Share

Bab 4

Penulis: Bella Dior
Setelah tamu-tamu pergi, di ruangan itu hanya tersisa Guntur, Surya, Rahayu, dan Lastri. Rahayu melirik putranya yang wajahnya tanpa ekspresi, lalu memandang Lastri yang berdiri menunduk dengan penuh kecanggungan.

Dengan suara tajam, Rahayu memanggil sambil mengernyit, "Nona Lastri ...."

"Bu, hari sudah larut. Apa pun yang ingin Ibu katakan, kita bicarakan besok saja. Sekarang, Ibu harus beristirahat." Sebelum Rahayu sempat menyelesaikan ucapannya, Guntur langsung menyela begitu saja. Suaranya tetap sopan tetapi bernada tegas.

Mendengar itu, wajah Rahayu seketika memerah karena marah. Dia menepuk meja dengan keras sambil berseru, "Oke, kamu ikut aku keluar!"

Padahal terjadi masalah sebesar ini. Rahayu belum sempat bertanya pada Lastri, tetapi putranya malah sudah melindungi istrinya.

"Baik, Bu. Aku akan mengantar Ibu kembali ke kamar." Guntur mengantar ibunya keluar dengan penuh hormat. Dia meninggalkan Lastri seorang diri di sana.

Setelah anggota Keluarga Moestopo pergi, Lastri akhirnya bisa bernapas lega. Dia tidak ingin memikirkan apa pun lagi. Dia segera naik ke ranjang dan terlelap dengan cepat.

Sementara itu, suasana di paviliun tengah Kediaman Adipati berbeda jauh dari ketenangan Lastri. Ketegangan baru saja dimulai.

"Hmph! Lihatlah anakmu ini. Demi seorang wanita, dia sudah mempermalukan Keluarga Adipati!" seru Rahayu dengan nada tinggi dan penuh amarah, sambil merebut cangkir teh yang dipegang oleh suaminya.

Rahayu lanjut memarahi, "Jangan minum teh terus-terusan! Mulai besok, seluruh ibu kota akan membicarakan gimana keluarga kita merebut istri orang lain. Tapi, kamu masih bisa minum teh dengan tenang?"

Surya membalas dengan tenang, "Istriku, tenanglah. Lastri tumbuh besar di depan kita. Aku tahu dia nggak bermaksud buruk. Kalau Guntur ingin menikahinya, biarkan saja. Lagian, bukannya dia memang dulunya dijodohkan dengan keluarga kita?"

Rahayu menimpali, "Kamu pikir semuanya sesederhana itu? Gimana ...."

Guntur tiba-tiba menyela, "Bu, semua ini adalah keputusanku sendiri. Aku yang memilih untuk mempertahankan dia di sini. Jangan salahkan Ayah. Lagian, memang aku dan Lastri yang bertunangan sejak awal. Orang yang mau kunikahi memang dia."

Amarah Rahayu makin memuncak. Dia menatap putranya dengan tatapan emosi, lalu membalas, "Oke! Ternyata cuma aku saja yang jadi penjahat di sini. Kalau kamu mau dia tetap tinggal, dia harus mengikuti aturan kediaman. Kalau nggak, jangan salahkan aku menjadi ibu mertua yang kejam!"

Nada bicara Rahayu terdengar penuh ketegasan, tanpa ruang untuk perdebatan. Mendengar itu, Surya diam-diam menoleh ke istrinya. Dia bergumam pelan, "Sejak kapan keluarga kita punya aturan macam itu? Kalau ada, kamu pasti ...."

Brak!

Rahayu menepuk meja dengan keras. Dia segera membela diri, "Kalau aku bilang ada aturan, sudah pasti ada! Aturan pertama, nggak punya anak adalah dosa besar. Kalau kalian nggak segera melahirkan anak, aku akan mengembalikan dia ke Keluarga Sudrajat!"

Surya kehabisan kata-kata. Ucapan itu membuat Guntur yang biasanya tenang, wajahnya seketika memerah karena malu. Dia berkomentar, "Ibu, kenapa Ibu ...."

