Share

Bab 7

Di depan Klinik Semi.

Odessa sedang menunggu teman Kenzo untuk menjemputnya. Ibunya juga ikut menunggu bersamanya. Meski tidak mengatakan apa pun, wajah Tiana tampaknya tidak senang. Entah itu hanya firasatnya atau bukan, Tiana merasa bahwa menantu yang tidak pernah dijumpainya ini tidak terlalu peduli dengan Odessa.

"Odessa, cepat atur pertemuan dengan keluarga suamimu ya. Jangan lupa," pesan Tiana.

"Aku mengerti, Bu. Kamu sudah ingatin aku tiga kali. Nanti setelah Howie pulang akhir pekan, aku akan mengaturnya."

Adiknya, Howie, adalah murid kelas 3 SMA. Biasanya Howie tinggal di asrama sekolah dan hanya pulang di akhir pekan.

"Kamu sudah kasih tahu Howie soal pernikahanmu?" tanya Tiana.

"Belum. Ujiannya sudah dekat, sebaiknya fokus belajar dulu. Nanti baru kita bicarakan setelah dia pulang akhir pekan supaya fokusnya nggak teralihkan."

Tiana mengangguk, "Benar juga."

Di saat keduanya tengah asyik mengobrol, sebuah mobil melaju ke arah depan pintu klinik dengan perlahan. Dari mobil itu turun seorang pemuda berusia sekitar 28 tahun. Tiana menarik lengan baju Odessa dengan gugup, "Nak, dia ... dia suamimu?"

"Bukan, Bu," bisik Odessa.

Pria itu berjalan ke hadapan kedua orang itu, lalu bertanya sambil tersenyum, "Bu Odessa ya?"

"Halo, aku Odessa."

"Halo, aku teman Kenzo. Namaku Irvin. Dia lagi ada urusan sekarang, jadi nggak bisa keluar dan minta aku yang menjemputmu. Kalau begitu, ayo kita berangkat?" ajak Irvin.

"Oke." Odessa menoleh menatap ibunya dengan tidak rela.

Pria itu membantu mengangkatkan koper ke mobil. Tiana melambaikan tangannya dengan mata berkaca-kaca. "Pergilah, jaga dirimu baik-baik."

Odessa duduk di dalam mobil, matanya memerah saat melambaikan tangan pada ibunya. Begitu mobil mulai bergerak, pandangannya tanpa sengaja bertemu dengan sepasang mata kelam yang mengawasinya dari dalam klinik. Odessa buru-buru mengalihkan pandangan.

Setelah Odessa menelepon tadi, Sugian duduk di dalam klinik sambil merokok. Asbak di depannya telah dipenuhi dengan puntung-puntung rokok. Setelah mobil yang membawa Odessa pergi, Sugian baru menurunkan rokok itu dari bibirnya dan menekannya keras-keras di antara jarinya.

"Odessa, kamu pikir hidupmu bisa tenang hanya dengan pergi dari sini? Cepat atau lambat, kamu tetap akan jadi milikku!"

....

Di bawah malam yang tenang, mobil melaju dengan santai. Dari kaca spion, Irvin melirik gadis yang duduk tenang di kursi belakang. Wajahnya tampak lembut dan alami. Jadi, inikah calon nyonya besar mereka nanti?

Sebenarnya, Irvin bukanlah teman Kenzo, melainkan asistennya sekaligus pengawal pribadinya. Sebagai orang terkaya di Kota Blackwood dan Presdir Grup Eternal, Kenzo paling tidak suka berurusan dengan wanita.

Namun ini, Kenzo malah dipaksa untuk tinggal dengan seorang wanita. Irvin bahkan bisa membayangkan betapa beratnya beban mental yang dihadapi bosnya.

Dua puluh menit kemudian, mobil berhenti di Kompleks Sawarna. Irvin baru saja menurunkan koper Odessa dari mobil saat dia melihat Kenzo mendekat ekspresi dingin. Hatinya pun mendadak waswas. Bosnya telah menegaskan untuk tidak membongkar identitas aslinya.

Namun, bagaimana cara yang tepat untuk menjaga jarak? Biasanya dia bersikap hormat pada Kenzo, tapi kali ini dia harus berpura-pura sebagai temannya. Jika berperan sebagai temannya, Irvin tentu tidak boleh terlalu formal.

Irvin menarik napas dalam-dalam, lalu berusaha keras untuk mencoba bersikap santai dan menyapanya dengan senyum, "Kenzo, orangnya sudah aku antar. Jadi, aku pamit dulu, ya."

Kenzo? Mendengar panggilan itu, Kenzo langsung melemparkan tatapan tajam pada Irvin. Seketika, Irvin menjadi panik.

Entah dosa apa yang telah dilakukannya sampai harus mendapat hukuman seperti ini .... Jika dia memang bersalah, tolong hukum saja dengan aturan pidana, jangan membuatnya menerima penyiksaan seperti ini!

Mobil itu melesat pergi dengan tergesa-gesa, meninggalkan kedua pasangan yang baru saja mengurus akta nikah mereka hari ini di jalanan yang sepi tersebut. Kenzo berusaha menahan amarahnya, lalu menatap dingin ke arah Odessa yang berdiri di depannya.

Dia mengejek Odessa dengan nada sarkastik, "Bu Odessa, baru berapa jam saja setelah kita menikah, kamu sudah nggak sabaran mau tinggal sama pria asing? Apa perlu sampai begitu? Sebagai wanita, kamu harusnya lebih menjaga diri."

Odessa tentu menyadari sindiran itu, tetapi dia tidak marah. Dengan tenang, dia melangkah maju dan balik bertanya, "Kalau nggak begitu, apa yang harus kulakukan? Apa aku harus duduk di rumah, dan menantikan Pak Kenzo datang menjemputku dengan tandu megah?"

Odessa mengerjapkan matanya, lalu memelototi Kenzo dan berkata, "Dari tatapan Pak Kenzo yang penuh kebencian ini, sepertinya aku harus menunggu sampai kehidupan berikutnya untuk dijemput, bukankah begitu?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status