Semua Bab Kebangkitan Istri Rahasia Sang CEO: Bab 41 - Bab 50

56 Bab

BAB 41

Di kontrakan Alyn yang kecil dan sederhana, suasana pagi yang tenang tiba-tiba pecah oleh suara ketukan pintu yang keras. Alyn terbangun, jantungnya berdebar kencang, dan Rio yang tertidur di sampingnya di sofa langsung tersentak. Keduanya terkejut saat menyadari bahwa Rio masih berada di sampingnya, dengan kemeja yang terbuka, sementara mereka telah tertidur begitu saja setelah berbincang hingga larut malam.“Kita… tertidur?” bisik Alyn panik, suaranya gemetar.Rio hanya menatapnya dengan mata terbelalak, masih bingung dengan situasi yang sedang terjadi. Sebelum mereka bisa beranjak atau merapikan diri, suara ketukan itu semakin keras, disertai teriakan dari luar.“Alyn! Buka pintunya!” suara orang-orang dari luar terdengar marah.Pintu tiba-tiba terbuka dengan keras, tanpa memberi mereka waktu untuk bangkit. Sekelompok warga berdiri di sana, memandang mereka dengan tatapan penuh kecurigaan dan kemarahan. Beberapa dari mereka langsung masuk ke dalam kontrakan, mengamati situasi.“Kal
Baca selengkapnya

BAB 42

Sebelum warga merespons, Alyn melangkah maju dengan penuh percaya diri dan menunjuk ke arah CCTV yang terpasang di sudut ruangan."Kalian bisa cek CCTV di sana," lanjutnya dengan nada tegas. "Tidak ada yang terjadi di sini seperti yang kalian tuduhkan. Jika kalian masih bersikeras ingin memfitnah kami, biar saya ingatkan, kalian bisa dikenakan hukuman."Warga yang semula ribut mulai terlihat gugup, beberapa dari mereka saling melirik, bisik-bisik cemas. Namun Alyn tidak berhenti."Menurut Pasal 310 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), pencemaran nama baik itu ada konsekuensinya. Dan jangan lupa, kalian masuk tanpa izin ke dalam rumah saya. Itu pelanggaran privasi. Pasal 167 KUHP menyatakan, masuk atau tetap berada di pekarangan atau rumah orang lain tanpa izin pemiliknya adalah perbuatan melawan hukum."Rio yang berdiri di sampingnya menatap dengan kagum, dia tidak menyangka Alyn akan berbuat seperti itu."Jika memang kalian khawatir dengan sesuatu, ada jalur
Baca selengkapnya

BAB 43

"Apa! Menyerahkan semuanya pada Felix?" Rio berseru, suaranya penuh dengan kemarahan dan rasa kecewa. "Ayah lupa? Aku yang sudah membangun perusahaan ini dari nol, dengan keringat dan kerja keras. Felix tidak tahu apa-apa soal perusahaan ini!"Pak Putra menatapnya dengan dingin, tanpa sedikit pun goyah oleh kata-kata Rio. “Tidak peduli siapa yang membangun perusahaan ini, Rio. Selama kamu masih bergantung pada Wijaya Group, sebaiknya kamu menurut pada keputusan ini!”Rio menghela napas berat, namun amarahnya semakin membara. “Ini tidak adil, Ayah. Aku sudah melakukan semuanya untuk perusahaan ini. Bahkan, kursi yang Felix duduki sekarang seharusnya adalah milikku!”Pak Putra mengangkat tangan, menghentikan protes Rio. “Kemasi barang-barangmu dan pindah ke kantor pusat. Kamu bisa menjadi wakil CEO, kenapa harus membuat huru hara?” suaranya tegas, memberikan perintah yang tak bisa ditawar.Alyn, yang berdiri di ambang pintu, merasakan ketegangan di antara mereka. Kata-
Baca selengkapnya