"Hmph! Jangan kira Ibu bodoh! Anak itu berusaha keras menukar tempat pada hari pernikahan cuma untuk menikahimu. Kalau dia nggak kasih aku cucu dalam waktu dekat, aku nggak akan tinggal diam!" seru Rahayu.

Guntur bertanya, "Ibu, gimana kalau semua ini cuma kesalahpahaman? Gimana kalau bukan Lastri dalangnya?"

Rahayu membalas dengan nada dingin, "Kamu kira Ibu buta? Semua ini sudah sangat jelas." Kemudian, dia membuat keputusan tegas dan mengusir putranya.

....

Guntur kembali ke paviliunnya. Saat ingin masuk, dia teringat bahwa kini ada seorang wanita di dalam. Namun, dia segera menyadari bahwa lampu di dalam kamar telah padam.

Guntur memanggil seorang pelayan, lalu bertanya, "Di mana ... Nyonya?"

Pelayan itu menjawab dengan sopan, "Tuan, Nyonya sudah tidur."

Mendengar itu, Guntur hanya bisa tertawa saking kesalnya. Dia mengeluh dalam hati, setelah semua kekacauan yang terjadi malam ini, dia bisa-bisanya tidur nyenyak.

"Kenapa kamu nggak berjaga di dalam kamar?" tanya Guntur lagi.

Pelayan itu membalas, "Maafkan saya, Tuan. Karena Nyonya nggak memanggil hamba, hamba nggak berani masuk ke dalam."

Guntur terdiam sejenak, lalu menuju ruang bacanya. Setelah sampai, dia segera memanggil pengawal pribadinya untuk membicarakan sesuatu.

....

Keesokan paginya, Lastri bangun lebih awal. Semalam, dia tidak bisa tidur nyenyak. Mimpi-mimpi buruk terus menghantui pikirannya dan membawanya kembali ke kenangan di kehidupan sebelumnya.

"Aaarrgh!" seru Lastri.

"Nona, apa Anda bermimpi buruk?" tanya salah seorang pelayan.

Lastri melirik Icha dan Nisa yang berdiri di depannya, lalu kebingungan sesaat. Bukannya mereka telah pergi bersama Sekar ke Kediaman Naswara? Dia belum sempat menjemput mereka kembali. Bagaimana bisa mereka muncul di sini? Apakah rencana pernikahannya gagal?

"Ini ... aku sekarang ada di mana? Apa kita sedang berada di Kediaman Naswara?" tanya Lastri. Wajahnya langsung pucat pasi. Dia menggenggam tangan Icha dengan erat.

"Nggak, Nona. Kita sekarang berada di Kediaman Adipati! Kami berdua dibawa ke sini atas perintah Tuan Guntur," jelas Icha dengan tergesa-gesa.

Nisa juga segera menambahkan, "Benar. Kemarin, Nona Sekar pergi dari kediaman dengan marah, tapi setelah itu dia kembali lagi. Dia menangkap kami berdua dan coba menggunakan penyiksaan untuk memaksa kami mengaku. Untung saja orang-orang dari Kediaman Adipati datang tepat waktu untuk menyelamatkan kami."

"Ka ... kalian nggak terluka, 'kan?" tanya Lastri sambil segera memeriksa keadaan kedua pelayan itu.

Di kehidupan sebelumnya, Icha dan Nisa sangat setia kepadanya. Ketika Lastri mengetahui perselingkuhan antara Resnu dan Sekar, pria itu ingin membunuhnya. Namun kedua pelayan itu berdiri di depan Lastri dan memberinya kesempatan untuk melarikan diri ke Kediaman Adipati, lalu mengungkapkan sifat asli Sekar.

Awalnya, Lastri berencana pergi ke Kediaman Naswara hari ini untuk membawa kedua pelayannya kembali. Namun, dia tidak menyangka Sekar bisa begitu kejam hingga mencoba menyiksa mereka.

