Jakarta, Februari 2022Hari itu, di pagi yang sibuk di jalanan ibukota, Zenith menatap kosong hujan badai yang semakin memperparah kemacetan Jakarta. Sepasang mata cokelatnya mengamati lekat-lekat setiap rintik hujan yang turun menerpa.Air laut menguap, membeku dan bergumul di dalam gulungan awan cumulonimbus, lalu jatuh menjadi butiran-butiran air yang sekarang sebagian di antaranya mengembun di kaca jendela. Perlahan Zenith menggerakkan jari telunjuknya, menempelkannya di kaca dan membiarkan jemari lentiknya menari-nari di atasnya. Seberkas gambar telah terlukis, sebuah manifestasi dari mimpinya yang sederhana.Sementara di sebelah kanan Zenith, di balik kemudi, Albern memperhatikan setiap gerak tubuh tunangannya. Sepasang mata abu-abunya sesekali menatap Zenith penuh tanda tanya."Apa ada sesuatu yang mengganggu pikiran kamu?"Sejak keluar dari bandara tidak sepatah pun kata terucap dari bibir mereka. Pertengkaran mereka di telepon beberapa hari yang lalu tampaknya masih menyisakan
Baca selengkapnya