Home / Lainnya / Luka Tak Terlihat / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Luka Tak Terlihat: Chapter 21 - Chapter 30

97 Chapters

BAB 21

Hari itu suasana kelas sedikit berbeda. Semua siswa tampak antusias menanti kedatangan siswa baru yang akan bergabung. Bu Farida, wali kelas Aris, masuk bersama seorang anak laki-laki dengan rambut hitam pendek dan raut wajah percaya diri. Anak itu menyapu pandangannya ke seluruh ruangan, sesekali tersenyum tipis.“Anak-anak, kenalkan, ini tomi, teman baru kalian. tomi pindah ke sini karena mengikuti keluarganya. Ibu harap kalian bisa menerima dan membantunya menyesuaikan diri,” ucap Bu Farida dengan nada ramah.Sontak, kelas riuh dengan tepuk tangan. Aris ikut bertepuk tangan pelan dari bangkunya di sudut kelas. Sementara itu, Alena, yang duduk tidak jauh darinya, tampak memutar mata, tampak tidak terlalu tertarik.Andre melangkah mantap ke salah satu bangku kosong. Saat melewati Aris, ia berhenti sejenak, menatapnya.“Aris?” tanya tomi dengan nada terkejut.Aris mengangkat alis. “tomi?”Keduanya sempat terdiam sebelum tomi tersenyum lebar dan menjabat tangan Aris dengan semangat.“A
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

BAB 22

Pagi itu, Aris memulai harinya dengan semangat, meskipun bayangan persaingan beasiswa terus menghantui pikirannya. Ia tahu, langkah menuju beasiswa tidak mudah, terutama dengan kehadiran Andre, yang belakangan ini terang-terangan menunjukkan sikap bermusuhan.Setiba di sekolah, Aris membawa dokumen beasiswa yang hampir selesai diisi. Ia ingin menyerahkannya kepada guru pembimbing untuk mendapat persetujuan. Namun, suasana hatinya berubah ketika ia melihat Andre berdiri di depan pintu kelas bersama Alena.Andre tersenyum dingin, tetapi ada sesuatu dalam caranya menatap yang membuat Aris waspada."Aris," sapa Andre dengan nada santai. "Kamu sibuk banget, ya? Apa nggak capek ngejar sesuatu yang... kayaknya nggak bakal kamu dapatkan?"Aris menatap Andre dengan tenang. "Aku rasa nggak ada salahnya mencoba."Andre tersenyum sinis. "Tapi kadang usaha berlebihan malah bikin kecewa, apalagi kalau tahu hasilnya nggak sesuai."Sasa, yang baru masuk ke kelas, langsung mendekat dengan ekspresi kes
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

BAB 23

Kegiatan di perpustakaan sore itu tampak seperti biasa. Beberapa siswa sibuk mengerjakan tugas, sementara yang lainnya berbincang pelan. Di sudut ruangan, Raka menatap Sasa dengan serius. Mereka duduk di meja pojok, menjauh dari keramaian. “Aku yakin dokumen Aris dicuri sama Alena dan Andre,” Raka memulai pembicaraan. Matanya menatap tajam ke arah Sasa, seolah memastikan dia mendengarkan dengan serius. Sasa mengangkat alisnya, setengah tidak percaya. “Kamu serius, Ka? Itu tuduhan yang berat.” Raka mengangguk. “Aku nggak asal bicara, Sa. Aku lihat cara mereka memandang Aris kemarin—ada sesuatu yang nggak beres.” Sasa menggigit bibir bawahnya, mencoba mencerna ucapan Raka. “Tapi, kalau mereka memang pelakunya, kita harus punya bukti. Kalau nggak, Aris tetap akan jadi korban.” “Itu sebabnya aku butuh bantuan kamu. Kita harus cari cara memata-matai mereka tanpa bikin mereka curiga.” Sasa terdiam sejenak, tetapi akhirnya mengangguk. “Baiklah. Demi Aris, aku mau bantu. Tapi gimana car
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