Lastri menggenggam tangan Icha dan Nisa, lalu berbicara dengan nada serius, "Tenang saja. Aku nggak akan membiarkan Sekar lolos. Segala penderitaan yang kalian alami, pasti akan kubalaskan."

"Nona, selama Anda baik-baik saja, kami sudah merasa lega. Sekarang, bangunlah. Nanti kita harus memberikan penghormatan kepada Adipati Surya dan Nyonya Rahayu," ucap Icha sambil mengambil pakaian yang telah disiapkannya. Dia membantu Lastri untuk bangun.

Nisa membantu menata rambut Lastri sambil berujar, "Nona, kenapa tiba-tiba Anda ingin menikah dengan Tuan Guntur? Bukannya dulu yang Anda sukai adalah Tuan Resnu? Apakah sekarang Anda menyukai Tuan Guntur?"

Hubungan Lastri dengan kedua pelayan ini lebih mirip saudara daripada majikan dan pelayan. Tidak ada hal yang tidak bisa dibicarakan di antara mereka.

Meskipun Lastri tidak akan mengungkapkan rahasia bahwa dirinya telah bereinkarnasi, dia tidak berniat menyembunyikan rencananya dari mereka.

Lastri menjelaskan, "Aku dan Guntur belum pernah saling mengenal secara mendalam, jadi nggak bisa dibilang aku menyukainya. Aku cuma merasa bahwa Resnu nggak akan memperlakukanku dengan baik."

"Kalau aku menikah ke Keluarga Adipati, setidaknya kedua keluarga kami saling mengenal. Itu jauh lebih baik daripada harus masuk ke Keluarga Naswara dan mengalami penderitaan," lanjut Lastri.

"Nona benar sekali," ucap Icha dan Nisa serempak.

Ketiganya berbincang santai sambil bersiap-siap, tanpa menyadari bahwa ada seseorang yang mendengar percakapan mereka. Sosok itu berdiri di luar pintu, lalu perlahan pergi tanpa suara.

Bab terkait

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 5

    "Tapi, Guntur adalah seorang pria sejati yang tegas dan berprinsip. Aku sangat menghormatinya dan pasti akan memperlakukannya dengan baik," tambah Lastri secara diam-diam. Setelah bersiap-siap, barulah dia menyadari bahwa Guntur sudah menunggu di depan pintu.Mengingat kejadian kemarin ketika Guntur berdiri di hadapannya untuk melindunginya, Lastri sangat berterima kasih. Itu sebabnya, dia mengambil inisiatif untuk berbicara lebih dulu, "Suamiku, kita harus pergi memberi penghormatan kepada Ayah dan Ibu sekarang."Panggilan itu membuat gerakan Guntur terhenti sejenak. Mengingat apa yang baru saja didengarnya, dia hanya mencibir sambil berucap dengan nada dingin, "Kamu memanggilnya cukup alami ya."Setelah itu, Guntur mengibaskan lengan bajunya dan berjalan keluar lebih dulu. Lastri merasa sedikit bingung. Kalau tidak memanggilnya "Suamiku", apa lagi yang harus dia panggil? Mungkinkah "Tuan Guntur"?Semalam, orang ini masih bersikap baik-baik saja, tetapi kenapa sekarang tiba-tiba berub

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 6

    Lastri menggulung lengan bajunya, mulai mencuci beras, menyalakan api, memanaskan wajan, dan menuang minyak. Gerakannya begitu cekatan, seolah-olah dia sudah melakukannya ratusan kali.Melihat pemandangan ini, para pelayan senior di dapur terkejut. Bahkan, Icha tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya."Nona ... kapan Anda belajar memasak?" tanya Icha dengan nada tidak percaya. Dia tahu betul bahwa Lastri jarang sekali melakukan pekerjaan rumah tangga. Bahkan untuk masuk dapur saja, itu adalah hal yang nyaris mustahil. Lantas, bagaimana bisa dia memasak?Lastri membalas sambil tersenyum, "Kamu pikir nonamu ini nggak belajar apa-apa ya?"Sambil menjawab, Lastri melirik sekilas masakan yang dibuat para juru masak tadi. Dari situ, dia mendapatkan gambaran tentang selera makanan Surya dan Rahayu. Dia pun memutuskan untuk membuat bubur sederhana dengan beberapa lauk kecil yang cepat saji.Lastri memahami prinsip "tidak berlebihan". Jadi, dia memilih membuat masakan yang tidak terlalu menc

