Ellipsis

Ellipsis

Oleh:  Fahrizon Ilmar Al-Farisy  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel12goodnovel
10
3 Peringkat
45Bab
2.3KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Seorang pria misterius menculik dan mencabuli beberapa anak di sekitar Jakarta secara marathon. Polisi yang menyelidiki motif dan sosok pria tersebut dibuat kelimpungan. Pasalnya, tidak ada jejak yang ditinggalkan seusai ia menjalankan aksinya, selain tato titik tiga (ellipsis) yang terukir di kening setiap korbannya...

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
Ta
zenith perempuan idaman
2022-05-13 13:36:19
0
user avatar
Fiqri Haikal
Tidak sabar untuk cerita selanjutnya
2022-04-15 03:34:21
0
user avatar
Rafik Hidayat
menarik dan buat penasaran
2022-01-31 23:42:46
1
45 Bab

Psalm I

Jakarta, Februari 2022Hari itu, di pagi yang sibuk di jalanan ibukota, Zenith menatap kosong hujan badai yang semakin memperparah kemacetan Jakarta. Sepasang mata cokelatnya mengamati lekat-lekat setiap rintik hujan yang turun menerpa.Air laut menguap, membeku dan bergumul di dalam gulungan awan cumulonimbus, lalu jatuh menjadi butiran-butiran air yang sekarang sebagian di antaranya mengembun di kaca jendela. Perlahan Zenith menggerakkan jari telunjuknya, menempelkannya di kaca dan membiarkan jemari lentiknya menari-nari di atasnya. Seberkas gambar telah terlukis, sebuah manifestasi dari mimpinya yang sederhana.Sementara di sebelah kanan Zenith, di balik kemudi, Albern memperhatikan setiap gerak tubuh tunangannya. Sepasang mata abu-abunya sesekali menatap Zenith penuh tanda tanya."Apa ada sesuatu yang mengganggu pikiran kamu?"Sejak keluar dari bandara tidak sepatah pun kata terucap dari bibir mereka. Pertengkaran mereka di telepon beberapa hari yang lalu tampaknya masih menyisakan
Baca selengkapnya

Psalm II

Albern baru saja tiba di kantornya. Sebagai seorang konsultan real estate, ia telah menangani banyak persoalan pelik yang dihadapi kliennya. Tak jarang, solusi yang ia tawarkan sering menjadi konklusi yang dianggap sangat brilian oleh orang-orang yang berada di ruang lingkup pekerjaannya. Ia adalah pembuat jalan, sementara para developer adalah kendaraan yang melintas di atasnya. Hari ini sebenarnya Albern memiliki beberapa jadwal meeting dengan para kliennya. Namun, sebagian di-reschedule karena ia lebih memilih untuk menjemput Zenith di bandara. Meski pada akhirnya, Zenith tidak menghargai pengorbanannya. "Selamat siang, Pak!" sapa Laika, sekretarisnya. Wanita berambut bouffant hitam dan berkulit cokelat itu tersenyum sembari menundukkan wajahnya yang lonjong. Tak ada tanggapan. Pikiran Albern benar-benar sedang kacau sekarang. Ia terus berjalan menyusuri koridor kantornya yang beraksen victoria. Laika mengikuti Albern dan berusaha mengimbangi langkahnya, "Anda dari mana saja? Ad
Baca selengkapnya

Psalm III

"Hani... Hani!" teriak Zenith dari dalam kamarnya. Tidak ada respon. Entah ke mana perginya Hani sehingga membiarkan bel terus berbunyi. Zenith bergegas keluar dari kamarnya. Ia memijak setiap anak tangga dengan langkah tergesa-gesa. Selama ini, ia memang tidak pernah membiarkan siapapun yang berkunjung menunggu terlalu lama di beranda. Tidak pernah sekalipun saat ia ada di dalam rumahnya. Sekilas Zenith mengamati setiap sisi ruang keluarga dan ruang makan yang ia lewati. Tidak ada tanda-tanda kehidupan. Benar-benar lengang. 'Ke mana Hani dan Nayla?' pikirnya. Dan ketika pintu terbuka, ia terkejut karena mendapati seorang pria setinggi enam kaki berdiri dengan tangan kanan bersandar di kusen pintu. "Albern...?" "Maaf bila aku mengejutkan kamu," kata Albern parau. Ia tersenyum dan memberikan setangkai bunga melati. Bunga itu bahkan tampak jauh lebih segar ketimbang dirinya. "Aku sudah berkeliling tapi semua toko bunga sepertinya masih tutup. Jadi, aku terpaksa memetik bunga ini dar
Baca selengkapnya

