Share

Aku Gadis Desa, Dicintai Suamiku Bak Cinderella
Aku Gadis Desa, Dicintai Suamiku Bak Cinderella
Penulis: Kirana

Bab 1

Bulan Mei di Kota Blackwood, bunga-bunga bermekaran dengan indahnya. Angin bertiup lembut membawa kelopak bunga sakura yang berguguran di tepi jalan, seolah-olah menggambarkan hati Odessa yang sedang kacau.

"Odessa, Ayah sudah lama pengen sama kamu. Kamu mau samaku, 'kan? Ibumu sudah tua, tubuhnya sudah kering kerontang. Aku nggak punya rasa lagi."

"Kalau kamu ... kamu masih segar dan cantik, setiap hari aku cuma bisa nelan ludah lihat kamu. Aku nggak bisa tahan lagi! Aku sudah nabung banyak uang selama ini dari ngobatin orang. Kalau kamu mau sama aku, uang ini akan kuberikan padamu semua, gimana?"

Itulah kata-kata menjijikkan yang disampaikan ayah tirinya, Sugian Kosasih, tadi malam saat dia mengadang Odessa di depan pintu kamarnya. Begitu kata-kata memalukan itu dilontarkan, Odessa langsung menyiapkan tongkat setrum yang dibawanya dan membuat pria bejat itu jatuh pingsan.

Ketika Odessa berusia 9 tahun, orang tuanya telah bercerai. Ibunya membawa Odessa serta adiknya, Howie Aristya, yang baru berusia tiga tahun untuk menikah lagi dengan seorang duda bernama Sugian.

Sugian adalah seorang dokter tradisional. Ibu Odessa menikah dengannya karena dia berjanji bisa mengobati penyakit batuk berdarah yang diderita Howie. Dengan ramuan obat rahasia, Sugian benar-benar berhasil menekan penyakit Howie itu.

Namun, penyakitnya itu masih tidak bisa hilang sepenuhnya, sehingga selama ini Howie harus terus bergantung pada ramuan tersebut. Hal ini juga menjadi alasan mengapa Odessa terpaksa berkali-kali menahan pelecehan dari Sugian.

Setelah mulai bekerja beberapa tahun terakhir, Odessa sempat mencoba membawa Howie untuk memeriksakan diri ke dokter lain, tetapi tak satu pun dokter yang bisa menangani penyakitnya.

Ibunya yang terus menderita tekanan batin setelah menikah, kondisi kesehatannya semakin menurun dan tidak kuat menghadapi masalah besar. Oleh karena itulah, Odessa menyimpan rahasia bahwa dia selalu diganggu oleh ayah tirinya selama ini.

Seiring bertambahnya usia, kecantikan Odessa kian terpancar. Pikiran jahat sang ayah tiri pun semakin menjadi-jadi.

Odessa khawatir jika hal ini terus berlanjut, lambat laun ibunya pasti akan mengetahui kejadian ini. Bagaimanapun, baik Odessa maupun Howie adalah anak yang sama berharga baginya. Howie membutuhkan ramuan Sugian untuk bertahan hidup. Namun sebagai seorang ibu, tentu dia juga tak akan membiarkan putrinya dinodai.

Setelah mempertimbangkan semua kemungkinan, demi mencegah agar ibunya tidak mengetahui kebenaran yang menyakitkan ini, Odessa memutuskan untuk segera menikah. Namun, mencari pasangan dalam waktu singkat bukanlah hal yang mudah karena Odessa tidak punya pacar.

Kebetulan ada teman Odessa yang lebih tua , Melvin Yudistira, pernah menawarkan Odessa menikah dengan anaknya yang sudah berumur. Mempertimbangkan situasi saat ini dan kurangnya pilihan lain, Odessa pun dengan berat hati menyetujuinya.

Dengan pikiran yang tidak fokus, Odessa tiba di depan kantor catatan sipil. Ketika hendak menghubungi Melvin, tiba-tiba terdengar panggilan penuh semangat dari belakangnya, "Odessa."

