Share

Bab 7

Penulis: Bella Dior
"Benar, barang yang bukan milik diri sendiri memang seharusnya dikembalikan," ucap Lastri dengan senyum yang ramah, meskipun senyumnya tidak terkesan tulus.

Lastri lalu memberi perintah kepada Nisa, "Ambilkan daftar mahar dan minta Kepala Pelayan memanggil orang-orang untuk membawa semua mahar ke sini. Kita akan memeriksanya satu per satu sebelum mengembalikannya pada Sekar."

Memeriksa satu per satu? Sekar langsung panik. Dia buru-buru berdiri sambil berucap, "Tunggu!"

Lastri mengangkat alisnya dengan ekspresi tenang, lalu bertanya, "Ada apa? Kamu nggak perlu sungkan. Kalau mahar ini memang milikmu, aku nggak akan mengambilnya."

Sekar memaksakan sebuah senyum sebelum menimpali, "Nggak perlu diperiksa, aku percaya pada kejujuran Keluarga Adipati. Kakak cukup menyuruh mereka membawa mahar itu kembali padaku."

"Benar juga. Tapi, aku nggak mau membuat Keluarga Adipati berada dalam posisi sulit," jawab Lastri dengan nada yang terdengar penuh pertimbangan.

Lastri menghela napas panjang sebelum melanjutkan, "Gimana kalau nanti setelah kembali, kamu memeriksa dan menemukan ada yang kurang, lalu menyalahkan Keluarga Adipati? Dengan cara apa pun, nantinya kami nggak akan bisa kasih penjelasan."

"Sudah kubilang nggak perlu diperiksa, berarti nggak perlu!" ucap Sekar dengan suara makin keras. Suaranya terdengar cemas ketika menambahkan, "Kamu pasti sengaja mencari alasan untuk nggak mengembalikan mahar itu, 'kan?"

Lastri membalas sambil tersenyum, "Sekar, jangan bilang seperti itu. Aku cuma mau memastikan semuanya baik-baik saja untuk semua pihak."

Di balik senyumnya, Lastri menahan tawa dingin dalam hati. Berani-beraninya dia mencoba membawa keluar barang milik Keluarga Sudrajat di depan matanya? Itu hanya mimpi!

Pada kehidupan sebelumnya, Keluarga Surbakti sudah seperti lintah yang mengisap darah Keluarga Sudrajat. Ibunya yang selalu membela keluarga asalnya. Dia sama sekali tidak peduli pada nasibnya maupun adik laki-lakinya.

Bahkan ketika Keluarga Surbakti sudah tidak bisa lagi mendapatkan keuntungan dari Keluarga Sudrajat, ibunya tega meninggalkan dirinya dan adiknya begitu saja. Dia memilih untuk menikah lagi.

Baru saat itu, Lastri menyadari berapa banyak keuntungan yang telah diambil Keluarga Surbakti dari Keluarga Sudrajat melalui ibunya.

Namun di kehidupan ini, Lastri bertekad tidak akan membiarkan Keluarga Surbakti mendapatkan keuntungan sepeser pun dari Keluarga Sudrajat. Jadi, mustahil mereka bisa membawa mahar ini keluar.

Melihat Lastri tidak mau mundur satu langkah pun, Sekar mulai panik. Dia tahu jika mahar itu benar-benar diperiksa, semua akan terbongkar. Tak ada pilihan lain, dia menggigit bibirnya lalu tiba-tiba berlutut di depan Lastri.

Sekar segera berucap, "Kak, aku sudah rela menyerahkan Tuan Guntur kepadamu. Apa lagi yang kamu inginkan? Aku tahu kamu iri karena keluargaku memberiku mahar lebih banyak."

"Tapi, aku yang menggantikanmu menikah dengan Keluarga Naswara. Mereka itu miskin, jadi mahar ini sangat penting bagiku. Aku nggak bisa menyerahkan mahar ini lagi, Kak!" seru Sekar.

Lastri memandang Sekar yang menangis dengan penuh drama. Dia merasa marah hingga giginya gemeretak. Sungguh wanita yang licik! Tidak tampil di panggung opera sungguh menyia-nyiakan bakatnya.

