Share

Luka

Author: Queeny
last update Last Updated: 2024-06-24 14:03:58

"Arghhh!"

Dimas melempar barang-barang di ruangannya saat menerima kabar terbaru mengenai kondisi Reisa. Lelaki itu duduk di sofa sembari meremas rambut berulang kali. Ponselnya kembali berdering, setelah satu jam yang lalu tak hentinya menerima panggilan. 

"Ya, Ma?"

"Kami mau ke rumah sakit. Kamu cepetan nyusul. Kita mau lihat Reisa," ucap seseorang di seberang sana. 

"Tapi aku masih ada kerjaan, Ma."

"Dimas! Kamu ini gimana? Ini calon istri kamu kena musibah."

"Mama jalan aja dulu. Aku nyusul."

Dimas memutus panggilan lalu kembali ke meja kerja. Pikirannya kalut sehingga dia memutuskan untuk meninggalkan kantor dan menuju rumah sakit.

Sepanjang perjalanan Dimas merenung sehingga tak fokus menyetir. Laki-laki itu tak mengira semua ini  terjadi. Padahal, dia sudah menyewa seorang supir pribadi untuk mengantar sekaligus menjaga Reisa. 

Menurut informasi yang Dimas terima, Reisa menyelinap di malam hari tanpa sepengetahuan papanya. Itulah yang paling dia sesali. Geramnya lagi, Andra benar-benar melakukan apa yang dia ucapkan waktu itu, yaitu ingin menghalangi pernikahan mereka. 

Dimas mengambil kunci mobil dan melajukannya ke arah rumah sakit. Dia langsung menuju ruangan tempat Reisa dirawat. Begitu tiba di depan kamar, tangan laki-laki itu gemetaran ketika hendak membuka pintu.

"Nak Dimas," ucap Sarah senang ketika melihat siapa yang datang. 

Memang sejak awal Reisa dirawat, mereka sekeluarga mengharapkan agar Dimas datang membesuk untuk menguatkan. Namun, laki-laki itu baru muncul di hari ini, setelah dua hari keponakannya menginap.  

"Tante," lirih Dimas. 

"Reu masih tidur. Tadi habis minum obat. Nak Dimas mungkin mau lihat," harap Sarah. 

Dimas berjalan mendekati ranjang pasien tempat Reisa berbaring. Kekasihnya itu terlihat begitu pucat dan lemah. Wajah cantiknya tampak layu dengan mata bengkak dan selang infus yang menancap di lengan kiri. 

"Rei," bisiknya. 

Dimas mengusap anak rambut yang terjuntai di kening Reisa. Dia begitu menyayangi wanita itu, tetapi hati kecilnya masih belum bisa menerima sepenuhnya. 

"Tante mau keluar sebentar. Nak Dimas di sinu dulu. Temani Reisa."

Sarah melangkah meninggalkan kamar lalu mengintip sedikit untuk melihat reaksi Dimas. Dengan pelan dia menutup pintu, lalu berjalan menuju kantin.

Tadi keluarga Dimas datang membesuk Reisa. Mereka ikut terpukul melihat keadaan calon menantunya. Sarah menjelaskan secara rinci apa saja yang terjadi dan. 

Keluarga mereka juga tak menyangka jika Andra tega berbuat seperti itu. Orang yang selama ini dipercaya justeru mengkhianati. Tak hanya Reisa yang menjadi korban. Kini Wisnu dipanggil oleh pihak kepolisian setelah melakukam pemukulan.

Keluarga Andra balik tak terima dan melaporkan Wisnu dengan pasal penganiayaan. Sarah hanya bisa berpasrah kepada Tuhan. Dia telah berjanji kepada kakaknya untuk menjaga Reisa. 

Andra sendiri sedang terbaring di ruang perawatan rumah sakit lain karena mengalami luka parah di beberapa bagian tubuh. 

Mereka menunggu hingga suasana kembali kondusif, sembari mempersiapkan diri untuk menghadapi proses hukum atas kasus Reisa. 

***

"Mas."

