Share

Bab 5

Penulis: Bella Dior
"Tapi, Guntur adalah seorang pria sejati yang tegas dan berprinsip. Aku sangat menghormatinya dan pasti akan memperlakukannya dengan baik," tambah Lastri secara diam-diam. Setelah bersiap-siap, barulah dia menyadari bahwa Guntur sudah menunggu di depan pintu.

Mengingat kejadian kemarin ketika Guntur berdiri di hadapannya untuk melindunginya, Lastri sangat berterima kasih. Itu sebabnya, dia mengambil inisiatif untuk berbicara lebih dulu, "Suamiku, kita harus pergi memberi penghormatan kepada Ayah dan Ibu sekarang."

Panggilan itu membuat gerakan Guntur terhenti sejenak. Mengingat apa yang baru saja didengarnya, dia hanya mencibir sambil berucap dengan nada dingin, "Kamu memanggilnya cukup alami ya."

Setelah itu, Guntur mengibaskan lengan bajunya dan berjalan keluar lebih dulu. Lastri merasa sedikit bingung. Kalau tidak memanggilnya "Suamiku", apa lagi yang harus dia panggil? Mungkinkah "Tuan Guntur"?

Semalam, orang ini masih bersikap baik-baik saja, tetapi kenapa sekarang tiba-tiba berubah? Lastri merasa dipermalukan. Padahal tadi dia ingin mengucapkan terima kasih, tetapi sekarang rasanya tidak mungkin lagi.

Lastri menduga bahwa tindakan menggantikan pengantin mungkin membuat Guntur tidak senang. Semua perlindungan yang dia tunjukkan kemarin mungkin hanya untuk menjaga kehormatan Keluarga Adipati saja.

Dengan bibir terkatup rapat, Lastri mengikuti langkah Guntur dari belakang. Dia menjaga jarak satu posisi tubuh di belakang Guntur dan menuju ke paviliun tengah.

Guntur berjalan beberapa langkah, tetapi tidak mendengar langkah kaki seseorang mengikutinya. Raut wajahnya makin muram, lalu dia mempercepat langkahnya.

Saat tiba di depan pintu paviliun tengah, Guntur memperlambat langkahnya dan menoleh ke belakang. Dia melihat Lastri yang kehabisan napas, bergegas menyusul sambil bersandar pada pelayannya.

Perasaan menyesal sekaligus kesal muncul dalam hati Guntur. Saat dia berbicara, nada bicaranya terdengar kurang baik. "Apa kamu nggak bisa membiarkan aku menunggumu sebentar saja? Kamu boleh pelan-pelan."

Lastri menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri. Dia membalas dengan serius, "Suami memimpin, istri mengikuti. Memberi penghormatan kepada Ayah dan Ibu lebih penting. Aku bisa mengimbangimu."

Melihat ekspresi serius di wajah Lastri, Guntur merasa bahwa sikap ini sangat berbeda dari gadis ceria dan berani yang ada di pikirannya. Dengan wajah tanpa ekspresi, dia melangkah masuk ke paviliun lebih dulu.

Lastri tidak tahu apa yang dipikirkan Guntur, tetapi tetap menundukkan kepala, menyesuaikan sikapnya, dan mengikuti dari belakang.

Ketika mereka memasuki paviliun tengah, Rahayu dan Surya sudah duduk di tempat kehormatan. Melihat pasangan muda itu masuk, Rahayu memperhatikan sikap tenang dan sopan Lastri. Hal itu membuat raut wajahnya sedikit membaik.

Setelah menerima teh yang disuguhkan Lastri, Rahayu meminumnya dan memberikan sebuah gelang kepadanya. Sementara itu, Surya memberikan angpau besar.

Lastri memegang gelang di pergelangan tangannya yang memiliki kualitas giok sangat baik. Dia merasa sangat bersyukur telah menukar suami di hari pernikahan.

