Share

Bab 03 Medayoh

Penulis: Jenar Moksa
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-07 20:28:51

Keesokan harinya, Ibu terlihat begitu antusias. Bapak menerima uluran  wadah dibungkus taplak  meja motif batik dari Ibu. Wadah  itu berisi sesaji. Syaratnya  wajib jika bertandang ke rumah Mbah Lasiem. 

Terdiri dari kemenyan, dupa, kembang setaman, rokok, gula, air mineral dan masih banyak lagi yang lainnya.

Winarno sudah berada dalam mobil, Bapak tergopoh keluar, lalu bergegas masuk duduk di samping kemudi. Tidak menunggu titah, Winarno memacu mobil menembus kemacetan jalanan  Kota Surabaya. Mereka akan ke luar kota. 

Embusan angin sepoi-sepoi saat mobil keluar dari keramaian jalanan kota.  Sepanjang menyusuri  jalanan  desa  yang jauh dari keramaian. 

Mobil terus melaju hingga terlihat gerbang kokoh di depan bertuliskan.

"SELAMAT DATANG DI DESA KARANG ANYAR"

Winarno memperlambat, laju kendaraan saat Bapak memberikan titah, berhenti sejenak!

Saat mobil sudah berhenti, Bapak keluar. Dia mengambil satu buah  takir(wadah dari daun pisang) berisikan beberapa warna bunga.

Kemudian, dia duduk bersila di atas rerumputan. Tepat di bawah gerbang desa. Tidak lama, setelah komat-kamit Bapak  kembali masuk  mobil.

Winarno menarik napas panjang dia terlihat tegang. Berbeda dengan Bapak visual semringah tersirat menghias wajah tua. Sebentar lagi mereka akan sampai tujuan!

Mobil  mewah  putih keluaran terbaru itu berhenti, di halaman sebuah rumah. Terlihat  paling mentereng  di antara rumah penduduk di desa itu. Hilir mudik kendaraan bermotor melewati jalanan  depan rumah tersebut.  

Bapak  antusias turun dari mobil sembari membawa tentengan. Seorang perempuan renta memegang tongkat sudah  menyambut di depan pintu. Senyum tersungging di bibir merah karena susur(kinang) dia memamerkan deretan giginya yang hitam kecokelatan. Kekeh tawa khasnya melengking. 

Saat  Bapak dan Winarno segera mendekat. Perempuan tua   menyapa dengan ramahnya. 

"Oalah, Kaji Karsan!" Kembali dia memperdengarkan kekeh tawa khasnya, seraya menepuk lengan Bapak.  Bola matanya menatap tajam. Terkesan misterius membuat bulu kuduk  Winarno bergidik.

"Ngeh niki kulo Mbah, Kaji Karsan. Saya kira Mbah Lasiem sudah  lupa?" Bapak mencairkan suasana dengan logat khas Jawanya yang begitu kental.

Mbah Lasiem kembali terkekeh. "Mana mungkin, saya lupa sama kamu!" sambarnya seraya kembali menepuk lengan bapak berulang, membuat Bapak meringis.

 Sesaat kemudian Mbah Lasiem mengekeh lagi. Mata elangnya menatap tajam wajah tampan Winarno. Sontak membuat jantung Winarno berdegup. Dia merasa akan ditenjangi kemudian  dimangsa hidup-hidup.

Bapak meraih pucuk jemari tangan Mbah Lasiem dan menciumnya. “Mbah, perkenalkan ini anak saya.” Bapak berkata setelah melepaskan salimnya, seraya menunjuk jempol.

Tanpa menunggu titah, cekatan Winarno meraih, kemudian mencium takzim punggung tangan Mbah Lasiem. Sama  seperti yang bapak lakukan. Tidak mengangkat kepalanya hingga jemari perempuan tua itu mengusap rambutnya.

Keduanya dipersilahkan masuk. Mata Winarno menyalang menatap penuh selidik sudut tiap-tiap  ruangan. Udara rumah itu terasa lembab dan hening hawanya dingin menjamah menyapa kulit.

Lantai keramik putih pun tampak berdebu. Begitu juga dengan satu set tempat duduk berbahan kayu jati. Debunya tampak tebal sepertinya tidak pernah sekalipun diduduki.  Sarang laba-laba menghias langit rumah, menambah ketakutan di hati Winarno. 