Reisa membuka mata dan mendapati sang kekasih sedang duduk di sebelahnya. 

Dimas mengulum senyum, lalu mengusap pipi Reisa yang basah oleh air mata. Sementara tangannya yang lain menautkan jemari mereka. Matanya berkaca-kaca, berusaha menahan tangis agar terlihat tegar. Padahal dalam hati hancur lebur. 

"Mas datang." 

"Iya, aku datang."

Reisa memeluk Dimas dengan erat lalu menumpahkan tangisnya. Suasana di ruangan itu begitu haru ketika dua insan itu bertemu. 

Dimas merengkuh Reisa sembari mengecup dahinya dengan lembut. Dia membisikkan kata-kata untuk menguatkan. 

"Aku kotor, Mas."

Dimas terdiam ketika mendengar itu. Dia tak tahu harus berucap apa. Dalam kondisi begini, tak hanya Reisa yang merasakan sakit tetapi juga dirinya.

Tadinya Dimas ingin datang dan melampiaskan amarah kepada Andra. Namun, keluarganya melarang agar masalah tak semakin panjang. Kini mereka hanya bisa berharap agar para penegak hukum bisa memberikan keadilan.

"Jangan bahas itu dulu. Yang penting kamu sehat," ucap Dimas bijak. 

"Apa Mas masih mau ... nerima aku?"

Dimas tertegun, lalu membuang pandangan. Dia sendiri tak tahu harus bersikap apa. Ada banyak masalah di kantor, ditambah dengan kejadian ini membuatnya semakin pusing. 

Dimas tak tahu pasti apakah pernikahan mereka akan tetap akan dilangsungkan atau ditunda. 

"Mas, jawab," pinta Reisa dengan penuh harap. 

"Aku gak bisa bicarakan ini sekarang."

Reisa tampak kecewa dengan jawaban Dimas dan kembali menagis sesegukan. Hingga dia kelelahan dan kembali terpejam.

***

Inah tertegun menatap Andra yang terbaring lemah di ruang perawatan. Sementara Tarno sejak tadi belum kembali ke rumah sakit karena pulang mengambil beberapa barang.

"Kenapa jadi begini Ya Allah," sesalnya.

Ada polisi yang datang mengunjungi Andra untuk memantau perkembangan kesehatannya. Kabarnya, kasus Reisa akan dilanjutkam setelah kesehatan Andra pulih.

Inah sebenarnya ingin menjenguk Reisa, tetapi kondisinya tidak memungkinkan. Dia diminta keluarga Andra untuk menjaga tuannya itu. Mereka akan datang sesekali menjenguk, lalu pulang karena kesibukan masing-masing. Sejak kedua orang tuanya meninggal, laki-laki itu memang kurang berkomunikasi dengan yang lain. 

"Nah." 

Bunyi ketukan di pintu membuat Inah tersadar dari lamunan. Tarno datang membawa beberapa bungkusan, lalu meletakkannya di nakas. 

"Makan dulu, Nah. Gue bawain lu nasi goreng, nih," ucap Tarno saat mengeluarkan sebuah bungkusan dari kantong plastik. 

"Gue kagak lapar, Nok. Lu aja yang makan."

"Nanti lu sakit. Siapa yang mau ngurusin? Pan berabe gue."

Inah berdiri dengan malas, lalu mengambil bungkusan itu dan meletakkannya di piring. Wanita itu memaksakan diri untuk makan walaupun semua terasa hambar. Dia terserang flu sehingga selera makannya hilang. 

"Kata dokter, Den Andra udah boleh pulang besok."

"Syukur kalau gitu."

"Apanya yang syukur? Polisi udah pada nungguin," jawab Inah lesu.

"Kita berdoa aja, Nah. Moga dikasih yang terbaik aja dah. Gue juga pusing mikirinnya. Mana Pak Wisnu kena tahan juga gara-gara mukulin Den Andra."

Mereka berdua kembali terdiam dan melanjutkan makan. Hingga beberapa saat kemudian terdengar suara rintihan dari ranjang.

"Rei ...."

