BARTER PENGABDI SETAN

BARTER PENGABDI SETAN

Oleh:  Jenar Moksa  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 Peringkat
18Bab
2.1KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Sinopsis Barter Pengabdi Setan Haji Karsan sangat kaya, bahkan kekayaan miliknya tidak akan habis tujuh turunan. Namun dibalik semua dia melakukan ritual pesugihan dan keturunannya wajib melakukan hal yang sama. Itulah sebabnya anaknya hidup bergelimang harta. Namun, berbeda dengan Winarno anak bungsunya. Setelah mengalami insiden kebakaran dia menjadi miskin. Haji Karsan meminta Winarno segera pergi mengunjungi Mbah Lasiem. Beliau abdi kesayangan Nyai Dasimah, wanita cantik sempurna berusia ratusan tahun. Sudah menjadi kewajiban Haji Karsan membawa semua keturunannya mengunjungi tempat itu guna melakukan ritual pesugihan mencumbui Nyai Dasimah. Namun, Winarno terkendala istrinya. Wanita itu bersikukuh. Sementara Winarno sudah tidak lagi mampu menahan beban berat dalam keterbatasan. Apalagi ucapan orang tuanya terus terngiang, "Hanya melakukan hubungan ranjang!" Jelas syarat mudah. Apalagi bayang Nyai Dasimah sudah bermain dalam pelupuk matanya. "Apakah Winarno dapat membujuk istrinya?" "Atau dia memutuskan pergi tanpa sepengetahuan istrinya?" "Kemudian, setan apa yang akan di utus oleh Nyai Dasimah? Membantu kesuksesan Winarno? Berhubung setiap pemujanya akan berbeda bentuk rupa mahluk gaib. Sesuai kehendak Nyai--- penasaran, kan?" Temukan jawabannya ....

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
ErliyaA
Jadi yg pertama ya? komen apa yo, bingung sebenarnya karna pas baca melongo iya, heran iya, nagih pun iya ... wes pokok e seru
2022-04-03 14:44:11
3
18 Bab

Setipis Kulit Ari

BARTER PENGABDI SETAN Penulis: Jenar Moksa   ❤️Bab 01 Setipis Kulit Ari❤️ Winarno duduk termangu di belakang sebuah  rumah mewah, memandang lepas hamparan sawah nun hijau, di seberang jalur bebas hambatan. Sebentar lagi akan panen. Sawah itu bukanlah miliknya. Begitu juga rumah mewah itu. Berulang pria yang kini berusia 40 tahun itu membuang napas kasar, jelas beban berat di benaknya. Kejayaannya telah usai sejak insiden kebakaran yang memusnahkan segala harta benda miliknya dalam sekejap.  Winarno mempunyai toko elektronik di kota, sekaligus menjadi rumah hunian keluarga kecilnya. Usahanya berkembang pesat. Modal  awal di beri oleh kedua orang tuanya. Sesaat setelah menikah.  Akan tetapi, itu dulu. Sekarang dia hanya buruh tani dan tinggal di desa.  Sementara istrinya seperti ibu-ibu di desa pada umumnya. Dulu wanita berparas ayu itu hanya duduk manis sembari menerima uang dari para pembel
Baca selengkapnya

Bab 02 Batin Gamang

 Sepulang dari Musala Winarno sudah disambut dengan aroma harum, kepulan asap kopi panas. Menguar memenuhi rumah ukuran sempit. Dia  langsung duduk bersila di atas tikar plastik di depan televisi, menikmati secangkir kopi seraya mengisap  sebatang rokok dari celah jemarinya.Badan terasa remuk. Lelah jelas, iya. Pekerjaan seperti itu tidak pernah dilakoni saat masih bujang, saat dirinya masih menyandang nama besar Haji Karsan. Rasanya begitu berat menjalani kehidupan."Kamu jangan coba-coba membuat malu keluarga Haji Karsan, Win! Cepatlah temui Mbah Lasiem!" Kuping terasa hangat bahkan menebal. Perkataan Ibu kembali mendengung, membuat Winarno berulang mendesis!Ibu memberikan saran demi kebahagiaan Winarno juga anak istrinya. Winarno terlihat  gusar. Menangkup tangan di wajah dengan kasar,  sesat  kemudian beranjak. Winarno mengambil seragam kerja di tali jemuran emperan. Setelah  sarapan, Rah
Baca selengkapnya

