sebagai seorang lelaki.

Bab terkait

  • Benih Haram Sahabatku   Mencoba

    Bunyi ketukan di pintu membuat Reisa terbangun. Dia mengerjapkan mata berulang kali dan melirik ke arah jam di dinding. Tubuhnya terasa pegal, juga perut yang semakin mual.Reisa berlari ke kamar mandi dan mengeluarkan isi perutnya. Hanya ada cairan, karena sejak kemarin malam dia tidak bisa makan. Atas kesepakatan bersama, Inah dan Tarno ikut tinggal bersama mereka untuk menjaga dan mengurus rumah ini. Mereka juga diminta untuk mengawasi sikap Andra selama menemani Reisa.Sarah menyanggupi akan menjenguk keponakannya satu minggu sekali. Sekalipun mereka dibiarkan tinggal bersama, tetapi Wisnu tetap memantau perkembangannya dari jauh. Setiap hari Inah sudah membuatkan berbagai macam jenis makanan. Akan tetapi, tidak ada satu pun yang bisa Reisa telan. Semalaman dia menangis karena merasa kelaparan. Akhirnya Reisa tertidur dengan perut yang kosong. Wanita itu lebih banyak mengurung diri di kamar sejak tinggal di sini. Papanya bilang, setelah bayi ini lahir, Andra akan menikahinya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-24
  • Benih Haram Sahabatku   Suaminya Mana?

    Dua bulan kemudian. Masih ada tiga antrean dan Reisa sudah tidak sabar menunggu. Kakinya kesemutan. Tubuhnya gemetaran. Mual yang terus menerus mendera membuatnya nekat berbaring di kursi tunggu, tak perduli ada banyak pasang mata yang melihat. "Mual, Bik," katanya manja. Di tangan Reisa ada sepotong roti manis untuk cemilan. Sedari tadi mulutnya mengunyah sambil mengeluhkan perut yang terasa tidak nyaman. Obat anti mual yang diberikan dokter dipemeriksaan sebelumnya juga tidak berefek banyak.Mualnya tidak hilang, kecuali pada saat tertidur. Begitu bangun, dia akan mengeluarkan semua yang dimakan sebelumnya. "Ya Tuhan. Beginikah rasanya mengandung?" Rasanya dia tidak sanggup."Sabar, Non. Bentar lagi giliran kita."Benar saja kata Inah. Tak lama setelah pasien yang di dalam selesai periksa, si perawat memanggil pasien berikutnya. "Antrean nomor sepuluh. Silakan masuk." Tidak ada yang berdiri sehingga beberapa pasien lain saling berpandangan. "Ibu Reisa. Ibu Reisa." Suara pangg

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-24
  • Benih Haram Sahabatku   Trauma

    Andra berulang kali memencet bel dan tidak ada yang membukakan pintu. Hari ini dia pulang larut malam karena ada meeting mendadak dengan pengurus hotel. Setelah lulus kuliah, laki-laki itu meneruskan usaha keluarga bersama beberapa paman dan sepupunya. Jam menunjukkan pukul sebelas. Biasanya selepas Maghrib, Andra sudah berada di rumah. Pulang awal atau pulang cepat baginya sama saja, tidak bisa bertemu dengan Reisa. Pernah suatu kali Andra mencoba mengintip saat melihat Reisa keluar kamar menuju dapur. Itu saja sudah membuatnya senang. Andra duduk di teras dan membuka tas untuk mencari kunci cadangan tetapi tidak ada. Rasanya dia ingin berteriak. Mengapa saat ini hidupnya semakin rumit, mencari kunci saja tidak ketemu. Andra mengambil ponsel, mencari sebuah nama langsung menelepon seseorang."Pak Nok, lagi di mana?""Balik ke rumah lama. Tadi, Nok nungguin Den Andra pulang. Tapi kemalaman. Jadi langsung jalan aja. Lupa ngabarin Aden."Andra menarik napas panjang. Rumah kesayangann

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-24
  • Benih Haram Sahabatku   Harapan