Andra memegang kepalanya yang terasa berat. Seluruh tubuhnya terasa sakit. Laki-laki mencoba duduk dan menggerakkan tangan. 

"Jangan gerak dulu, Den."

Tarno meletakkan piring dan menghentikan makan, lalu membantu tuannya yang terlihat kesulitan.

"Reisa?" 

Tarno menatap Inah dan bertanya dengan memberikan kode lewat mulut karena tak tahu harus berkata apa.

"Non Rei ... ada," jawab Inah singkat. Dia sendiri sama bingungnya. 

"Reisa di mana? Aku ... mau ketemu."

"Nanti aja. Sekarang Den Andra kudu istirahat biar cepet sembuh," kata Tarno cepat. 

"Aku--"

"Den Andra makan dulu. Ini tadi dianterin sama katering rumah sakit."

Tarno mengalihkan pembicaraan dan menyuruh Inah untuk membantu tuan mereka makan. Wanita paruh baya itu dengan sigap membuka plastik wrapping dan menyendok isinya. 

Andra membuka mulut dan mulai mengunyah dengan pelan. Inah menitikkan air mata ketika menyuapi karena teringat akan masa kecil tuannya dulu.

Suasana kembali hening hingga Andra selesai makan. Sesekali Inah saling bertatapan dengan Tarno. Lalu mereka kembali sibuk dengan pikiran masing-masing. 

Tarno kembali mengambil alih dan meminta tuannya berbaring, lalu menyuruhnya untuk kembali tidur. Mereka masih menunggu keluarga Andra datang agar bisa menjelaskan semua. 

Related chapters

  • Benih Haram Sahabatku   Positif

    Hari itu, dua keluarga bertemu untuk berunding. Wisnu mendapatkan penangguhan penahanan, sementara Andra sudah diperbolehkan pulang karena kondisinya sudah pulih. Hanya Reisa yang masih dirawat di rumah sakit karena beberapa kali berteriak di tengah malam. Reisa bahkan sempat mengambil pisau buah dan menyayat lengannya karena depresi. Untunglah nyawanya masih bisa diselamatkan. Sehingga pihak keluarga berinisiatif membayar seorang psikiater untuk menanganinya. Kondisi Reisa semakin menurun karena Dimas hanya sekali datang membesuk selama satu minggu dirawat. Padahal laki-laki itu adalah harapan semua orang untuk membantu proses penyembuhan, walaupun traumanya tidak akan hilang dengan mudah.Ada banyak dukungan dan empati dari berbagai pihak karena kasusnya mulai tersebar. Namun, itu justeru membuat Reisa semakin tertekan karena aibnya terbongkar ke mana-mana. "Saya mewakili keluarga besar datang ke sini untuk meminta maaf atas apa yang telah dilakukan oleh Andra kepada Reisa. Kami

    Last Updated : 2024-06-24
  • Benih Haram Sahabatku   Janji Seorang Lelaki

    Wisnu mengucap doa dalam hati agar kedatangannya kali ini bisa diterima dengan baik. Sudah beberapa kali dia mengunjungi Dimas di kantor dan masih berharap agar lelaki itu mau menemui Reisa."Maksud Om, aku harus nikahin Rei?" tanya Dimas keberatan. Wajah Wisnu menegang. Dia menarik napas panjang dan mencoba menahan emosi yang hendak meluap. "Kalau kamu memang mencintai Reisa, Nak." "Reisa sudah kotor, Om. Dia mengandung benih Andra. Anak itu hasil perkosaan. Kenapa aku yang harus menanggung semuanya?" "Om rela melakukan apa saja kalau kamu bersedia."Dengan pengharapan yang besar Wisnu datang kepada Dimas untuk menerima Reisa. Dia bahkan menekan harga diri demi kebahagiaan putrinya.Hanya Dimas yang satu-satunya menjadi harapan menyembuhkan Reisa dan menutupi aib. Mereka sudah mempersiapkan pernikahan. Harinya juga sudah dekat, hanya tinggal menunggu waktu. "Maaf, aku gak bisa, Om." Dimas berlalu begitu saja meninggalkan Wisnu yang terdiam mematung. Dia menolak dengan tegas. Ha

