Share

Bab 2

Penulis: Bella Dior
"Nona Sekar, aku menikahimu cuma karena perjanjian pernikahan antara Keluarga Moestopo dan Keluarga Sudrajat. Aku nggak ingin kedua keluarga merasa dipermalukan." Suara rendah dan dingin seorang pria terdengar. Hal ini membuat Lastri terkejut.

Apakah Guntur tidak akan membuka penutup wajahnya? Tampaknya pria itu memang tidak ada niat untuk melakukannya.

Guntur menambahkan, "Aku akan memberikanmu penghormatan sebagai istri sah, tapi aku nggak akan menyentuhmu. Suatu hari nanti kalau kamu menemukan seseorang yang kamu cintai, aku akan melepaskanmu."

"Malam sudah larut, kamu pasti lelah setelah beraktivitas seharian. Beristirahatlah lebih awal, aku akan tidur di kamar samping." Usai Guntur berkata demikian, terdengar langkah kaki menjauh.

Apa? Jadi, seperti ini? Lastri tidak menyangka malam pengantin Guntur bersama Sekar akan seperti ini. Apakah dia benar-benar menikahi Sekar hanya demi menjaga kehormatan kedua keluarga?

Ketika suara langkah kaki menghilang, Lastri membuka kain penutup wajahnya. Dia mendapati dirinya sendirian di kamar. Para pelayan telah diperintahkan untuk meninggalkan kamar.

Melalui celah pintu, Lastri dapat melihat bayangan merah samar-samar di kamar samping. Tampaknya meskipun Guntur tidak menyukai Sekar, dia tetap menjaga kehormatannya dengan tidak meninggalkan kamar pengantin.

Namun, situasi ini memberikan Lastri kesempatan. Dia segera melepas pakaian pengantinnya dan hanya menyisakan pakaian dalam.

Lastri menurunkan tirai ranjang, mengacak-acak ranjang, dan mengambil sebuah gunting. Dia menusuk jarinya, lalu mengoleskan darah ke kain merah pengantin di atas ranjang.

Setelah semuanya selesai, tiba-tiba terdengar suara keributan di luar. Makin lama, suara itu makin mendekat. Cepat sekali mereka datang!

Lastri dengan sigap melepas semua perhiasan di kepalanya, mengacak-acak rambutnya, dan membuat dirinya terlihat seolah telah dilecehkan. Kemudian, dia cepat-cepat masuk ke dalam selimut.

Baru saja Lastri berbaring, pintu kamar diketuk dengan keras. Dari luar, terdengar suara seseorang memanggil. "Guntur, apa kamu sudah beristirahat?"

Itu adalah suara Nyonya Keluarga Adipati, Rahayu. Guntur yang baru saja berbaring di dipan, segera mendengar suara ibunya.

Guntur bangkit, lalu melihat dirinya yang hanya mengenakan pakaian dalam dan selimut yang berantakan di dipan. Setelah berpikir sejenak, dia merapikan selimut dan mengenakan kembali pakaian pengantinnya.

Saat melewati pintu kamar utama, Guntur melirik ke dalam dan melihat tirai ranjang sudah diturunkan. Dia sudah tidur secepat itu?

Guntur membuka pintu dan terkejut melihat tidak hanya ibunya, tetapi juga ayahnya. Di belakang mereka, ada sepasang pengantin yang masih mengenakan pakaian pernikahan. Pria itu bertanya sambil mengernyit di depan pintu, "Ayah, Ibu, apa maksud kedatangan kalian?"

Melihat putranya yang masih mengenakan pakaian pengantin dengan tampilan seperti baru saja bangun, Rahayu memiliki firasat buruk. Hanya saja sebelum dia sempat bicara, suara lain menyela lebih dulu. "Tuan Guntur, pengantinnya salah orang. Akulah yang seharusnya menjadi pengantinmu."

"Omong kosong! Mana mungkin aku nggak tahu siapa istriku sendiri?" Guntur merasa ucapan itu lucu. Namun saat melihat lebih dekat wajah wanita di depannya, dia benar-benar terkejut.