Sepertinya Mbah Lasiem tinggal seorang diri. Sekarang semuanya sudah duduk bersila di lantai tanpa alas  tikar di bilik khusus. Aromanya begitu pekat menyengat indra penciuman. Khas wangian dupa dan kemenyan mendominasi. 

Mbah Lasiem mengenakan kebaya hitam kombinasi tapih batik.  Rambutnya yang putih sempurna digelung tusuk konde, berhias kembang melati. Dia antusias  menanyakan perihal maksud kedatangan Bapak lagi. 

Bapak mendekatkan wajahnya di samping cuping telinga Mbah Lasiem. Beliau memberi tahu tujuannya, tetapi dengan nada berbisik. Lirih hingga tidak terdengar sedikit pun, bahkan Winarno.

 Setelah Bapak berbisik Mbah Lasiem  menganggukkan kepalanya. Cekatan Mbah Lasiem  memeriksa wadah terbungkus taplak meja batik yang diulurkan oleh Bapak. Kemudian  Mbah Lasiem berdiri lalu beranjak. Kembali membuat mata Winarno menyalang.

"Kenapa kamu ini,  Win? Tegang  sekali wajahmu." Bapak protes.

Winarno hanya mematung dalam kebisuan. Dia seperti berada di tempat uji nyali.  Benar-benar pengalaman yang  cukup memacu adrenalinnya. 

Selang beberapa saat kemudian, Mbah Lasiem kembali dengan membawa bara api di atas wadah tanah liat. Kemudian di taruhannya di atas meja kayu tepat berada di  hadapan Bapak dan Winarno.

Mata Winarno enggan berkedip walau sedetik. Sementara bapak tampak enjoy. Asap  mengepul sesaat setelah Mbah Lasiem menabur serbuk kemenyan di atas bara api yang kian  menyala memerah darah. Menjilati rakus serbuk magis itu. 

Mbah Lasiem meraih satu bungkus  dupa dari wadah bawaan Bapak, kemudian  menyalakannya. Sesaat setelah itu mengangkat tinggi  sejajar kepala. Mulutnya komat-kamit sesekali matanya mendelik menatap wajah tampan Winarno penuh telisik. Entah apa yang ada dalam benak perempuan tua itu. 

Japu Mantra kejawen lirih keluar dari bibir Mbah Lasiem. “Hom wilaheng, hom wilaheng!” Berulang dia membacanya.

Begitu sakral hingga seakan membawa raga Bapak dan Winarno pergi ke alam berbeda. Bapak mencuri pandang pada Winarno dia tahu bahwa anaknya sedang bergelut dengan iman-Nya. 

"Pak—“ Suara Winarno lirih. Sepertinya dia kaget saat melihat dua kornea mata Mbah Lasiem mendelik membulat berubah putih bersih. Menatap tajam padanya.

Bapak geming, kemudian memberi isyarat dengan satu telunjuk. Sontak membuat Winarno mengunci rapat mulutnya. Tiba-tiba saja tubuh Mbah Lasiem seperti dibentur oleh sesuatu. Sekelebat bayangan hitam tadi berusaha masuk ke dalam raga Mbah Lasiem, tanpa terlihat oleh mata telanjang.

Japu Mantra terus dia rapal walau dengan tubuh bergetar. Jemari Mbah Lasiem masih menangkup tinggi sejajar kepala. Dupa tampak tinggal separuh. Pemandangan itu Membuat jantung Winarno seakan-akan sudah tidak ada lagi tergantung dalam dadanya.

Tubuh renta Mbah Lasiem tersentak! Asap hitam yang menyerupai sosok makhluk, sudah masuk ke dalam raga sepenuhnya. Sontak membuat bola matanya mendelik, tampak kornea matanya berubah warna, kian merah menyerupai warna darah. Selang beberapa saat kemudian Mbah Lasiem berdiri. Tanpa titah bapak mengikuti langkahnya ke luar. Winarno spontan mengikuti. 

Keduanya berjalan beriringan, tepat di belakang Mbah Lasiem. Sepanjang jalan berhamburan dedaunan kering. Kicau burung bersahutan, udaranya sejuk. Sepertinya mereka kembali ke dunia nyata.