Di kehidupan sebelumnya saat menikah ke Keluarga Naswara, ibu Resnu, Anita, hanya memberinya gelang emas tipis sebagai hadiah. Resnu bahkan mengatakan bahwa gelang itu adalah maskawin dari ibunya.

Itu membuat Lastri mengira Anita berasal dari keluarga miskin dan memberikan yang terbaik yang dia miliki. Itu sebabnya, dia menyimpan gelang itu seperti harta karun.

Namun, ketika Sekar dengan sombong memamerkan gelang giok yang diberikan Anita kepadanya, barulah Lastri menyadari bahwa Anita bukan miskin, melainkan tidak rela memberikan barang berharga kepadanya.

Suasana hati Lastri campur aduk. Dia hanya bisa mengutuk dirinya di kehidupan sebelumnya yang begitu buta. Di kehidupan ini, dia bertekad untuk berbakti kepada Rahayu dengan baik.

Rahayu mengamati Lastri dari ujung kepala hingga ujung kaki. Dia berpikir bagaimana cara mengendalikan menantunya ini agar tahu bahwa Kediaman Adipati tidak seperti Kediaman Sudrajat, di mana dia bisa berbuat sesuka hati.

Hanya saja sebelum Rahayu sempat berbicara, Lastri segera berujar, "Ibu, sebagai menantu baru, aku tahu bahwa menurut tradisi, aku harus memasak sendiri untuk Ayah, Ibu, dan Guntur di hari pertama setelah menikah. Meski nggak pandai memasak, aku tetap ingin menunjukkan niat baikku."

Lastri menambahkan, "Aku akan segera pergi ke dapur."

Rahayu tidak menyangka Lastri akan begitu pengertian. Dengan suara yang lebih hangat, dia membalas, "Karena kamu punya niat ini, pergilah."

Setelah Lastri pergi, wajah Guntur terlihat tidak senang. Lastri begitu bersemangat untuk menyenangkan orang tuanya. Apa maksudnya? Bukankah wanita itu berusaha keras menikah ke sini untuk menyanjung dirinya?

Lastri tidak tahu apa yang dipikirkan Guntur. Dalam benaknya, dia hanya ingin membuat Rahayu terkesan.

Berdasarkan pengalamannya melayani Anita yang suka memerintah di kehidupan sebelumnya, dia tahu bahwa menyanjung nyonya kediaman jauh lebih efektif daripada mencoba menarik perhatian suaminya.

Selama bisa mendapatkan dukungan Rahayu, Lastri akan bisa mengamankan posisinya di Keluarga Adipati. Setelah itu, dia akan punya waktu dan tenaga untuk membalas dendam kepada Resnu dan Sekar.

Namun, kejadian kemarin malam telah menyebar ke seluruh Kediaman Adipati. Meskipun Rahayu melarang para pelayan membicarakannya, semua orang tahu bahwa menantu baru mereka sebenarnya adalah pengantin yang salah.

Saat melihat Lastri muncul di dapur pagi-pagi, beberapa juru masak saling memandang dan tidak memperlakukannya dengan serius.

"Nyonya Lastri, sarapan akan segera selesai. Nggak perlu Anda desak. Dapur ini kotor. Jangan sampai pakaian Anda ternoda. Anda tunggu saja di luar," ucap salah satu juru masak dengan senyum sopan tetapi penuh penghinaan.

Lastri melirik ke arah Icha. Icha segera berucap dengan lantang, "Bibi, Nyonya kami ingin memasak sendiri untuk Adipati Surya dan Nyonya Rahayu. Kalau kalian menghalanginya, apa itu berarti kalian mau Nyonya dianggap nggak berbakti?"

Raut wajah juru masak itu berubah. Dia menimpali, "Astaga, lihat cara bicaramu. Kami cuma khawatir Nyonya Lastri akan kelelahan. Kalau memang dia mau memasak, silakan saja. Tapi, kami nggak punya waktu untuk membantu."