BAB 44

Pak Putra keluar dari ruangan Rio dengan langkah cepat, wajahnya memerah, amarah masih terpancar jelas di raut wajahnya. Alyn, yang berdiri di dekat pintu, segera membungkuk hormat sebagai bentuk penghormatan.Namun, Pak Putra meliriknya dengan dingin, tanpa sedikit pun merespons atau menghentikan langkahnya. Sikapnya seolah menunjukkan ketidakpedulian, seakan Alyn tak layak mendapatkan perhatian.Alyn berdiri kaku, perasaan canggung dan bingung menguasainya. Di balik keheningan itu, suasana tegang antara keluarga Wijaya tampak semakin terasa nyata.Setelah memastikan Pak Putra telah benar-benar pergi, Alyn menghela napas sejenak sebelum melangkah menuju ruangan Rio. Dia mengetuk pintu dengan pelan, lalu membukanya sedikit. Di balik celah pintu, terlihat Rio yang tertunduk di kursinya, tampak kelelahan, dengan bahunya yang sedikit gemetar."Pak Rio..." panggil Alyn pelan, suaranya lembut namun penuh kekhawatiran. Rio tidak langsung merespons. Dia hanya terdiam, seakan masih tenggelam
Baca selengkapnya

BAB 45

Alyn terdiam sejenak, membiarkan dirinya menikmati kehangatan pelukan Rio yang jarang terlihat rapuh. "Rio... ini bukan salahmu," kata Alyn dengan lembut, mencoba menenangkannya. Rio menatap Alyn dengan intens, masih memegang bahunya. "Alyn," katanya dengan suara tegas namun lembut, "Aku tidak ingin kau kembali ke kantor Felix. Aku tidak bisa membayangkan kau harus bertemu dengannya setiap hari, terutama setelah semua yang dia lakukan."Alyn menatap balik dengan bingung. "Rio, ini pekerjaan. Aku sudah terbiasa menghadapi Felix, ini bukan masalah besar.""Tapi itu masalah besar bagiku," jawab Rio cepat. "Aku tidak bisa melihatmu berada di dekat dia, apalagi dengan cara dia memimpin perusahaan. Dia tidak pantas mendapatkan kesempatan untuk terus mengendalikan hidupmu."Alyn terdiam sejenak, merasakan kekhawatiran dalam nada suaranya. "Aku mengerti apa yang kau rasakan, tapi aku bisa menjaga diriku sendiri. Ini bukan hanya soal Felix, ini juga soal karirku dan juga dir
Baca selengkapnya

BAB 46

Alyn terkejut melihat Felix berdiri di depannya. Tubuhnya seolah membeku sesaat, namun dia segera menguatkan diri. Suaranya tenang, meskipun hatinya berdebar kencang.Baginya, alasan untuk berpisah sudah terlalu jelas. Pengkhianatan Felix, pernikahannya dengan Ericka, dan yang paling menghancurkan hati Alyn, Bu Chintya yang menjadi penyebab kegugurannya. Tidak ada lagi alasan untuk bertahan."Felix," kata Alyn dengan nada dingin namun terkendali, "Kau sudah tahu jawabannya, dan kau masih bertanya kenapa aku ingin bercerai?"Felix mengalihkan pandangannya sejenak, terlihat berusaha menahan sesuatu di dalam dirinya. "Pernikahan dengan Ericka... itu tidak seperti yang kau kira. Itu hanya soal bisnis—""Bisnis?" potong Alyn tajam. "Kau menghancurkan rumah tangga kita untuk sesuatu yang kau sebut bisnis? Dan bagaimana dengan Bu Chintya? Dia menyebabkan aku kehilangan anak kita, Felix. Kau tahu itu, tapi kau tidak melakukan apa-apa."Mata Felix menyipit sejenak, tanda
Baca selengkapnya

BAB 47

Alyn dan Rio tiba di depan kontrakan Alyn dengan suasana yang sedikit canggung namun penuh keakraban. Malam sudah mulai merayap, dan lampu-lampu jalan memberikan cahaya redup yang memantul di trotoar basah akibat hujan gerimis sebelumnya.Alyn mengeluarkan kunci dari tas kecilnya, lalu tersenyum tipis ke arah Rio yang berdiri di sampingnya."Maaf, rencana makan malam kita batal," ucap Alyn dengan nada bersalah. "Sepertinya semuanya jadi kacau gara-gara masalah di kantor tadi."Rio menatap Alyn lembut, lalu menggelengkan kepala. "Tidak apa-apa, Alyn. Aku mengerti. Yang penting, kau baik-baik saja."Alyn menatap mata Rio yang penuh perhatian itu. Ada rasa hangat yang menjalar dalam dirinya, meskipun tadi emosinya masih berantakan akibat pertemuan dengan Felix. Dia menghela napas, lalu mendongak ke pintu kontrakannya yang sederhana."Kalau kau tidak keberatan," lanjut Alyn sambil memasukkan kunci ke lubang pintu, "aku bisa memasak sesuatu sebagai gantinya. Mungkin ini tidak sebagus makan
Baca selengkapnya