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 7

    "Benar, barang yang bukan milik diri sendiri memang seharusnya dikembalikan," ucap Lastri dengan senyum yang ramah, meskipun senyumnya tidak terkesan tulus.Lastri lalu memberi perintah kepada Nisa, "Ambilkan daftar mahar dan minta Kepala Pelayan memanggil orang-orang untuk membawa semua mahar ke sini. Kita akan memeriksanya satu per satu sebelum mengembalikannya pada Sekar."Memeriksa satu per satu? Sekar langsung panik. Dia buru-buru berdiri sambil berucap, "Tunggu!"Lastri mengangkat alisnya dengan ekspresi tenang, lalu bertanya, "Ada apa? Kamu nggak perlu sungkan. Kalau mahar ini memang milikmu, aku nggak akan mengambilnya."Sekar memaksakan sebuah senyum sebelum menimpali, "Nggak perlu diperiksa, aku percaya pada kejujuran Keluarga Adipati. Kakak cukup menyuruh mereka membawa mahar itu kembali padaku.""Benar juga. Tapi, aku nggak mau membuat Keluarga Adipati berada dalam posisi sulit," jawab Lastri dengan nada yang terdengar penuh pertimbangan.Lastri menghela napas panjang sebel

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 8

    Sekar menimpali, "Kak, apa kamu benar-benar berpikir posisimu sebagai Nyonya Muda Keluarga Adipati bisa bertahan lama? Bisa-bisanya kamu memanfaatkan nama Tuan Guntur untuk menakut-nakuti orang. Sungguh memalukan!"Sekar memandang Lastri dengan tatapan penuh kemarahan. Dia benar-benar muak karena Lastri tidak terpengaruh oleh ancaman atau bujukannya. Matanya yang cantik seolah-olah akan menyemburkan api.Sekar bersembunyi di balik Yani. Berhubung merasa memiliki sandaran, dia berkata dengan nada penuh percaya diri, "Bagaimanapun juga, mahar ini pasti akan kubawa pergi. Kalau kamu nggak setuju, aku akan memberi tahu ibumu!"Usai berkata demikian, Sekar berdiri dengan santai dan menunggu Lastri menyerah. Sejak kecil, setiap kali dia bertengkar dengan Lastri, cukup dengan menyebut nama ibu Lastri, maka wanita itu pasti akan patuh.Terlebih lagi, kali ini Yani juga berada di sini. Jika Lastri berani melawan, ibunya pasti akan menghukumnya."Aku bisa mempertahankan posisiku atau nggak, itu

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 9

    Semua orang menoleh ke arah suara itu. Mereka mendapati Guntur yang mengenakan jubah sutra merah, berjalan masuk dari luar pintu.Posturnya tegap dan wajahnya tampan, tetapi ada hawa dingin di matanya. Hanya saja begitu tatapannya bertemu dengan Lastri, tatapan dingin itu perlahan mencair.Guntur berjalan langsung ke arah Lastri dan berdiri di sampingnya. Di sisi lain, Lastri terkejut melihat kehadirannya.Tadi malam adalah malam pernikahan mereka. Namun, kepala Lastri penuh dengan kekhawatiran tentang bagaimana caranya tetap tinggal di Kediaman Adipati. Dia bahkan belum sempat memperhatikan Guntur dengan baik.Kenangan yang Lastri miliki tentang Guntur hanyalah bayangan samar dari kehidupan sebelumnya. Di hari kedua pernikahan mereka, Guntur memimpin pasukan besar untuk perang di utara.Bersama para pejabat istana, Kaisar sendiri melepas keberangkatan pasukan di luar kota. Penduduk ibu kota berbondong-bondong keluar untuk menyaksikan momen bersejarah itu.Saat itu, Lastri ikut bersama