Icha yang marah hampir membalas lagi, tetapi Lastri menghentikannya. Dia langsung berucap, "Mereka memang sibuk mempersiapkan sarapan. Kamu bantu aku saja."

Lastri mengangkat lengan bajunya dan berjalan masuk ke dapur. Sementara itu, Icha mengikuti sambil melihat sekeliling dapur yang dipenuhi alat masak. Dia bingung harus mulai dari mana.

Icha melirik para juru masak yang hanya menonton, lalu bertanya dengan suara pelan, "Nona, gimana kalau hamba kasih mereka sedikit uang agar mereka membantu Anda? Apa Anda bisa melakukannya sendiri?"

Icha tahu bahwa Lastri ingin menyenangkan Rahayu, tetapi tidak menyangka bahwa para juru masak ini begitu tidak sopan. Bagaimanapun, Lastri tidak pernah memasak sebelumnya. Bagaimana mungkin dia bisa melakukannya?

"Nggak perlu. Kamu dengarkan saja arahanku," tolak Lastri sambil tersenyum. Dia tidak peduli dengan para juru masak yang hanya menunggu untuk melihatnya gagal.

Menyogok mereka agar membantu justru akan membuat semua ini tidak ada artinya. Hanya memasak sarapan, bukan sesuatu yang tidak mungkin Lastri lakukan. Di kehidupan sebelumnya, dia sudah terbiasa melayani Anita yang penuh tuntutan, jadi tidak ada yang sulit baginya sekarang.

Bab terkait

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 6

    Lastri menggulung lengan bajunya, mulai mencuci beras, menyalakan api, memanaskan wajan, dan menuang minyak. Gerakannya begitu cekatan, seolah-olah dia sudah melakukannya ratusan kali.Melihat pemandangan ini, para pelayan senior di dapur terkejut. Bahkan, Icha tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya."Nona ... kapan Anda belajar memasak?" tanya Icha dengan nada tidak percaya. Dia tahu betul bahwa Lastri jarang sekali melakukan pekerjaan rumah tangga. Bahkan untuk masuk dapur saja, itu adalah hal yang nyaris mustahil. Lantas, bagaimana bisa dia memasak?Lastri membalas sambil tersenyum, "Kamu pikir nonamu ini nggak belajar apa-apa ya?"Sambil menjawab, Lastri melirik sekilas masakan yang dibuat para juru masak tadi. Dari situ, dia mendapatkan gambaran tentang selera makanan Surya dan Rahayu. Dia pun memutuskan untuk membuat bubur sederhana dengan beberapa lauk kecil yang cepat saji.Lastri memahami prinsip "tidak berlebihan". Jadi, dia memilih membuat masakan yang tidak terlalu menc

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 7

    "Benar, barang yang bukan milik diri sendiri memang seharusnya dikembalikan," ucap Lastri dengan senyum yang ramah, meskipun senyumnya tidak terkesan tulus.Lastri lalu memberi perintah kepada Nisa, "Ambilkan daftar mahar dan minta Kepala Pelayan memanggil orang-orang untuk membawa semua mahar ke sini. Kita akan memeriksanya satu per satu sebelum mengembalikannya pada Sekar."Memeriksa satu per satu? Sekar langsung panik. Dia buru-buru berdiri sambil berucap, "Tunggu!"Lastri mengangkat alisnya dengan ekspresi tenang, lalu bertanya, "Ada apa? Kamu nggak perlu sungkan. Kalau mahar ini memang milikmu, aku nggak akan mengambilnya."Sekar memaksakan sebuah senyum sebelum menimpali, "Nggak perlu diperiksa, aku percaya pada kejujuran Keluarga Adipati. Kakak cukup menyuruh mereka membawa mahar itu kembali padaku.""Benar juga. Tapi, aku nggak mau membuat Keluarga Adipati berada dalam posisi sulit," jawab Lastri dengan nada yang terdengar penuh pertimbangan.Lastri menghela napas panjang sebel

