Home / Lainnya / Luka Tak Terlihat / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Luka Tak Terlihat: Chapter 41 - Chapter 50

97 Chapters

BAB 41

Setelah perjuangan panjang di masa SMP, Aris akhirnya berhasil menorehkan prestasi luar biasa. Beberapa bulan setelah kelulusan, ia menerima kabar yang sangat menggembirakan: nilai ujian akhirnya menjadi salah satu yang terbaik di sekolahnya, dan ia mendapatkan beasiswa penuh untuk masuk ke salah satu SMA favorit di kota.Namun, di balik kabar baik itu, Aris membuat keputusan besar yang mengejutkan semua orang: ia memutuskan untuk kembali tinggal bersama orang tua kandungnya."Kenapa, Nak?" tanya Bu Siti, matanya berkaca-kaca. "Di sini, kamu punya tempat yang nyaman. Kami selalu mendukungmu."Aris tersenyum kecil. "Bu, aku sudah banyak merepotkan Ibu dan Pak rudi. Sudah waktunya aku menghadapi keluarga aku sendiri. aku ingin membuktikan kalau aku bisa bertahan, meskipun sulit."Bu Siti ingin membantah, tetapi melihat tekad di mata Aris, ia hanya bisa mengangguk pelan.Kehidupan di RumahKembali ke rumah orang tuanya tidaklah mudah. Hari pertama saja sudah diwarnai suasana dingin.
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more

BAB 42

Hari pertama di SMA favorit sudah berlalu, dan Aris mulai merasakan perbedaan yang signifikan. Walaupun dia berusaha untuk tetap fokus pada tujuan dan impian yang telah ia bangun, tekanan dari lingkungan rumahnya kembali mengganggu. Sesampainya di rumah setelah hari pertama sekolah, Aris sudah bisa merasakan atmosfer yang tak menyenangkan di rumah. Meskipun ia sudah masuk ke sekolah yang sangat diidamkan, sesuatu masih mengganjal di dalam dirinya.Ibunya, yang biasanya hanya menunggu kepulangannya dengan pandangan penuh kritikan, kini lebih sering mendiamkan Aris. Setiap kali Aris mencoba berbicara, sang ibu selalu merespons dengan kalimat yang menusuk hati, seperti, "Kamu pikir sekolah di sana akan mengubah apa?" atau "Kamu merasa lebih pintar hanya karena bisa bersekolah di tempat itu?"Ayahnya, yang juga jarang berbicara dengannya, tetap tidak menunjukkan rasa bangga atas prestasi Aris. Setiap kali Aris mencoba berbuat baik atau menunjukkan hasil terbaiknya, ayahnya justru meremehk
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more

BAB 43

Hari-hari berlalu, dan meski Aris masih terjebak dalam ketegangan di rumah, ia semakin menemukan kenyamanan di sekolah dan dalam hubungannya dengan teman-temannya. Namun, ketidakpastian tentang keluarganya terus menghantuinya. Rasa ingin tahu yang mendalam tentang masa lalu keluarganya semakin sulit untuk diabaikan. Aris merasa seolah ada sesuatu yang sangat penting yang disembunyikan darinya. Setelah beberapa minggu menyelidiki, Aris akhirnya berhasil menghubungi seorang wanita tua yang dulu dikenal oleh orang tuanya. Wanita ini, yang tinggal di desa tempat orang tua Aris berasal, mungkin tahu sesuatu yang bisa mengungkap misteri ini. Dengan ragu namun penuh harapan, Aris memutuskan untuk mengunjunginya. Ia meminta izin kepada ibunya, yang tentu saja tidak senang mendengarnya, tapi Aris tidak ingin menunda-nunda lagi. "Kenapa kamu harus pergi ke sana? Tidak ada yang perlu dicari lagi, Aris!" kata ibunya dengan nada tinggi, wajahnya merah padam. "Bu, aku harus tahu," jawab Aris,
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more

