All Chapters of Kebangkitan Istri Rahasia Sang CEO: Chapter 21 - Chapter 30

56 Chapters

BAB 21

Rio masuk ke rumahnya dengan langkah berat, pikirannya penuh dengan pikiran yang tak beraturan. Begitu tiba di ruang tamu, dia langsung melemparkan tubuhnya ke sofa, kepalanya tertunduk sementara tangannya memijat pelipisnya yang terasa tegang. Di dalam benaknya, percakapan terakhir dengan Alyn berputar-putar tanpa henti. Rio merasa ada yang salah dengan caranya menangani situasi tadi, terutama dengan bagaimana dia memperlakukan Alyn. Meskipun niatnya adalah untuk melindunginya, mungkin itu telah membuat Alyn merasa terpojok.Dia menghela napas panjang, menyandarkan punggungnya pada sofa, menatap langit-langit yang terasa lebih dekat dari biasanya."Apa yang sudah kulakukan?" pikirnya dengan penyesalan yang semakin dalam. Dia mengakui bahwa tindakannya tadi didorong oleh rasa cemburu dan ketidakamanan, bukan sekadar kekhawatiran profesional.Rio memejamkan mata, mencoba menenangkan pikirannya yang berkecamuk. Namun, bayangan wajah Alyn, tatapannya yang terkejut dan bingung, terus me
Read more

BAB 22

"Apa yang kamu katakan?" suara Pak Putra rendah, tapi penuh dengan ancaman yang tersirat.Rio menatap ayahnya tanpa mundur. "Aku bukan Felix, Ayah. Aku tidak akan membiarkan diriku diatur seperti boneka," ucap Rio dengan tegas, nadanya penuh dengan keberanian yang baru ditemukan. "Aku akan mengambil langkahku sendiri."Felix, yang berdiri di sisi lain ruangan, terkejut mendengar pernyataan saudaranya. Dia tahu Rio memiliki pemikiran yang berbeda, tetapi mendengarnya menentang ayah mereka secara langsung adalah hal yang tak pernah terbayangkan.Pak Putra melangkah maju, mendekati Rio dengan setiap langkah yang penuh dengan otoritas. "Kamu berani menentangku?" Suaranya semakin rendah, hampir seperti desis."Jika itu yang diperlukan untuk melindungi apa yang aku anggap benar, maka ya, aku berani," Rio menegaskan, menahan pandangan tajam ayahnya.Untuk beberapa detik yang terasa seperti selamanya, hanya ada keheningan yang memekakkan telinga di antara mereka. Pak Putra menatap putranya, m
Read more

BAB 23

Pagi itu, Rio terbangun di tempat tidur yang tampak asing. Sambil membuka matanya perlahan, dia menyadari bahwa ini bukanlah kamarnya. Tempat tidur ini sederhana tapi nyaman, dengan seprai bersih dan bantal yang empuk.Rio duduk di tempat tidur, mencoba mengingat apa yang terjadi semalam. Ingatannya mulai kembali perlahan—dia mendatangi kontrakan Alyn, merasa pusing dan akhirnya pingsan di hadapannya. Tapi, bagaimana dia bisa berada di sini?Dia menoleh ke arah jendela, di mana sinar matahari pagi mulai menerobos masuk, menerangi ruangan dengan cahaya lembut. Di sudut kamar, dia melihat sebotol air dan segelas penuh di meja kecil.Sebelum dia bisa merangkai semuanya, pintu kamar terbuka perlahan. Alyn muncul dengan wajah khawatir namun tenang, membawa nampan berisi sarapan sederhana."Kamu sudah bangun," kata Alyn, suaranya lembut. "Aku sudah menyiapkan sarapan. Bagaimana perasaanmu?"Rio menatap Alyn sejenak, masih mencoba memahami situasinya. "Alyn, apa yang te
Read more

