Semua Bab Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta: Bab 41 - Bab 50

70 Bab

Bab 41

Lastri dan Icha keluar dengan tergesa-gesa, lalu mendapati Guntur berdiri di depan pintu ruang kerja dengan wajah penuh amarah sambil menatap Sena yang berlutut di tengah halaman dengan tubuh gemetar. Para pelayan lainnya berdiri di sekitar, tidak ada yang berani bersuara.Pria ini marah? Lastri berjalan mendekat, tersenyum lembut pada Guntur, "Suamiku, apa Sena telah melakukan sesuatu yang membuatmu kesal? Kalau begitu, suruh dia jangan ulangi saja. Nggak perlu marah sebesar ini."Tatapan Guntur langsung beralih ke Lastri. Matanya yang penuh dengan kemarahan membuat Lastri merasa agak bersalah. Dia cepat-cepat mengalihkan pandangannya.Guntur menatap Lastri dengan tajam, lalu menginstruksi dengan nada kesal, "Bawa dia kembali ke Ibu, biarkan Ibu yang mengaturnya. Kalau dia butuh laki-laki, suruh Ibu menikahkannya dengan seseorang. Yang jelas, aku nggak ingin dia muncul di hadapanku lagi!"Begitu ucapan itu dilontarkan, Sena yang berlutut di lantai semakin ketakutan. Lastri tertegun se
Baca selengkapnya

Bab 42

Icha mulai merasa gelisah. Karena tidak ada pelayan di sini, dia bertanya dengan lirih, "Nyonya, apa mungkin Nyonya Rahayu marah?"Mereka sudah menunggu selama dua jam. Bukankah ini namanya menyulitkan menantu?Lastri melambaikan tangannya, memberi isyarat agar Icha tidak bicara lagi. Hanya dua jam saja dan tidak menyuruhnya menunggu di luar. Dia bisa duduk, bahkan disediakan teh.Dulu saat Anita mendidiknya, Lastri pernah disuruh berdiri seharian penuh. Ketika Anita tidur, Lastri berjaga di samping. Ketika Anita makan, Lastri melayaninya. Sepanjang hari, dia sangat kelelahan, tetapi yang didapatkan hanyalah keluhan Resnu yang menyebutnya manja.Sekarang Rahayu hanya membiarkannya menunggu sebentar, itu sama sekali tidak bisa dianggap sebagai ujian berat.Di dalam ruangannya, Rahayu bersandar di dipan sambil memejamkan mata. Dia bertanya pelan, "Dia masih di sana?"Sri yang sedang mengipasinya menjawab dengan lirih. "Masih, nggak terlihat sedikit pun ketidaksabaran. Menurut saya, Nyony
Baca selengkapnya

Bab 43

Lastri tertegun, belum sepenuhnya menyadari apa yang terjadi. "Siapa yang pergi ke rumah siapa untuk meminta mahar?"Icha merendahkan suaranya saat menyahut, "Itu ibu mertua dari sepupu Anda. Dia ke kediaman Keluarga Surbakti untuk minta mas kawin."Lastri tidak terlalu terkejut. Dengan sifat Anita yang pelit, rakus, dan tak tahu malu, hal seperti ini memang sangat mungkin terjadi.Namun, Nisa tampak kaget. "Mana ada orang yang pergi ke rumah besan untuk meminta mahar? Nyonya Anita ini nggak punya rasa malu ya? Apa Tuan Resnu akan membiarkannya?""Katanya, Tuan Resnu nggak tahu kalau Nyonya Anita pergi ke kediaman Keluarga Surbakti untuk minta mahar. Ketika dia tahu, Nyonya Anita sudah menyuruh orang mengangkut mahar itu dari kediaman Keluarga Surbakti."Nisa semakin kaget. "Keluarga Surbakti benar-benar memberikannya?"Ekspresi Icha menjadi agak suram. Dia melirik Lastri tanpa mengatakan apa-apa.Lastri tersenyum tipis. "Pasti ibuku yang memberikannya, 'kan?"Icha mengangguk, lalu ber
Baca selengkapnya