    "Sayang," ucap Andra lembut lalu mengendurkan pelukannya."Jangan," lirih Reisa dengan tubuh gemetaran. Dia mencoba mendorong tubuh besar itu sembari meronta untuk melepaskan diri. "Gak apa-apa,ya. Kamu gak usah takut.""Tolong ...." ucapnya di antara isak tangis. "Gue gak akan ngelakuin itu lagi sama lu." Andra mengusap kepala Reisa dengan lembut dan penuh kasih sayang. Sementara wanita itu masih saja meronta sehingga Andra mengendurkan pelukannya. Dia terduduk di lantai sembari menangis.Andra ikut bersimpuh di hadapan Reisa dan mengusap banbu Reisa sembari berkata, "Tenang, ya. Tenang."Reisa menutup wajah dengan kedua tangannya. Kiniz Andra masih mengusap rambutnya dan mencoba menenangkan. Wanita itu masih menangis sesegukan, tetapi dia hanya diam dan tak dapat berbuat apa-apa."Lu mau makan bubur?" Tidak ada jawaban, sehingga Andra mengusap wajahnya lalu membuang napas dengan kasar. "Adek mau bubur?" Andra mencoba mengusap perut Reisa, tetapi tangannya ditepiskan lagi."Lu m

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-24
  • Benih Haram Sahabatku   Bunga Matahari

    Mata Andra tak berkedip. Pemandangan dihadapannya sungguh memukau. Reisa terlihat cantik memakai dress selutut dan rambut yang dicepol asal-asalan. Wanita itu tengah asyik melihat-lihat Tarno yang sedang menyiram dan menanam beberapa bunga di taman belakang. Reisa mungkin lupa, atau tidak tahu, bahwa kamar Andra terhubung dengan taman itu. Sejak tadi, Andra menjadi pengintip di balik gorden. Dia tak berani membukanya lebar seperti hari-hari biasanya, melihat apa yang dilakukan pujaan hatinya. Saat Reisa bersenda gurau dengan Tarno, hati Andra menjadi ketar-ketir dibuatnya. Melihat senyuman dan tawa wanitanya itu bergema, dirinya dipenuhi dengan kebahagiaan. Ah, pagi ini memang indah.Hampir empat bulan sejak mereka tinggal di sini, suasana sangat mencekam. Sejak insiden bubur waktu itu, sikap Reisa sedikit melunak dan sudah kembali ceria. Tawanya bahkan terdengar sampai ke kamar Andra. Reisa sejak dulu memang suka menjahili orang lain. Pagi ini, Tarno yang menjadi korbannya. Bibit

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-24
  • Benih Haram Sahabatku   Pemeriksaan Lanjutan

    Ruangan dokter itu nampak sejuk di mata. Nuansanya putih, dengan wallpaper abstrak, minimalis tetapi elegan. Di salah satu dindingnya dipasang beberapa poster mengenai kehamilan dan persalinan. "Wah, akhirnya papanya ikut juga. Silakan duduk." Dokter Andini menyambut kedatangan mereka malam itu.Andra menarik sebuah kursi untuk Reisa. Sekalipun perutnya belum terlalu besar, wanita itu terlihat agak kesulitan saat berdiri dan duduk. Mungkin merasa kurang nyaman.Walaupun permintaan dari papanya untuk berpindah-pindah dokter, Reisa memilih kembali ke sini untuk melakukan pemeriksaan. "Gimana Ibu, apa yang dirasakan di trisemeter kedua ini, apa merasa lebih baik?" Dokter Andini memulai pembicaraan dengan menanyakan kondisi Reisa. Pembawaannya yang tenang itu membuat merasa senang. Dia tidak sungkan untuk menceritakan keluhannya selama kehamilan."Sedikit lebih baik. Mual muntahnya berkurang. Ngggg ... cuma itu, Dok. Kenapa saya jadi sakit gigi. Terus kalau cuaca dingin kadang suka mim

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-24
  • Benih Haram Sahabatku   Mau, Ya?

    Reisa berjalan menuju dapur. Ketika matanya terbuka, perutnya terasa lapar. Saat keluar kamar, terciumlah bau nasi goreng yang menggugah selera. "Bik, laper.""Non duduk dulu. Bibik lagi masak. Bentar lagi mateng, kok," ucap Inah sembari memotong beberapa bahan. Tangannya sangat cekatan dan terlatih mengerjakan semua."Bikin nasi goreng apa, Bik?""Sosis. Kesukaan Den Andra." Inah mengambil sosis beku dari dalam kulkas dan meletakannya di mangkuk. "Dia belum bangun?" Reisa menarik kursi dan duduk sembari melihat Inah bekerja. Semakin besar kandungannya, semakin cepat dia merasa lelah. "Belum. Paling sebentar lagi, Non."Mendengar itu, Reisa menjadi panik. Dia masih malu bertemu Andra. Wanita itu segera berdiri dan membantu Inah memasak. "Sini, Rei bantuin Bibik masak," ucapnya sembari meraih pisau. Inah terlihat kerepotan sendiri sejak tadi, sehingga dia ingin membantu. "Jangan, nanti Non mual," tolak Inah. Tak enak rasanya jika menyuruh nona mudanya mengerjakan pekerjaan rumah.