"Nona Sekar?" Wanita itu adalah Sekar. Dia seharusnya menjadi istrinya secara resmi. Jika Sekar ada di sini, lalu siapa yang telah menikah dengannya? Pengantinnya salah. Kalau begitu, pengantinnya adalah ....

Pikiran Guntur berputar dengan cepat. Jantungnya berdetak kencang tanpa kendali. Dia segera berbalik menuju kamar utama. Sekar mengikutinya dengan cepat, sementara Surya dan Rahayu saling bertukar pandang sebelum ikut masuk.

Guntur membuka tirai ranjang dengan satu gerakan. Sebelum dia sempat melihat siapa yang ada di ranjang, sosok merah melompat ke arahnya. Secara refleks, Guntur mengulurkan tangan dan menangkapnya. Itu membuat tubuh wanita itu jatuh ke dalam pelukannya.

Tubuh Guntur seketika menegang. Sekar yang mengejar masuk melihat adegan ini. Matanya seperti mengeluarkan api kemarahan. Dia segera berseru, "Apa yang kalian lakukan?"

Baru saat itulah Guntur sadar kembali. Dia mencengkeram lengan wanita di pelukannya dan menariknya keluar. Wajah cantik luar biasa langsung terlihat di hadapannya.

Mata Guntur memicing ketika bertanya, "Lastri, kenapa kamu di sini?"

Kemudian, mata Guntur tertuju pada pakaian wanita itu yang kusut. Bagian dada pakaiannya robek sehingga memperlihatkan kulit putih halus di dalamnya.

Wajah Guntur seketika memerah. Dia segera mengalihkan pandangannya, lalu berbalik dan berdiri di depan Lastri untuk menutupi tubuhnya.

"Rapikan dirimu dan keluarlah." Kemudian, Guntur memandang Sekar dengan tatapan dingin sambil berujar, "Nona Sekar, tolong tunggu di luar."

Sekar melangkah masuk ke kamar dan langsung terpana oleh kemewahan yang ada di dalamnya. Lilin merah, tirai sutra lembut, dan karpet impor berharga mahal. Semua ini seharusnya menjadi miliknya, tetapi kini telah dirampas oleh Lastri. Dia merasa marah hingga ingin membunuhnya.

"Tuan Guntur, ini pasti ulah Lastri! Dia sengaja melakukan ini untuk menghancurkan pernikahan kita!" seru Sekar. Dia telah merancang segalanya dengan hati-hati agar bisa menikah ke Kediaman Adipati. Namun, sekarang semuanya hancur berantakan. Justru Lastri yang berhasil masuk.

Lastri memperhatikan wajah Sekar yang dipenuhi amarah dan kebencian. Hatinya merasa sangat puas. Namun, ini belum cukup.

Di kehidupan sebelumnya, Sekar telah membuat hidupnya begitu menderita. Kali ini, ini baru langkah pertama.

Lastri berpura-pura menangis sambil menutupi wajahnya. Gerakannya membuat pakaiannya makin terbuka, serta memperlihatkan bekas merah samar di kulitnya yang memicu imajinasi.

Lastri memberi tahu, "Sekar, kamu menyukai Tuan Resnu tapi malah melemparkan fitnah kepadaku. Sekarang, aku sudah menjadi milik Guntur."

Bab terkait

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 3

    "Nggak mungkin! Kamu bohong!" Sekar membelalakkan matanya penuh amarah dan berucap dengan keras, "Lastri, kenapa kamu melakukan ini padaku? Apa kamu sedang membalas dendam?"Sekar menambahkan, "Orang sepertimu yang labil nggak pantas menjadi Nyonya Muda Keluarga Adipati! Kamu ini benar-benar ....""Cukup!" Wajah Guntur berubah muram. Dia tak tahan lagi dan langsung memotong ucapan Sekar.Seiring dengan satu gerakan, Guntur melangkah maju dan berdiri di depan Lastri untuk melindunginya. Dia melanjutkan, "Apa yang sebenarnya terjadi masih belum jelas. Nona Sekar, harap ingat posisimu."Sekar tercengang, lalu wajahnya seketika pucat. Dengan ekspresi tak percaya, dia berseru, "Tuan Guntur!""Ini adalah Kediaman Adipati. Nona Sekar nggak punya hak untuk menggurui siapa pun di sini. Kedua orang tuaku sudah datang. Silakan Nona Sekar menunggu di kamar samping."Setelah Guntur selesai berbicara, meskipun Sekar masih merasa sangat tidak rela, dia tidak berani melanjutkan perbuatannya. Dengan pe