Meski muak, Lastri tetap menahan emosinya. Dia membungkuk sedikit untuk membantu Sekar berdiri, lalu berujar sambil tersenyum dingin, "Sekar, jangan memutarbalikkan fakta seperti itu. Aku melakukan ini demi kebaikan kita bersama."

"Lagian Tuan Guntur awalnya memang bertunangan denganku. Kamulah yang merebutnya. Kemampuanmu memutarbalikkan kebenaranmu ini sungguh luar biasa. Aku harus lebih berhati-hati!" tambah Lastri.

Mendengar itu, raut wajah Sekar berubah-ubah. Dia akhirnya bangkit berdiri dan berjalan keluar. Sesampainya di halaman, dia langsung memeluk seorang pelayan wanita yang sedang membawa peti mahar dan menangis.

Sekar memberi tahu, "Bibi, tolong bujuk Kakak. Dia nggak mau mengembalikan maharku!"

Ketika Lastri keluar, dia mendapati pelayan senior itu adalah salah satu pengurus kepercayaan ibunya, Yani. Begitu melihat Lastri, Yani langsung menunjukkan ekspresi kaku.

Yani berkata dengan nada penuh sindiran, "Nona Lastri, Anda sudah menimbulkan masalah sebesar ini. Sekarang, Anda bahkan menahan mahar Nona Sekar. Apa Anda sudah memikirkan gimana menjelaskan ini kepada Nyonya Ririn nanti?"

Lastri langsung menunjukkan ekspresi dingin. Dia tersenyum tipis, tetapi senyum itu penuh dengan penghinaan.

Lastri membalas, "Bibi Yani, apa kamu datang ke sini untuk memarahiku? Kamu lupa di mana kamu berdiri sekarang? Ini adalah Kediaman Adipati dan aku adalah Nyonya Muda Keluarga Adipati. Perlukah aku mengajarimu gimana cara berbicara kepadaku?"

Ucapan itu seperti tamparan keras di wajah Yani. Ditambah lagi, dia dipermalukan di depan para pelayan Kediaman Adipati. Wajahnya langsung memerah, sementara hatinya dipenuhi dengan kebencian.

Sekar buru-buru berbicara, "Kak, meskipun kamu sudah menikah ke Keluarga Adipati, Bibi Yani adalah pelayan kepercayaan ibumu. Dia termasuk seniormu juga. Mana boleh kamu memperlakukannya seperti ini? Jangan-jangan, kamu nggak menghormati ibumu lagi?"

Lastri tertawa dingin sebelum membalas, "Sekar, kamu benar-benar jago membesar-besarkan masalah. Haruskah aku memanggil suamiku ke sini agar dia juga memberi hormat pada pelayan senior ini?"

Bab terkait

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 8

    Sekar menimpali, "Kak, apa kamu benar-benar berpikir posisimu sebagai Nyonya Muda Keluarga Adipati bisa bertahan lama? Bisa-bisanya kamu memanfaatkan nama Tuan Guntur untuk menakut-nakuti orang. Sungguh memalukan!"Sekar memandang Lastri dengan tatapan penuh kemarahan. Dia benar-benar muak karena Lastri tidak terpengaruh oleh ancaman atau bujukannya. Matanya yang cantik seolah-olah akan menyemburkan api.Sekar bersembunyi di balik Yani. Berhubung merasa memiliki sandaran, dia berkata dengan nada penuh percaya diri, "Bagaimanapun juga, mahar ini pasti akan kubawa pergi. Kalau kamu nggak setuju, aku akan memberi tahu ibumu!"Usai berkata demikian, Sekar berdiri dengan santai dan menunggu Lastri menyerah. Sejak kecil, setiap kali dia bertengkar dengan Lastri, cukup dengan menyebut nama ibu Lastri, maka wanita itu pasti akan patuh.Terlebih lagi, kali ini Yani juga berada di sini. Jika Lastri berani melawan, ibunya pasti akan menghukumnya."Aku bisa mempertahankan posisiku atau nggak, itu

