Semua Bab Aku Gadis Desa, Dicintai Suamiku Bak Cinderella: Bab 1 - Bab 10

50 Bab

Bab 1

Bulan Mei di Kota Blackwood, bunga-bunga bermekaran dengan indahnya. Angin bertiup lembut membawa kelopak bunga sakura yang berguguran di tepi jalan, seolah-olah menggambarkan hati Odessa yang sedang kacau."Odessa, Ayah sudah lama pengen sama kamu. Kamu mau samaku, 'kan? Ibumu sudah tua, tubuhnya sudah kering kerontang. Aku nggak punya rasa lagi.""Kalau kamu ... kamu masih segar dan cantik, setiap hari aku cuma bisa nelan ludah lihat kamu. Aku nggak bisa tahan lagi! Aku sudah nabung banyak uang selama ini dari ngobatin orang. Kalau kamu mau sama aku, uang ini akan kuberikan padamu semua, gimana?"Itulah kata-kata menjijikkan yang disampaikan ayah tirinya, Sugian Kosasih, tadi malam saat dia mengadang Odessa di depan pintu kamarnya. Begitu kata-kata memalukan itu dilontarkan, Odessa langsung menyiapkan tongkat setrum yang dibawanya dan membuat pria bejat itu jatuh pingsan.Ketika Odessa berusia 9 tahun, orang tuanya telah bercerai. Ibunya membawa Odessa serta adiknya, Howie Aristya, y
Baca selengkapnya

Bab 2

Keluar dari kantor catatan sipil, keduanya masing-masing membawa selembar akta nikah. Namun, bukannya tampak seperti pasangan pengantin baru yang berbahagia, mereka malah berjalan ke arah berlawanan. Situasinya ini lebih mirip sepasang mantan yang baru saja bercerai. Di luar, Melvin sudah tidak lagi terlihat, mungkin ada urusan yang membuatnya pergi terlebih dulu.Odessa melirik sosok Kenzo yang tinggi dan tegap di hadapannya. Setelah ragu sejenak, dia lalu memanggil, "Pak Kenzo ...."Kenzo menghentikan langkahnya."Tadi ucapanku belum selesai, tapi kamu langsung memotongnya. Menurutku, aku tetap perlu menjelaskan. Aku nggak mikir berlebihan, justru kamu yang mikir terlalu jauh."Setelah memberi penjelasan, Odessa berbalik dan hendak pergi, tetapi tiba-tiba suara Kenzo menghentikannya lagi, "Tunggu sebentar."Odessa berbalik dan menatapnya."Bu Odessa memutuskan untuk menikah denganku dalam waktu singkat begini ... apa kamu sudah tahu tentang kondisi keluargaku?"Selama sebulan mengena
Baca selengkapnya

Bab 3

Odessa turun dari bus dan berjalan sekitar tujuh hingga delapan menit sebelum akhirnya sampai di Klinik Semi, tempat praktik Sugian. Begitu hendak melangkah masuk, dia mendengar suara Sugian yang sedang memaki di dalam.Sejak permintaannya semalam untuk "dekat" dengan Odessa ditolak mentah-mentah dan malah terbaring pingsan selama dua jam akibat setruman, suasana hati Sugian sepanjang hari ini jadi muram. Saat melihat istrinya, Tiana, yang sudah mulai menua dan sedang menyapu di klinik, dia melampiaskan amarahnya pada wanita itu."Sapu saja terus! Kamu memang cuma bisa jadi pembantu. Coba lahirkan seorang anak laki-laki untukku kalau memang berguna. Sudah belasan tahun menikah, satu keturunan pun nggak ada! Kamu ini benar-benar nggak berguna!"Mendengar hinaan pedas itu, Tiana melemparkan sapu yang dipegangnya ke lantai dan membalas, "Sugian, aku punya putra dengan suamiku yang dulu! Kenapa kamu nggak pernah mikir masalahnya ada pada dirimu?""Punya putra? Hebat sekali, ya? Tapi, meman
Baca selengkapnya