BAB 24

Rio mengangkat foto itu, memperlihatkannya kepada Alyn. "Kau bukan sekadar Alyn yang aku kenal, bukan? Ada lebih banyak cerita di balik namamu, dan aku ingin tahu semuanya sekarang."Alyn menghela napas, merasa jembatan kepercayaan yang telah terbentuk di antara mereka mulai retak. "Aku... tidak bisa memberitahumu sekarang," katanya pelan, hampir seperti bisikan.Rio memandangnya dengan tatapan tajam, ketegangan memenuhi setiap sudut ruangan. "Apa yang kau takutkan, Alyn? Siapa yang membuatmu merasa begitu terancam hingga kau harus menyembunyikan dirimu?"Kata-kata Rio seperti jarum yang menusuk perasaan Alyn. Mata mereka bertemu, dan Alyn tahu bahwa ini mungkin saatnya dia harus membuka diri—tetapi bagaimana dia bisa menceritakan kebenaran pada adik mantan suaminya sendiri?Namun sebelum Alyn sempat menjawab, sebuah ketukan keras terdengar di pintu depan. Keduanya terdiam, saling berpandangan dengan penuh kewaspadaan. Suasana tegang yang sudah terasa sejak tadi
Read more

BAB 25

Alyn dan Bryan duduk dalam diam di dalam mobil yang diparkir di sudut jalanan yang sepi. Udara di antara mereka terasa berat, seakan segala sesak di luar sana berusaha masuk melalui setiap celah kecil yang ada."Apa yang harus kita lakukan sekarang?” tanya Alyn, suaranya hampir pecah karena kepanikan yang perlahan-lahan menyelimuti dirinya.Bryan menarik napas panjang, berusaha mencari ketenangan di tengah situasi yang kacau ini. “Kita harus menghadapi ini, Alyn. Kita tidak bisa lari. Jika kita kabur sekarang, mereka akan menganggap kita bersalah dan situasinya akan semakin sulit untuk dijelaskan.”Alyn mengangguk meskipun hatinya masih diliputi ketakutan. Ia tahu Bryan benar. Jika mereka melarikan diri, itu hanya akan memperkuat semua tuduhan palsu yang beredar. Tetapi bagaimana mereka akan menjelaskan semuanya ketika berita-berita itu sudah telanjur tersebar luas?Bryan melihat wajah Alyn yang pucat, kemudian berkata dengan lembut, “Pertama, kita harus kembali ke k
Read more

BAB 26

Sementara itu, di luar sana, berita tentang pernyataan Rio mulai menyebar dengan cepat. Dunia bisnis mulai bergolak dengan berbagai spekulasi baru tentang hubungan antara Wijaya Group dan keluarga Anggara, serta tentang Alyn, wanita yang tiba-tiba menjadi pusat perhatian karena pernyataan mengejutkan dari Rio.Di ruang tamu mewahnya yang elegan, Ericka duduk dengan senyum puas di wajahnya. Berita yang baru saja dibacanya memberikan rasa kemenangan yang tak tertandingi."Dengan semua berita yang beredar, sepertinya aku tidak perlu repot-repot mengotori tanganku sendiri," ujar Ericka, suaranya penuh dengan kepuasan terselubung.Dia menyerahkan tablet itu kembali pada Jinu, yang menerimanya dengan anggukan hormat.Jinu, yang selalu berwajah datar, mencoba membaca situasi tanpa mengungkapkan pikirannya. "Nona Ericka, berita ini memang berdampak besar. Tapi bukankah ini juga bisa menjadi masalah besar? Jika Anggara Group berhasil membuktikan bahwa berita ini palsu, itu bisa membahayakan po
Read more

BAB 27

Rio baru saja menutup mikrofon dan berbalik untuk meninggalkan podium ketika pintu ruangan konferensi terbuka dengan keras. Semua mata segera tertuju pada sosok yang baru saja memasuki ruangan—Alyn.Keramaian di dalam ruangan konferensi mendadak meledak dengan kilatan kamera dan suara kamera yang terus-menerus. Para fotografer berlomba-lomba mengambil gambar Alyn, yang kini menjadi pusat perhatian.Dengan langkah tegas, Alyn berjalan menuju Rio yang baru saja hendak meninggalkan ruangan. Wajahnya tidak menunjukkan sedikit pun keraguan.Sebelum dia sempat mengatakan apa-apa, Rio dengan cepat melangkah ke arahnya. Dalam sekejap, Rio meraih tangan Alyn dengan lembut namun tegas, lalu menariknya keluar dari ruangan."Sayang, ayo kita pulang. Aku akan mengenalkanmu secara langsung pada keluargaku," kata Rio dengan suara yang cukup keras untuk didengar semua orang di dalam ruangan.Alyn yang masih bingung dan terkejut hanya bisa mengikuti Rio. Di dalam hatinya, dia ing
Read more