Bab terkait

  • BARTER PENGABDI SETAN   Bab 04 Ritual

    Riasanya Winarno sangat ingin bertanya, akan ke mana arah jalan setapak itu menuju? Tetapi, dia sudah di beri tahu tadi oleh Bapak. ““Jangan berbicara atau bertanya sepatah kata pun jika tidak diberi titah oleh Mbah Lasiem.”Keduanya terus berjalan, jantung Winarno kembali berdegup saat tiba-tiba saja! Mbah Lasiem menghentikan langkah! Tepat di dekat sebuah dinding batu nan kokoh. Dinding itu seperti tiba-tiba saja muncul di depan mata telanjang.Terlihat dari warnanya, batu kokoh itu sudah berusia ratusan tahun. Tampak berserakan takir yang sudah mengering di antara serakkan daun-daun gugur. Sepertinya sebelumnya sudah banyak orang yang datang, bahkan mungkin ribuan.Mbah Lasiem duduk bersimpuh. Bapak tergesa membuka wadah sesaji yang sedari tadi dia bawa. Mbah Lasiem mengambil satu bungkus dupa. Bapak mematik macis tanpa titah, membuat dupa yang digenggam Mbah Lasiem terbakar. Ke

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-07
  • BARTER PENGABDI SETAN   Bab 05 Dicumbu Nyai Ratu

    RWinarno menurut saja, dia seperti hilang kesadaran. Laksana seekor sapi yang dikeloi(cucuk tali hidungnya) menurut saja. Berulang kali dia menelan saliva saat satu demi satu helai pakaian lepas dari tubuh indah sang Ratu. Dari kemban, selendang kemudian yang terakhir kain jarik batik. Sontak membuat mata Winarno menyalang dia menatap dengan begitu bernafsunya. Nyai ratu melepaskan mahkota yang sedari tadi menghias silaukan mata! Memancarkan kilau cahaya! Kemudian Nyai Ratu meletakkan di sudut ranjang. Sementara helai kain tampak berserakan di atas permadani berwarna emas. Selang beberapa saat dia melangkah ke sudut meja, meraih satu gelas berwarna emas, lalu menuangkan isi teko. Kemudian diberikannya gelas itu pada Winarno, yang sedari tadi mematung membisu takjub. Mengamati tubuh bugil dari ujung kaki sampai ujung rambut. Betis jenjang dan jari-jari kaki nan seksi, membuat Winarno menelan saliva berulang kali, jangkungnya naik

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-07
  • BARTER PENGABDI SETAN   Bab 06 Kembali ke Alam Nyata

    Ketiganya keluar menampakkan diri satu per satu dari balik jerami, tepat di samping rumah Mbah Lasiem. Kemudian, masuk lewat pintu belakang seperti pada saat mereka keluar untuk berangkat tadi.Bapak dan Winarno mengikuti langkah Mbah Lasiem masuk, kemudian duduk bersila menghadap meja. Mbah Lasiem lincah memindahkan sesuatu ke dalam kain putih. Dia mengambilnya dari wadah sesaji yang memang ada di atas meja. Tampak berbagai macam bentuk ada botol-botol kecil berisikan wewangian media yang di perlukan klien.Mbah Lasiem mengulurkan sesuatu yang dibungkusnya tadi, pada Winarno, tetapi Winarno seperti masih terhipnotis, dia geming membisu dengan pandangan kosong. Hingga satu sikutan Bapak mendarat di lengannya dengan keras! Sontak membuat Winarno tersadar! Dia langsung menerima pemberian Mbah Lasiem. Wajah Winarno terlihat begitu lelah, bibirnya pucat, mungkin dia masih merasakan efek keperkasaannya tadi."He he! Hehehehe! Sep

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-07
  • BARTER PENGABDI SETAN   Bab 07 Ambisi