Bab 03 Medayoh

 Keesokan harinya, Ibu terlihat begitu antusias. Bapak menerima uluran  wadah dibungkus taplak  meja motif batik dari Ibu. Wadah  itu berisi sesaji. Syaratnya  wajib jika bertandang ke rumah Mbah Lasiem. Terdiri dari kemenyan, dupa, kembang setaman, rokok, gula, air mineral dan masih banyak lagi yang lainnya.Winarno sudah berada dalam mobil, Bapak tergopoh keluar, lalu bergegas masuk duduk di samping kemudi. Tidak menunggu titah, Winarno memacu mobil menembus kemacetan jalanan  Kota Surabaya. Mereka akan ke luar kota. Embusan angin sepoi-sepoi saat mobil keluar dari keramaian jalanan kota.  Sepanjang menyusuri  jalanan  desa  yang jauh dari keramaian. Mobil terus melaju hingga terlihat gerbang kokoh di depan bertuliskan."SELAMAT DATANG DI DESA KARANG ANYAR"Winarno memperlambat, laju kendaraan saat Bapak memberikan titah, berhenti sejenak!Saat mobil sudah b
Baca selengkapnya

Bab 04 Ritual

 Riasanya Winarno sangat ingin  bertanya, akan ke mana arah jalan setapak itu menuju? Tetapi, dia sudah di beri tahu tadi oleh Bapak. ““Jangan berbicara atau bertanya sepatah kata pun jika tidak diberi titah oleh Mbah Lasiem.”Keduanya  terus berjalan, jantung Winarno kembali berdegup saat  tiba-tiba saja! Mbah Lasiem menghentikan langkah! Tepat  di dekat sebuah dinding batu nan  kokoh. Dinding itu seperti tiba-tiba saja muncul di depan mata telanjang.Terlihat dari warnanya, batu kokoh  itu sudah berusia ratusan tahun. Tampak berserakan takir yang sudah mengering di antara serakkan daun-daun gugur. Sepertinya sebelumnya sudah banyak orang yang datang, bahkan mungkin ribuan.Mbah Lasiem  duduk bersimpuh. Bapak tergesa membuka wadah sesaji yang sedari tadi dia bawa. Mbah Lasiem mengambil satu bungkus dupa. Bapak mematik macis tanpa titah, membuat dupa yang digenggam Mbah Lasiem terbakar. Ke
Baca selengkapnya

Bab 05 Dicumbu Nyai Ratu

  RWinarno menurut saja, dia seperti hilang kesadaran. Laksana seekor sapi yang dikeloi(cucuk tali hidungnya) menurut saja. Berulang kali dia menelan saliva saat satu demi satu helai pakaian lepas dari tubuh indah sang Ratu.  Dari kemban, selendang kemudian yang terakhir kain jarik batik. Sontak membuat mata Winarno menyalang dia menatap dengan begitu bernafsunya.  Nyai ratu melepaskan mahkota yang sedari tadi menghias silaukan mata! Memancarkan kilau cahaya! Kemudian Nyai Ratu meletakkan di sudut ranjang. Sementara helai kain tampak berserakan di atas permadani berwarna emas.  Selang beberapa saat dia melangkah ke sudut meja, meraih satu gelas berwarna emas, lalu menuangkan isi teko. Kemudian diberikannya gelas itu  pada Winarno, yang sedari tadi mematung membisu takjub. Mengamati tubuh bugil dari ujung kaki sampai ujung rambut. Betis jenjang dan jari-jari kaki nan seksi, membuat Winarno menelan saliva berulang kali, jangkungnya naik
Baca selengkapnya

Bab 06 Kembali ke Alam Nyata

 Ketiganya keluar menampakkan diri satu per satu dari balik  jerami,  tepat di samping rumah Mbah Lasiem. Kemudian, masuk lewat pintu belakang seperti pada saat mereka keluar  untuk berangkat tadi. Bapak dan Winarno mengikuti langkah Mbah Lasiem masuk, kemudian duduk bersila menghadap meja. Mbah Lasiem lincah memindahkan sesuatu ke dalam kain putih. Dia mengambilnya dari wadah sesaji yang memang ada di atas meja. Tampak berbagai macam bentuk ada botol-botol kecil berisikan wewangian media yang di perlukan klien.Mbah Lasiem mengulurkan sesuatu yang dibungkusnya tadi, pada Winarno, tetapi Winarno seperti masih terhipnotis, dia geming membisu dengan pandangan kosong. Hingga satu sikutan Bapak mendarat di lengannya dengan keras! Sontak membuat Winarno tersadar! Dia langsung menerima pemberian Mbah Lasiem. Wajah Winarno terlihat begitu lelah, bibirnya pucat, mungkin dia masih merasakan efek keperkasaannya tadi."He he! Hehehehe! Sep
Baca selengkapnya