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 8

    Sekar menimpali, "Kak, apa kamu benar-benar berpikir posisimu sebagai Nyonya Muda Keluarga Adipati bisa bertahan lama? Bisa-bisanya kamu memanfaatkan nama Tuan Guntur untuk menakut-nakuti orang. Sungguh memalukan!"Sekar memandang Lastri dengan tatapan penuh kemarahan. Dia benar-benar muak karena Lastri tidak terpengaruh oleh ancaman atau bujukannya. Matanya yang cantik seolah-olah akan menyemburkan api.Sekar bersembunyi di balik Yani. Berhubung merasa memiliki sandaran, dia berkata dengan nada penuh percaya diri, "Bagaimanapun juga, mahar ini pasti akan kubawa pergi. Kalau kamu nggak setuju, aku akan memberi tahu ibumu!"Usai berkata demikian, Sekar berdiri dengan santai dan menunggu Lastri menyerah. Sejak kecil, setiap kali dia bertengkar dengan Lastri, cukup dengan menyebut nama ibu Lastri, maka wanita itu pasti akan patuh.Terlebih lagi, kali ini Yani juga berada di sini. Jika Lastri berani melawan, ibunya pasti akan menghukumnya."Aku bisa mempertahankan posisiku atau nggak, itu

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 9

    Semua orang menoleh ke arah suara itu. Mereka mendapati Guntur yang mengenakan jubah sutra merah, berjalan masuk dari luar pintu.Posturnya tegap dan wajahnya tampan, tetapi ada hawa dingin di matanya. Hanya saja begitu tatapannya bertemu dengan Lastri, tatapan dingin itu perlahan mencair.Guntur berjalan langsung ke arah Lastri dan berdiri di sampingnya. Di sisi lain, Lastri terkejut melihat kehadirannya.Tadi malam adalah malam pernikahan mereka. Namun, kepala Lastri penuh dengan kekhawatiran tentang bagaimana caranya tetap tinggal di Kediaman Adipati. Dia bahkan belum sempat memperhatikan Guntur dengan baik.Kenangan yang Lastri miliki tentang Guntur hanyalah bayangan samar dari kehidupan sebelumnya. Di hari kedua pernikahan mereka, Guntur memimpin pasukan besar untuk perang di utara.Bersama para pejabat istana, Kaisar sendiri melepas keberangkatan pasukan di luar kota. Penduduk ibu kota berbondong-bondong keluar untuk menyaksikan momen bersejarah itu.Saat itu, Lastri ikut bersama

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 10

    Nisa mengangkat sebuah batu tinta sederhana tetapi elegan, dengan tekstur yang halus seperti giok. Bentuknya unik, menyerupai huruf X, dengan tiga sisi yang melebar. Permukaan batu tinta dan wadah tintanya polos tanpa ukiran.Meskipun telah melewati dua kehidupan dan bertahun-tahun berlalu, Lastri langsung mengenali bahwa batu tinta ini adalah milik ayahnya yang dulu selalu diletakkan di ruang bacanya.Ketika melihat peninggalan ayahnya lagi, perasaan haru yang tak dapat Lastri sembunyikan meluap. Dia menerima batu tinta itu, memeriksanya dengan cermat, dan benar saja ada bekas goresan kecil di bagian bawahnya. Itu adalah goresan yang Lastri buat ketika kecil, saat tak sengaja menjatuhkannya ke lantai.Ayahnya berasal dari keluarga cendekiawan, tetapi dia lebih menyukai seni bela diri daripada membaca dan menulis. Sejak muda, dia bergabung dengan kemiliteran dan berkenalan dengan Kaisar ketika masih menjadi pangeran.Persahabatan mereka dimulai dari sebuah pertarungan hingga akhirnya m