Psalm IV

Oksidasi Alkana ditandai dengan nyala api berwarna biru dan tidak menimbulkan jelaga. Sehingga dapat dihasilkan panas maksimal setelah terbuangnya uap air. Proses pembakaran sempurna itulah yang coba diterapkan KPAN dalam setiap perekrutan anggota barunya. Dari ribuan pelamar yang mengajukan aplikasi dan mengikuti ujian sebelumnya, kini hanya tinggal dua orang yang tersisa. Mereka adalah peserta yang mendapat nilai kumulatif tertinggi dari semua materi yang diujikan. Dan kini, dua orang pemuda itu berada di ruang pertemuan, duduk bersama beberapa komisioner dalam satu meja. Julian Setiabudi, salah seorang komisioner menatap mereka berdua dengan seksama, "Apa kalian tahu kenapa kalian berdua yang terpilih?" Sejenak Ashmir dan Wening saling melempar pandang. Terdiam. "Nasib baik," jawab Ashmir dengan alis kanan terangkat dan mata kiri menyipit. "Saya tidak tahu pasti. Yang jelas saya hanya berusaha melakukan yang terbaik selama proses seleksi," imbuh Wening. Adnan tersenyum. Ia lal
Baca selengkapnya

Psalm V

Perlahan tapi pasti, seiring detak waktu yang enggan berhenti. Sang Surya menenggelamkan diri. Suasana menjadi lebih sunyi. Tidak ada lagi kelebat burung camar yang terbang ke sana ke mari. Hanya terdengar debur ombak yang memecah keheningan sesekali. Di bawah langit malam yang jauh dari gegap gempita perkotaan. Di mana cahaya bintang adalah satu-satunya penerangan. Dua anak manusia berbaring di atas pasir pantai, berdampingan. Sesekali angin malam berhembus kencang. Sehingga membuat mereka saling menghangatkan dalam satu pelukan. "Sepertinya Bora cemburu melihat kemesraan kita," gumam Albern. Zenith terkekeh. "Kamu terlalu sentimentil. Kita tidak sedang berada di Krimea." Krimea. Salah satu tonjolan kecil di Eropa Tenggara. Di sanalah mereka berkenalan dengan Bora yang dingin dan kering. Albern masih ingat betul dengan wilayah semenanjung di Laut Hitam itu. Mereka mengunjunginya dua tahun lalu. Setelah cukup lama terdiam dalam lamunan. Albern berkata, "Apa kamu melihatnya?" "Apa
Baca selengkapnya

Psalm VI

Udara siang di luar cukup terik. Tapi tidak dengan suasana di rumah itu. Terasa sangat dingin dan beku. Beberapa orang yang berkumpul di ruang tengah terdiam dan menundukkan pandangan, sementara yang lain sibuk menangis dan menyesalkan takdir buruk yang datang menghampiri. Tangis mereka terdengar hingga ke jalan sempit yang dipenuhi sepeda motor dan mobil yang terparkir. Para pengendara yang melintas menoleh dengan pandangan sarat tanya ke rumah berhalaman sempit itu, beberapa di antaranya berhenti dan bertanya langsung kepada orang-orang yang berada di tempat tersebut. "Ada apa ini Pak kok rame-rame?" tanya seorang pengendara motor. "Korban sodomi, Mas," jawab lelaki tua yang menata deretan sepeda motor berpelat hitam dan merah yang terparkir di depan rumah itu. Pengendara sepeda motor itu tercenung sebentar, melihat kerumunan orang yang hilir-mudik di rumah itu sebelum akhirnya menarik tuas gasnya. Di dalam rumah, Zenith dan beberapa rekannya dari KPAN sedang berusaha menenangka
Baca selengkapnya

