Beranda / Thriller / BARTER PENGABDI SETAN / Bab 05 Dicumbu Nyai Ratu

Share

Bab 05 Dicumbu Nyai Ratu

RWinarno menurut saja, dia seperti hilang kesadaran. Laksana seekor sapi yang dikeloi(cucuk tali hidungnya) menurut saja. Berulang kali dia menelan saliva saat satu demi satu helai pakaian lepas dari tubuh indah sang Ratu.  Dari kemban, selendang kemudian yang terakhir kain jarik batik. Sontak membuat mata Winarno menyalang dia menatap dengan begitu bernafsunya. 

Nyai ratu melepaskan mahkota yang sedari tadi menghias silaukan mata! Memancarkan kilau cahaya! Kemudian Nyai Ratu meletakkan di sudut ranjang. Sementara helai kain tampak berserakan di atas permadani berwarna emas. 

Selang beberapa saat dia melangkah ke sudut meja, meraih satu gelas berwarna emas, lalu menuangkan isi teko. Kemudian diberikannya gelas itu  pada Winarno, yang sedari tadi mematung membisu takjub. Mengamati tubuh bugil dari ujung kaki sampai ujung rambut. Betis jenjang dan jari-jari kaki nan seksi, membuat Winarno menelan saliva berulang kali, jangkungnya naik turun, hingga terdengar onomotope saliva. Kemudian segera Winarno  menenggak isi gelas  itu hingga tandas.

Tidak lama kemudian, wanita yang terlihat laksana bidadari itu merebahkan diri. Telentang di atas sprei beludru hijau. Begitu menggoda saat dia  menggigit satu  telunjuknya yang lentik. Selang beberapa menit 

kemudian, Nyai Ratu memberikan isyarat! Agar  Winarno segera melepas pakaian yang dikenakan. Spontan Winarno dengan tergesa melepaskan. Hoodie juga  setelan celana jeans biru yang membuatnya macho.  Bola mata indah Nyai Ratu membulat, dia tampak mendadak rakus seraya menjulurkan lidahnya, tidak sabar  ingin segera dicumbu.

Winarno merangkak  naik ke peraduan, membelai lembut mahkota indah Nyai Ratu, yang panjang tergerai menjuntai nyaris menyentuh lantai. Kemudian  menghirup ujungnya. Aromanya sangat harum, keharuman yang tidak pernah sekalipun tercium  di dunia nyata. Membuat birahi pria mana pun menggelinjang di atas awan menanggalkan iman-Nya.

Winarno begitu beringas, melampiaskan hasrat nafsunya, pun Nyai Ratu tidak kalah binalnya sangat hot! Sepertinya Nyai Ratu sudah berabad-abad lamanya, tidak mendapatkan sentuhan belaian sayang seorang pria. 

Sangat lama keduanya memadu cumbu dalam  kasih penuh deru  nafsu birahi.Tidak seperti manusia pada umumnya. Rupanya Winarno begitu perkasa. Hingga akhirnya ujung klimaks pun tercapai. Keringat membasahi tubuh keduanya. Tubuh Nyai Ratu membulat sempurna, terlihat bak porselen putih bersinar saat bermandi peluh. 

Setelah selesai melakukan hubungan seks, Nyai Ratu terlihat semakin cantik.  Winarno cekatan kembali mengenakan pakaian setelah mendapatkan isyarat, tapi tidak dengan Nyai Ratu, dia masih polos tanpa sehelai benang pun.  Masih rebahan dengan posisi menyamping tangannya menyangga kepala. Dia memandangi tubuh Winarno penuh takjub.

 Sepanjang melakukan hubungan seks tadi  keduanya tidak berinteraksi bicara, sepatah kata pun. Hanya suara desahan keduanya bersahutan. Menggema dalam kamar yang didominasi oleh warna emas dan tirai-tirai hijau, menari mengikuti gemulai angin. Seakan ikut berdansa melihat sang Ratu di cumbui rakus oleh bangsa manusia!

