Semua Bab Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta: Bab 1 - Bab 10

70 Bab

Bab 1

"Lastri, matilah!" Seiring terdengarnya suara itu, belati menembus dadanya. Lastri Sudrajat meninggal dengan mata terbuka penuh penyesalan."Uhuk, uhuk!" Setelah batuk yang begitu hebat, Lastri tiba-tiba membuka matanya. Yang pertama kali terlihat olehnya adalah warna merah yang menyilaukan, seperti darah yang mengalir deras dari dadanya. Lastri sontak tertegun. Bukankah dia sudah ditikam hingga kehilangan nyawa?"Nona, pengantin pria sudah tiba di halaman. Kita harus bersiap keluar." Suara pelayan Lastri terdengar. Di antara Icha dan Nisa, yang satu membawa apel sementara yang lain membantu Lastri berdiri.Pengantin pria? Lastri tersentak, lalu kesadarannya seketika kembali. Dia langsung meraih kain penutup wajahnya dan menyingkapnya dengan cepat.Dua wajah yang amat dikenalnya muncul di depan mata. Pemandangan ini membuat air mata Lastri langsung mengalir. Dia belum mati. Dia hidup kembali! Bahkan, di hari pernikahannya!Salah satu pelayan berucap, "Nona, jangan nangis lagi. Riasan A
Baca selengkapnya

Bab 2

"Nona Sekar, aku menikahimu cuma karena perjanjian pernikahan antara Keluarga Moestopo dan Keluarga Sudrajat. Aku nggak ingin kedua keluarga merasa dipermalukan." Suara rendah dan dingin seorang pria terdengar. Hal ini membuat Lastri terkejut.Apakah Guntur tidak akan membuka penutup wajahnya? Tampaknya pria itu memang tidak ada niat untuk melakukannya.Guntur menambahkan, "Aku akan memberikanmu penghormatan sebagai istri sah, tapi aku nggak akan menyentuhmu. Suatu hari nanti kalau kamu menemukan seseorang yang kamu cintai, aku akan melepaskanmu.""Malam sudah larut, kamu pasti lelah setelah beraktivitas seharian. Beristirahatlah lebih awal, aku akan tidur di kamar samping." Usai Guntur berkata demikian, terdengar langkah kaki menjauh.Apa? Jadi, seperti ini? Lastri tidak menyangka malam pengantin Guntur bersama Sekar akan seperti ini. Apakah dia benar-benar menikahi Sekar hanya demi menjaga kehormatan kedua keluarga?Ketika suara langkah kaki menghilang, Lastri membuka kain penutup wa
Baca selengkapnya

Bab 3

"Nggak mungkin! Kamu bohong!" Sekar membelalakkan matanya penuh amarah dan berucap dengan keras, "Lastri, kenapa kamu melakukan ini padaku? Apa kamu sedang membalas dendam?"Sekar menambahkan, "Orang sepertimu yang labil nggak pantas menjadi Nyonya Muda Keluarga Adipati! Kamu ini benar-benar ....""Cukup!" Wajah Guntur berubah muram. Dia tak tahan lagi dan langsung memotong ucapan Sekar.Seiring dengan satu gerakan, Guntur melangkah maju dan berdiri di depan Lastri untuk melindunginya. Dia melanjutkan, "Apa yang sebenarnya terjadi masih belum jelas. Nona Sekar, harap ingat posisimu."Sekar tercengang, lalu wajahnya seketika pucat. Dengan ekspresi tak percaya, dia berseru, "Tuan Guntur!""Ini adalah Kediaman Adipati. Nona Sekar nggak punya hak untuk menggurui siapa pun di sini. Kedua orang tuaku sudah datang. Silakan Nona Sekar menunggu di kamar samping."Setelah Guntur selesai berbicara, meskipun Sekar masih merasa sangat tidak rela, dia tidak berani melanjutkan perbuatannya. Dengan pe
Baca selengkapnya