    Last Updated : 2024-06-24
  • Benih Haram Sahabatku   Mencoba

    Bunyi ketukan di pintu membuat Reisa terbangun. Dia mengerjapkan mata berulang kali dan melirik ke arah jam di dinding. Tubuhnya terasa pegal, juga perut yang semakin mual.Reisa berlari ke kamar mandi dan mengeluarkan isi perutnya. Hanya ada cairan, karena sejak kemarin malam dia tidak bisa makan. Atas kesepakatan bersama, Inah dan Tarno ikut tinggal bersama mereka untuk menjaga dan mengurus rumah ini. Mereka juga diminta untuk mengawasi sikap Andra selama menemani Reisa.Sarah menyanggupi akan menjenguk keponakannya satu minggu sekali. Sekalipun mereka dibiarkan tinggal bersama, tetapi Wisnu tetap memantau perkembangannya dari jauh. Setiap hari Inah sudah membuatkan berbagai macam jenis makanan. Akan tetapi, tidak ada satu pun yang bisa Reisa telan. Semalaman dia menangis karena merasa kelaparan. Akhirnya Reisa tertidur dengan perut yang kosong. Wanita itu lebih banyak mengurung diri di kamar sejak tinggal di sini. Papanya bilang, setelah bayi ini lahir, Andra akan menikahinya.

    Last Updated : 2024-06-24
  • Benih Haram Sahabatku   Suaminya Mana?

    Dua bulan kemudian. Masih ada tiga antrean dan Reisa sudah tidak sabar menunggu. Kakinya kesemutan. Tubuhnya gemetaran. Mual yang terus menerus mendera membuatnya nekat berbaring di kursi tunggu, tak perduli ada banyak pasang mata yang melihat. "Mual, Bik," katanya manja. Di tangan Reisa ada sepotong roti manis untuk cemilan. Sedari tadi mulutnya mengunyah sambil mengeluhkan perut yang terasa tidak nyaman. Obat anti mual yang diberikan dokter dipemeriksaan sebelumnya juga tidak berefek banyak.Mualnya tidak hilang, kecuali pada saat tertidur. Begitu bangun, dia akan mengeluarkan semua yang dimakan sebelumnya. "Ya Tuhan. Beginikah rasanya mengandung?" Rasanya dia tidak sanggup."Sabar, Non. Bentar lagi giliran kita."Benar saja kata Inah. Tak lama setelah pasien yang di dalam selesai periksa, si perawat memanggil pasien berikutnya. "Antrean nomor sepuluh. Silakan masuk." Tidak ada yang berdiri sehingga beberapa pasien lain saling berpandangan. "Ibu Reisa. Ibu Reisa." Suara pangg

    Last Updated : 2024-06-24
  • Benih Haram Sahabatku   Trauma

    Andra berulang kali memencet bel dan tidak ada yang membukakan pintu. Hari ini dia pulang larut malam karena ada meeting mendadak dengan pengurus hotel. Setelah lulus kuliah, laki-laki itu meneruskan usaha keluarga bersama beberapa paman dan sepupunya. Jam menunjukkan pukul sebelas. Biasanya selepas Maghrib, Andra sudah berada di rumah. Pulang awal atau pulang cepat baginya sama saja, tidak bisa bertemu dengan Reisa. Pernah suatu kali Andra mencoba mengintip saat melihat Reisa keluar kamar menuju dapur. Itu saja sudah membuatnya senang. Andra duduk di teras dan membuka tas untuk mencari kunci cadangan tetapi tidak ada. Rasanya dia ingin berteriak. Mengapa saat ini hidupnya semakin rumit, mencari kunci saja tidak ketemu. Andra mengambil ponsel, mencari sebuah nama langsung menelepon seseorang."Pak Nok, lagi di mana?""Balik ke rumah lama. Tadi, Nok nungguin Den Andra pulang. Tapi kemalaman. Jadi langsung jalan aja. Lupa ngabarin Aden."Andra menarik napas panjang. Rumah kesayangann