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 9

    Semua orang menoleh ke arah suara itu. Mereka mendapati Guntur yang mengenakan jubah sutra merah, berjalan masuk dari luar pintu.Posturnya tegap dan wajahnya tampan, tetapi ada hawa dingin di matanya. Hanya saja begitu tatapannya bertemu dengan Lastri, tatapan dingin itu perlahan mencair.Guntur berjalan langsung ke arah Lastri dan berdiri di sampingnya. Di sisi lain, Lastri terkejut melihat kehadirannya.Tadi malam adalah malam pernikahan mereka. Namun, kepala Lastri penuh dengan kekhawatiran tentang bagaimana caranya tetap tinggal di Kediaman Adipati. Dia bahkan belum sempat memperhatikan Guntur dengan baik.Kenangan yang Lastri miliki tentang Guntur hanyalah bayangan samar dari kehidupan sebelumnya. Di hari kedua pernikahan mereka, Guntur memimpin pasukan besar untuk perang di utara.Bersama para pejabat istana, Kaisar sendiri melepas keberangkatan pasukan di luar kota. Penduduk ibu kota berbondong-bondong keluar untuk menyaksikan momen bersejarah itu.Saat itu, Lastri ikut bersama

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 10

    Nisa mengangkat sebuah batu tinta sederhana tetapi elegan, dengan tekstur yang halus seperti giok. Bentuknya unik, menyerupai huruf X, dengan tiga sisi yang melebar. Permukaan batu tinta dan wadah tintanya polos tanpa ukiran.Meskipun telah melewati dua kehidupan dan bertahun-tahun berlalu, Lastri langsung mengenali bahwa batu tinta ini adalah milik ayahnya yang dulu selalu diletakkan di ruang bacanya.Ketika melihat peninggalan ayahnya lagi, perasaan haru yang tak dapat Lastri sembunyikan meluap. Dia menerima batu tinta itu, memeriksanya dengan cermat, dan benar saja ada bekas goresan kecil di bagian bawahnya. Itu adalah goresan yang Lastri buat ketika kecil, saat tak sengaja menjatuhkannya ke lantai.Ayahnya berasal dari keluarga cendekiawan, tetapi dia lebih menyukai seni bela diri daripada membaca dan menulis. Sejak muda, dia bergabung dengan kemiliteran dan berkenalan dengan Kaisar ketika masih menjadi pangeran.Persahabatan mereka dimulai dari sebuah pertarungan hingga akhirnya m

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 11

    Guntur memandang ke arah Lastri. Meskipun berusaha tetap tenang, jelas terlihat dia gugup, tetapi mencoba menunjukkan sikap anggun dan penuh martabat, sama seperti semalam.Guntur tahu apa yang dia inginkan dan memahami perhitungan di balik tindakannya. Dia menyadari bahwa wanita ini ingin memanfaatkan kekuatan Keluarga Adipati. Hanya saja melihat cara dia bersikap hati-hati seperti itu, Guntur merasa semuanya sangat menyakitkan di matanya."Sudah kubilang, pendapat istriku adalah pendapatku juga. Lakukan semuanya sesuai dengan apa yang dia katakan," ujar Guntur sambil menyibakkan lengan bajunya. Suaranya yang dingin bergema di telinga Lastri. "Kedua kalinya."Lastri merasa lega mendengar dukungan Guntur, tetapi ucapan terakhirnya membuatnya bingung. Kedua kalinya? Apa maksudnya? Namun, Guntur tidak berniat menjelaskan. Dia segera berjalan keluar dengan langkah besar tanpa menoleh ke belakang.Lastri menatap tumpukan mahar di halaman dan tidak sempat memikirkan kata-kata Guntur. Dia se