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 4

    Setelah tamu-tamu pergi, di ruangan itu hanya tersisa Guntur, Surya, Rahayu, dan Lastri. Rahayu melirik putranya yang wajahnya tanpa ekspresi, lalu memandang Lastri yang berdiri menunduk dengan penuh kecanggungan.Dengan suara tajam, Rahayu memanggil sambil mengernyit, "Nona Lastri ....""Bu, hari sudah larut. Apa pun yang ingin Ibu katakan, kita bicarakan besok saja. Sekarang, Ibu harus beristirahat." Sebelum Rahayu sempat menyelesaikan ucapannya, Guntur langsung menyela begitu saja. Suaranya tetap sopan tetapi bernada tegas.Mendengar itu, wajah Rahayu seketika memerah karena marah. Dia menepuk meja dengan keras sambil berseru, "Oke, kamu ikut aku keluar!"Padahal terjadi masalah sebesar ini. Rahayu belum sempat bertanya pada Lastri, tetapi putranya malah sudah melindungi istrinya."Baik, Bu. Aku akan mengantar Ibu kembali ke kamar." Guntur mengantar ibunya keluar dengan penuh hormat. Dia meninggalkan Lastri seorang diri di sana.Setelah anggota Keluarga Moestopo pergi, Lastri akhirn

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 5

    "Tapi, Guntur adalah seorang pria sejati yang tegas dan berprinsip. Aku sangat menghormatinya dan pasti akan memperlakukannya dengan baik," tambah Lastri secara diam-diam. Setelah bersiap-siap, barulah dia menyadari bahwa Guntur sudah menunggu di depan pintu.Mengingat kejadian kemarin ketika Guntur berdiri di hadapannya untuk melindunginya, Lastri sangat berterima kasih. Itu sebabnya, dia mengambil inisiatif untuk berbicara lebih dulu, "Suamiku, kita harus pergi memberi penghormatan kepada Ayah dan Ibu sekarang."Panggilan itu membuat gerakan Guntur terhenti sejenak. Mengingat apa yang baru saja didengarnya, dia hanya mencibir sambil berucap dengan nada dingin, "Kamu memanggilnya cukup alami ya."Setelah itu, Guntur mengibaskan lengan bajunya dan berjalan keluar lebih dulu. Lastri merasa sedikit bingung. Kalau tidak memanggilnya "Suamiku", apa lagi yang harus dia panggil? Mungkinkah "Tuan Guntur"?Semalam, orang ini masih bersikap baik-baik saja, tetapi kenapa sekarang tiba-tiba berub

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 6

    Lastri menggulung lengan bajunya, mulai mencuci beras, menyalakan api, memanaskan wajan, dan menuang minyak. Gerakannya begitu cekatan, seolah-olah dia sudah melakukannya ratusan kali.Melihat pemandangan ini, para pelayan senior di dapur terkejut. Bahkan, Icha tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya."Nona ... kapan Anda belajar memasak?" tanya Icha dengan nada tidak percaya. Dia tahu betul bahwa Lastri jarang sekali melakukan pekerjaan rumah tangga. Bahkan untuk masuk dapur saja, itu adalah hal yang nyaris mustahil. Lantas, bagaimana bisa dia memasak?Lastri membalas sambil tersenyum, "Kamu pikir nonamu ini nggak belajar apa-apa ya?"Sambil menjawab, Lastri melirik sekilas masakan yang dibuat para juru masak tadi. Dari situ, dia mendapatkan gambaran tentang selera makanan Surya dan Rahayu. Dia pun memutuskan untuk membuat bubur sederhana dengan beberapa lauk kecil yang cepat saji.Lastri memahami prinsip "tidak berlebihan". Jadi, dia memilih membuat masakan yang tidak terlalu menc