    Last Updated : 2024-06-24
  • Benih Haram Sahabatku   Harapan

    "Sayang," ucap Andra lembut lalu mengendurkan pelukannya."Jangan," lirih Reisa dengan tubuh gemetaran. Dia mencoba mendorong tubuh besar itu sembari meronta untuk melepaskan diri. "Gak apa-apa,ya. Kamu gak usah takut.""Tolong ...." ucapnya di antara isak tangis. "Gue gak akan ngelakuin itu lagi sama lu." Andra mengusap kepala Reisa dengan lembut dan penuh kasih sayang. Sementara wanita itu masih saja meronta sehingga Andra mengendurkan pelukannya. Dia terduduk di lantai sembari menangis.Andra ikut bersimpuh di hadapan Reisa dan mengusap banbu Reisa sembari berkata, "Tenang, ya. Tenang."Reisa menutup wajah dengan kedua tangannya. Kiniz Andra masih mengusap rambutnya dan mencoba menenangkan. Wanita itu masih menangis sesegukan, tetapi dia hanya diam dan tak dapat berbuat apa-apa."Lu mau makan bubur?" Tidak ada jawaban, sehingga Andra mengusap wajahnya lalu membuang napas dengan kasar. "Adek mau bubur?" Andra mencoba mengusap perut Reisa, tetapi tangannya ditepiskan lagi."Lu m

    Last Updated : 2024-06-24
  • Benih Haram Sahabatku   Bunga Matahari

    Mata Andra tak berkedip. Pemandangan dihadapannya sungguh memukau. Reisa terlihat cantik memakai dress selutut dan rambut yang dicepol asal-asalan. Wanita itu tengah asyik melihat-lihat Tarno yang sedang menyiram dan menanam beberapa bunga di taman belakang. Reisa mungkin lupa, atau tidak tahu, bahwa kamar Andra terhubung dengan taman itu. Sejak tadi, Andra menjadi pengintip di balik gorden. Dia tak berani membukanya lebar seperti hari-hari biasanya, melihat apa yang dilakukan pujaan hatinya. Saat Reisa bersenda gurau dengan Tarno, hati Andra menjadi ketar-ketir dibuatnya. Melihat senyuman dan tawa wanitanya itu bergema, dirinya dipenuhi dengan kebahagiaan. Ah, pagi ini memang indah.Hampir empat bulan sejak mereka tinggal di sini, suasana sangat mencekam. Sejak insiden bubur waktu itu, sikap Reisa sedikit melunak dan sudah kembali ceria. Tawanya bahkan terdengar sampai ke kamar Andra. Reisa sejak dulu memang suka menjahili orang lain. Pagi ini, Tarno yang menjadi korbannya. Bibit

    Last Updated : 2024-06-24
  • Benih Haram Sahabatku   Pemeriksaan Lanjutan

    Ruangan dokter itu nampak sejuk di mata. Nuansanya putih, dengan wallpaper abstrak, minimalis tetapi elegan. Di salah satu dindingnya dipasang beberapa poster mengenai kehamilan dan persalinan. "Wah, akhirnya papanya ikut juga. Silakan duduk." Dokter Andini menyambut kedatangan mereka malam itu.Andra menarik sebuah kursi untuk Reisa. Sekalipun perutnya belum terlalu besar, wanita itu terlihat agak kesulitan saat berdiri dan duduk. Mungkin merasa kurang nyaman.Walaupun permintaan dari papanya untuk berpindah-pindah dokter, Reisa memilih kembali ke sini untuk melakukan pemeriksaan. "Gimana Ibu, apa yang dirasakan di trisemeter kedua ini, apa merasa lebih baik?" Dokter Andini memulai pembicaraan dengan menanyakan kondisi Reisa. Pembawaannya yang tenang itu membuat merasa senang. Dia tidak sungkan untuk menceritakan keluhannya selama kehamilan."Sedikit lebih baik. Mual muntahnya berkurang. Ngggg ... cuma itu, Dok. Kenapa saya jadi sakit gigi. Terus kalau cuaca dingin kadang suka mim