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 10

    Nisa mengangkat sebuah batu tinta sederhana tetapi elegan, dengan tekstur yang halus seperti giok. Bentuknya unik, menyerupai huruf X, dengan tiga sisi yang melebar. Permukaan batu tinta dan wadah tintanya polos tanpa ukiran.Meskipun telah melewati dua kehidupan dan bertahun-tahun berlalu, Lastri langsung mengenali bahwa batu tinta ini adalah milik ayahnya yang dulu selalu diletakkan di ruang bacanya.Ketika melihat peninggalan ayahnya lagi, perasaan haru yang tak dapat Lastri sembunyikan meluap. Dia menerima batu tinta itu, memeriksanya dengan cermat, dan benar saja ada bekas goresan kecil di bagian bawahnya. Itu adalah goresan yang Lastri buat ketika kecil, saat tak sengaja menjatuhkannya ke lantai.Ayahnya berasal dari keluarga cendekiawan, tetapi dia lebih menyukai seni bela diri daripada membaca dan menulis. Sejak muda, dia bergabung dengan kemiliteran dan berkenalan dengan Kaisar ketika masih menjadi pangeran.Persahabatan mereka dimulai dari sebuah pertarungan hingga akhirnya m

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 11

    Guntur memandang ke arah Lastri. Meskipun berusaha tetap tenang, jelas terlihat dia gugup, tetapi mencoba menunjukkan sikap anggun dan penuh martabat, sama seperti semalam.Guntur tahu apa yang dia inginkan dan memahami perhitungan di balik tindakannya. Dia menyadari bahwa wanita ini ingin memanfaatkan kekuatan Keluarga Adipati. Hanya saja melihat cara dia bersikap hati-hati seperti itu, Guntur merasa semuanya sangat menyakitkan di matanya."Sudah kubilang, pendapat istriku adalah pendapatku juga. Lakukan semuanya sesuai dengan apa yang dia katakan," ujar Guntur sambil menyibakkan lengan bajunya. Suaranya yang dingin bergema di telinga Lastri. "Kedua kalinya."Lastri merasa lega mendengar dukungan Guntur, tetapi ucapan terakhirnya membuatnya bingung. Kedua kalinya? Apa maksudnya? Namun, Guntur tidak berniat menjelaskan. Dia segera berjalan keluar dengan langkah besar tanpa menoleh ke belakang.Lastri menatap tumpukan mahar di halaman dan tidak sempat memikirkan kata-kata Guntur. Dia se

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 12

    Saat Lastri kembali ke paviliun tengah, hanya ada Rahayu seorang diri di sana. "Ibu, aku sudah kembali," ucap Lastri dengan sopan sambil berjalan mendekat. Dia berlutut untuk memberi salam. Gerakannya penuh tata krama.Namun dalam hatinya, Lastri merasa sedikit gugup. Kejadian di paviliun depan tadi, pertengkarannya dengan Sekar, dan keterlibatan nama Keluarga Adipati, membuatnya bertanya-tanya bagaimana Rahayu akan menghukumnya."Lauk ini rasanya cukup enak," ujar Rahayu tiba-tiba. Ucapan itu membuat Lastri terkejut. Ternyata, Rahayu sama sekali tidak menyinggung insiden yang terjadi di paviliun depan."Makasih atas pujian Ibu. Kalau Ibu menyukainya, lain kali aku akan memasaknya lagi untukmu," jawab Lastri sambil tersenyum.Melihat Rahayu meletakkan cangkir teh, Lastri segera mengambil teko dari pelayan, menuangkan teh untuknya, lalu menyerahkan handuk kecil untuk mencuci tangan.Rahayu mengangkat alisnya sambil menerima handuk itu, lalu mengelap tangannya dengan santai sebelum melet