Bab 4

Setelah tamu-tamu pergi, di ruangan itu hanya tersisa Guntur, Surya, Rahayu, dan Lastri. Rahayu melirik putranya yang wajahnya tanpa ekspresi, lalu memandang Lastri yang berdiri menunduk dengan penuh kecanggungan.Dengan suara tajam, Rahayu memanggil sambil mengernyit, "Nona Lastri ....""Bu, hari sudah larut. Apa pun yang ingin Ibu katakan, kita bicarakan besok saja. Sekarang, Ibu harus beristirahat." Sebelum Rahayu sempat menyelesaikan ucapannya, Guntur langsung menyela begitu saja. Suaranya tetap sopan tetapi bernada tegas.Mendengar itu, wajah Rahayu seketika memerah karena marah. Dia menepuk meja dengan keras sambil berseru, "Oke, kamu ikut aku keluar!"Padahal terjadi masalah sebesar ini. Rahayu belum sempat bertanya pada Lastri, tetapi putranya malah sudah melindungi istrinya."Baik, Bu. Aku akan mengantar Ibu kembali ke kamar." Guntur mengantar ibunya keluar dengan penuh hormat. Dia meninggalkan Lastri seorang diri di sana.Setelah anggota Keluarga Moestopo pergi, Lastri akhirn
Baca selengkapnya

Bab 5

"Tapi, Guntur adalah seorang pria sejati yang tegas dan berprinsip. Aku sangat menghormatinya dan pasti akan memperlakukannya dengan baik," tambah Lastri secara diam-diam. Setelah bersiap-siap, barulah dia menyadari bahwa Guntur sudah menunggu di depan pintu.Mengingat kejadian kemarin ketika Guntur berdiri di hadapannya untuk melindunginya, Lastri sangat berterima kasih. Itu sebabnya, dia mengambil inisiatif untuk berbicara lebih dulu, "Suamiku, kita harus pergi memberi penghormatan kepada Ayah dan Ibu sekarang."Panggilan itu membuat gerakan Guntur terhenti sejenak. Mengingat apa yang baru saja didengarnya, dia hanya mencibir sambil berucap dengan nada dingin, "Kamu memanggilnya cukup alami ya."Setelah itu, Guntur mengibaskan lengan bajunya dan berjalan keluar lebih dulu. Lastri merasa sedikit bingung. Kalau tidak memanggilnya "Suamiku", apa lagi yang harus dia panggil? Mungkinkah "Tuan Guntur"?Semalam, orang ini masih bersikap baik-baik saja, tetapi kenapa sekarang tiba-tiba berub
Baca selengkapnya

Bab 6

Lastri menggulung lengan bajunya, mulai mencuci beras, menyalakan api, memanaskan wajan, dan menuang minyak. Gerakannya begitu cekatan, seolah-olah dia sudah melakukannya ratusan kali.Melihat pemandangan ini, para pelayan senior di dapur terkejut. Bahkan, Icha tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya."Nona ... kapan Anda belajar memasak?" tanya Icha dengan nada tidak percaya. Dia tahu betul bahwa Lastri jarang sekali melakukan pekerjaan rumah tangga. Bahkan untuk masuk dapur saja, itu adalah hal yang nyaris mustahil. Lantas, bagaimana bisa dia memasak?Lastri membalas sambil tersenyum, "Kamu pikir nonamu ini nggak belajar apa-apa ya?"Sambil menjawab, Lastri melirik sekilas masakan yang dibuat para juru masak tadi. Dari situ, dia mendapatkan gambaran tentang selera makanan Surya dan Rahayu. Dia pun memutuskan untuk membuat bubur sederhana dengan beberapa lauk kecil yang cepat saji.Lastri memahami prinsip "tidak berlebihan". Jadi, dia memilih membuat masakan yang tidak terlalu menc
Baca selengkapnya

Bab 7

"Benar, barang yang bukan milik diri sendiri memang seharusnya dikembalikan," ucap Lastri dengan senyum yang ramah, meskipun senyumnya tidak terkesan tulus.Lastri lalu memberi perintah kepada Nisa, "Ambilkan daftar mahar dan minta Kepala Pelayan memanggil orang-orang untuk membawa semua mahar ke sini. Kita akan memeriksanya satu per satu sebelum mengembalikannya pada Sekar."Memeriksa satu per satu? Sekar langsung panik. Dia buru-buru berdiri sambil berucap, "Tunggu!"Lastri mengangkat alisnya dengan ekspresi tenang, lalu bertanya, "Ada apa? Kamu nggak perlu sungkan. Kalau mahar ini memang milikmu, aku nggak akan mengambilnya."Sekar memaksakan sebuah senyum sebelum menimpali, "Nggak perlu diperiksa, aku percaya pada kejujuran Keluarga Adipati. Kakak cukup menyuruh mereka membawa mahar itu kembali padaku.""Benar juga. Tapi, aku nggak mau membuat Keluarga Adipati berada dalam posisi sulit," jawab Lastri dengan nada yang terdengar penuh pertimbangan.Lastri menghela napas panjang sebel
Baca selengkapnya