BAB 24

Malam itu, Aris duduk gelisah di kamarnya. Pesan dari Raka tentang dugaan Alena dan Andre yang mencuri dokumen-dokumen pentingnya terus mengganggu pikirannya. Ia tidak pernah menyangka bahwa adiknya sendiri mampu melakukan hal sekejam itu. “Aris, kamu nggak bisa diam aja. Kalau benar mereka pelakunya, kamu harus bertindak,” suara Raka menggema di pikirannya. Keesokan harinya, di sekolah, Raka dan Sasa menunggu Aris di tempat biasa. Wajah mereka menunjukkan tekad kuat untuk memulai rencana. “Aris, kita nggak bisa nunggu lama-lama. Aku dengar Andre dan Alena ada di ruang OSIS tadi malam,” ujar Raka sambil menyodorkan foto bukti keberadaan mereka. Sasa mengangguk. “Kita harus cek ke sana. Siapa tahu ada jejak yang mereka tinggalkan.” Aris menarik napas panjang, lalu mengangguk. “Baik. Kita mulai dari ruang OSIS.” Di ruang OSIS, mereka menemukan sebuah laci yang tidak terkunci. Di dalamnya, ada sebuah kertas yang berisi catatan tulisan tangan Andre, menyebutkan sebuah lokasi: Gudang
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more

BAB 25

Malam itu, setelah insiden di gudang, Aris duduk termenung di kamarnya. Ia memandangi dokumen-dokumen yang baru saja berhasil ia rebut kembali. Namun, pikirannya tidak bisa tenang. Kata-kata Alena terus terngiang di kepalanya: “Kamu itu anak hasil kecelakaan... pembawa sial...”Aris menghela napas panjang. Ia tahu, tidak ada gunanya melarutkan diri dalam kebencian Alena. Tapi, pertanyaan besar yang selama ini ia coba hindari kembali menyeruak: apa benar ia tidak diinginkan dalam keluarga ini?Ponselnya bergetar. Sebuah pesan masuk dari Sasa.Sasa: “Aris, aku tahu kamu mungkin nggak ingin bicara sekarang. Tapi kalau butuh teman, aku selalu ada.”Aris tersenyum tipis membaca pesan itu. Sasa selalu tahu bagaimana menghiburnya, bahkan tanpa banyak kata. Namun, sebelum ia sempat membalas, pesan lain masuk, kali ini dari nomor tak dikenal.Pesan anonim: “Kalau kamu ingin tahu kebenaran tentang keluargamu, temui aku di taman belakang sekolah besok malam. Jangan bilang siapa-siapa.”Jantung A
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more

BAB 26

Malam itu, Aris, Raka, dan Sasa kembali dari gudang dengan rasa kecewa. Meski telah menemukan keberadaan Andre dan Edo, mereka belum memiliki bukti kuat untuk melaporkan tindakan mereka. Namun, tekad Aris semakin membara. Ia tahu, perang ini belum selesai. Di rumah, Aris berusaha menyusun rencana. Pikirannya berkecamuk, mencoba menyatukan setiap petunjuk yang ia miliki. Gudang kosong, dokumen-dokumen yang sudah diambil, dan kehadiran Edo—semua ini seperti potongan puzzle yang belum sempurna. “Aku harus menemukan cara untuk menjebak mereka,” pikir Aris sambil menatap papan tulis kecil di kamarnya, tempat ia mencatat semua detail yang ia ketahui. Ponselnya berbunyi, sebuah pesan masuk dari Raka: Raka: “Aku dengar dari salah satu anak OSIS, Andre sedang mengumpulkan uang untuk sesuatu. Kita harus cari tahu apa itu.” Aris membalas cepat: Aris: “Besok kita selidiki. Jangan sampai mereka tahu kita mengawasi.” --- Pagi di Sekolah Di kantin, Aris, Raka, dan Sasa duduk di mej
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more

BAB 27

Aris tidak bisa tidur setelah bertemu Reno. Kata-kata Reno tentang Andre dan pria misterius itu terus menghantui pikirannya. Siapa mereka? Dan mengapa seolah ada sesuatu yang besar sedang terjadi?Keesokan harinya, Aris memutuskan untuk membahas hal ini dengan Raka dan Sasa.“Aku rasa Andre terlibat dalam sesuatu yang serius,” ujar Aris saat mereka bertemu di taman dekat sekolah. “Aku nggak tahu apa, tapi ini pasti ada hubungannya dengan dia dan orang yang ditemuinya.”“Kita cari tahu,” balas Raka. “Tapi gimana caranya? Kita nggak punya petunjuk apa-apa selain kafe itu.”“Kalau memang mereka sering ke sana, kita bisa awasi tempat itu,” usul Sasa.---Pengintaian di KafeSore itu, mereka bertiga pergi ke kafe yang dimaksud Reno. Dengan hati-hati, mereka memilih meja yang memungkinkan mereka mengamati situasi tanpa menarik perhatian.Tidak lama kemudian, Andre datang bersama seorang pria paruh baya mengenakan jas abu-abu. Pria itu membawa tas kerja dan tampak berbicara serius dengan And
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more