    Last Updated : 2024-06-24

Latest chapter

  • Benih Haram Sahabatku   Ending Extra Part

    Andra benar-benar gelisah. Sejak kamarin perasaan lelaki itu tak menentu. Dia bahkan tak berselera makan. Semakin dekat hari pernikahan Reisa, mereka bahkan tak bertemu sama sekali. Sahabatnya itu sempat mengangkat teleponnya. Namun tak lama, katanya masih sibuk mempersiapkan acara.Andra meminta untuk video call dan Reisa mengabulkannya. Namun, saat berbincang, raut wajah gadis itu tak seperti biasa. Sebelum ada Bimo, Reisa masih sama seperti dulu. Bersikap hangat dan bersahabat. Namun, semua berubah ketika sang pujaan hati memiliki pengawal sendiri. Andra bahkan tak dilibatkan apa pun dalam persiapan pernikahan Reisa. Padahal lelaki itu bersedia jika direpotkan. Lelaki itu bagai tak dianggap sama sekali. Dan itu membuat Andra kecewa. "Den Andra gak makan? Inah masak enak, loh."Inah menegur tuannya. Sejak pulang tadi Andra tak menyentuh hidangan yang dimasaknya sama sekali. Hal itu membuatnya heran.Biasanya Andra akan lahap setiap melihat sajian di meja makan. Maklum, sejak ke

  • Benih Haram Sahabatku   Merasa Indah

    Reisa turun dari tangga dengan langkah anggun. Hal itu membuat Dimas terpana. Lelaki itu menelan ludah akan hasratnya yang muncul saat melihat sang kekasih.Sudah beberapa kali Dimas mengajak Reisa bermesraan. Namun, gadis itu menolak secara halus. Reisa yang lahir dan besar di kota kecil, memang selalu dituntut untuk menjaga diri.Hal itulah yang membuat Dimas kesal, lalu melampiaskannya kepada wanita lain. Hanya untuk bersenang-senang dan bukan cinta. Namun, kebiasaannya ini sudah terjadi sejak lama, dari mereka sama-sama kuliah. "Sudah siap?"Suara Wisnu memecah keheningan. Reisa menoleh ke arah papanya, lalu mengangguk. Gaun yang dia pakai kali ini berwarna silver dengan model sederhana. Gadis itu tak memakai perhiasan berlebihan. Hanya sepasang anting mutiara yang menambah keanggunannya. "Siap, Papa," jawab gadis itu senang.Wisnu menatap putrinya dengan bangga. Reisa tak hanya berprestasi di sekolah, tetapi bekerja dengan baik di kantornya. Apalagi setelah bertunangan dengan

  • Benih Haram Sahabatku   Mencuri Kesempatan

    Bimo memarkir mobilnya di sebuah gedung bertingkat. Dimana Reisa berkantor di perusahaan milik papanya. Siang ini Bimo akan mengantar Reisa makan siang, karena gadis itu ingin mencoba menu baru di sebuah restoran. "Hai, Bim."Reisa menyapa Bimo dengan ramah. Walau di hatinya ada rasa risih jika harus berdekatan dengan orang baru. Apalagi lelaki itu anak menemaninya sepanjang waktu hingga hari pernikahan tiba."Siang, Mbak Rei.""Kamu udah makan?" "Sudah, Mbak," jawabnya pendek. Tadi sebelum ke sini, Bimo mampir di sebuah tempat makan untuk mengisi perut. Selama Reisa bekerja, lelaki itu tak boleh mengikuti. Sehingga job desknya sekarang lebih ke supir pribadi. "Kalau gitu jalan."Setelah menutup pintu mobil Reisa menarik napas panjang dan meletakkan tasnya di samping. Dia mengambil ponsel dan mengabari Dimas bahwa akan makan siang.Reisa merasa hidupnya sekarang dikekang. Namun, dia hanya menuruti apa maunya Dimas demi kebaikan bersama. "Mau ke mana kita ini?" Bimo bertanya. Me