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-24
  • Benih Haram Sahabatku   Rayuan

    Beberapa hari kemudian. Andra tampak ragu-ragu saat hendak membuka pintu. Reisa sedang menemani Tarno mengurus bunga di taman. Sejak kejadian di dapur waktu itu, entah mengapa justeru Andra yang malu jika bertemu dengan Reisa. Jadi, saat ini dia hanya diam sembari mendengarkan suara khas tawa wanita itu yang bergema hingga ke kamar.Lama-kelamaan Andra tidak tahan juga. Godaan untuk mendekati Reisa semakin kuat. Manusia memang begitu, kan? Jika jatuh hati pada seseorang, selalu merasa rindu dan ingin berdekatan terus setiap saat.Akhirnya dengan mengumpulkan sedikit keberanian, Andra membuka pintu penghubung antara kamarnya dan taman belakang lalu berjalan mendekati mereka. "Hai ...." Wajah Andra memerah saat menyapa. Reisa terkejut dan tersenyum malu. Membuang pandangan lalu berpura-pura tidak melihat. "Den." Tarno menyapa tuannya. Sesekali melirik nonanya yang tiba-tiba saja menjadi salah tingkah, padahal tadi baik-baik saja. "Nanam apa, Pak Nok?" Andra bertanya, basa-basi te

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-24

Bab terbaru

  • Benih Haram Sahabatku   Ending Extra Part

    Andra benar-benar gelisah. Sejak kamarin perasaan lelaki itu tak menentu. Dia bahkan tak berselera makan. Semakin dekat hari pernikahan Reisa, mereka bahkan tak bertemu sama sekali. Sahabatnya itu sempat mengangkat teleponnya. Namun tak lama, katanya masih sibuk mempersiapkan acara.Andra meminta untuk video call dan Reisa mengabulkannya. Namun, saat berbincang, raut wajah gadis itu tak seperti biasa. Sebelum ada Bimo, Reisa masih sama seperti dulu. Bersikap hangat dan bersahabat. Namun, semua berubah ketika sang pujaan hati memiliki pengawal sendiri. Andra bahkan tak dilibatkan apa pun dalam persiapan pernikahan Reisa. Padahal lelaki itu bersedia jika direpotkan. Lelaki itu bagai tak dianggap sama sekali. Dan itu membuat Andra kecewa. "Den Andra gak makan? Inah masak enak, loh."Inah menegur tuannya. Sejak pulang tadi Andra tak menyentuh hidangan yang dimasaknya sama sekali. Hal itu membuatnya heran.Biasanya Andra akan lahap setiap melihat sajian di meja makan. Maklum, sejak ke

  • Benih Haram Sahabatku   Merasa Indah

    Reisa turun dari tangga dengan langkah anggun. Hal itu membuat Dimas terpana. Lelaki itu menelan ludah akan hasratnya yang muncul saat melihat sang kekasih.Sudah beberapa kali Dimas mengajak Reisa bermesraan. Namun, gadis itu menolak secara halus. Reisa yang lahir dan besar di kota kecil, memang selalu dituntut untuk menjaga diri.Hal itulah yang membuat Dimas kesal, lalu melampiaskannya kepada wanita lain. Hanya untuk bersenang-senang dan bukan cinta. Namun, kebiasaannya ini sudah terjadi sejak lama, dari mereka sama-sama kuliah. "Sudah siap?"Suara Wisnu memecah keheningan. Reisa menoleh ke arah papanya, lalu mengangguk. Gaun yang dia pakai kali ini berwarna silver dengan model sederhana. Gadis itu tak memakai perhiasan berlebihan. Hanya sepasang anting mutiara yang menambah keanggunannya. "Siap, Papa," jawab gadis itu senang.Wisnu menatap putrinya dengan bangga. Reisa tak hanya berprestasi di sekolah, tetapi bekerja dengan baik di kantornya. Apalagi setelah bertunangan dengan