BAB 28

Setelah pertemuan yang mengguncang dengan Bayu Wijaya, Aris merasa semakin terpojok. Bayu yang mengaku sebagai paman Aris ternyata tidak hanya ingin mengancamnya, tetapi juga ingin menghancurkan hidupnya demi warisan yang ia anggap seharusnya menjadi haknya. Keesokan harinya, Aris merasa cemas dan bingung. Semuanya mulai terasa sangat berat untuk dipikul sendiri.Pikirannya kacau. Aris merasa terperangkap dalam konflik yang semakin rumit, dan beban yang ia rasakan semakin berat. Di sekolah, ia tidak bisa fokus, dan hubungan dengan teman-temannya pun mulai terasa renggang karena masalah ini. Bahkan Sasa dan Raka mulai khawatir dengan kondisi mental Aris yang terus tertekan.Malam itu, Aris memutuskan untuk pergi ke rumah Bu Siti dan Pak Rudi. Ia merasa butuh waktu jauh dari rumah, di mana ia selalu merasa terasingkan oleh orang tuanya sendiri. Dalam hatinya, ia berharap bisa mendapatkan sedikit ketenangan dan dukungan dari Bu Siti dan Pak Rudi yang selalu memberinya rasa aman.Di ruang
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more

BAB 29

Malam itu, Aris duduk termenung di ruang tamu rumah Bu Siti. Laptopnya menyala, menampilkan naskah yang sedang ia tulis untuk perlombaan. Namun, pikirannya terus terganggu oleh masalah yang menumpuk. Ancaman dari Bayu, konflik keluarganya, dan tekanan dari perlombaan seolah membentuk tembok besar yang sulit ia lewati. Esok harinya, di sekolah, Aris bertemu dengan Raka dan Sasa. Ia menceritakan betapa sulitnya ia untuk tetap fokus pada perlombaan menulis karena pikirannya terus bercabang. “Ris, aku tahu ini berat,” ujar Raka sambil menepuk bahunya. “Tapi kamu nggak sendirian. Kita ada di sini buat bantu kamu.” “Aku setuju,” tambah Sasa. “Kamu nggak perlu memikul semuanya sendirian. Fokus aja sama naskah kamu, dan kalau ada yang bisa kita bantu, bilang.” Aris terdiam sejenak, merasa sedikit lega mendengar dukungan dari teman-temannya. Namun, ia juga tahu bahwa menyelesaikan naskah itu adalah tanggung jawabnya sendiri. Sepulang sekolah, Aris kembali ke rumah Bu Siti. Ia merasa s
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more

BAB 30

Hari perlombaan semakin dekat, tetapi ancaman dari Bayu terus menghantui pikiran Aris. Semangat yang ia rasakan setelah menyelesaikan naskah perlombaannya perlahan tergantikan oleh kekhawatiran yang tak berkesudahan.Suatu pagi, saat berada di perpustakaan sekolah bersama Raka dan Sasa, Aris menemukan dokumen lama yang menyebutkan beberapa proyek keluarga Wijaya. Salah satu proyek itu, yang dikelola kakenya sebelum meninggal, ternyata sedang dalam proses negosiasi dengan investor besar.“Lihat ini,” ujar Aris sambil menunjukkan dokumen itu kepada Raka. “Proyek ini masih aktif.”Raka menatap dokumen itu dengan alis terangkat. “Tapi kenapa Bayu mengincar proyek ini? Kalau dia menghancurkannya, bukankah dia juga akan rugi?”Aris menggeleng. “Aku rasa ini bukan cuma soal proyek. Ini soal harga diri dan dendam. Dia ingin membuktikan bahwa keluarga kita salah karena tidak memberinya apa yang dia anggap sebagai haknya.”“Dan dia nggak peduli kalau harus menghancurkan segalanya untuk itu,” ta
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more
PREV
123456
...
10
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status