Bab terbaru

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 70

    Setelah mendengar omongan Lastri, semua orang di kamar itu tersentak kaget ketika melihat ekspresinya yang serius. Mereka sadar bahwa Lastri yang berdiri di depan mereka sudah bukan gadis kecil yang mudah diperdaya oleh mereka seperti dulu. Lastri sudah menikah dan memiliki dukungan Keluarga Adipati.Akan tetapi, Sekar merasa enggan. Dia berseru dengan marah, "Kamu mengancam kami? Kak Lastri, kami ini kerabatmu. Bibi sangat baik pada kami. Kenapa kamu nggak bisa membantu kami?"Lastri menyeringai. Dia menyindir, "Kalau ikuti logikamu, sekarang aku nggak seharusnya berada di sini, tapi di Kediaman Keluarga Sudrajat."Sekar hendak berbicara lagi, "Kamu ....""Cukup!" bentak Gendis sambil memelototi Sekar. Lalu, dia menoleh pada Lastri dan berkata, "Lastri benar, tapi sekarang pamanmu sudah ditangkap. Kita harusnya bersatu hati pada saat sekarang. Lastri, kamu nggak boleh berpangku tangan!"Lastri menundukkan tatapannya. Dia berujar, "Aku hanyalah menantu baru. Sekalipun aku mau bantu, ak

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 69

    Lastri menatap Gendis. Gendis tampak sedih, tetapi ada kelicikan dalam tatapan matanya. Lastri pun menyeringai sinis dalam hati. Mengapa dia begitu buta sebelumnya sehingga merasa Gendis benar-benar menyayanginya?Lastri tidak mengekspresikan apa pun. Dia buru-buru berlari ke depan dan memegangi Gendis. Dia bertanya, "Nenek, ada apa dengan Nenek? Kenapa Bibi Liana malah menangis? Di mana ibuku?"Liana tiba-tiba maju ke depan Lastri dan berseru, "Lastri! Cepat selamatkan pamanmu! Cepat suruh Guntur selamatkan pamanmu."Lastri terdiam. Gendis langsung menegur, "Diam! Kamu pikir pengadilan milik Keluarga Adipati? Mana bisa menyelamatkan orang dengan semudah itu?"Meskipun Gendis juga berpikir begitu, kalimat itu tidak bisa diungkapkan! Lalu, Gendis berkata pada Lastri, "Lastri, tadi ada sekelompok tentara yang datang dan menangkap pamanmu. Guntur memiliki kemampuan, kamu suruh dia bantu cari tahu apa kesalahan pamanmu. Biar kita bisa pikirkan solusinya!"Lastri menyanggupi, "Nenek, jangan

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 68

    Yani berlari ke dalam paviliun tengah. Pada saat ini, Gendis duduk di kursi utama dengan memakai gaun brokat ungu tua dan ikat kepala ungu tua. Wajahnya yang berbentuk persegi tampak serius dan tegas, sangat berwibawa.Melihat Yani masuk sendirian, Gendis mengernyit sambil bertanya, "Kenapa hanya kamu? Di mana Lastri?"Yani menjawab, "Nyonya Gendis, Nona Lastri sudah pergi.""Sudah pergi? Siapa yang menyuruhnya pergi?" bentak Gendis sambil memukul meja. "Nona Lastri langsung pergi karena pintu depan nggak dibuka. Pelayannya yang tampak asing bilang dia akan beri tahu Nyonya Rahayu bahwa Keluarga Surbakti menghina Nona Lastri."Istri Hadi, Liana, berseru dengan panik, "Apa? Kenapa kamu biarkan dia pergi? Kalau dia pergi, bagaimana dengan acara ulang tahunku?"Gendis memelototi Ririn dan menegurnya, "Lihat anakmu itu, sekarang sudah bersikap congkak di depanku. Saat dia ambil mahar Sekar kala itu, kamu bilang kamu akan menebusnya, jadi aku nggak bilang apa-apa. Sekarang suruh dia pulang