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 7

    "Benar, barang yang bukan milik diri sendiri memang seharusnya dikembalikan," ucap Lastri dengan senyum yang ramah, meskipun senyumnya tidak terkesan tulus.Lastri lalu memberi perintah kepada Nisa, "Ambilkan daftar mahar dan minta Kepala Pelayan memanggil orang-orang untuk membawa semua mahar ke sini. Kita akan memeriksanya satu per satu sebelum mengembalikannya pada Sekar."Memeriksa satu per satu? Sekar langsung panik. Dia buru-buru berdiri sambil berucap, "Tunggu!"Lastri mengangkat alisnya dengan ekspresi tenang, lalu bertanya, "Ada apa? Kamu nggak perlu sungkan. Kalau mahar ini memang milikmu, aku nggak akan mengambilnya."Sekar memaksakan sebuah senyum sebelum menimpali, "Nggak perlu diperiksa, aku percaya pada kejujuran Keluarga Adipati. Kakak cukup menyuruh mereka membawa mahar itu kembali padaku.""Benar juga. Tapi, aku nggak mau membuat Keluarga Adipati berada dalam posisi sulit," jawab Lastri dengan nada yang terdengar penuh pertimbangan.Lastri menghela napas panjang sebel

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 8

    Sekar menimpali, "Kak, apa kamu benar-benar berpikir posisimu sebagai Nyonya Muda Keluarga Adipati bisa bertahan lama? Bisa-bisanya kamu memanfaatkan nama Tuan Guntur untuk menakut-nakuti orang. Sungguh memalukan!"Sekar memandang Lastri dengan tatapan penuh kemarahan. Dia benar-benar muak karena Lastri tidak terpengaruh oleh ancaman atau bujukannya. Matanya yang cantik seolah-olah akan menyemburkan api.Sekar bersembunyi di balik Yani. Berhubung merasa memiliki sandaran, dia berkata dengan nada penuh percaya diri, "Bagaimanapun juga, mahar ini pasti akan kubawa pergi. Kalau kamu nggak setuju, aku akan memberi tahu ibumu!"Usai berkata demikian, Sekar berdiri dengan santai dan menunggu Lastri menyerah. Sejak kecil, setiap kali dia bertengkar dengan Lastri, cukup dengan menyebut nama ibu Lastri, maka wanita itu pasti akan patuh.Terlebih lagi, kali ini Yani juga berada di sini. Jika Lastri berani melawan, ibunya pasti akan menghukumnya."Aku bisa mempertahankan posisiku atau nggak, itu

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 9

    Semua orang menoleh ke arah suara itu. Mereka mendapati Guntur yang mengenakan jubah sutra merah, berjalan masuk dari luar pintu.Posturnya tegap dan wajahnya tampan, tetapi ada hawa dingin di matanya. Hanya saja begitu tatapannya bertemu dengan Lastri, tatapan dingin itu perlahan mencair.Guntur berjalan langsung ke arah Lastri dan berdiri di sampingnya. Di sisi lain, Lastri terkejut melihat kehadirannya.Tadi malam adalah malam pernikahan mereka. Namun, kepala Lastri penuh dengan kekhawatiran tentang bagaimana caranya tetap tinggal di Kediaman Adipati. Dia bahkan belum sempat memperhatikan Guntur dengan baik.Kenangan yang Lastri miliki tentang Guntur hanyalah bayangan samar dari kehidupan sebelumnya. Di hari kedua pernikahan mereka, Guntur memimpin pasukan besar untuk perang di utara.Bersama para pejabat istana, Kaisar sendiri melepas keberangkatan pasukan di luar kota. Penduduk ibu kota berbondong-bondong keluar untuk menyaksikan momen bersejarah itu.Saat itu, Lastri ikut bersama

