Odessa tidak menyangka perhatian Kenzo bukan tertuju pada ponselnya. Dengan sabar, Odessa menjelaskan, "Aku cuma mau kasih kamu lihat pengumuman dari manajemen. Tadi air memang sempat berhenti, bukan aku sengaja buat rusak pancuran air, apalagi cari kesempatan memelukmu. Semua itu cuma kebetulan.""Ya sudah, tinggal bilang saja. Ngapain berdiri di hadapanku seperti ini?""Memangnya kamu bakal percaya kalau nggak ada bukti? Selain itu, kusarankan kamu masuk grup. Jangan sampai terjadi masalah lagi, lalu seseorang memfitnahku seperti tadi.""Maksudmu, kamu masih ingin mandi di kamar mandiku setelah malam ini? Jangan mimpi deh."Setelah hidup selama 25 tahun, Odessa akhirnya mengerti seperti apa rasanya mengobrol dengan orang yang tidak nyambung. Karena malas menjelaskan, dia pun pergi.Odessa yang tiba-tiba diam membuat Kenzo merasa agak aneh. Dia menoleh, lalu menyindir dengan tidak acuh, "Kusarankan kamu menyeka air di tubuhmu sampai kering. Mau merayuku dengan tubuh basah ....""Nggak
Telanjang bulat .... Kenzo termangu. Bagaimana bisa wanita ini melontarkan kata yang terdengar begitu kasar? Benar-benar wanita murahan!"Benar, tapi kamu bakal merusak pemandanganku. Barang indah pasti enak dipandang. Tapi, kalau barang jelek, siapa yang mau lihat?"Kenzo berpura-pura tenang saat mengatakan sesuatu yang bertolak belakang dengan pemikirannya, "Tubuhmu adalah yang terburuk yang pernah kulihat. Nggak ada lekukan, rata seperti triplek. Kamu kira kamu adalah bidadari yang turun dari kayangan? Aku rasa kamu seperti roh gentayangan yang mondar-mandir di depanku!"Kalimat yang sangat pedas! Amarah Odessa tersulut. Dia menggertakkan gigi dan datang ke depan Kenzo. Kemudian, dia menjulurkan tangan dan menggoyangkannya di depan mata Kenzo dengan kuat.Kenzo pun meraih pergelangan tangan Odessa. "Tipu muslihat apa lagi yang kamu mainkan?""Rupanya kamu nggak buta. Kukira kamu buta," ejek Odessa.Kenzo tentu tidak buta. Dia tidak akan mengakui dirinya tidak bisa fokus bekerja kare
Keduanya mengobrol sambil memasuki kelab. Sebelum berpisah, Gladys tiba-tiba berhenti dan mengeluarkan ponselnya untuk memperlihatkan foto mobil kepada Kenzo."Pak Kenzo, kamu suka mobil ini nggak? Ini mobil baru dengan kualitas terbaik yang diproduksi perusahaanku. Sebenarnya kuproduksi untuk Pangeran dari Dabai. Dari segi performa, mobil ini jauh lebih hebat dari Rolls-Royce. Kalau kamu suka, untukmu saja. Nanti kukembalikan uang mereka."Keluarga kerajaan di Dabai memang kaya, tetapi pria di depan bisa memberinya lebih banyak keuntungan. Pebisnis seperti mereka harus berpikiran ke depan.Kenzo melirik mobil mewah berwarna silver di layar, lalu menyahut dengan tidak acuh, "Terima kasih atas niat baikmu. Tapi, mobilku sudah banyak. Aku nggak bakal mengambil milik orang."Gladys tampak kebingungan. "Kalau begitu, kenapa kamu pakai mobil tadi ....""Sebagai produsen mobil, Bu Gladys seharusnya tahu mengendarai mobil mewah semata untuk pengalaman, sedangkan mobil murah untuk melatih kete
Itu memang foto suami miskin Odessa. Jaeli melihat wajah Gladys yang dipenuhi sanjungan. Kemudian, dia teringat Kenzo sempat keluar untuk bertelepon sebelum Declan didepak dari proyek.Jaeli pun naik pitam. "Berengsek! Beraninya mereka macam-macam dengan kita! Pasti Odessa menghasut suaminya melakukan ini! Tenang saja, aku bakal minta penjelasan dari jalang itu besok!""Oke. Kuserahkan masalah ini kepadamu. Menyebalkan! Beraninya mereka menghalangi jalanku! Dendam ini harus dibalaskan!" ujar Declan.....Keesokan pagi setelah bangun, Odessa melihat ranjang Kenzo masih rapi. Jelas, Kenzo tidak pulang semalaman.Hal ini membuat Odessa tak kuasa berpikir, ke mana Kenzo pergi? Muncul banyak adegan di benak Odessa.Kenzo mencari Gladys untuk curhat. Kemudian, Gladys menggunakan tubuh gendutnya untuk memeluk Kenzo, menghiburnya, dan memberinya kehangatan. Seiring malam makin larut, Gladys membawanya ke hotel, lalu mereka ....Odessa tidak ingin melanjutkan imajinasinya lagi. Dia menggeleng s