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 67

    Wajah Guntur menjadi masam. Dia bertanya, "Kenapa kamu bilang begitu? Apa ada orang yang mengatakan sesuatu pada Lastri?"Dalam dua hari ini, Guntur sibuk di kantor dan selalu pulang tengah malam. Guntur bahkan tidur di ruang kerja paviliun depan agar tidak mengganggu Lastri. Akan tetapi, sejak dimarahi olehnya waktu itu, tidak ada orang yang berani mendatangi Guntur lagi.Mungkinkah ada orang yang memiliki niat lain karena dia tidur di paviliun depan sehingga membuat Lastri marah?Melihat Guntur salah paham, Jaka bergegas berucap, "Bukan, ini karena Nyonya Lastri sendiri."Jaka menceritakan apa yang dilakukan Lastri kepada Hadi. Lalu, dia berkata, "Aku pun bisa memikirkan ide seperti Nyonya Lastri ini. Kelak kalau Hadi tahu ... tsk tsk tsk. Ide ini sungguh licik ... nggak, ini ide bagus!"Jaka langsung mengubah perkataannya karena melihat ekspresi Guntur yang makin agresif. Guntur memelototinya dan memberi perintah, "Cepat pulang. Suruh Paman Ismu kirimkan dua pelayan yang pandai bela

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 66

    Keesokan hari, Guntur menyuruh Jaka untuk mematuhi perintah Lastri. Lastri bertemu dengan Jaka di paviliun depan. Lastri memerintahkan Jaka untuk menyelidiki Keluarga Surbakti."Hadi bekerja sebagai staf biasa di Kementerian Pembangunan. Aku mau kamu selidiki tentang penyalahgunaan jabatannya tanpa terkecuali. Harus lengkap dengan saksi mata dan barang bukti," perintah Lastri.Jaka terkesiap. Dia menoleh pada Lastri dengan kaget. Lalu, Lastri mengangkat alis seraya bertanya, "Apa ada masalah?""Nggak!" seru Jaka. Dia menekan kekagetan di dalam hatinya dan berkata dengan hormat, "Hamba akan menyelidikinya secepat mungkin."Lastri mengangguk. Setelah itu, dia membubarkan Jaka. Jaka melaksanakan tugas dengan sangat sungguh-sungguh karena telah mendapat perintah dari Guntur dan tahu betapa pentingnya Lastri bagi Guntur.Belum sampai tiga hari, Jaka sudah menyerahkan hasil penyelidikan tentang semua masalah Keluarga Surbakti kepada Lastri. Saat Lastri membacanya, Jaka menerangkan, "Nyonya

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 65

    "Suruh dia masuk," seru Guntur. Lalu, Guntur berkata lagi, "Lain kali kalau Lastri mencariku, langsung lapor." Pengawal itu menyanggupi, "Baik!"Sudah satu jam Frida menunggu di luar halaman. Awalnya, Frida mengira Guntur sengaja mengabaikannya karena marah kepada Lastri. Begitu melihat dua penasihat itu keluar dari ruang kerja, Frida sadar dirinya datang di saat yang tidak tepat.Di dalam ruang kerja, Guntur mengangkat alis saat melihat Frida. Dia bertanya, "Ada masalah apa?"Frida berpikir dalam hati, Lastri menyuruhnya meminjam Jaka dari Guntur, tetapi Guntur harus membicarakan urusan penting semacam itu secara langsung dengan Lastri. Oleh karena itu, Frida berkata dengan hormat, "Nyonya Lastri mencari Tuan."Guntur mengangkat alis saat bertanya, "Ada apa?"Frida menjawab, "Hamba nggak tahu."Guntur terdiam sejenak. Dia berucap, "Baik, aku segera ke sana."Frida pun lega. Dia memberi hormat dan mundur keluar. Sementara itu, perasaan hati Guntur sedikit kompleks. Mungkinkah Lastri t