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 12

    Saat Lastri kembali ke paviliun tengah, hanya ada Rahayu seorang diri di sana. "Ibu, aku sudah kembali," ucap Lastri dengan sopan sambil berjalan mendekat. Dia berlutut untuk memberi salam. Gerakannya penuh tata krama.Namun dalam hatinya, Lastri merasa sedikit gugup. Kejadian di paviliun depan tadi, pertengkarannya dengan Sekar, dan keterlibatan nama Keluarga Adipati, membuatnya bertanya-tanya bagaimana Rahayu akan menghukumnya."Lauk ini rasanya cukup enak," ujar Rahayu tiba-tiba. Ucapan itu membuat Lastri terkejut. Ternyata, Rahayu sama sekali tidak menyinggung insiden yang terjadi di paviliun depan."Makasih atas pujian Ibu. Kalau Ibu menyukainya, lain kali aku akan memasaknya lagi untukmu," jawab Lastri sambil tersenyum.Melihat Rahayu meletakkan cangkir teh, Lastri segera mengambil teko dari pelayan, menuangkan teh untuknya, lalu menyerahkan handuk kecil untuk mencuci tangan.Rahayu mengangkat alisnya sambil menerima handuk itu, lalu mengelap tangannya dengan santai sebelum melet

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 13

    Ketika kembali ke paviliun, Lastri diberi tahu bahwa Guntur sedang berada di ruang baca. Setelah mempertimbangkan sejenak, dia memutuskan untuk menyeduh sendiri satu teko teh dan membawanya ke sana.Pengawal pribadi Guntur, Jaka, berdiri di luar pintu ruang baca. Ketika melihat Lastri, dia segera membungkuk hormat sambil menyapa, "Nyonya Lastri, Anda datang. Tuan Guntur sedang membaca buku di dalam. Silakan masuk."Setelah berkata demikian, Jaka dengan sigap membuka pintu dan mempersilakan Lastri masuk. Lastri berkedip dan merasa heran. Ruang baca adalah tempat penting, tetapi dia bisa masuk begitu saja tanpa pemberitahuan?Namun melihat ekspresi penuh harap di wajah Jaka, dia merasa tidak enak jika menolak. Akhirnya, dia mengambil baki berisi makanan ringan dari tangan Nisa dan berjalan masuk dengan langkah ringan.Nisa yang tinggal bersama Jaka di luar, menatap pengawal itu dengan alis mengernyit. Dia berucap, "Nonaku cuma membawakan teh dan camilan untuk Tuan Guntur. Apa yang membua

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 14

    Nisa memperhatikan ekspresi Lastri dengan hati-hati, lalu bertanya pelan, "Nyonya, Anda ... bertengkar dengan Tuan Guntur ya?""Nggak," jawab Lastri sambil menggeleng. Namun, pikirannya tetap tertuju pada sikap Guntur tadi. Semalam, Guntur salah mengira Lastri sebagai Sekar dan mengatakan sesuatu yang jelas menunjukkan bahwa Sekar tidak lagi ada di hatinya. Hanya saja, sikapnya terhadap Lastri hari ini juga tidak terlalu ramah.Mungkin, Guntur menikahi Lastri hanya karena ingin memperkuat kedudukan dengan menikahi putri sah Keluarga Sudrajat.Di kehidupan sebelumnya, Guntur pergi ke medan perang pada hari kedua setelah pernikahan mereka. Perang berlangsung selama tiga tahun dan dia tidak berhasil meraih kemenangan di utara. Hal ini membuat Rahayu sakit karena cemas hingga tidak lagi mampu mengurus rumah tangga.Akibatnya, Sekar diberi wewenang untuk mengurus urusan Kediaman Adipati. Pada akhirnya, itu memungkinkannya mencelakai keluarga mereka.Di kehidupan ini, mungkin karena insiden

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 15

    Langit sudah mulai gelap ketika Guntur tiba di kamar utama. Di kejauhan, matahari terbenam perlahan ditelan awan tebal dan kegelapan mulai menyelimuti. Lampion-lampion di halaman telah dinyalakan.Kata-kata "kebahagiaan" berwarna merah yang menempel di jendela belum dilepas. Guntur menunduk menatap pakaian merah di tubuhnya, seolah-olah merasakan ketidaknyataan. Benarkah dia telah menikahi Lastri?Ketika melangkah masuk ke dalam kamar dan melihat gadis muda yang cantik dan anggun itu, rasa tidak nyata di dalam hatinya perlahan memudar.Di bawah cahaya lampu, pesona lembut Lastri makin terlihat jelas. Dalam benaknya, Guntur tak bisa menahan bayangan wanita bersemangat dan penuh percaya diri yang ada dalam ingatannya sebelumnya. Rona merah merayap di wajahnya tanpa disadari."Ehem!" Guntur berdeham dan berusaha menenangkan dirinya, lalu melangkah masuk ke dalam kamar.Para pelayan di dalam segera menoleh ke arahnya saat mendengar suara langkah kaki. Saat mata Lastri bertemu dengan tatapa