Bab 07 Ambisi

Bab 07  Ambisi Winarno meluaskan senyum sempurna, dia terlihat begitu berambisi kini. "Gak, Pak. Karyo namanya."   Bapak mangut-mangut seraya memainkan janggutnya yang panjang menjuntai lancip, mirip janggut kambing saja sekilas dilihat.   Sementara itu Kang Karyo mengemasi dagangannya yang tersisa karena hari sudah beranjak  siang. Pasar tradisional pun sudah sepi pengunjung. Terlihat Kang Karyo sangat bahagia walau gurat lelah tersirat jelas, hasilnya hari ini lumayan banyak ditambah lagi dengan rezeki nomplok tadi.    Kang Karyo menghentikan motor di sebuah kedai bakso terlihat begitu ramai. Aroma kaldu  kuahnya membuat perut yang keroncongan memberontak menjerit!    "Mas, baksonya satu mangkuk!" pinta Kang Karyo pada seorang pelayan yang melintasinya, seraya menjatuhkan pantat di kursi. Dia duduk di antara ramainya pengunjung lainnya.   Setela
Baca selengkapnya

Bab 08 Pulang

Bab 08  PulangSetelah menunaikan ibadah Salat Subuh Winarno langsung ke dapur. Suara kedua orang tuanya sudah terdengar sejak tadi bercakap-cakap. Setibanya Winarno menarik kursi bergabung duduk dengan Bapak, kemudian Winarno meraih segelas kopi panas  dari Ibu. "Buk, saya pulang hari ini sudah  boleh, kan?" tanya Winarno."Iya---  setelah selesai berangkatlah." Bapak menyerobot jawab sekenanya."Kok, main iya saja tho, Pak? Kasih wejangan situ dulu anakmu! Bagaimana ke depannya!’ Ibu menyambar sengit.Sejenak Bapak menghentikan aktivitas merokok. "Hemm,  begini Win. Ada baiknya jika  istri dan anakmu ajak saja pindah segera ke toko Bapak sana. Cepatlah memulai bisnis lagi!" tegas Bapak.Winarno langsung tertegun mendengar, lalu dia menenggak kopinya  hingga tandas. Sepertinya ada unek-unek menganjal  dalam batinnya. “Terus modalnya, bagaimana, Pak?" Winarno gamang."Sudah, yang penting kamu
Baca selengkapnya

Bab 09 Bermesraan

Bab 9 Bercumbu   Rahayu terlihat gelisah dia tidak tenang, petir menyambar bersahutan di tambah lagi hujan mulai turun dengan derasnya. Berulang kali membuatnya  kembali mengintip, lewat celah jendela. Namun,  belum juga ada tanda-tanda kedatangan Winarno."Sudah-sudah, ayo pergi tidur sana! Ini sudah larut malam, Nak." Rahayu menghardik agar anaknya menghentikan aktivitas menonton televisi, karena Winarno tidak kunjung tiba."Ayah, ke mana, Bunda?" Pertanyaan polos dari buah hatinya membuat Rahayu kembali bangkit dan mengintip lewat celah jendela."Ke rumah Eyang, tadi. Tapi----" Rahayu kembali terkejut, mendengar suara petir menggelegar."Kok, sekarang Ayah sering ke rumah, Eyang?"  Pertanyaan polos itu bukan tanpa alasan. Dalam beberapa Minggu terakhir ini, Winarno pergi pagi dan akan  tiba sore, bahkan kadang  larut malam.Rahayu tidak menanggapi pertanyaan lugu anaknya. "Sepertinya Ayah, tida
Baca selengkapnya

Bab 10 Geger Desa Wonosari

Bab 10 Geger di Desa WonosariTidak terasa sudah dua pekan kedatangan Winarno dan Bapak  dari rumah Mbah Lasiem. Semua syarat  sudah dilaksanakan, termasuk pulang larut saat malam Jumat dan membuat kamar  khusus di toko, yang akan menjadi hunian keluarga kecil Winarno nantinya. ***Sementara itu kondisi kesehatan Kang Karyo, dalam beberapa hari, terus menurun. Bahkan memburuk. Desas-desus beredar dia dijadikan tumbal oleh pemilik warung bakso di area Wonosari, yang begitu tersohor sangat ramai pelanggan. Maklum orang desa masih saja percaya hal mistis dan mengait-ngaitkan!Bukan tanpa dasar, karena sebelum makan di tempat itu, kondisi kesehatan Kang Karyo baik-baik saja. Setelahnya, keanehan terjadi. Hari demi hari kian memburuk, pria itu sekarang hanya bisa tiduran menjadi kembang ranjang."Duh, Gusti! To ... tolong, suamiku!" Suara teriakan lantang berulang terdengar dari dalam rumah  sederhana milik Kang Karyo."Ada
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status