"Paman Melvin."

Odessa berbalik dan melihat Melvin yang berdiri di sana bersama seorang pria dengan penampilan gagah dan berwibawa di sampingnya. Seketika, Odessa tertegun.

Sebenarnya, meskipun disebut teman lama, Odessa baru mengenal Melvin sekitar sebulan terakhir. Setiap hari, Odessa melewati sebuah jembatan penyeberangan dalam perjalanan pulang pergi kerja. Melvin memiliki lapak kecil yang menjual peralatan rumah tangga di jembatan itu.

Suatu hari, Odessa melihat ada seorang pencuri yang merampas dompet dan bahkan panci dari lapak Melvin. Odessa segera mengejar pencuri itu dengan skuter listriknya dan akhirnya berhasil merebut kembali barang-barang yang dicuri.

Sejak saat itu, mereka menjadi akrab. Terkadang, saat Odessa tidak ingin langsung pulang ke rumah Sugian, Odessa memilih duduk di bawah jembatan penyeberangan dan berbincang-bincang dengan Melvin.

Pagi ini sebelum berangkat kerja, Odessa kembali mengobrol dengan Melvin dan membahas niatnya untuk segera menikah. Melvin langsung menawarkan putranya sebagai calon pasangan.

Awalnya, Odessa berpikir bahwa pria yang hampir berusia 30 tahun dan belum menikah pasti memiliki penampilan yang kurang menarik. Sebab di zaman sekarang, pria yang berpenampilan menarik tetap akan bisa menemukan istri meski hidupnya tidak berkecukupan. Namun, jelas sekali dia telah salah sangka.

Pria di depannya begitu tampan dan berwibawa, serta memancarkan aura dingin yang membuatnya terpaku di tempat.

"Odessa, ayo sini. Kuperkenalkan dulu, ini putra sulungku, Kenzo," ucap Melvin memperkenalkan sambil tersenyum.

Setelah membenahi pikirannya yang berantakan, Odessa melangkah maju dengan senyum sopan di bibirnya dan mengulurkan tangan. "Halo Pak Kenzo, namaku Odessa."

"Senang bertemu denganmu."

Kata-kata yang dingin keluar dari bibir tipisnya. Pria itu tampak mengabaikan tangan yang diulurkan Odessa dan langsung melangkah menuju kantor catatan sipil. Odessa hanya bisa terpaku di tempat dan tertegun.

Dia menatap ke arah Melvin yang tampak canggung dan tersenyum kaku sambil menjelaskan, "Anakku yang besar ini agak susah bergaul, nanti juga terbiasa."

Odessa menyusul ke kantor catatan sipil. Di sana, Kenzo telah berdiri menunggunya di samping. Dia melihat dokumen milik Kenzo sudah terletak di dekat jendela pendaftaran. Odessa pun meletakkan tasnya di meja dan mulai mengeluarkan dokumen miliknya.

Namun, karena terlalu terburu-buru, tasnya diletakkan dengan miring. Sebuah benda berwarna hitam yang mirip dengan senter kecil, jatuh ke lantai dan berhenti tepat di dekat kaki Kenzo.

Situasi langsung berubah canggung.

Kenzo menatap benda yang tak dikenal itu. Begitu menyadari benda apa yang terjatuh, ekspresi Kenzo sontak berubah. Tanpa basa-basi, dia langsung melemparkan kata-kata tajam yang menusuk.

"Odessa, kamu datang ke sini untuk mendaftarkan pernikahan, tapi bawa tongkat setrum? Kamu kira aku akan langsung menyeretmu untuk melakukan hal seperti itu setelah menjadi pasangan sah? Bersiap-siap itu bagus, tapi sepertinya kamu mikir terlalu jauh."

"Pak Kenzo, kamu salah paham ...." Odessa baru hendak mulai menjelaskan.

Namun, Kenzo segera memotong dengan ketus, "Aku nggak sesembarangan itu!" Dia langsung menyerahkan kartu keluarga kepada petugas tanpa menunggu lebih lama.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status