    Bab 07 Ambisi Winarno meluaskan senyum sempurna, dia terlihat begitu berambisi kini. "Gak, Pak. Karyo namanya." Bapak mangut-mangut seraya memainkan janggutnya yang panjang menjuntai lancip, mirip janggut kambing saja sekilas dilihat. Sementara itu Kang Karyo mengemasi dagangannya yang tersisa karena hari sudah beranjak siang. Pasar tradisional pun sudah sepi pengunjung. Terlihat Kang Karyo sangat bahagia walau gurat lelah tersirat jelas, hasilnya hari ini lumayan banyak ditambah lagi dengan rezeki nomplok tadi. Kang Karyo menghentikan motor di sebuah kedai bakso terlihat begitu ramai. Aroma kaldu kuahnya membuat perut yang keroncongan memberontak menjerit! "Mas, baksonya satu mangkuk!" pinta Kang Karyo pada seorang pelayan yang melintasinya, seraya menjatuhkan pantat di kursi. Dia duduk di antara ramainya pengunjung lainnya. Setela

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-23
  • BARTER PENGABDI SETAN   Bab 08 Pulang

    Bab 08 PulangSetelah menunaikan ibadah Salat Subuh Winarno langsung ke dapur. Suara kedua orang tuanya sudah terdengar sejak tadi bercakap-cakap. Setibanya Winarno menarik kursi bergabung duduk dengan Bapak, kemudian Winarno meraih segelas kopi panas dari Ibu. "Buk, saya pulang hari ini sudah boleh, kan?" tanya Winarno."Iya--- setelah selesai berangkatlah." Bapak menyerobot jawab sekenanya."Kok, main iya saja tho, Pak? Kasih wejangan situ dulu anakmu! Bagaimana ke depannya!’ Ibu menyambar sengit.Sejenak Bapak menghentikan aktivitas merokok. "Hemm, begini Win. Ada baiknya jika istri dan anakmu ajak saja pindah segera ke toko Bapak sana. Cepatlah memulai bisnis lagi!" tegas Bapak.Winarno langsung tertegun mendengar, lalu dia menenggak kopinya hingga tandas. Sepertinya ada unek-unek menganjal dalam batinnya. “Terus modalnya, bagaimana, Pak?" Winarno gamang."Sudah, yang penting kamu

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-29
  • BARTER PENGABDI SETAN   Bab 09 Bermesraan

    Bab 9 Bercumbu Rahayu terlihat gelisah dia tidak tenang, petir menyambar bersahutan di tambah lagi hujan mulai turun dengan derasnya. Berulang kali membuatnya kembali mengintip, lewat celah jendela. Namun, belum juga ada tanda-tanda kedatangan Winarno."Sudah-sudah, ayo pergi tidur sana! Ini sudah larut malam, Nak." Rahayu menghardik agar anaknya menghentikan aktivitas menonton televisi, karena Winarno tidak kunjung tiba."Ayah, ke mana, Bunda?" Pertanyaan polos dari buah hatinya membuat Rahayu kembali bangkit dan mengintip lewat celah jendela."Ke rumah Eyang, tadi. Tapi----" Rahayu kembali terkejut, mendengar suara petir menggelegar."Kok, sekarang Ayah sering ke rumah, Eyang?" Pertanyaan polos itu bukan tanpa alasan. Dalam beberapa Minggu terakhir ini, Winarno pergi pagi dan akan tiba sore, bahkan kadang larut malam.Rahayu tidak menanggapi pertanyaan lugu anaknya."Sepertinya Ayah, tida

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-31
  • BARTER PENGABDI SETAN   Bab 10 Geger Desa Wonosari

    Bab 10 Geger di Desa WonosariTidak terasa sudah dua pekan kedatangan Winarno dan Bapak dari rumah Mbah Lasiem. Semua syarat sudah dilaksanakan, termasuk pulang larut saat malam Jumat dan membuat kamar khusus di toko, yang akan menjadi hunian keluarga kecil Winarno nantinya.***Sementara itu kondisi kesehatan Kang Karyo, dalam beberapa hari, terus menurun. Bahkan memburuk. Desas-desus beredar dia dijadikan tumbal oleh pemilik warung bakso di area Wonosari, yang begitu tersohor sangat ramai pelanggan. Maklum orang desa masih saja percaya hal mistis dan mengait-ngaitkan!Bukan tanpa dasar, karena sebelum makan di tempat itu, kondisi kesehatan Kang Karyo baik-baik saja. Setelahnya, keanehan terjadi. Hari demi hari kian memburuk, pria itu sekarang hanya bisa tiduran menjadi kembang ranjang."Duh, Gusti! To ... tolong, suamiku!" Suara teriakan lantang berulang terdengar dari dalam rumah sederhana milik Kang Karyo."Ada