Bab 8

Sekar menimpali, "Kak, apa kamu benar-benar berpikir posisimu sebagai Nyonya Muda Keluarga Adipati bisa bertahan lama? Bisa-bisanya kamu memanfaatkan nama Tuan Guntur untuk menakut-nakuti orang. Sungguh memalukan!"Sekar memandang Lastri dengan tatapan penuh kemarahan. Dia benar-benar muak karena Lastri tidak terpengaruh oleh ancaman atau bujukannya. Matanya yang cantik seolah-olah akan menyemburkan api.Sekar bersembunyi di balik Yani. Berhubung merasa memiliki sandaran, dia berkata dengan nada penuh percaya diri, "Bagaimanapun juga, mahar ini pasti akan kubawa pergi. Kalau kamu nggak setuju, aku akan memberi tahu ibumu!"Usai berkata demikian, Sekar berdiri dengan santai dan menunggu Lastri menyerah. Sejak kecil, setiap kali dia bertengkar dengan Lastri, cukup dengan menyebut nama ibu Lastri, maka wanita itu pasti akan patuh.Terlebih lagi, kali ini Yani juga berada di sini. Jika Lastri berani melawan, ibunya pasti akan menghukumnya."Aku bisa mempertahankan posisiku atau nggak, itu
Baca selengkapnya

Bab 9

Semua orang menoleh ke arah suara itu. Mereka mendapati Guntur yang mengenakan jubah sutra merah, berjalan masuk dari luar pintu.Posturnya tegap dan wajahnya tampan, tetapi ada hawa dingin di matanya. Hanya saja begitu tatapannya bertemu dengan Lastri, tatapan dingin itu perlahan mencair.Guntur berjalan langsung ke arah Lastri dan berdiri di sampingnya. Di sisi lain, Lastri terkejut melihat kehadirannya.Tadi malam adalah malam pernikahan mereka. Namun, kepala Lastri penuh dengan kekhawatiran tentang bagaimana caranya tetap tinggal di Kediaman Adipati. Dia bahkan belum sempat memperhatikan Guntur dengan baik.Kenangan yang Lastri miliki tentang Guntur hanyalah bayangan samar dari kehidupan sebelumnya. Di hari kedua pernikahan mereka, Guntur memimpin pasukan besar untuk perang di utara.Bersama para pejabat istana, Kaisar sendiri melepas keberangkatan pasukan di luar kota. Penduduk ibu kota berbondong-bondong keluar untuk menyaksikan momen bersejarah itu.Saat itu, Lastri ikut bersama
Baca selengkapnya

Bab 10

Nisa mengangkat sebuah batu tinta sederhana tetapi elegan, dengan tekstur yang halus seperti giok. Bentuknya unik, menyerupai huruf X, dengan tiga sisi yang melebar. Permukaan batu tinta dan wadah tintanya polos tanpa ukiran.Meskipun telah melewati dua kehidupan dan bertahun-tahun berlalu, Lastri langsung mengenali bahwa batu tinta ini adalah milik ayahnya yang dulu selalu diletakkan di ruang bacanya.Ketika melihat peninggalan ayahnya lagi, perasaan haru yang tak dapat Lastri sembunyikan meluap. Dia menerima batu tinta itu, memeriksanya dengan cermat, dan benar saja ada bekas goresan kecil di bagian bawahnya. Itu adalah goresan yang Lastri buat ketika kecil, saat tak sengaja menjatuhkannya ke lantai.Ayahnya berasal dari keluarga cendekiawan, tetapi dia lebih menyukai seni bela diri daripada membaca dan menulis. Sejak muda, dia bergabung dengan kemiliteran dan berkenalan dengan Kaisar ketika masih menjadi pangeran.Persahabatan mereka dimulai dari sebuah pertarungan hingga akhirnya m
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status