Pagi itu, Aris bangun lebih pagi dari biasanya. Udara dingin menyelimuti rumah, memaksa dirinya menggigil sambil menarik selimut tipis yang hampir tak lagi mampu menghangatkannya. Dari kamarnya yang sempit, ia bisa mendengar suara panci beradu di dapur dan langkah-langkah ringan Alena menuju meja makan. Ketika keluar dari kamar, pandangan pertama Aris tertuju pada Alena. Dengan wajah cerah dan tawa riang, Alena sudah duduk di meja makan, menikmati sarapannya. Ada roti dengan selai cokelat dan segelas susu hangat di depannya. Aris hanya berdiri mematung, mengamati bagaimana adiknya tampak bahagia tanpa beban. Perlahan, ia melangkah ke dapur dengan harapan mendapatkan perhatian dari ibunya. Namun, begitu sampai di sana, ibunya menoleh sekilas, lalu berkata dengan nada yang sama sekali tak hangat, "Kamu bangun telat, ya? Kalau mau makan, bantu ibu dulu. Sana ambil air di sumur!" Aris menunduk, menggigit bibir bawahnya untuk menahan kekecewaan. "Iya, Bu," jawabnya pelan. Dengan langkah
Last Updated : 2024-11-19 Read more