Bab terbaru

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 70

    Setelah mendengar omongan Lastri, semua orang di kamar itu tersentak kaget ketika melihat ekspresinya yang serius. Mereka sadar bahwa Lastri yang berdiri di depan mereka sudah bukan gadis kecil yang mudah diperdaya oleh mereka seperti dulu. Lastri sudah menikah dan memiliki dukungan Keluarga Adipati.Akan tetapi, Sekar merasa enggan. Dia berseru dengan marah, "Kamu mengancam kami? Kak Lastri, kami ini kerabatmu. Bibi sangat baik pada kami. Kenapa kamu nggak bisa membantu kami?"Lastri menyeringai. Dia menyindir, "Kalau ikuti logikamu, sekarang aku nggak seharusnya berada di sini, tapi di Kediaman Keluarga Sudrajat."Sekar hendak berbicara lagi, "Kamu ....""Cukup!" bentak Gendis sambil memelototi Sekar. Lalu, dia menoleh pada Lastri dan berkata, "Lastri benar, tapi sekarang pamanmu sudah ditangkap. Kita harusnya bersatu hati pada saat sekarang. Lastri, kamu nggak boleh berpangku tangan!"Lastri menundukkan tatapannya. Dia berujar, "Aku hanyalah menantu baru. Sekalipun aku mau bantu, ak

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 69

    Lastri menatap Gendis. Gendis tampak sedih, tetapi ada kelicikan dalam tatapan matanya. Lastri pun menyeringai sinis dalam hati. Mengapa dia begitu buta sebelumnya sehingga merasa Gendis benar-benar menyayanginya?Lastri tidak mengekspresikan apa pun. Dia buru-buru berlari ke depan dan memegangi Gendis. Dia bertanya, "Nenek, ada apa dengan Nenek? Kenapa Bibi Liana malah menangis? Di mana ibuku?"Liana tiba-tiba maju ke depan Lastri dan berseru, "Lastri! Cepat selamatkan pamanmu! Cepat suruh Guntur selamatkan pamanmu."Lastri terdiam. Gendis langsung menegur, "Diam! Kamu pikir pengadilan milik Keluarga Adipati? Mana bisa menyelamatkan orang dengan semudah itu?"Meskipun Gendis juga berpikir begitu, kalimat itu tidak bisa diungkapkan! Lalu, Gendis berkata pada Lastri, "Lastri, tadi ada sekelompok tentara yang datang dan menangkap pamanmu. Guntur memiliki kemampuan, kamu suruh dia bantu cari tahu apa kesalahan pamanmu. Biar kita bisa pikirkan solusinya!"Lastri menyanggupi, "Nenek, jangan

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 68

    Yani berlari ke dalam paviliun tengah. Pada saat ini, Gendis duduk di kursi utama dengan memakai gaun brokat ungu tua dan ikat kepala ungu tua. Wajahnya yang berbentuk persegi tampak serius dan tegas, sangat berwibawa.Melihat Yani masuk sendirian, Gendis mengernyit sambil bertanya, "Kenapa hanya kamu? Di mana Lastri?"Yani menjawab, "Nyonya Gendis, Nona Lastri sudah pergi.""Sudah pergi? Siapa yang menyuruhnya pergi?" bentak Gendis sambil memukul meja. "Nona Lastri langsung pergi karena pintu depan nggak dibuka. Pelayannya yang tampak asing bilang dia akan beri tahu Nyonya Rahayu bahwa Keluarga Surbakti menghina Nona Lastri."Istri Hadi, Liana, berseru dengan panik, "Apa? Kenapa kamu biarkan dia pergi? Kalau dia pergi, bagaimana dengan acara ulang tahunku?"Gendis memelototi Ririn dan menegurnya, "Lihat anakmu itu, sekarang sudah bersikap congkak di depanku. Saat dia ambil mahar Sekar kala itu, kamu bilang kamu akan menebusnya, jadi aku nggak bilang apa-apa. Sekarang suruh dia pulang