BAB 28

Bu Chintya menghela napas marah, wajahnya memerah. "Cepat bereskan kekacauan ini!" perintahnya tajam, menatap pembantu yang berdiri gemetar. Suaranya penuh dengan nada dingin yang mencerminkan ketidaksabaran dan kekesalan.Pembantu itu terburu-buru berjongkok, mencoba mengumpulkan pecahan gelas yang berserakan di lantai. Tangannya bergetar hebat, tanda bahwa ketakutan mendominasi dirinya.Alyn, yang sejak tadi merasa tidak enak dengan situasi tersebut, spontan ikut berjongkok di sampingnya. "Bi, Anda baik-baik saja?" tanyanya dengan nada lembut, penuh perhatian.Pembantu itu terkejut dengan tindakan Alyn yang mendekat. Matanya berkilat-kilat dengan rasa syukur dan ketakutan yang bercampur aduk. "Sa-saya... baik, Bu," jawabnya dengan suara yang hampir tidak terdengar, masih gugup.Melihat Alyn ikut membantu, Bu Chintya langsung bereaksi dengan marah. "Alyn, apa yang kau lakukan? Tinggalkan itu! Biarkan dia yang mengurusnya sendiri. Jangan tunjukkan simpati di sini, itu bukan urusanmu!"
Read more

BAB 29

"Aku harus pulang!" kata Alyn dengan cepat, berusaha menghindar dari situasi yang semakin sulit ia kendalikan.Tanpa menunggu jawaban Rio, dia segera melangkah ke pintu, tangannya gemetar saat meraih pegangan. Rio mencoba menahannya, tapi dia bisa melihat ketakutan dan kebingungan di mata Alyn."Alyn, tunggu," katanya dengan suara lembut namun tegas, berharap bisa menghentikan langkahnya.Alyn berhenti sejenak, namun tak berani menoleh. "Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, Pak Rio. Semua ini... terlalu rumit." Suaranya terdengar rapuh, seolah kata-kata itu keluar dengan susah payah dari bibirnya.Rio menarik napas dalam-dalam, mencoba meredam rasa frustasinya. "Aku hanya ingin kamu tahu, bahwa aku serius dengan semua yang aku katakan. Tapi aku juga akan menghormati keputusanmu, apapun itu."Alyn menutup matanya, mencoba mengatur napasnya yang memburu. Ia tahu bahwa kata-kata Rio bukan sekadar janji kosong. Namun, beban masa lalu dan keraguan dalam hatinya membuatnya tidak bisa bert
Read more

BAB 30

Setelah memastikan bahwa berita tentang Alyn telah lenyap dari dunia maya, Tuan Anggara kembali memanggil Bryan."Bagaimana dengan langkah selanjutnya?" tanyanya, suaranya tetap tenang namun penuh dengan otoritas."Kami telah menghubungi semua pihak terkait dan memberi peringatan. Keluarga Wijaya dan Ericka akan segera merasakan akibatnya," jawab Bryan dengan percaya diri.Tuan Anggara mengangguk pelan, lalu pandangannya kembali ke layar komputer, di mana rekaman konferensi pers Rio baru saja berakhir. Rasa penasaran dan sedikit ketidakpercayaan muncul di benaknya."Apa pendapatmu tentang pengakuan Rio yang menyatakan bahwa Alyn adalah tunangannya?" tanyanya dengan nada penuh pertimbangan.Bryan mengerutkan kening, sedikit ragu sebelum menjawab, "Saya rasa itu adalah langkah yang berani, mungkin untuk melindungi Alyn dan menjaga reputasi keluarganya sendiri. Namun, kita tidak tahu pasti apa motif sebenarnya di baliknya."Tuan Anggara mengangguk lagi, kali ini dengan lebih tegas. "Aku
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status