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 11

    Guntur memandang ke arah Lastri. Meskipun berusaha tetap tenang, jelas terlihat dia gugup, tetapi mencoba menunjukkan sikap anggun dan penuh martabat, sama seperti semalam.Guntur tahu apa yang dia inginkan dan memahami perhitungan di balik tindakannya. Dia menyadari bahwa wanita ini ingin memanfaatkan kekuatan Keluarga Adipati. Hanya saja melihat cara dia bersikap hati-hati seperti itu, Guntur merasa semuanya sangat menyakitkan di matanya."Sudah kubilang, pendapat istriku adalah pendapatku juga. Lakukan semuanya sesuai dengan apa yang dia katakan," ujar Guntur sambil menyibakkan lengan bajunya. Suaranya yang dingin bergema di telinga Lastri. "Kedua kalinya."Lastri merasa lega mendengar dukungan Guntur, tetapi ucapan terakhirnya membuatnya bingung. Kedua kalinya? Apa maksudnya? Namun, Guntur tidak berniat menjelaskan. Dia segera berjalan keluar dengan langkah besar tanpa menoleh ke belakang.Lastri menatap tumpukan mahar di halaman dan tidak sempat memikirkan kata-kata Guntur. Dia se

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 12

    Saat Lastri kembali ke paviliun tengah, hanya ada Rahayu seorang diri di sana. "Ibu, aku sudah kembali," ucap Lastri dengan sopan sambil berjalan mendekat. Dia berlutut untuk memberi salam. Gerakannya penuh tata krama.Namun dalam hatinya, Lastri merasa sedikit gugup. Kejadian di paviliun depan tadi, pertengkarannya dengan Sekar, dan keterlibatan nama Keluarga Adipati, membuatnya bertanya-tanya bagaimana Rahayu akan menghukumnya."Lauk ini rasanya cukup enak," ujar Rahayu tiba-tiba. Ucapan itu membuat Lastri terkejut. Ternyata, Rahayu sama sekali tidak menyinggung insiden yang terjadi di paviliun depan."Makasih atas pujian Ibu. Kalau Ibu menyukainya, lain kali aku akan memasaknya lagi untukmu," jawab Lastri sambil tersenyum.Melihat Rahayu meletakkan cangkir teh, Lastri segera mengambil teko dari pelayan, menuangkan teh untuknya, lalu menyerahkan handuk kecil untuk mencuci tangan.Rahayu mengangkat alisnya sambil menerima handuk itu, lalu mengelap tangannya dengan santai sebelum melet

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 13

    Ketika kembali ke paviliun, Lastri diberi tahu bahwa Guntur sedang berada di ruang baca. Setelah mempertimbangkan sejenak, dia memutuskan untuk menyeduh sendiri satu teko teh dan membawanya ke sana.Pengawal pribadi Guntur, Jaka, berdiri di luar pintu ruang baca. Ketika melihat Lastri, dia segera membungkuk hormat sambil menyapa, "Nyonya Lastri, Anda datang. Tuan Guntur sedang membaca buku di dalam. Silakan masuk."Setelah berkata demikian, Jaka dengan sigap membuka pintu dan mempersilakan Lastri masuk. Lastri berkedip dan merasa heran. Ruang baca adalah tempat penting, tetapi dia bisa masuk begitu saja tanpa pemberitahuan?Namun melihat ekspresi penuh harap di wajah Jaka, dia merasa tidak enak jika menolak. Akhirnya, dia mengambil baki berisi makanan ringan dari tangan Nisa dan berjalan masuk dengan langkah ringan.Nisa yang tinggal bersama Jaka di luar, menatap pengawal itu dengan alis mengernyit. Dia berucap, "Nonaku cuma membawakan teh dan camilan untuk Tuan Guntur. Apa yang membua