Bab 4

"Odessa sudah nikah, dia mau pindah dan tinggal sama suaminya." Ucapan Tiana yang santai ini membuat Sugian tercengang.Dia mulai lepas kendali dan memaki kedua orang itu dengan mata membelalak marah, "Tiana, kamu ngomong apaan? Odessa bahkan nggak punya pacar, mau nikah sama siapa dia?"Odessa langsung mengangkat akta nikahnya di hadapan Sugian. Sugian meraihnya dengan cepat dan begitu dia melihat pria muda di foto berdampingan dengan Odessa, amarahnya langsung membuncah. Dia hampir ingin merobek foto itu, tapi akhirnya berusaha menahan amarah yang mendidih di dalam dirinya.Sugian melemparkan buku nikah itu ke lantai. "Konyol! Menikah diam-diam seperti ini nggak masuk akal. Aku nggak terima pernikahan ini!"Melihat kemarahan Sugian yang begitu besar, Tiana menatapnya dengan curiga dan bertanya, "Sugian, waktu putri kamu hamil sebelum menikah dulu, kamu nggak semarah ini. Tapi sekarang, putriku menikah secara sah dan resmi, kenapa kamu nggak terima?"Mata Sugian menyiratkan sedikit ra
Baca selengkapnya

Bab 5

Setelah keluar dari kamar, Odessa tidak langsung pergi, melainkan berbelok menuju dapur. Dengan punggung yang tampak ringkih, Tiana sedang berdiri memotong sayuran sambil mengenakan celemek. Odessa menahan rasa perih di hatinya dan memanggil, "Ibu ...."Tiana berbalik melihat koper di sisi Odessa dan meletakkan pisau sayur yang dipegangnya. Dia mendekat dan bertanya, "Kamu mau pergi sekarang? Nggak mau makan malam dulu?""Nggak, Bu. Aku harus segera beresin semua barang-barang ini begitu sampai di tempat baru."Setelah memastikan Sugian tidak mengikuti mereka, Odessa buru-buru menyelipkan kartu ATM ke tangan ibunya."Apa ini?""Ibu, ini uang mahar dari menantumu, meski nominalnya cuma 100 juta. Nanti kalau dia sudah punya lebih banyak uang, dia akan ngasih tambahan untukmu.""Nggak, aku nggak mau!" tolak Tiana."Bu, simpan saja. Nanti Howie pasti masih butuh banyak biaya dan kita nggak bisa mengandalkan dari Sugian.""Lebih baik kamu simpan saja. Kamu baru mulai menjalani kehidupan bar
Baca selengkapnya

Bab 6

Kelvin dan Kenneth langsung membandingkan nama di kontak itu. Setelah memastikan itu adalah orang yang sama, mereka berkata serempak, "Kak Kenzo, Kakak Ipar nelepon!"Kenzo baru membuka matanya perlahan-lahan. Padahal dia sudah mengatakan dengan jelas kepada Odessa untuk menghubunginya hanya kalau ada masalah. Apa ucapannya tadi belum cukup jelas?Sambil menahan amarah dalam hatinya, Kenzo menarik napas dalam-dalam, lalu membuka ponsel itu dengan tidak sabaran, "Kenapa?""Kamu boleh jemput aku nggak?" tanya Odessa."Mau jemput ke mana?"Setelah hening sejenak, Odessa mengisyaratkan, "Kita sudah nikah.""Lalu?" tanya Kenzo."Aku mau pindah ke rumahmu."Saat Kenzo baru saja hendak mencari alasan untuk menolaknya, tiba-tiba terdengar suara koper besar yang diletakkan di hadapannya. Kenzo mendongak perlahan-lahan dan melihat ayahnya yang sedang berkacak pinggang di hadapannya.Melvin menunjuk koper yang ada di depan Kenzo, lalu menunjuk tumpukan panci dan wajan yang menumpuk di sudut vila.
Baca selengkapnya

Bab 7

Di depan Klinik Semi.Odessa sedang menunggu teman Kenzo untuk menjemputnya. Ibunya juga ikut menunggu bersamanya. Meski tidak mengatakan apa pun, wajah Tiana tampaknya tidak senang. Entah itu hanya firasatnya atau bukan, Tiana merasa bahwa menantu yang tidak pernah dijumpainya ini tidak terlalu peduli dengan Odessa."Odessa, cepat atur pertemuan dengan keluarga suamimu ya. Jangan lupa," pesan Tiana."Aku mengerti, Bu. Kamu sudah ingatin aku tiga kali. Nanti setelah Howie pulang akhir pekan, aku akan mengaturnya."Adiknya, Howie, adalah murid kelas 3 SMA. Biasanya Howie tinggal di asrama sekolah dan hanya pulang di akhir pekan."Kamu sudah kasih tahu Howie soal pernikahanmu?" tanya Tiana."Belum. Ujiannya sudah dekat, sebaiknya fokus belajar dulu. Nanti baru kita bicarakan setelah dia pulang akhir pekan supaya fokusnya nggak teralihkan."Tiana mengangguk, "Benar juga."Di saat keduanya tengah asyik mengobrol, sebuah mobil melaju ke arah depan pintu klinik dengan perlahan. Dari mobil it
Baca selengkapnya