  • Benih Haram Sahabatku   Mencuri Kesempatan

    Bimo memarkir mobilnya di sebuah gedung bertingkat. Dimana Reisa berkantor di perusahaan milik papanya. Siang ini Bimo akan mengantar Reisa makan siang, karena gadis itu ingin mencoba menu baru di sebuah restoran. "Hai, Bim."Reisa menyapa Bimo dengan ramah. Walau di hatinya ada rasa risih jika harus berdekatan dengan orang baru. Apalagi lelaki itu anak menemaninya sepanjang waktu hingga hari pernikahan tiba."Siang, Mbak Rei.""Kamu udah makan?" "Sudah, Mbak," jawabnya pendek. Tadi sebelum ke sini, Bimo mampir di sebuah tempat makan untuk mengisi perut. Selama Reisa bekerja, lelaki itu tak boleh mengikuti. Sehingga job desknya sekarang lebih ke supir pribadi. "Kalau gitu jalan."Setelah menutup pintu mobil Reisa menarik napas panjang dan meletakkan tasnya di samping. Dia mengambil ponsel dan mengabari Dimas bahwa akan makan siang.Reisa merasa hidupnya sekarang dikekang. Namun, dia hanya menuruti apa maunya Dimas demi kebaikan bersama. "Mau ke mana kita ini?" Bimo bertanya. Me

  • Benih Haram Sahabatku   Bimo

    Hari itu, Dimas membawa Reisa bertemu dengan seorang lelaki, saat menjemputnya sepulang dari bekerja. Dia mempunyai rencana untuk melindungi sang kekasih. Dari orang-orang yang berniat jahat dan dari Andra tentunya.Ini tak bisa dibiarkan. Pembicaraannya kemarin dengan Andra membuat Dimas cemas. Dia khawatir jika lelaki itu nekat dan benar-benar akan menggagalkan pernikahan nereka. "Rei, kenalin. Ini Bimo." Reisa menjabat tangan Bimo. Jika diperhatikan dengan jeli, tampilan fisik Bimo mirip seperti orang yang pernah mendapat pendidikan militer. "Siapa ini?"Mata Reisa penuh tanya, tapi tak berani menduga. Entah apa maksud Dimas memperkenalkan lelaki ini kepadanya. "Bimo ini tadinya kerja di kantor papa. Tapi mulai sekarang dia bakal jadi supir pribadi sekaligus ngejagain lu." Dimas menjelaskan dengan pelan agar Reisa mau menerima. Dia tahu jika bicara dengan kekasihnya ini harus penuh dengan kelembutan.Reisa selalu diperlakukan baik oleh orang tuanya. Namun, hal itu menjadikanny

  • Benih Haram Sahabatku   Dimas

    Pintu ruangan Andra terbuka. Sesosok lelaki gagah masuk dengan santainya tanpa permisi."Sibuk?"Dimas tampak santai saat bertamu, menganggap Andra tidak akan berani melawannya."Gak juga. Jadi masih punya waktu buat Reisa," sindir Andra.Suasana menjadi tegang. Andra bahkan enggan meninggalkan kursinya. Lelaki itu bahkan tak mempersilakan Dimas duduk. Sehingga tunangan Reisa itu masih berdiri di hadapannya. "Gak usah nyindir gue," ucap Dimas sembari tersenyum mengejek."Gue cuma bicara fakta."Dimas terkekeh, lalu menatap Andra dengan sinis. Pandangan matanya begitu tajam. Namun, justru menambah ketampanannya. Wajar jika Reisa jatuh dan cinta setengah mati kepada lelaki itu. "Lu tadi makan siang sama Reisa?" Andra berhenti mengerjakan laporan, lalu meletakkan mouse yang sedari tadi setia menemani."Iya. Kenapa?" jawab Andra singkat. "Sering banget kayaknya.""Soalnya cuma gue yang bisa nemenin. Lu gak ada gunanya jadi tunangan," ucap Andra sarkas.Dimas mengepalkan jari. Amarah b

  • Benih Haram Sahabatku   Bujuk Rayu

    Panggilan telepon masuk, Andra segera mengambil ponselnya. Reisa is calling."Ya, Rei? Apaan?" Andra menutup laptopnya dan menjawab telepon. Laporan sedang banyak yang harus dikerjakan hari ini. Dia sedang fokus menyelesaikannya sedari pagi, saat tiba di kantor. "Ndra. Temenin aku makan siang, dong. Aku sendirian nih." Terdengar suara syahdu wanita di seberang sana. Si pemilik suara adalah seorang wanita cantik, mungil dengan rambut panjang tergerai. Bulu matanya lentik dengan suara manja. "Dimas mana?" Nada suara Andra terdengar malas. Selalu begini, hampir setiap hari terjadi dan sudah menjadi kebiasaan bagi mereka. Sekalipun status Reisa adalah tunangan dari orang lain. Namun, Andra lah yang selalu menemani. "Lagi meeting sama klien. Dia gak sempet nemenin aku katanya. Tadi barusan aku telepon. Kamu mau kan, Ndra?"Suara manja Reisa kembali terdengar. Wanita itu berusaha membujuk dan merayu sahabatnya. Andra menarik napas panjang. Entah sudah untuk yang ke berapa kalinya i