Bab terbaru

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 70

    Setelah mendengar omongan Lastri, semua orang di kamar itu tersentak kaget ketika melihat ekspresinya yang serius. Mereka sadar bahwa Lastri yang berdiri di depan mereka sudah bukan gadis kecil yang mudah diperdaya oleh mereka seperti dulu. Lastri sudah menikah dan memiliki dukungan Keluarga Adipati.Akan tetapi, Sekar merasa enggan. Dia berseru dengan marah, "Kamu mengancam kami? Kak Lastri, kami ini kerabatmu. Bibi sangat baik pada kami. Kenapa kamu nggak bisa membantu kami?"Lastri menyeringai. Dia menyindir, "Kalau ikuti logikamu, sekarang aku nggak seharusnya berada di sini, tapi di Kediaman Keluarga Sudrajat."Sekar hendak berbicara lagi, "Kamu ....""Cukup!" bentak Gendis sambil memelototi Sekar. Lalu, dia menoleh pada Lastri dan berkata, "Lastri benar, tapi sekarang pamanmu sudah ditangkap. Kita harusnya bersatu hati pada saat sekarang. Lastri, kamu nggak boleh berpangku tangan!"Lastri menundukkan tatapannya. Dia berujar, "Aku hanyalah menantu baru. Sekalipun aku mau bantu, ak

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 69

    Lastri menatap Gendis. Gendis tampak sedih, tetapi ada kelicikan dalam tatapan matanya. Lastri pun menyeringai sinis dalam hati. Mengapa dia begitu buta sebelumnya sehingga merasa Gendis benar-benar menyayanginya?Lastri tidak mengekspresikan apa pun. Dia buru-buru berlari ke depan dan memegangi Gendis. Dia bertanya, "Nenek, ada apa dengan Nenek? Kenapa Bibi Liana malah menangis? Di mana ibuku?"Liana tiba-tiba maju ke depan Lastri dan berseru, "Lastri! Cepat selamatkan pamanmu! Cepat suruh Guntur selamatkan pamanmu."Lastri terdiam. Gendis langsung menegur, "Diam! Kamu pikir pengadilan milik Keluarga Adipati? Mana bisa menyelamatkan orang dengan semudah itu?"Meskipun Gendis juga berpikir begitu, kalimat itu tidak bisa diungkapkan! Lalu, Gendis berkata pada Lastri, "Lastri, tadi ada sekelompok tentara yang datang dan menangkap pamanmu. Guntur memiliki kemampuan, kamu suruh dia bantu cari tahu apa kesalahan pamanmu. Biar kita bisa pikirkan solusinya!"Lastri menyanggupi, "Nenek, jangan

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 68

    Yani berlari ke dalam paviliun tengah. Pada saat ini, Gendis duduk di kursi utama dengan memakai gaun brokat ungu tua dan ikat kepala ungu tua. Wajahnya yang berbentuk persegi tampak serius dan tegas, sangat berwibawa.Melihat Yani masuk sendirian, Gendis mengernyit sambil bertanya, "Kenapa hanya kamu? Di mana Lastri?"Yani menjawab, "Nyonya Gendis, Nona Lastri sudah pergi.""Sudah pergi? Siapa yang menyuruhnya pergi?" bentak Gendis sambil memukul meja. "Nona Lastri langsung pergi karena pintu depan nggak dibuka. Pelayannya yang tampak asing bilang dia akan beri tahu Nyonya Rahayu bahwa Keluarga Surbakti menghina Nona Lastri."Istri Hadi, Liana, berseru dengan panik, "Apa? Kenapa kamu biarkan dia pergi? Kalau dia pergi, bagaimana dengan acara ulang tahunku?"Gendis memelototi Ririn dan menegurnya, "Lihat anakmu itu, sekarang sudah bersikap congkak di depanku. Saat dia ambil mahar Sekar kala itu, kamu bilang kamu akan menebusnya, jadi aku nggak bilang apa-apa. Sekarang suruh dia pulang