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 10

    Nisa mengangkat sebuah batu tinta sederhana tetapi elegan, dengan tekstur yang halus seperti giok. Bentuknya unik, menyerupai huruf X, dengan tiga sisi yang melebar. Permukaan batu tinta dan wadah tintanya polos tanpa ukiran.Meskipun telah melewati dua kehidupan dan bertahun-tahun berlalu, Lastri langsung mengenali bahwa batu tinta ini adalah milik ayahnya yang dulu selalu diletakkan di ruang bacanya.Ketika melihat peninggalan ayahnya lagi, perasaan haru yang tak dapat Lastri sembunyikan meluap. Dia menerima batu tinta itu, memeriksanya dengan cermat, dan benar saja ada bekas goresan kecil di bagian bawahnya. Itu adalah goresan yang Lastri buat ketika kecil, saat tak sengaja menjatuhkannya ke lantai.Ayahnya berasal dari keluarga cendekiawan, tetapi dia lebih menyukai seni bela diri daripada membaca dan menulis. Sejak muda, dia bergabung dengan kemiliteran dan berkenalan dengan Kaisar ketika masih menjadi pangeran.Persahabatan mereka dimulai dari sebuah pertarungan hingga akhirnya m

Bab terbaru

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 70

    Setelah mendengar omongan Lastri, semua orang di kamar itu tersentak kaget ketika melihat ekspresinya yang serius. Mereka sadar bahwa Lastri yang berdiri di depan mereka sudah bukan gadis kecil yang mudah diperdaya oleh mereka seperti dulu. Lastri sudah menikah dan memiliki dukungan Keluarga Adipati.Akan tetapi, Sekar merasa enggan. Dia berseru dengan marah, "Kamu mengancam kami? Kak Lastri, kami ini kerabatmu. Bibi sangat baik pada kami. Kenapa kamu nggak bisa membantu kami?"Lastri menyeringai. Dia menyindir, "Kalau ikuti logikamu, sekarang aku nggak seharusnya berada di sini, tapi di Kediaman Keluarga Sudrajat."Sekar hendak berbicara lagi, "Kamu ....""Cukup!" bentak Gendis sambil memelototi Sekar. Lalu, dia menoleh pada Lastri dan berkata, "Lastri benar, tapi sekarang pamanmu sudah ditangkap. Kita harusnya bersatu hati pada saat sekarang. Lastri, kamu nggak boleh berpangku tangan!"Lastri menundukkan tatapannya. Dia berujar, "Aku hanyalah menantu baru. Sekalipun aku mau bantu, ak

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 69

    Lastri menatap Gendis. Gendis tampak sedih, tetapi ada kelicikan dalam tatapan matanya. Lastri pun menyeringai sinis dalam hati. Mengapa dia begitu buta sebelumnya sehingga merasa Gendis benar-benar menyayanginya?Lastri tidak mengekspresikan apa pun. Dia buru-buru berlari ke depan dan memegangi Gendis. Dia bertanya, "Nenek, ada apa dengan Nenek? Kenapa Bibi Liana malah menangis? Di mana ibuku?"Liana tiba-tiba maju ke depan Lastri dan berseru, "Lastri! Cepat selamatkan pamanmu! Cepat suruh Guntur selamatkan pamanmu."Lastri terdiam. Gendis langsung menegur, "Diam! Kamu pikir pengadilan milik Keluarga Adipati? Mana bisa menyelamatkan orang dengan semudah itu?"Meskipun Gendis juga berpikir begitu, kalimat itu tidak bisa diungkapkan! Lalu, Gendis berkata pada Lastri, "Lastri, tadi ada sekelompok tentara yang datang dan menangkap pamanmu. Guntur memiliki kemampuan, kamu suruh dia bantu cari tahu apa kesalahan pamanmu. Biar kita bisa pikirkan solusinya!"Lastri menyanggupi, "Nenek, jangan

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 68

    Yani berlari ke dalam paviliun tengah. Pada saat ini, Gendis duduk di kursi utama dengan memakai gaun brokat ungu tua dan ikat kepala ungu tua. Wajahnya yang berbentuk persegi tampak serius dan tegas, sangat berwibawa.Melihat Yani masuk sendirian, Gendis mengernyit sambil bertanya, "Kenapa hanya kamu? Di mana Lastri?"Yani menjawab, "Nyonya Gendis, Nona Lastri sudah pergi.""Sudah pergi? Siapa yang menyuruhnya pergi?" bentak Gendis sambil memukul meja. "Nona Lastri langsung pergi karena pintu depan nggak dibuka. Pelayannya yang tampak asing bilang dia akan beri tahu Nyonya Rahayu bahwa Keluarga Surbakti menghina Nona Lastri."Istri Hadi, Liana, berseru dengan panik, "Apa? Kenapa kamu biarkan dia pergi? Kalau dia pergi, bagaimana dengan acara ulang tahunku?"Gendis memelototi Ririn dan menegurnya, "Lihat anakmu itu, sekarang sudah bersikap congkak di depanku. Saat dia ambil mahar Sekar kala itu, kamu bilang kamu akan menebusnya, jadi aku nggak bilang apa-apa. Sekarang suruh dia pulang