Setelah selesai mengenakan pakaian, tanpa menunggu titah, Winarno berjalan keluar. Meninggalkan kamar  yang begitu indah, berhiaskan mutiara di langit kamar, dengan dinding berhias stalagmit  menyala emas terpapar temaram lampu. Diri Winarno seperti terhipnotis. Hingga tidak menyadari bahwa lantai batu yang  laksana keramik kaca yang tadi di  lewatinya,  sudah berubah bentuk.  

Kembali menjadi bebatuan hitam yang dipenuhi lumut. Mungkin usianya  sudah ratusan tahun. Tempat para Emban dan Dayang-dayang cantik tadi bersimpuh, sekarang hannya  bongkahan batu besar yang berjejer. Pun pengawal.

Bahkan Winarno pun harus berulang kali membungkukkan badannya, agar kepalanya tidak  terluka oleh tajam stalagtit yang menghiasi langit gua. Sementara kelelawar hitam penghuni gua itu terbang ke sana ke mari. Aroma pesing mendominasi. 

Sementara itu di luar, mulut gua yang tadi lebar, kini sudah mengecil. Hanya bisa dilewati satu orang, itu pun harus dengan cara menunduk jika masuk. 

Tampak Bapak dan Mbah Lasiem duduk bersimpuh di tempat yang awal tiba tadi. Mereka menghadap ke jejeran canang-canang sebagai media sesaji. Dupa masih mengepul, entah itu yang ke berapa kalinya Mbah Lasiem menyalakan. Keduanya menunggu ritual wajib yang harus dilakukan oleh Winarno hingga selesai.

Akhirnya Winarno muncul dari mulut gua yang berukuran kian sempit oleh impitan stalagtit. Ketiganya tidak ada berinteraksi bicara. Mbah Lasiem berdiri, dia berjalan paling depan. 

Bapak dan Winarno mengikuti. Sesekali Bapak melirik, dia melihat wajah anaknya sangat lelah. Akan tetapi, dia tidak punya rasa  iba. Karena Bapak pun pernah merasakan hal yang sama. Semuanya ter bayarkan setimpal oleh kenikmatan yang dia dapatkan, rasakan.

Tanpa disadari, gua tadi hilang dari pandangan mata telanjang. Menyisakan hutan belantara, hanya ada batu besar di sana yang terlihat sebagai penanda.

***

Sementara itu di dalam gua, seorang wanita tua sedang  mengenakan  satu persatu pakaiannya, di atas batu pipih. Dia berulang kali terkekeh, tawanya memekik menggema membuat kawanan kelelawar terbang hingga saling bertabrakan! Dia  mengingat bangsa manusia tadi yang telah begitu rakus menikmati tubuh tuanya. Sekarang kulitnya kembali  keriput dengan kopak mata menggantung. Sungguh tidak elok di pandang, akan membuat takut siapa saja yang melihat. Apalagi saat dia memamerkan deretan gigi hitamnya.

Pemandangan itu membuat bulu kuduk  siapa pun menggeridik, karena takut akan tampilan sosoknya yang sebenarnya.

Gelas berwarna emas di atas meja itu terlihat dirambati belatung, berdesakkan keluar dan masuk. Saat perempuan itu menuangkan  isi teko dengan warna senada. Kemudian dia meminumnya, seperti yang di lakukan Winarno tadi. Terdengar oponame hewan kecil dari dalam mulutnya, saat giginya mulai menekan mahluk kecil dan lucu itu. 

 Setelah itu dia mengambil tongkat, lalu mengamati cawan emas berukuran jumbo berisikan air  di dalamnya, dan juga  kembang setaman. Air itu terlihat berputar bahkan mendidih dengan asapnya kian mengepul,  sesaat setelah japu matra keluar dari bibirnya, sontak keajaiban terjadi. Bayang ketiga bangsa manusia tadi sedang berjalan menuju dunia nyata di bawah temaram remang cahaya rembulan malam.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status