  • Benih Haram Sahabatku   Persahabatan

    "Andra! Balikin buku aku." Reisa berlari mengejar seorang anak lelaki seusianya. Napasnya gadis itu terengah-engah. Sedari tadi dia berusaha, tetapi si target malah makin menjauh. Sedangkan sosok yang dikejar itu malah bersorak senang karena berhasil menggodanya. "Ambil kalau bisa!" Andra mengangkat tangan ke atas dan melambaikan buku itu. Tentu saja Reisa tidak bisa menjangkau karena tubuhnya mungil dan tak sampai sebahu lelaki itu."Kamu usil banget sih, Ndra." Tangan mungil Reisa berusaha menggapai tetapi tak sampai. Gadis itu mencoba lagi hingga akhirnya menyerah."Lu bantet sih, Rei. Makanya makan yang banyak. Tumbuh itu ke atas, bukan ke samping."Sudah menjadi kebiasaan Andra mengolok-olok Reisa. Gadis itu juga tidak pernah marah. Bukankah jika bersama sahabat, kamu bisa lepas menjadi diri sendiri. Bahkan semua kekuranganmu dia bisa memakluminya. "Kamu kalau mau nyontek bilang aja napa? Gak usah pake' ngambil buku aku."Reisa berhenti berlari dan duduk lemas sembari menyek

  • Benih Haram Sahabatku   Cinta Dalam Hati

    Sudah satu jam Andra menunggu, tapi Reisa belum turun juga.Melihat Andra yang sedari tadi gelisah, akhirnya Wisnu mengizinkan lelaki itu menyusul ke atas. Andra bergerak cepat, nenyusul Reisa di kamarnya. Lelaki itu hanya menunggu di luar pintu dan tak berani masuk. Sedekat apapun mereka, dia masih tahu batas."Cepetan, Rei! Rempong amat nih cewek." Andra mengetuk-ngetuk pintu kamar gadis itu."Berisik banget. Apaan?"Pintu terbuka.Mata Andra terbelalak mendapati sosok yang sedang berdiri dihadapannya. Reisa terlihat sangat anggun dengan dress kasual serta dandanan yang natural. Rambut panjangnya di gelung ke atas. Andra menelan ludah. Dalam hatinya berkata, bidadari ternyata di bumi juga ada. "Kenapa kamu, Ndra?" Gadis yang ditatap mesra itu begong, tak mengerti sinyal cinta di mata Andra rupanya. "Eh, gak apa-apa."Andra membuang muka sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Wajah lelaki itu bersemu merah. Kenapa dia jadi nervous begini.Reisa memang jarang berdandan. Gadi

  • Benih Haram Sahabatku   Extra Part: Pertemuan Pertama

    Brugh!"Auw!"Seorang gadis berteriak saat tubuh mungilnya terbentur sesuatu yang keras, sehingga membuatnya terjatuh. Darah mengucur dari lutut yang mulus itu. Sementara itu, sang lawan masih tetap berdiri kokoh bahkan tak bergoyang sedikit pun. "Kamu gak apa-apa?""Perih ...."Gadis itu meringis kesakitan. Lututnya menghantam tembok sekolah. Keras dan masih terasa denyutnya. Tak lama lagi sepertinya akan menimbulkan luka lebam yang kebiru-biruan."Sini, gue bantuin."Gadis itu menyambut uluran tangan yang diarahkan kepadanya."Maaf ya, gue ga sengaja." Anak lelaki itu tersenyum. Ada rasa bersalah di dalam hatinya. "Iya, engga apa-apa, kok." Senyumnya terukir, membalas senyuman anak lelaki itu. "Wah berdarah gitu. Ayo kita ke UKS. Minta diobatin lukanya. Kasian lu."Anak lelaki itu menarik tangannya, tetapi ditepiskan. Gadis itu tidak mau bersentuhan karena masih malu. "Gak usah. Biarin aja, cuma luka kecil kok. Nanti aku bersihin di toilet juga bisa."Gadis itu tidak mau merepot

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status