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 67

    Wajah Guntur menjadi masam. Dia bertanya, "Kenapa kamu bilang begitu? Apa ada orang yang mengatakan sesuatu pada Lastri?"Dalam dua hari ini, Guntur sibuk di kantor dan selalu pulang tengah malam. Guntur bahkan tidur di ruang kerja paviliun depan agar tidak mengganggu Lastri. Akan tetapi, sejak dimarahi olehnya waktu itu, tidak ada orang yang berani mendatangi Guntur lagi.Mungkinkah ada orang yang memiliki niat lain karena dia tidur di paviliun depan sehingga membuat Lastri marah?Melihat Guntur salah paham, Jaka bergegas berucap, "Bukan, ini karena Nyonya Lastri sendiri."Jaka menceritakan apa yang dilakukan Lastri kepada Hadi. Lalu, dia berkata, "Aku pun bisa memikirkan ide seperti Nyonya Lastri ini. Kelak kalau Hadi tahu ... tsk tsk tsk. Ide ini sungguh licik ... nggak, ini ide bagus!"Jaka langsung mengubah perkataannya karena melihat ekspresi Guntur yang makin agresif. Guntur memelototinya dan memberi perintah, "Cepat pulang. Suruh Paman Ismu kirimkan dua pelayan yang pandai bela

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 66

    Keesokan hari, Guntur menyuruh Jaka untuk mematuhi perintah Lastri. Lastri bertemu dengan Jaka di paviliun depan. Lastri memerintahkan Jaka untuk menyelidiki Keluarga Surbakti."Hadi bekerja sebagai staf biasa di Kementerian Pembangunan. Aku mau kamu selidiki tentang penyalahgunaan jabatannya tanpa terkecuali. Harus lengkap dengan saksi mata dan barang bukti," perintah Lastri.Jaka terkesiap. Dia menoleh pada Lastri dengan kaget. Lalu, Lastri mengangkat alis seraya bertanya, "Apa ada masalah?""Nggak!" seru Jaka. Dia menekan kekagetan di dalam hatinya dan berkata dengan hormat, "Hamba akan menyelidikinya secepat mungkin."Lastri mengangguk. Setelah itu, dia membubarkan Jaka. Jaka melaksanakan tugas dengan sangat sungguh-sungguh karena telah mendapat perintah dari Guntur dan tahu betapa pentingnya Lastri bagi Guntur.Belum sampai tiga hari, Jaka sudah menyerahkan hasil penyelidikan tentang semua masalah Keluarga Surbakti kepada Lastri. Saat Lastri membacanya, Jaka menerangkan, "Nyonya

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 65

    "Suruh dia masuk," seru Guntur. Lalu, Guntur berkata lagi, "Lain kali kalau Lastri mencariku, langsung lapor." Pengawal itu menyanggupi, "Baik!"Sudah satu jam Frida menunggu di luar halaman. Awalnya, Frida mengira Guntur sengaja mengabaikannya karena marah kepada Lastri. Begitu melihat dua penasihat itu keluar dari ruang kerja, Frida sadar dirinya datang di saat yang tidak tepat.Di dalam ruang kerja, Guntur mengangkat alis saat melihat Frida. Dia bertanya, "Ada masalah apa?"Frida berpikir dalam hati, Lastri menyuruhnya meminjam Jaka dari Guntur, tetapi Guntur harus membicarakan urusan penting semacam itu secara langsung dengan Lastri. Oleh karena itu, Frida berkata dengan hormat, "Nyonya Lastri mencari Tuan."Guntur mengangkat alis saat bertanya, "Ada apa?"Frida menjawab, "Hamba nggak tahu."Guntur terdiam sejenak. Dia berucap, "Baik, aku segera ke sana."Frida pun lega. Dia memberi hormat dan mundur keluar. Sementara itu, perasaan hati Guntur sedikit kompleks. Mungkinkah Lastri t