BAB 44

Setelah kunjungan ke desa itu, Aris kembali ke rumah orang tuanya dengan kepala penuh pikiran. Kotak kecil yang diberikan wanita tua itu terasa seperti beban berat di tangannya. Ia tahu bahwa isinya mungkin dapat menjawab banyak pertanyaannya, tetapi juga bisa membuka luka baru yang belum ia siapkan untuk dihadapi. Di rumah, ibu Aris langsung memperhatikannya ketika ia masuk. "Dari mana saja kamu? Kenapa lama sekali pulangnya?" tegur ibunya dengan nada ketus. Aris meletakkan tas dan kotak itu di kamarnya tanpa menjawab. Ia lelah, baik secara fisik maupun emosional. Berurusan dengan ibunya saat ini bukanlah sesuatu yang ingin ia lakukan. Namun, waktu tak memberi Aris banyak kesempatan untuk beristirahat. Hari-hari berikutnya, ia disibukkan dengan persiapan masuk SMA favoritnya. Meskipun mendapatkan beasiswa penuh adalah sebuah kebanggaan, tekanan dari keluarganya terus menghantui. Sang ibu semakin keras menuntutnya untuk membantu pekerjaan rumah, bahkan ketika Aris harus mempersiapk
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more

BAB 45

Pagi datang dengan cepat, tetapi Aris tidak bisa tidur semalaman. Surat yang ia baca tadi malam terus terngiang di pikirannya. Setiap kalimat terasa seperti teka-teki yang menunggu untuk dipecahkan. Namun, ia juga sadar bahwa surat itu hanya sebagian kecil dari kebenaran.Di meja makan, suasana rumah terasa seperti biasa—dingin dan penuh ketegangan. Ibunya sibuk memasak sambil mengomel, sementara ayahnya duduk diam membaca koran. Alena, seperti biasa, melontarkan komentar sinis kepada Aris."Jangan lupa bawa buku-bukumu, Kak. Nanti di sekolah aku bisa bantu kasih tahu guru betapa rajinnya kamu," katanya sambil tersenyum penuh ejekan.Aris memilih untuk diam. Menghadapi Alena hanya akan memperburuk suasana, dan ia tidak ingin membuang energinya untuk itu.Setibanya di sekolah, Raka dan Sasa sudah menunggunya di gerbang. Mereka langsung tahu bahwa sesuatu mengganggu pikiran Aris."Kamu kelihatan lelah banget, Ris. Ada apa?" tanya Sasa dengan nada penuh perhatian.Aris berpikir sejenak s
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more

BAB 46

Hari itu, Aris memutuskan untuk pulang lebih cepat dari sekolah. Pikiran tentang bagaimana ia harus menghadapi kehidupannya di rumah terus menghantuinya. Tekanan yang datang dari keluarganya semakin berat, tetapi di sisi lain, dukungan dari Raka dan Sasa membuatnya bertahan.Saat sampai di rumah, ibunya langsung menyambut dengan daftar pekerjaan rumah. "Aris, bersihkan gudang sore ini. Barang-barang lama ayah dan Alena banyak yang berdebu," katanya tanpa basa-basi."Iya, Bu," jawab Aris pendek.Aris masuk ke gudang yang pengap dan penuh debu. Sambil membersihkan, ia menemukan sebuah kotak tua yang tergeletak di sudut. Kotak itu terkunci, tetapi tampaknya sudah tua dan berkarat. Penasaran, Aris mencoba membuka kunci tersebut dengan penjepit kertas. Setelah beberapa kali percobaan, kotak itu akhirnya terbuka.Di dalamnya, ia menemukan beberapa foto keluarga lama, surat-surat, dan sebuah jurnal yang tampaknya milik ibunya. Aris membuka halaman pertama jurnal itu dan membaca beberapa bari
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more

BAB 47

Hari-hari Aris di rumah Bu Siti terasa lebih damai. Namun, di balik ketenangan itu, sebuah konflik besar perlahan-lahan menyelimuti kehidupannya. Alena, yang tidak puas hanya dengan menyebarkan gosip, mulai merencanakan sesuatu yang lebih besar untuk menjatuhkan kakaknya.Sementara itu, Aris sibuk dengan kegiatannya di sekolah. Ia dan Raka serta Sasa semakin akrab. Dukungan dari sahabat-sahabatnya membuat Aris semakin yakin bahwa ia bisa meraih mimpinya. Tapi, ada sesuatu yang selalu menghantuinya—kenyataan bahwa ia tidak pernah benar-benar diterima oleh keluarganya sendiri.Suatu hari, saat sedang membantu Bu Siti membereskan gudang, Aris menemukan sebuah kotak kayu tua yang terkunci. "Bu, ini kotak apa, ya?" tanyanya sambil mengangkat benda itu.Bu Siti tampak terkejut melihat kotak itu. Wajahnya berubah serius. "Itu... pemberian dari orang tuamu. mereka menitipkan itu sebelum kamu tinggal bersama kami. Tapi mereka melarang kami membukanya."Aris tertegun. "Bolehkah aku melihat isin
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more