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-31
  • BARTER PENGABDI SETAN   Bab. 11 Akhirnya Tewas

    Bab 11 Akhirnya Tewas"Innalilahi wa innailaihi rojiun! Kang Karyo!" Dirman menjerit dia tidak tega menyaksikan kondisi terakhir saudaranya. Teriakannya terdengar oleh Mbak Mar, perempuan itu langsung berhambur masuk kamar.Beberapa orang pria mencegahnya di depan pintu, agar tidak syok melihat kondisi orang tercintanya. Namun, kekuatan Mbak Mar mampu menerobos masuk."Gusti ...!" jerit Mbak Mar. Selang beberapa menit kemudian, dia terkulai, jatuh. Cekatan salah satu kolega mengevakuasi menjauhi kamar.Cak Badrun langsung menengadah jemari. Dia membaca beberapa doa islami berulang. Selang beberapa waktu dia meniupkan asap putih dari dalam rongga mulutnya. Kemudian Cak Badrun mengusap kasar area wajah jasad Kang Karyo, seraya berkata. Berkat, ”Sedulur papat limo pancer, Karyo. Hufff!”Keajaiban terjadi, mata jenazah yang mendelik dengan lidah menjulur, seperti sedang menahan sakit akibat cekikikan itu kembali semula. Kang Karyo t

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-31

Bab terbaru

  • BARTER PENGABDI SETAN   Bab 18

    *Tujuh belas tahun kemudian.Malam itu kembali keduanya memadu kasih, libido wanita ayu itu membuncah. Jemarinya mengusap lembut rahang kekar Winarno, dengan rakus Rahayu mencecap leher kokoh dengan deretan bulu halus menghias. Tangan Winarno bergerak lincah, bermain sesuka hatinya ke segala penjuru.Rahayu sedikit menjauhkan tubuh Winarno, berat hati pria dengan sorot mata tajam melepaskan pelukannya, seraya mendesis, "Sayang ...." Rahayu berjalan ke sudut ruang, kaki jenjang tanpa alas kaki dan tubuh tanpa sehelai benang pun berjalan di bawah temaram redup bohlam kamar. Sesampainya, jemari Rahayu menyalakan VCD player. Lagu milik Mariah Carey terdengar lirih . Akan tetapi, cukup meredam desahan keduanya tidak terdengar dari luar kamar. "Sudah tidak sabar, ya ...." Rahayu menggoda. Tiada jawaban, Winarno hanya menyeringai, lalu meraih tubuh Rahayu secara kasar dan menjatuhkan di atas ranjang empuk. "Sayang ...." "Mas ....""Rahayu, Sayang----" "Oh,

  • BARTER PENGABDI SETAN   Bab 17 Merencanakan sesuatu

    “Dung, ya Tuhanku.” Rahayu membatin seraya menengok ke arah bawah.Untung saja tiada yang mengetahuinya, secepatnya Rahayu meninggalkan tempat itu. Cekatan bahkan nyaris berlari dia menuju anak tangga, menuruni tergesa. Suasana hening, memang terasa berbeda. Seperti ada khodam menjadi penghuni toko elektronik itu.Rahayu sejenak berdiri di depan pintu kamar, dia menarik napas dalam-dalam lalu membuka pintu dengan sangat hati-hati. Sesampainya di dalam Rahayu kemudian masuk dan merebahkan diri seperti tidak terjadi apa-apa. Namun, tetap saja ada yang mengganjal Rahayu membenamkan wajahnya dalam dada Winarno, mencoba mengusir rasa takutnya.Cukup lama mata Rahayu enggan terpejam, otaknya masih mengingat jelas apa yang dilihat tadi. Deretan sesaji dan ranjang berselimut beludru lantai bak ret karpet yang akan menyambut Nyai Ratu dan pasangannya. Pemandangan itu terus saja berkutat menjejal otak, enggan lenyap."Mas ...!" Rahayu mencoba mengus