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 64

    Lastri tidak tahu-menahu tentang apa yang terjadi di kediaman Keluarga Naswara. Pada saat ini, Lastri memegang undangan yang dikirim oleh Keluarga Surbakti dan terdiam.Nisa yang pengertian menjelaskan, "Undangan ini diantarkan oleh kepala pelayan. Nyonya nggak tahu.""Untung Ibu nggak tahu. Kalau nggak, aku akan malu," kata Lastri dengan jengkel. Dia membuang undangan itu ke samping. "Dasar nggak tahu diri. Bisa-bisanya undang Nyonya Adipati ke acara ulang tahun istri pejabat kecil?"Isi undangan itu adalah mengundang Rahayu ke perayaan ulang tahun bibi Lastri di kediaman Keluarga Surbakti. Untung saja, undangan itu dicegat oleh kepala pelayan. Jika diantar ke paviliun tengah, entah bagaimana Rahayu akan memikirkannya. Mungkin Rahayu akan mengira dia congkak."Nyonya, jangan marah. Undangan ini sudah dikirim ke sini. Apa Nyonya mau pergi?" tanya Nisa."Iya. Aku nggak hanya mau pulang, tapi juga memberi mereka hadiah besar!" jawab Lastri sambil menggertakkan gigi.Jika tidak membuat Ke

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 63

    Lastri meminta maaf, "Suamiku, maaf. Aku terlalu menyulitkanmu."Lastri terlalu cemas. Lastri frustrasi karena apa yang terjadi pada kehidupan sebelumnya. Sekarang ini sudah kehidupan baru. Dia sudah menikah dengan Guntur dan menempuh jalan hidup yang berbeda total dengan di kehidupan sebelumnya.Lastri akan memisahkan Keluarga Sudrajat dengan Keluarga Surbakti. Jika Guntur dan Sekar ingin membahayakannya, serta membahayakan Keluarga Sudrajat, tidak akan begitu mudah seperti di kehidupan sebelumnya.Lastri dan Guntur tidak lagi berbicara. Sepulangnya ke Kediaman Adipati, Guntur langsung pergi ke akademi di paviliun depan.Barulah Lastri sadar bahwa Guntur sepertinya marah. Akan tetapi, dia tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya meminta Guntur menyelidiki Resnu demi kepentingan Keluarga Adipati dan Keluarga Sudrajat, bukan demi kepentingan pribadi!Lastri merasa heran. Dia tiba-tiba menanyai Frida yang berdiri di samping, "Apa aku salah bicara?"Setelah beberapa hari melayani Lastri, Frida

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 62

    Guntur bertanya, "Istriku, apa ada yang salah?"Lastri menggelengkan kepala, lalu dia bertumpu pada lengan Guntur untuk naik ke kereta kuda.Sekar keluar bersama Sari dan Lastri, tetapi Sari meninggalkannya, Lastri juga tidak menghiraukannya. Sekar berdiri sendirian di depan pintu masuk Satu Rasa. Sekar panik sehingga berteriak pada Lastri, "Kakak, tunggu aku. Aku ikut!"Lastri masuk ke dalam kereta kuda tanpa menoleh ke belakang. Tebersit rasa benci dalam mata Sekar. Dia tetap berjalan ke depan dan berseru, "Kakak ...."Guntur menoleh ke belakang dan menegur dengan suara dingin, "Kalau ingatanmu nggak bagus, aku nggak keberatan untuk mengingatkanmu tentang omongan di kediaman Keluarga Sudrajat. Aku nggak punya prinsip nggak memukul wanita."Wajah Sekar menjadi pucat. Dia berhenti di tempat, melihat kereta kuda Keluarga Adipati Moestopo menghilang dari pandangannya.Di dalam kereta kuda, Guntur menanyai Lastri yang jelas sedang jengkel, "Istriku, kamu jengkel karena dia?"Lastri mengge

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status