Psalm VII

Suasana stadium Gedung Basket GBK ramai dan dengan penonton yang datang penuh euforia. Mengingat, ini adalah pertandingan pertama IBL Tokopedia 2022 digelar dengan penonton setelah sempat ditangguhkan akibat badai omicron pandemi Covid-19. Sebagian tribun di arena indoor itu didominasi corak putih yang merupakan warna kebesaran SM Pertamina. Tak kurang dari 10.000 penonton hadir untuk menonton pertandingan. Para supporter meneriakkan yel-yel untuk mendukung tim kesayangan. Ini adalah partai Bigmatch dari dua musuh bebuyutan yang merupakan tim unggulan Divisi Merah. Hari ini... kurang dari 5 menit lagi pertandingan antara Satria Muda Pertamina dan West Bandits Combiphar akan segera dimulai.. Sebagai juara bertahan musim sebelumnya, SM Pertamina tak ingin kehilangan muka di depan para pendukungnya pada pertandingan pertama. Banyak kalangan memprediksi persaingan kedua tim akan lebih ketat di musim ini. Mengingat West Bandits Combiphar telah banyak berbenah dengan mendatangkan beberapa w
Baca selengkapnya

Psalm VIII

Julian baru saja tiba di Rumah Sakit Premier Jatinegara. Adnan memberinya perintah untuk menjenguk seorang anak yang menjadi korban pelecehan seksual. Bocah malang bernama Ardi itu ditemukan tergeletak di sebuah halte bus di Jalan Otista semalam. Dan lagi-lagi lokasinya tak jauh dari kantor polisi. Kondisi Ardi masih memprihatinkan. Meski tidak terlihat luka fisik yang terekam, akan tetapi sorot mata yang buram itu menyiratkan beratnya penderitaan yang tengah ia tanggung. Peristiwa kelam itu membuat jiwanya terguncang. Dan mengembalikan kehidupannya seperti semula tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Setelah mendapatkan izin dari orang tua Ardi, Julian lekas menghampiri bocah malang itu dan duduk di sisi luar ranjangnya. Ia terhenyak sejenak saat melihat tato yang tertera di kening sempit Ardi. 'Tanda yang sama,' pikirnya. Usai kembali terjaga, ia menatap Ardi dengan sorot penuh kelembutan. "Hai, Ardi!" Tak ada tanggapan. Bocah berambut ikal itu bergeming diam. Julian melir
Baca selengkapnya

Psalm IX

Murid-murid SLB itu sedang berlatih untuk pertunjukkan yang akan diselenggarakan di sekolah mereka minggu depan. Mereka berlatih drama, menari dan juga menyanyi. Meski didekap keterbatasan, mereka tetap berlatih dengan semangat juang tinggi. Tak sedikit pun tertera rasa malu ataupun rendah diri. Tidak tampak rasa sungkan. Mereka hanya tertawa riang jika ada yang melakukan kesalahan. Di salah satu ruang kelas yang terletak paling ujung dari bangunan sekolah itu, tampak beberapa anak-anak sedang berlatih paduan suara. Mereka terus bernyanyi dengan semangat empat lima. Mereka seolah tidak terlalu peduli dengan ketidakharmonisan nada yang tercipta. Yang mereka pedulikan hanyalah keceriaan yang terumbar dalam tawa. Dan sepertinya hanya Nayla yang mengerti tangga nada di antara mereka semua. Sambil tetap tersenyum ia selalu berusaha mengimbangi nyanyian teman-temannya. Ia tetap menekan tuts-tuts piano penuh dengan semangat dan suka cita. "Que sera-sera... whatever will be... will be..." *
Baca selengkapnya

Psalm X

"Besok Mama berangkat kerja nggak?" Tanya Nayla. Ia dan ibunya sedang menyantap sarapan bersama, sebuah momen yang jarang terjadi di antara keduanya. "Uhmmmm... memangnya ada apa, Nak?" Zenith balik bertanya sambil menyentuh pipi puterinya. "Besok Nay ada pertunjukan di sekolah. Semua orang tua dan wali murid diminta untuk hadir," papar Nay sembari menyantap omelette sandwich-nya. Zenith terhenyak. Ia tidak ingin melukai perasaan Nayla. Tapi, besok adalah jadwal pertemuan keduanya dengan Rendy. Nayla mendesah tak sabar. Ia meletakkan pisau dan garpunya. "Ma..." Zenith tergagap. Tanpa sadar ia telah terbawa arus lamunan. Ia bingung. Ia masih belum bisa membuat keputusan. "Nanti sore Mama akan memberitahu jawabannya. Sekarang, habiskan dulu sarapan Nay. Oke?" tukas Zenith sembari membelai lembut dagu puterinya. Nayla terdiam. Tak ada lagi kata yang ingin ia ucapkan. Ia sudah terlalu sering mendengar kalimat seperti itu. Dan sesering itu pula ia dikecewakan. *** Ruangan itu memili
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status