BAB 48

Hari kompetisi menulis akhirnya tiba. Suasana aula sekolah dipenuhi peserta dari berbagai kelas, termasuk Aris dan Andre yang duduk di sudut ruangan berbeda. Andre sesekali melirik Aris dengan seringai licik, sementara Aris tetap fokus pada dirinya sendiri. Tema kompetisi diumumkan: "Harapan di Tengah Kehancuran." Sebuah tema yang langsung menggugah hati Aris. Ia memikirkan semua yang telah ia lalui—pengabaian dari keluarga, hinaan dari orang-orang seperti Andre, dan perjuangannya untuk tetap berdiri teguh. Saat waktu dimulai, Aris mulai menulis dengan tekad yang membara. Kata-kata mengalir lancar dari pikirannya, seolah-olah ia sudah lama menunggu momen ini. --- Beberapa hari kemudian, hasil kompetisi diumumkan. Semua siswa berkumpul di aula untuk mendengar pengumuman pemenang. “Dan juara pertama kompetisi menulis kali ini adalah…” Suara pembawa acara menggantung, menambah ketegangan di ruangan. “Aris Pratama dari kelas XI-A!” Aula riuh oleh tepuk tangan, tetapi di tengah kera
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more

BAB 49

Aris bangun pagi itu dengan kepala berat. Malam sebelumnya, ia hampir tidak bisa tidur, memikirkan semua yang terjadi. Namun, suara ayam berkokok dan aroma kopi yang diseduh Bu Siti mengingatkannya bahwa hidup tetap berjalan, apa pun yang ia rasakan.Saat ia duduk di meja makan, Bu Siti menyuguhkan sepiring nasi goreng hangat. “Aris, Ibu tahu apa yang kamu alami sekarang berat. Tapi kamu tidak boleh berhenti. Ini bukan waktunya menyerah.”Aris hanya mengangguk pelan. “Aku nggak tahu harus mulai dari mana, Bu. Rasanya semua orang di dunia ini menolak aku.”Pak Rudi yang duduk di dekatnya menepuk bahu Aris. “Anak hebat seperti kamu tidak boleh berpikir begitu. Lihat, kamu sudah sampai di titik ini. Dapat beasiswa SMA favorit, punya teman-teman yang mendukung. Jangan biarkan mereka yang tidak menghargaimu menghentikan langkahmu.”Kata-kata itu terasa menenangkan, meski Aris tahu perjuangannya baru saja dimulai.---Di sekolah, suasana terasa berbeda. Sasa dan Raka menunggu di depan gerba
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more

BAB 50

Hari-hari berlalu dengan cepat. Aris mulai fokus mengejar mimpi-mimpinya, meskipun tekanan dari keluarganya masih menghantui. Dengan tinggal kembali di rumah Bu Siti dan Pak Rudi, ia merasa lebih tenang. Di sekolah, Sasa dan Raka selalu mendukungnya, memastikan ia tidak merasa sendirian.Namun, satu masalah baru muncul. Andre, mantan pacar Sasa, yang pindah ke sekolah mereka beberapa waktu lalu, mulai menciptakan ketegangan di antara mereka.---Pagi itu, Aris berjalan menuju kelas dengan Raka dan Sasa. Mereka sedang membicarakan lomba menulis yang diumumkan guru Bahasa Indonesia.“Aris, kamu harus ikut lomba ini,” kata Sasa antusias. “Topiknya pas banget sama tulisanmu. Tentang perjuangan hidup.”Aris tersenyum kecil. “Aku belum yakin, Sa. Aku takut tulisanku nggak cukup bagus.”Raka menepuk pundaknya. “Kamu selalu bilang begitu, tapi buktinya tulisanmu selalu menginspirasi banyak orang. Coba saja, Ris. Kalau nggak sekarang, kapan lagi?”Percakapan mereka terhenti ketika Andre mendek
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more
PREV
1
...
34567
...
10
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status