"Memang dia penyebabnya!" pekik Jaeli sambil tersenyum sinis.Odessa menyunggingkan senyuman. "Sepertinya kamu terlalu mengganggap hebat dia? Dia nggak punya kemampuan seperti itu.""Dia memang nggak punya, tapi wanita yang mendukungnya punya." Jaeli menunjukkan foto yang dipotret Declan dengan murka, lalu meneruskan, "Kamu pasti tahu suamimu punya sugar mommy, 'kan?"Odessa melihat Kenzo dan Gladys di dalam foto itu. Dilihat dari lingkungan di sekitar, mereka jelas berada di Klub Wiyata. Seketika, ekspresinya menjadi masam. Jadi, semalam Kenzo benar-benar bersama Gladys?Ketika melihat perubahan pada ekspresi Odessa, Jaeli tahu spekulasinya benar. Dia pun mengangkat tangan untuk menampar Odessa. "Dasar jalang! Beraninya kalian macam-macam denganku! Hari ini aku bakal memberimu pelajaran!""Apa-apaan kamu ini?" Ketika tangan Jaeli terangkat di udara, tiba-tiba ada yang menahannya. Jaeli pun mendongak dan melihat seorang pria tampan.Setelah termangu sejenak, Jaeli berusaha melepaskan t
Bulan Mei di Kota Blackwood, bunga-bunga bermekaran dengan indahnya. Angin bertiup lembut membawa kelopak bunga sakura yang berguguran di tepi jalan, seolah-olah menggambarkan hati Odessa yang sedang kacau."Odessa, Ayah sudah lama pengen sama kamu. Kamu mau samaku, 'kan? Ibumu sudah tua, tubuhnya sudah kering kerontang. Aku nggak punya rasa lagi.""Kalau kamu ... kamu masih segar dan cantik, setiap hari aku cuma bisa nelan ludah lihat kamu. Aku nggak bisa tahan lagi! Aku sudah nabung banyak uang selama ini dari ngobatin orang. Kalau kamu mau sama aku, uang ini akan kuberikan padamu semua, gimana?"Itulah kata-kata menjijikkan yang disampaikan ayah tirinya, Sugian Kosasih, tadi malam saat dia mengadang Odessa di depan pintu kamarnya. Begitu kata-kata memalukan itu dilontarkan, Odessa langsung menyiapkan tongkat setrum yang dibawanya dan membuat pria bejat itu jatuh pingsan.Ketika Odessa berusia 9 tahun, orang tuanya telah bercerai. Ibunya membawa Odessa serta adiknya, Howie Aristya, y
Keluar dari kantor catatan sipil, keduanya masing-masing membawa selembar akta nikah. Namun, bukannya tampak seperti pasangan pengantin baru yang berbahagia, mereka malah berjalan ke arah berlawanan. Situasinya ini lebih mirip sepasang mantan yang baru saja bercerai. Di luar, Melvin sudah tidak lagi terlihat, mungkin ada urusan yang membuatnya pergi terlebih dulu.Odessa melirik sosok Kenzo yang tinggi dan tegap di hadapannya. Setelah ragu sejenak, dia lalu memanggil, "Pak Kenzo ...."Kenzo menghentikan langkahnya."Tadi ucapanku belum selesai, tapi kamu langsung memotongnya. Menurutku, aku tetap perlu menjelaskan. Aku nggak mikir berlebihan, justru kamu yang mikir terlalu jauh."Setelah memberi penjelasan, Odessa berbalik dan hendak pergi, tetapi tiba-tiba suara Kenzo menghentikannya lagi, "Tunggu sebentar."Odessa berbalik dan menatapnya."Bu Odessa memutuskan untuk menikah denganku dalam waktu singkat begini ... apa kamu sudah tahu tentang kondisi keluargaku?"Selama sebulan mengena
Odessa turun dari bus dan berjalan sekitar tujuh hingga delapan menit sebelum akhirnya sampai di Klinik Semi, tempat praktik Sugian. Begitu hendak melangkah masuk, dia mendengar suara Sugian yang sedang memaki di dalam.Sejak permintaannya semalam untuk "dekat" dengan Odessa ditolak mentah-mentah dan malah terbaring pingsan selama dua jam akibat setruman, suasana hati Sugian sepanjang hari ini jadi muram. Saat melihat istrinya, Tiana, yang sudah mulai menua dan sedang menyapu di klinik, dia melampiaskan amarahnya pada wanita itu."Sapu saja terus! Kamu memang cuma bisa jadi pembantu. Coba lahirkan seorang anak laki-laki untukku kalau memang berguna. Sudah belasan tahun menikah, satu keturunan pun nggak ada! Kamu ini benar-benar nggak berguna!"Mendengar hinaan pedas itu, Tiana melemparkan sapu yang dipegangnya ke lantai dan membalas, "Sugian, aku punya putra dengan suamiku yang dulu! Kenapa kamu nggak pernah mikir masalahnya ada pada dirimu?""Punya putra? Hebat sekali, ya? Tapi, meman