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 67

    Wajah Guntur menjadi masam. Dia bertanya, "Kenapa kamu bilang begitu? Apa ada orang yang mengatakan sesuatu pada Lastri?"Dalam dua hari ini, Guntur sibuk di kantor dan selalu pulang tengah malam. Guntur bahkan tidur di ruang kerja paviliun depan agar tidak mengganggu Lastri. Akan tetapi, sejak dimarahi olehnya waktu itu, tidak ada orang yang berani mendatangi Guntur lagi.Mungkinkah ada orang yang memiliki niat lain karena dia tidur di paviliun depan sehingga membuat Lastri marah?Melihat Guntur salah paham, Jaka bergegas berucap, "Bukan, ini karena Nyonya Lastri sendiri."Jaka menceritakan apa yang dilakukan Lastri kepada Hadi. Lalu, dia berkata, "Aku pun bisa memikirkan ide seperti Nyonya Lastri ini. Kelak kalau Hadi tahu ... tsk tsk tsk. Ide ini sungguh licik ... nggak, ini ide bagus!"Jaka langsung mengubah perkataannya karena melihat ekspresi Guntur yang makin agresif. Guntur memelototinya dan memberi perintah, "Cepat pulang. Suruh Paman Ismu kirimkan dua pelayan yang pandai bela

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 66

    Keesokan hari, Guntur menyuruh Jaka untuk mematuhi perintah Lastri. Lastri bertemu dengan Jaka di paviliun depan. Lastri memerintahkan Jaka untuk menyelidiki Keluarga Surbakti."Hadi bekerja sebagai staf biasa di Kementerian Pembangunan. Aku mau kamu selidiki tentang penyalahgunaan jabatannya tanpa terkecuali. Harus lengkap dengan saksi mata dan barang bukti," perintah Lastri.Jaka terkesiap. Dia menoleh pada Lastri dengan kaget. Lalu, Lastri mengangkat alis seraya bertanya, "Apa ada masalah?""Nggak!" seru Jaka. Dia menekan kekagetan di dalam hatinya dan berkata dengan hormat, "Hamba akan menyelidikinya secepat mungkin."Lastri mengangguk. Setelah itu, dia membubarkan Jaka. Jaka melaksanakan tugas dengan sangat sungguh-sungguh karena telah mendapat perintah dari Guntur dan tahu betapa pentingnya Lastri bagi Guntur.Belum sampai tiga hari, Jaka sudah menyerahkan hasil penyelidikan tentang semua masalah Keluarga Surbakti kepada Lastri. Saat Lastri membacanya, Jaka menerangkan, "Nyonya

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 65

    "Suruh dia masuk," seru Guntur. Lalu, Guntur berkata lagi, "Lain kali kalau Lastri mencariku, langsung lapor." Pengawal itu menyanggupi, "Baik!"Sudah satu jam Frida menunggu di luar halaman. Awalnya, Frida mengira Guntur sengaja mengabaikannya karena marah kepada Lastri. Begitu melihat dua penasihat itu keluar dari ruang kerja, Frida sadar dirinya datang di saat yang tidak tepat.Di dalam ruang kerja, Guntur mengangkat alis saat melihat Frida. Dia bertanya, "Ada masalah apa?"Frida berpikir dalam hati, Lastri menyuruhnya meminjam Jaka dari Guntur, tetapi Guntur harus membicarakan urusan penting semacam itu secara langsung dengan Lastri. Oleh karena itu, Frida berkata dengan hormat, "Nyonya Lastri mencari Tuan."Guntur mengangkat alis saat bertanya, "Ada apa?"Frida menjawab, "Hamba nggak tahu."Guntur terdiam sejenak. Dia berucap, "Baik, aku segera ke sana."Frida pun lega. Dia memberi hormat dan mundur keluar. Sementara itu, perasaan hati Guntur sedikit kompleks. Mungkinkah Lastri t