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 64

    Lastri tidak tahu-menahu tentang apa yang terjadi di kediaman Keluarga Naswara. Pada saat ini, Lastri memegang undangan yang dikirim oleh Keluarga Surbakti dan terdiam.Nisa yang pengertian menjelaskan, "Undangan ini diantarkan oleh kepala pelayan. Nyonya nggak tahu.""Untung Ibu nggak tahu. Kalau nggak, aku akan malu," kata Lastri dengan jengkel. Dia membuang undangan itu ke samping. "Dasar nggak tahu diri. Bisa-bisanya undang Nyonya Adipati ke acara ulang tahun istri pejabat kecil?"Isi undangan itu adalah mengundang Rahayu ke perayaan ulang tahun bibi Lastri di kediaman Keluarga Surbakti. Untung saja, undangan itu dicegat oleh kepala pelayan. Jika diantar ke paviliun tengah, entah bagaimana Rahayu akan memikirkannya. Mungkin Rahayu akan mengira dia congkak."Nyonya, jangan marah. Undangan ini sudah dikirim ke sini. Apa Nyonya mau pergi?" tanya Nisa."Iya. Aku nggak hanya mau pulang, tapi juga memberi mereka hadiah besar!" jawab Lastri sambil menggertakkan gigi.Jika tidak membuat Ke

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 63

    Lastri meminta maaf, "Suamiku, maaf. Aku terlalu menyulitkanmu."Lastri terlalu cemas. Lastri frustrasi karena apa yang terjadi pada kehidupan sebelumnya. Sekarang ini sudah kehidupan baru. Dia sudah menikah dengan Guntur dan menempuh jalan hidup yang berbeda total dengan di kehidupan sebelumnya.Lastri akan memisahkan Keluarga Sudrajat dengan Keluarga Surbakti. Jika Guntur dan Sekar ingin membahayakannya, serta membahayakan Keluarga Sudrajat, tidak akan begitu mudah seperti di kehidupan sebelumnya.Lastri dan Guntur tidak lagi berbicara. Sepulangnya ke Kediaman Adipati, Guntur langsung pergi ke akademi di paviliun depan.Barulah Lastri sadar bahwa Guntur sepertinya marah. Akan tetapi, dia tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya meminta Guntur menyelidiki Resnu demi kepentingan Keluarga Adipati dan Keluarga Sudrajat, bukan demi kepentingan pribadi!Lastri merasa heran. Dia tiba-tiba menanyai Frida yang berdiri di samping, "Apa aku salah bicara?"Setelah beberapa hari melayani Lastri, Frida

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 62

    Guntur bertanya, "Istriku, apa ada yang salah?"Lastri menggelengkan kepala, lalu dia bertumpu pada lengan Guntur untuk naik ke kereta kuda.Sekar keluar bersama Sari dan Lastri, tetapi Sari meninggalkannya, Lastri juga tidak menghiraukannya. Sekar berdiri sendirian di depan pintu masuk Satu Rasa. Sekar panik sehingga berteriak pada Lastri, "Kakak, tunggu aku. Aku ikut!"Lastri masuk ke dalam kereta kuda tanpa menoleh ke belakang. Tebersit rasa benci dalam mata Sekar. Dia tetap berjalan ke depan dan berseru, "Kakak ...."Guntur menoleh ke belakang dan menegur dengan suara dingin, "Kalau ingatanmu nggak bagus, aku nggak keberatan untuk mengingatkanmu tentang omongan di kediaman Keluarga Sudrajat. Aku nggak punya prinsip nggak memukul wanita."Wajah Sekar menjadi pucat. Dia berhenti di tempat, melihat kereta kuda Keluarga Adipati Moestopo menghilang dari pandangannya.Di dalam kereta kuda, Guntur menanyai Lastri yang jelas sedang jengkel, "Istriku, kamu jengkel karena dia?"Lastri mengge

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status