Bab 44

Keesokan paginya, Lastri pergi ke paviliun tengah untuk memberi salam kepada ibu mertuanya dan memberi tahu bahwa dia akan pulang ke rumah keluarganya.Kali ini, dia membawa Icha dan Frida. Sesampainya di kediaman Keluarga Sudrajat, Lastri langsung menuju paviliun utama untuk memberi salam kepada neneknya.Icha yang berjalan di belakang Lastri, berkata pelan, "Nona, Anda langsung ke paviliun utama? Nanti Nyonya Ririn pasti akan ngomel kalau tahu."Lastri mengangkat alis, lalu menepuk tangan Icha dan berbisik, "Kamu pergi saja ke paviliun barat dan cari teman-teman lamamu."Icha mengangguk. Sebelum pergi, dia berbalik dan tidak lupa bertanya, "Kalau Nyonya Ririn melihat saya dan bertanya tentang Anda, apa yang harus saya katakan?"Lastri tersenyum. "Ibu nggak akan pergi ke paviliun barat sekarang, pergi saja."Frida yang mengikuti Lastri dari belakang, merasa heran. Sesuai aturan, pulang ke rumah keluarga dan memberi salam kepada tetua tertinggi itu wajar. Kenapa Icha berkata seperti it
Baca selengkapnya

Bab 45

Gerak-gerik Gibran itu tentu tidak bisa luput dari perhatian para orang dewasa yang ada di tempat itu.Utari mengingat hukuman beberapa hari yang lalu. Dia menyemangati sambil tersenyum, "Gibran memang anak yang baik. Kakak dan adikmu belajar dengan sangat baik, kamu harus banyak belajar dari mereka.""Dodit, Fajar, kalian harus menjaga Gibran dengan baik di akademi ya," pesan Lastri."Baik, Kak!"Dodit adalah seorang remaja yang sopan. Dia melirik Lastri sekilas, lalu menjawab dengan hormat. Fajar yang sifatnya lebih ceria biasanya suka bersikap manja di depan Utari, tetapi hari ini dia tidak berani berbicara sedikit pun dan hanya mengiakan dengan patuh.Ketika melihat ketiga anak itu begitu tenang dan tidak bertingkah, Utari dan Ajeng saling melirik sambil tersenyum nakal ke arah Lastri.Lastri tidak menyangka, dia baru memarahi adiknya sekali, tetapi dampaknya ternyata begitu besar. Dia merasa agak canggung, lalu berbalik mengambil tiga kotak dari tangan pelayan. Kemudian, dia mende
Baca selengkapnya

Bab 46

Lastri terdiam sejenak. Wajah Utari tampak suram, sementara ekspresi Ajeng juga terlihat masam, bahkan dia mengulurkan tangan untuk melepaskan anting-antingnya. Para anak kecil bertatapan dan tidak berani mengeluarkan suara sedikit pun.Lastri menunduk untuk melihat kotak di tangannya, perasaan dingin menyelimuti hatinya. Jika Ririn lebih peduli pada adiknya, apakah dia perlu repot-repot menyenangkan hati Ajeng? Namun di mata Ririn, yang penting hanya barang mewah. Ririn tidak pernah memikirkan alasan mengapa dia melakukan semua ini!Lastri menarik kembali kotaknya, lalu berkata dengan wajah datar, "Ibu, jangan bercanda. Bibi Ajeng bukan orang luar. Kalau Ibu nggak mengakui saya sebagai anak, aku rasa Ibu nggak membutuhkan hadiah ini."Setelah berkata demikian, Lastri berbalik untuk pergi. Namun, Ririn langsung merebut kotak itu dari tangannya. "Anak ini, aku cuma bercanda. Kamu memberikan sesuatu yang begitu bagus untuk bibimu, jangan sampai yang kamu berikan padaku lebih murah lho!"
Baca selengkapnya

Bab 47

Begitu Ririn berbicara, suasana riang di dalam ruangan langsung berubah. Lastri menggigit bibir, hatinya dipenuhi rasa sakit dan tak berdaya.Utari menyadari ketidakberdayaan cucunya, alisnya mengernyit. Melihat itu, Ajeng segera menyuruh anak-anak untuk keluar lebih dulu.Utari menepuk tangan Lastri, memberi isyarat agar dia tidak marah. Ketika hendak berbicara, dia mendengar cucunya berkata, "Ibu, pil ginseng astragalus ini sangat langka. Aku cuma dapat satu kotak, semuanya ada di sini.""Karena Nenek kurang sehat, aku memberikan semuanya kepada Nenek. Kalau permintaan maaf yang Ibu katakan ...."Tatapan Lastri menjadi dingin, begitu juga suaranya. "Apa Ibu sudah lupa siapa yang sebenarnya dijodohkan dengan Keluarga Moestopo?"Ririn tertegun, lalu menyahut dengan enggan, "Nggak ada ya nggak ada, kenapa kamu harus galak begini. Lastri, sepertinya sifatmu semakin keras. Beberapa hari lagi ulang tahun bibi dari pihakku, jangan lupa memberinya selamat."Lastri yang sedang memapah Utari p
Baca selengkapnya