  • Benih Haram Sahabatku   Bimo

    Hari itu, Dimas membawa Reisa bertemu dengan seorang lelaki, saat menjemputnya sepulang dari bekerja. Dia mempunyai rencana untuk melindungi sang kekasih. Dari orang-orang yang berniat jahat dan dari Andra tentunya.Ini tak bisa dibiarkan. Pembicaraannya kemarin dengan Andra membuat Dimas cemas. Dia khawatir jika lelaki itu nekat dan benar-benar akan menggagalkan pernikahan nereka. "Rei, kenalin. Ini Bimo." Reisa menjabat tangan Bimo. Jika diperhatikan dengan jeli, tampilan fisik Bimo mirip seperti orang yang pernah mendapat pendidikan militer. "Siapa ini?"Mata Reisa penuh tanya, tapi tak berani menduga. Entah apa maksud Dimas memperkenalkan lelaki ini kepadanya. "Bimo ini tadinya kerja di kantor papa. Tapi mulai sekarang dia bakal jadi supir pribadi sekaligus ngejagain lu." Dimas menjelaskan dengan pelan agar Reisa mau menerima. Dia tahu jika bicara dengan kekasihnya ini harus penuh dengan kelembutan.Reisa selalu diperlakukan baik oleh orang tuanya. Namun, hal itu menjadikanny

  • Benih Haram Sahabatku   Dimas

    Pintu ruangan Andra terbuka. Sesosok lelaki gagah masuk dengan santainya tanpa permisi."Sibuk?"Dimas tampak santai saat bertamu, menganggap Andra tidak akan berani melawannya."Gak juga. Jadi masih punya waktu buat Reisa," sindir Andra.Suasana menjadi tegang. Andra bahkan enggan meninggalkan kursinya. Lelaki itu bahkan tak mempersilakan Dimas duduk. Sehingga tunangan Reisa itu masih berdiri di hadapannya. "Gak usah nyindir gue," ucap Dimas sembari tersenyum mengejek."Gue cuma bicara fakta."Dimas terkekeh, lalu menatap Andra dengan sinis. Pandangan matanya begitu tajam. Namun, justru menambah ketampanannya. Wajar jika Reisa jatuh dan cinta setengah mati kepada lelaki itu. "Lu tadi makan siang sama Reisa?" Andra berhenti mengerjakan laporan, lalu meletakkan mouse yang sedari tadi setia menemani."Iya. Kenapa?" jawab Andra singkat. "Sering banget kayaknya.""Soalnya cuma gue yang bisa nemenin. Lu gak ada gunanya jadi tunangan," ucap Andra sarkas.Dimas mengepalkan jari. Amarah b

  • Benih Haram Sahabatku   Bujuk Rayu

    Panggilan telepon masuk, Andra segera mengambil ponselnya. Reisa is calling."Ya, Rei? Apaan?" Andra menutup laptopnya dan menjawab telepon. Laporan sedang banyak yang harus dikerjakan hari ini. Dia sedang fokus menyelesaikannya sedari pagi, saat tiba di kantor. "Ndra. Temenin aku makan siang, dong. Aku sendirian nih." Terdengar suara syahdu wanita di seberang sana. Si pemilik suara adalah seorang wanita cantik, mungil dengan rambut panjang tergerai. Bulu matanya lentik dengan suara manja. "Dimas mana?" Nada suara Andra terdengar malas. Selalu begini, hampir setiap hari terjadi dan sudah menjadi kebiasaan bagi mereka. Sekalipun status Reisa adalah tunangan dari orang lain. Namun, Andra lah yang selalu menemani. "Lagi meeting sama klien. Dia gak sempet nemenin aku katanya. Tadi barusan aku telepon. Kamu mau kan, Ndra?"Suara manja Reisa kembali terdengar. Wanita itu berusaha membujuk dan merayu sahabatnya. Andra menarik napas panjang. Entah sudah untuk yang ke berapa kalinya i