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 67

    Wajah Guntur menjadi masam. Dia bertanya, "Kenapa kamu bilang begitu? Apa ada orang yang mengatakan sesuatu pada Lastri?"Dalam dua hari ini, Guntur sibuk di kantor dan selalu pulang tengah malam. Guntur bahkan tidur di ruang kerja paviliun depan agar tidak mengganggu Lastri. Akan tetapi, sejak dimarahi olehnya waktu itu, tidak ada orang yang berani mendatangi Guntur lagi.Mungkinkah ada orang yang memiliki niat lain karena dia tidur di paviliun depan sehingga membuat Lastri marah?Melihat Guntur salah paham, Jaka bergegas berucap, "Bukan, ini karena Nyonya Lastri sendiri."Jaka menceritakan apa yang dilakukan Lastri kepada Hadi. Lalu, dia berkata, "Aku pun bisa memikirkan ide seperti Nyonya Lastri ini. Kelak kalau Hadi tahu ... tsk tsk tsk. Ide ini sungguh licik ... nggak, ini ide bagus!"Jaka langsung mengubah perkataannya karena melihat ekspresi Guntur yang makin agresif. Guntur memelototinya dan memberi perintah, "Cepat pulang. Suruh Paman Ismu kirimkan dua pelayan yang pandai bela

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 66

    Keesokan hari, Guntur menyuruh Jaka untuk mematuhi perintah Lastri. Lastri bertemu dengan Jaka di paviliun depan. Lastri memerintahkan Jaka untuk menyelidiki Keluarga Surbakti."Hadi bekerja sebagai staf biasa di Kementerian Pembangunan. Aku mau kamu selidiki tentang penyalahgunaan jabatannya tanpa terkecuali. Harus lengkap dengan saksi mata dan barang bukti," perintah Lastri.Jaka terkesiap. Dia menoleh pada Lastri dengan kaget. Lalu, Lastri mengangkat alis seraya bertanya, "Apa ada masalah?""Nggak!" seru Jaka. Dia menekan kekagetan di dalam hatinya dan berkata dengan hormat, "Hamba akan menyelidikinya secepat mungkin."Lastri mengangguk. Setelah itu, dia membubarkan Jaka. Jaka melaksanakan tugas dengan sangat sungguh-sungguh karena telah mendapat perintah dari Guntur dan tahu betapa pentingnya Lastri bagi Guntur.Belum sampai tiga hari, Jaka sudah menyerahkan hasil penyelidikan tentang semua masalah Keluarga Surbakti kepada Lastri. Saat Lastri membacanya, Jaka menerangkan, "Nyonya

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 65

    "Suruh dia masuk," seru Guntur. Lalu, Guntur berkata lagi, "Lain kali kalau Lastri mencariku, langsung lapor." Pengawal itu menyanggupi, "Baik!"Sudah satu jam Frida menunggu di luar halaman. Awalnya, Frida mengira Guntur sengaja mengabaikannya karena marah kepada Lastri. Begitu melihat dua penasihat itu keluar dari ruang kerja, Frida sadar dirinya datang di saat yang tidak tepat.Di dalam ruang kerja, Guntur mengangkat alis saat melihat Frida. Dia bertanya, "Ada masalah apa?"Frida berpikir dalam hati, Lastri menyuruhnya meminjam Jaka dari Guntur, tetapi Guntur harus membicarakan urusan penting semacam itu secara langsung dengan Lastri. Oleh karena itu, Frida berkata dengan hormat, "Nyonya Lastri mencari Tuan."Guntur mengangkat alis saat bertanya, "Ada apa?"Frida menjawab, "Hamba nggak tahu."Guntur terdiam sejenak. Dia berucap, "Baik, aku segera ke sana."Frida pun lega. Dia memberi hormat dan mundur keluar. Sementara itu, perasaan hati Guntur sedikit kompleks. Mungkinkah Lastri t