Bab 48

Namun, tak disangka, Lastri sama sekali tak terpengaruh. Dia terkekeh-kekeh sinis. "Kalau kamu nggak takut Ibu mengosongkan seluruh paviliun barat, silakan saja pergi mengadu.""Ibu nggak akan melakukan itu!" Gibran marah. "Kamu cuma suka ikut campur. Ibu bilang semua barang itu milikku."Kedua bersaudara itu terus berdebat sampai tiba di depan gerbang akademi. Melihat pintu masuk akademi yang megah, Gibran tampak enggan untuk turun. Lastri langsung menariknya."Kalau aku tahu kamu bolos sekolah, aku akan menemui guru dan menyuruhmu tinggal di akademi. Kalau kamu nggak percaya, coba saja."Keputusasaan melintas di mata Gibran. Dengan perasaan enggan, dia diseret masuk oleh kedua kakaknya.Dalam perjalanan pulang, Lastri tidak langsung kembali ke rumah, melainkan memerintahkan kusir untuk menuju ke bagian utara kota.Tiga toko yang diberikan Heru sebagai mahar semuanya terletak di bagian utara kota. Di kehidupan sebelumnya, dia menggunakan ketiga toko ini untuk membantu Resnu meniti jal
Baca selengkapnya

Bab 49

"Suamiku sudah pulang!"Guntur baru saja melangkah masuk ke ruang tamu. Tiba-tiba, dia melihat Lastri menyambutnya dengan penuh antusiasme.Dia mendongak dan melihat wanita di depan yang mengenakan gaun sifon merah dengan model kerah silang, dihiasi sabuk senada yang menonjolkan pinggang rampingnya. Wajah mungil yang cantik tanpa riasan tampak tersenyum manis sambil memandangnya dengan mata berbinar.Guntur tertegun sejenak melihat senyuman cerah itu, wajah dan telinganya sampai memerah. Dia pun mengalihkan pandangannya dengan agak canggung dan hanya mengangguk dingin.Guntur berusaha menenangkan jantungnya yang berdegup kencang. Dalam hatinya, dia memarahi diri sendiri karena terlalu lemah.Wanita ini tersenyum begitu manis kepadanya, pasti karena ibunya telah menasihatinya lagi agar bersikap baik. Jika tidak, dia tak akan pernah berinisiatif bersikap ramah.Lastri tidak memperhatikan reaksi Guntur. Dia meminta seseorang membawa air, lalu menyerahkan handuk kecil kepadanya untuk mencu
Baca selengkapnya

Bab 50

Jantung Lastri sontak berdetak kencang, tidak mengerti dari mana datangnya amarah Guntur. Dia mencoba bertanya dengan hati-hati, "Suamiku, kamu nggak mau membantuku?"Guntur terkekeh-kekeh sinis, menatapnya dengan penuh ejekan. "Bukankah tujuan Resnu kamu? Kamu ingin memberitahuku apa? Apa kamu pikir aku cukup besar hati hingga diam saja saat seseorang mengincar istriku?"Lastri bertemu dengan tatapan suram Guntur. Dia membuka mulutnya, tetapi tidak tahu harus berkata apa. Dia hanya ingin meminta bantuan Guntur, tetapi sepenuhnya mengabaikan kemungkinan bahwa Guntur bisa salah paham.Benar! Di mata orang lain, Resnu masuk ke tokonya adalah bukti dia masih menyimpan perasaan. Meskipun Lastri tidak punya perasaan apa pun, di mata Guntur, hal itu sama saja dengan pamer.Apalagi, Guntur juga tidak akan percaya bahwa Resnu bisa berbuat jahat padanya. Di mata Guntur, Resnu sama sekali tidak bernilai. Tanpa hubungannya dengan Lastri, Resnu bahkan tidak akan bisa mendekati gerbang Kediaman Adi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status