  • BARTER PENGABDI SETAN   Bab 16 Malam pertama yang syahdu

    Rahayu membuang napas, apalah daya dia tidak berani mengusik apa pun itu. Dengan hati diliputi rasa campur aduk dia kembali menutup pintu kamar dari dalam. Belum juga dia membalikkan badannya, pelukan Winarno menyambutnya hangat."Aduh, Mas!""Rah ....”"Mengagetkan tahu, gak!?""Maafkan, suprise bukan?""Iya, sih. Tapi ....""Apa, Sayang?""Kenapa harus gelap-gelapan, sih?""Kan suprise, Sayang.""Berarti kalau gelap gak—""Iya, mana bisa lama jika terang, iya enggak?""Hemmm...."Keduanya saling bertukar tanya jawab masih dengan posisi berdiri dan tubuh Rahayu tersandar di daun pintu akibat impitan tubuh kekar Winarno. Napas Winarno memburu jemarinya mulai nakal menggerayangi. Rahayu sesekali menggeliat, pikiran tadi sudah lenyap dari otaknya. Terbayar oleh belaian cinta suaminya.Winarno membopong tubuh Rahayu menuju pembaringan. Dengan mesra Rahayu bergelayut di leher kekar milik suaminya. Seperti biasa

  • BARTER PENGABDI SETAN   Bab 15 Kejanggalan

    # Kejanggalan❤️Bapak dan Ibu sudah terlebih dahulu sampai di toko. Mereka sudah berada di dalam, tentu saja keduanya bisa masuk karena kunci duplikat. Ibu terlihat antusias menyambut kedatangan Winarno beserta keluarganya. Saat mobil pick up biru tiba. Sudah lumayan lama perempuan tua itu tidak bertemu dengan cucunya, bahagia menyelimuti hatinya seiring senyuman meluas sempurna saat kedua bocah lelaki itu masih mengenalinya."Eyang!"Keduanya berteriak dari jendela mobil, sesat kemudian tergesa membuka pintu mobil lalu berhamburan keluar."Oalah, cucuku. Arya .... " Ibu menyambut seraya melebarkan kedua tangannya."Eyang ...."Ibu terlihat bingung seraya mengusap wajah kedua bocah lelaki yang terlihat laksana pinang dibelah dua. Wajahnya tampan, mirip Winarno, dengan rambut bergelombang menghias."Ini, yang Arya mana? Wiguna mana?" tanya Ibu sambil menggandeng tangan keduanya masuk."Aku, Arya Kusuma, Eyang!""Aku, Wiguna Kus

  • BARTER PENGABDI SETAN   Bab 14 Pindah ke Toko

    #Pindah ke Toko Hari ini Winarno tidak pergi lagi, berhubung semua sudah finis. Malam di lewati bersama keluarga kecilnya. Kenangan tinggal di rumah jauh dari kata layak akan segera berakhir. Tinggal menghitung jam.Keempatnya duduk di tempat favorit, satu-satunya. Mereka menonton televisi, Rahayu dan Winarno menemani kedua jagoannya hingga akhirnya film animasi kesukaan mereka usai.“Ayo, ayo! Semua masuk ke kamar. Cepat tidur besok kita sudah pindah!” Rahayu memberikan titah.“Horeee! Horeee! Besok, Bunda?” Celoteh anaknya bertanya dengan polosnya.“He-emm, iya, besok!”“Asyik! Kita akan pindah!” Dua bocah itu berkelakar penuh bahagia seraya masuk ke kamar. Tingkah polos itu mengundang senyum di sudut bibir Rahayu.Sementara Winarno asyik dengan sebatang rokok di celah jemarinya. Menyaksikan keluarga kecilnya yang begitu antusias. Ada bangga dalam benaknya, bisa kembali memberikan fasilitas layak untuk anak-anak. Winarno mengambil gelas kopi, kemudi

  • BARTER PENGABDI SETAN   Bab 13 Nafkah Batin Nyai Dasimah

    #Nafkah Batin NyaiDasimah.Winarno meluaskan senyum, sesekali meraba rahang kokoh miliknya, kemudian mengusap bulu-bulu halus yang tumbuh di area itu, walau sudah coba bersikap biasa, bayangan Nyai Dasimah mengambil separuh hatinya. Permainan ranjang yang sangat luar biasa, dia tidak pernah sekalipun merasakan hal seperti itu selama berhubungan intim dengan Istrinya.***"Win, kamu jangan pulang malam, ini!" teriak Bapak dari lantai dasar, ruko miliknya. Beliau mengingatkan."Iya!" Winarno menjawab singkat seraya menuruni anak tangga, setelah mengunci pintu kamar atas.Keduanya berjalan beriringan keluar, Winarno mengantarkan kepergian Bapak untuk pulang. Seharian beliau memantau anaknya menata barang hingga selesai. Winarno menemani hingga pelataran yang sepi karena hujan rintik-rintik, perlahan mobil putih meninggalkan dirinya seorang di toko berlantai dua dengan sentuhan kesan elegan, minimalis.Toko elektronik sekaligus menjadi huniann