Bab 8

Kenzo merasa telah meremehkan keberanian wanita ini. Enggan berdebat lebih jauh, dia menarik salah satu koper Odessa dan mulai berjalan terlebih dulu. Setelah beberapa langkah, dia mendengar wanita itu memanggil dari belakang, "Hei, tunggu sebentar ...."Dengan kesal, dia menoleh.Odessa menunjuk ke arah kompleks perumahan di sebelah mereka dengan ragu-ragu. "Kamu tinggal di sini?""Ya.""Ini Kompleks Sawarna, lho?" tanya Odessa."Apa ada masalah?" tanya Kenzo lagi."Di sini termasuk perumahan elite. Terlepas dari uang sewanya, biaya listrik dan air di sini saja butuh setidaknya jutaan, 'kan?" lanjut Odessa."Lalu? Apa yang mau kamu bilang?" tanya Kenzo lagi."Maksudku, kalau ekonomi keluargamu kurang bagus, nggak perlu segengsi ini nyewa rumah di sini, 'kan?" Odessa benar-benar tulus saat mengatakan hal ini. Namun, nasihatnya yang tulus ini malah terkesan konyol bagi Kenzo.Padahal Odessa jelas-jelas mengincar statusnya sebagai orang terkaya, tapi sekarang malah berpura-pura sederhana
Baca selengkapnya

Bab 9

"Pekerjaanku nggak tetap," balas Kenzo dengan tak acuh.Odessa mendongak dengan kaget. "Nggak tetap?" Setelah menenangkan diri selama beberapa detik, dia kembali bertanya dengan hati-hati, "Kalau begitu, apa boleh kuartikan sama dengan pengangguran?"Odessa menunggu lama, tetapi tidak ada bantahan dari Kenzo. Dalam hati, dia menghela napas. Sepertinya dugaannya benar. Seharusnya dia sudah menyadarinya.Di abad 21 ini, bahkan jika tidak punya prestasi besar sekalipun, seorang pria yang memiliki tekad setidaknya tidak akan mengandalkan keluarganya untuk menyewa rumah. Dia mengamati Kenzo dari ujung kepala hingga kaki lagi, lalu kembali mendesah dalam hati.Ckck! Sayang sekali, padahal wajahnya tampan, tapi malah malas bekerja .... Sia-sia saja!"Pak Kenzo, aku nggak tahu situasimu seperti ini. Tapi sekarang kita sudah menikah, jadi anggap saja aku memberi nasihat tulus sebagai keluargamu. 'Seorang pemimpin nggak dilahirkan begitu saja, melainkan diperoleh dari usahanya sendiri'."Setelah
Baca selengkapnya

Bab 10

Kenzo bahkan tidak percaya dengan penglihatannya sendiri. Dia mengulurkan tangannya untuk mengambil ponsel itu dan melihatnya dengan saksama. Di layar ponsel, terlihat tiga buah pesan baru.[ Sudah tidur? ][ Odessa, aku kangen kamu. ][ Aku pingin memelukmu dengan erat dalam pelukanku yang hangat. ]Ketiga pesan itu berasal dari orang yang sama ... "Tua Tua Keladi".Huh! Dilihat dari namanya, jelas sekali itu adalah nama pria tua! Seketika, Kenzo merasa harga dirinya terinjak. Wanita yang tadinya masih berceramah panjang lebar soal kemandirian, kini sudah dicari selingkuhannya? Ironis sekali!Tatapan Kenzo dipenuhi amarah. Baru hari pertama pernikahan saja dia sudah diselingkuhi. Kenzo menggenggam erat ponsel itu dan hendak menanyakannya pada Odessa. Namun setelah menenangkan diri dan berpikir sejenak, Kenzo meragukan apakah Odessa akan mengakui perbuatannya hanya dengan beberapa pesan singkat ini?Kecuali dia bisa memergoki mereka secara langsung. Jika tidak, wanita itu pasti mati-ma
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status