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 64

    Lastri tidak tahu-menahu tentang apa yang terjadi di kediaman Keluarga Naswara. Pada saat ini, Lastri memegang undangan yang dikirim oleh Keluarga Surbakti dan terdiam.Nisa yang pengertian menjelaskan, "Undangan ini diantarkan oleh kepala pelayan. Nyonya nggak tahu.""Untung Ibu nggak tahu. Kalau nggak, aku akan malu," kata Lastri dengan jengkel. Dia membuang undangan itu ke samping. "Dasar nggak tahu diri. Bisa-bisanya undang Nyonya Adipati ke acara ulang tahun istri pejabat kecil?"Isi undangan itu adalah mengundang Rahayu ke perayaan ulang tahun bibi Lastri di kediaman Keluarga Surbakti. Untung saja, undangan itu dicegat oleh kepala pelayan. Jika diantar ke paviliun tengah, entah bagaimana Rahayu akan memikirkannya. Mungkin Rahayu akan mengira dia congkak."Nyonya, jangan marah. Undangan ini sudah dikirim ke sini. Apa Nyonya mau pergi?" tanya Nisa."Iya. Aku nggak hanya mau pulang, tapi juga memberi mereka hadiah besar!" jawab Lastri sambil menggertakkan gigi.Jika tidak membuat Ke

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 63

    Lastri meminta maaf, "Suamiku, maaf. Aku terlalu menyulitkanmu."Lastri terlalu cemas. Lastri frustrasi karena apa yang terjadi pada kehidupan sebelumnya. Sekarang ini sudah kehidupan baru. Dia sudah menikah dengan Guntur dan menempuh jalan hidup yang berbeda total dengan di kehidupan sebelumnya.Lastri akan memisahkan Keluarga Sudrajat dengan Keluarga Surbakti. Jika Guntur dan Sekar ingin membahayakannya, serta membahayakan Keluarga Sudrajat, tidak akan begitu mudah seperti di kehidupan sebelumnya.Lastri dan Guntur tidak lagi berbicara. Sepulangnya ke Kediaman Adipati, Guntur langsung pergi ke akademi di paviliun depan.Barulah Lastri sadar bahwa Guntur sepertinya marah. Akan tetapi, dia tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya meminta Guntur menyelidiki Resnu demi kepentingan Keluarga Adipati dan Keluarga Sudrajat, bukan demi kepentingan pribadi!Lastri merasa heran. Dia tiba-tiba menanyai Frida yang berdiri di samping, "Apa aku salah bicara?"Setelah beberapa hari melayani Lastri, Frida

  • Terlahir Kembali: Merebut Kembali Takdir Cinta   Bab 62

    Guntur bertanya, "Istriku, apa ada yang salah?"Lastri menggelengkan kepala, lalu dia bertumpu pada lengan Guntur untuk naik ke kereta kuda.Sekar keluar bersama Sari dan Lastri, tetapi Sari meninggalkannya, Lastri juga tidak menghiraukannya. Sekar berdiri sendirian di depan pintu masuk Satu Rasa. Sekar panik sehingga berteriak pada Lastri, "Kakak, tunggu aku. Aku ikut!"Lastri masuk ke dalam kereta kuda tanpa menoleh ke belakang. Tebersit rasa benci dalam mata Sekar. Dia tetap berjalan ke depan dan berseru, "Kakak ...."Guntur menoleh ke belakang dan menegur dengan suara dingin, "Kalau ingatanmu nggak bagus, aku nggak keberatan untuk mengingatkanmu tentang omongan di kediaman Keluarga Sudrajat. Aku nggak punya prinsip nggak memukul wanita."Wajah Sekar menjadi pucat. Dia berhenti di tempat, melihat kereta kuda Keluarga Adipati Moestopo menghilang dari pandangannya.Di dalam kereta kuda, Guntur menanyai Lastri yang jelas sedang jengkel, "Istriku, kamu jengkel karena dia?"Lastri mengge

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status