BAB 48

"Alyn bilang mereka hanya rekan kerja," gumam Rio pelan pada dirinya sendiri, mencoba meyakinkan hatinya. "Tidak ada yang perlu dikhawatirkan."Rio menghela napas panjang, berusaha meredakan rasa tidak nyaman yang tiba-tiba menyelimuti hatinya. Alyn memang selalu mengatakan bahwa Bryan hanya rekan kerja, tetapi Rio tak bisa menepis perasaan bahwa mungkin ada lebih dari sekadar itu.Setiap kali nama Bryan muncul, ada semacam dorongan kuat dalam dirinya yang ingin tahu lebih banyak, ingin mengungkap sejauh mana hubungan mereka sebenarnya."Kenapa Bryan harus datang ke rumah Alyn?" pikir Rio, matanya menatap kosong ke depan. "Apakah mereka sedekat itu sampai Bryan merasa bisa datang kapan saja?"Ketika Rio akhirnya sampai di mobilnya, dia membuka pintu dan duduk di kursi pengemudi, tetapi tak langsung menyalakan mesin. Dia hanya duduk di sana sejenak, mengamati jalan yang basah karena gerimis yang baru saja reda. Suasana malam yang hening semakin mempertegas rasa resah yang mulai merayap
Baca selengkapnya

BAB 49

Alyn menatap bayangannya di cermin, matanya penuh dengan kebingungan dan kelelahan. Sinar matahari pagi yang masuk melalui jendela kamarnya tidak cukup untuk mengusir rasa kacau yang berputar-putar di dalam dirinya."Alyn, kamu baru saja terlepas dari Felix. Dan sekarang? Kamu menjalin hubungan dengan Rio yang jelas-jelas adalah adik dari mantan suamimu? Ini gila!" gumam Alyn, berbicara pada dirinya sendiri seolah-olah bayangan di cermin akan memberikan jawaban yang ia cari.Pikirannya tak bisa berhenti memutar ulang kejadian-kejadian dalam hidupnya yang terasa begitu rumit akhir-akhir ini. Lepas dari Felix, ia pikir segalanya akan menjadi lebih sederhana dan tenang. Tapi, di sinilah dia sekarang, berada di tengah hubungan yang lebih rumit lagi, dengan adik mantan suaminya sendiri.Rio. Nama itu menggema di kepalanya. Adik dari Felix, pria yang selama ini memperlakukannya dengan penuh perhatian, bertolak belakang dengan sifat kakaknya yang dingin dan tak tersentuh.
Baca selengkapnya

BAB 50

Alyn mundur selangkah, tubuhnya terasa lemas, seolah semua energi diserap oleh rasa kaget dan ketakutan yang menderanya. Ini tidak masuk akal. Ibunya sudah meninggal bertahun-tahun lalu. Dia ingat dengan jelas pemakaman itu. Hujan yang deras, tanah basah, dan suara doa yang berulang-ulang di kepalanya. Ini tidak bisa nyata.“Tapi… bagaimana bisa…?” Alyn bergumam, matanya masih terpaku pada sosok wanita yang kini berdiri di depan pintu rumahnya.Ibunya tersenyum, senyum yang dulu selalu memberi rasa nyaman, tapi sekarang hanya menambah rasa takut. Ada yang salah dengan semuanya. Tidak ada penjelasan yang logis untuk ini.“Alyn, sayang,” suara ibunya terdengar lagi, lembut namun mendesak. “Ada banyak yang harus kamu tahu. Banyak yang tidak kamu mengerti.”Alyn bergetar. "Apa maksud Ibu?" tanyanya dengan suara parau.Ibunya tidak menjawab langsung, malah melangkah lebih dekat, hampir melintasi ambang pintu. Alyn refleks mundur lebih jauh ke dalam rumah, nalurinya me
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status