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 64

    Lastri tidak tahu-menahu tentang apa yang terjadi di kediaman Keluarga Naswara. Pada saat ini, Lastri memegang undangan yang dikirim oleh Keluarga Surbakti dan terdiam.Nisa yang pengertian menjelaskan, "Undangan ini diantarkan oleh kepala pelayan. Nyonya nggak tahu.""Untung Ibu nggak tahu. Kalau nggak, aku akan malu," kata Lastri dengan jengkel. Dia membuang undangan itu ke samping. "Dasar nggak tahu diri. Bisa-bisanya undang Nyonya Adipati ke acara ulang tahun istri pejabat kecil?"Isi undangan itu adalah mengundang Rahayu ke perayaan ulang tahun bibi Lastri di kediaman Keluarga Surbakti. Untung saja, undangan itu dicegat oleh kepala pelayan. Jika diantar ke paviliun tengah, entah bagaimana Rahayu akan memikirkannya. Mungkin Rahayu akan mengira dia congkak."Nyonya, jangan marah. Undangan ini sudah dikirim ke sini. Apa Nyonya mau pergi?" tanya Nisa."Iya. Aku nggak hanya mau pulang, tapi juga memberi mereka hadiah besar!" jawab Lastri sambil menggertakkan gigi.Jika tidak membuat Ke

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 63

    Lastri meminta maaf, "Suamiku, maaf. Aku terlalu menyulitkanmu."Lastri terlalu cemas. Lastri frustrasi karena apa yang terjadi pada kehidupan sebelumnya. Sekarang ini sudah kehidupan baru. Dia sudah menikah dengan Guntur dan menempuh jalan hidup yang berbeda total dengan di kehidupan sebelumnya.Lastri akan memisahkan Keluarga Sudrajat dengan Keluarga Surbakti. Jika Guntur dan Sekar ingin membahayakannya, serta membahayakan Keluarga Sudrajat, tidak akan begitu mudah seperti di kehidupan sebelumnya.Lastri dan Guntur tidak lagi berbicara. Sepulangnya ke Kediaman Adipati, Guntur langsung pergi ke akademi di paviliun depan.Barulah Lastri sadar bahwa Guntur sepertinya marah. Akan tetapi, dia tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya meminta Guntur menyelidiki Resnu demi kepentingan Keluarga Adipati dan Keluarga Sudrajat, bukan demi kepentingan pribadi!Lastri merasa heran. Dia tiba-tiba menanyai Frida yang berdiri di samping, "Apa aku salah bicara?"Setelah beberapa hari melayani Lastri, Frida

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 62

    Guntur bertanya, "Istriku, apa ada yang salah?"Lastri menggelengkan kepala, lalu dia bertumpu pada lengan Guntur untuk naik ke kereta kuda.Sekar keluar bersama Sari dan Lastri, tetapi Sari meninggalkannya, Lastri juga tidak menghiraukannya. Sekar berdiri sendirian di depan pintu masuk Satu Rasa. Sekar panik sehingga berteriak pada Lastri, "Kakak, tunggu aku. Aku ikut!"Lastri masuk ke dalam kereta kuda tanpa menoleh ke belakang. Tebersit rasa benci dalam mata Sekar. Dia tetap berjalan ke depan dan berseru, "Kakak ...."Guntur menoleh ke belakang dan menegur dengan suara dingin, "Kalau ingatanmu nggak bagus, aku nggak keberatan untuk mengingatkanmu tentang omongan di kediaman Keluarga Sudrajat. Aku nggak punya prinsip nggak memukul wanita."Wajah Sekar menjadi pucat. Dia berhenti di tempat, melihat kereta kuda Keluarga Adipati Moestopo menghilang dari pandangannya.Di dalam kereta kuda, Guntur menanyai Lastri yang jelas sedang jengkel, "Istriku, kamu jengkel karena dia?"Lastri mengge

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status