  • BARTER PENGABDI SETAN   Bab 12 Terbuai Lagi

    Terbuai LagiWinarno menelan saliva, dadanya berdegup kencang, saat darahnya mulai memanas. Membuat bulu-bulu halus miliknya bergidik. Mata elang Winarno menatap penuh cinta pada istrinya. Rahayu tertidur pulas, matanya tidak mampu menahan kantuk teramat sangat. Hingga dia tidak mendengar dan menyadari kehadiran suaminya sejak tadi.Winarno mendengkus, perlahan mulai meraba ujung jemari tangannya milik Rahayu. Kemudian mengendus dari atas hingga bawah. Lanjut mengulum jempol jemari kaki istrinya dengan rakus. Sontak membuat tubuh wanita mana pun akan menggelinjang, begitu juga dengan Rahayu. Winarno tidak setiap saat seperti itu. Itulah sebabnya melakukan hubungan pada malam Jumat membuat Rahayu seperti mendapatkan kenikmatan tersendiri. Walaupun matanya enggan untuk terbuka, tetapi dia terbuai hingga lapisan langit ke tujuh."Rah, Sayang." Winarno berbisik lirih. Napasnya memburu, membuat rambut indah Rahayu tersingkap hingga menutupi

  • BARTER PENGABDI SETAN   Bab. 11 Akhirnya Tewas

    Bab 11 Akhirnya Tewas"Innalilahi wa innailaihi rojiun! Kang Karyo!" Dirman menjerit dia tidak tega menyaksikan kondisi terakhir saudaranya. Teriakannya terdengar oleh Mbak Mar, perempuan itu langsung berhambur masuk kamar.Beberapa orang pria mencegahnya di depan pintu, agar tidak syok melihat kondisi orang tercintanya. Namun, kekuatan Mbak Mar mampu menerobos masuk."Gusti ...!" jerit Mbak Mar. Selang beberapa menit kemudian, dia terkulai, jatuh. Cekatan salah satu kolega mengevakuasi menjauhi kamar.Cak Badrun langsung menengadah jemari. Dia membaca beberapa doa islami berulang. Selang beberapa waktu dia meniupkan asap putih dari dalam rongga mulutnya. Kemudian Cak Badrun mengusap kasar area wajah jasad Kang Karyo, seraya berkata. Berkat, ”Sedulur papat limo pancer, Karyo. Hufff!”Keajaiban terjadi, mata jenazah yang mendelik dengan lidah menjulur, seperti sedang menahan sakit akibat cekikikan itu kembali semula. Kang Karyo t

  • BARTER PENGABDI SETAN   Bab 10 Geger Desa Wonosari

    Bab 10 Geger di Desa WonosariTidak terasa sudah dua pekan kedatangan Winarno dan Bapak dari rumah Mbah Lasiem. Semua syarat sudah dilaksanakan, termasuk pulang larut saat malam Jumat dan membuat kamar khusus di toko, yang akan menjadi hunian keluarga kecil Winarno nantinya.***Sementara itu kondisi kesehatan Kang Karyo, dalam beberapa hari, terus menurun. Bahkan memburuk. Desas-desus beredar dia dijadikan tumbal oleh pemilik warung bakso di area Wonosari, yang begitu tersohor sangat ramai pelanggan. Maklum orang desa masih saja percaya hal mistis dan mengait-ngaitkan!Bukan tanpa dasar, karena sebelum makan di tempat itu, kondisi kesehatan Kang Karyo baik-baik saja. Setelahnya, keanehan terjadi. Hari demi hari kian memburuk, pria itu sekarang hanya bisa tiduran menjadi kembang ranjang."Duh, Gusti! To ... tolong, suamiku!" Suara teriakan lantang berulang terdengar dari dalam rumah sederhana milik Kang Karyo."Ada

DMCA.com Protection Status