  • Benih Haram Sahabatku   Persahabatan

    "Andra! Balikin buku aku." Reisa berlari mengejar seorang anak lelaki seusianya. Napasnya gadis itu terengah-engah. Sedari tadi dia berusaha, tetapi si target malah makin menjauh. Sedangkan sosok yang dikejar itu malah bersorak senang karena berhasil menggodanya. "Ambil kalau bisa!" Andra mengangkat tangan ke atas dan melambaikan buku itu. Tentu saja Reisa tidak bisa menjangkau karena tubuhnya mungil dan tak sampai sebahu lelaki itu."Kamu usil banget sih, Ndra." Tangan mungil Reisa berusaha menggapai tetapi tak sampai. Gadis itu mencoba lagi hingga akhirnya menyerah."Lu bantet sih, Rei. Makanya makan yang banyak. Tumbuh itu ke atas, bukan ke samping."Sudah menjadi kebiasaan Andra mengolok-olok Reisa. Gadis itu juga tidak pernah marah. Bukankah jika bersama sahabat, kamu bisa lepas menjadi diri sendiri. Bahkan semua kekuranganmu dia bisa memakluminya. "Kamu kalau mau nyontek bilang aja napa? Gak usah pake' ngambil buku aku."Reisa berhenti berlari dan duduk lemas sembari menyek

  • Benih Haram Sahabatku   Cinta Dalam Hati

    Sudah satu jam Andra menunggu, tapi Reisa belum turun juga.Melihat Andra yang sedari tadi gelisah, akhirnya Wisnu mengizinkan lelaki itu menyusul ke atas. Andra bergerak cepat, nenyusul Reisa di kamarnya. Lelaki itu hanya menunggu di luar pintu dan tak berani masuk. Sedekat apapun mereka, dia masih tahu batas."Cepetan, Rei! Rempong amat nih cewek." Andra mengetuk-ngetuk pintu kamar gadis itu."Berisik banget. Apaan?"Pintu terbuka.Mata Andra terbelalak mendapati sosok yang sedang berdiri dihadapannya. Reisa terlihat sangat anggun dengan dress kasual serta dandanan yang natural. Rambut panjangnya di gelung ke atas. Andra menelan ludah. Dalam hatinya berkata, bidadari ternyata di bumi juga ada. "Kenapa kamu, Ndra?" Gadis yang ditatap mesra itu begong, tak mengerti sinyal cinta di mata Andra rupanya. "Eh, gak apa-apa."Andra membuang muka sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Wajah lelaki itu bersemu merah. Kenapa dia jadi nervous begini.Reisa memang jarang berdandan. Gadi

  • Benih Haram Sahabatku   Extra Part: Pertemuan Pertama

    Brugh!"Auw!"Seorang gadis berteriak saat tubuh mungilnya terbentur sesuatu yang keras, sehingga membuatnya terjatuh. Darah mengucur dari lutut yang mulus itu. Sementara itu, sang lawan masih tetap berdiri kokoh bahkan tak bergoyang sedikit pun. "Kamu gak apa-apa?""Perih ...."Gadis itu meringis kesakitan. Lututnya menghantam tembok sekolah. Keras dan masih terasa denyutnya. Tak lama lagi sepertinya akan menimbulkan luka lebam yang kebiru-biruan."Sini, gue bantuin."Gadis itu menyambut uluran tangan yang diarahkan kepadanya."Maaf ya, gue ga sengaja." Anak lelaki itu tersenyum. Ada rasa bersalah di dalam hatinya. "Iya, engga apa-apa, kok." Senyumnya terukir, membalas senyuman anak lelaki itu. "Wah berdarah gitu. Ayo kita ke UKS. Minta diobatin lukanya. Kasian lu."Anak lelaki itu menarik tangannya, tetapi ditepiskan. Gadis itu tidak mau bersentuhan karena masih malu. "Gak usah. Biarin aja, cuma luka kecil kok. Nanti aku bersihin di toilet juga bisa."Gadis itu tidak mau merepot

DMCA.com Protection Status