Semua Bab Kebangkitan Istri Rahasia Sang CEO: Bab 31 - Bab 40

56 Bab

BAB 31

Rio menurunkan barang belanjaan terakhir dari tangannya, meletakkannya dengan hati-hati di atas meja dapur. Matanya memandang sekeliling ruangan sebelum akhirnya berhenti di wajah Alyn, penuh perhatian. "Apakah mereka mengganggumu?" tanyanya lembut, raut wajahnya dipenuhi kekhawatiran. "Mungkin kamu harus mempertimbangkan untuk pindah saja."Alyn mendengus pelan, namun suaranya tetap tegas saat ia menjawab. "Tidak!" Tanpa menutupi rasa kesal di wajahnya, ia menatap Rio tajam. "Kenapa kamu tiba-tiba datang ke sini sepagi ini, tanpa memberitahuku terlebih dahulu?""Aku hanya ingin memastikan tunanganku tidak kelaparan," jawabnya dengan nada tenang, seolah tak terpengaruh oleh nada suara Alyn yang menusuk.Alyn menatapnya lama sebelum bicara kembali. "Aku bisa mengurus diriku sendiri, Rio. Kamu tahu itu kan?"Rio tertawa kecil, meskipun nada Alyn penuh ketegasan. “Tentu saja aku tahu. Tapi, bukankah lebih baik jika aku bisa membantumu?”Alyn menghela napas panjang, berusaha menenangkan
Baca selengkapnya

BAB 32

"Alyn, aku berbeda..."Rio menatap Alyn dengan tatapan serius, seolah tahu ada sesuatu yang berat yang disimpan oleh wanita itu. "Alyn, aku berbeda dengan pria itu. Aku tahu dia telah menyakitimu dan aku tidak akan pernah memaafkan dia atas apa yang telah dilakukanya padamu. Tapi kumohon, jangan melihatku sebagai bayangannya. Aku bukan dia yang telah merusak hidupmu."Alyn terdiam, matanya menatap Rio dengan campuran emosi yang sulit diuraikan. Dia tahu Rio berbeda, tapi dia masih belum bisa menata hatinya."Aku tahu kamu bukan dia," jawab Alyn pelan, matanya sedikit berkabut. "Tapi aku butuh waktu. Bisa kau tinggalkan aku?" pinta Alyn.Rio mengangguk pelan, menyadari betapa dalamnya luka yang Alyn bawa meski dia tidak mengetahui seluruh ceritanya. "Aku akan memberimu semua waktu yang kamu butuhkan, Alyn. Tapi tolong pertimbangkan."Mereka berdua terdiam lagi, tenggelam dalam pikiran masing-masing. Meskipun ada rasa canggung dan kesedihan yang belum sepenuhn
Baca selengkapnya

BAB 33

"Apa maksud Dokter?" Suara Alyn terdengar lebih lemah dari sebelumnya.MJ tidak menjawab segera. Sebaliknya, ia menghela napas dalam-dalam, seolah-olah sedang mempersiapkan dirinya untuk mengatakan sesuatu yang sulit."Aku sudah mengenalmu cukup lama, Alyn," katanya pelan, "dan aku tahu ada sesuatu yang tidak pernah kamu ungkapkan sepenuhnya. Setiap kali kita berbicara tentang ibumu, selalu ada sesuatu yang terasa... tidak selesai."Alyn merasa ruang kecil itu tiba-tiba semakin mengecil, udara di sekitarnya semakin menekan. Jantungnya berdetak lebih cepat, membuatnya sulit bernapas. "Ayahku bilang... ibu meninggal saat aku masih kecil. Aku ingat pemakamannya, meskipun samar."MJ menyandarkan tubuhnya ke kursi, menatap Alyn dengan tatapan tajam yang penuh perhatian. "Ingatan kita bisa menipu, terutama ketika ada trauma yang terlibat. Dan kadang-kadang, keluarga menyembunyikan kebenaran untuk melindungi kita dari sesuatu yang lebih gelap."Kata-kata MJ menggema di
Baca selengkapnya

BAB 34

Dua minggu telah berlalu sejak keguguran yang dialami Alyn, namun rasa sakit dan kehilangan itu masih menghimpit dadanya, mengingatkan betapa rapuh hidupnya.Hari ini, hari yang telah ia tunggu akhirnya tiba, dan meskipun hatinya masih terluka, Alyn bertekad untuk menghadapi masa depan dengan kepala tegak.Alyn tiba di lokasi pernikahan Felix dan Erika dengan Bryan di sampingnya. Bryan mengenakan setelan hitam yang elegan, sementara Alyn tampil anggun dalam balutan gaun merah marun yang memancarkan aura kebanggaan dan kekuatan. Keduanya tampak begitu berkelas dan menawan, membuat semua mata tertuju pada mereka saat melangkah masuk.Keramaian yang semula dipenuhi dengan canda tawa mendadak sunyi, terpesona oleh kehadiran Alyn yang anggun dan penuh percaya diri. Rasa puas mengalir dalam diri Alyn ketika melihat ekspresi terkejut Felix yang tak mampu menyembunyikan keterpanaannya.Alyn yang dulu tampak rapuh dan tak berdaya kini berdiri dengan martabat yang baru, memancarkan aura yang me
Baca selengkapnya

BAB 35

Tuan Anggara, sosok yang disegani, berdiri di ambang pintu. Dengan setelan jas hitam yang rapi dan aura otoritas yang tak terbantahkan, kehadirannya langsung menguasai ruangan.Keluarga Ericka memang telah mengundang Tuan Anggara, namun mereka tidak pernah menyangka bahwa pria berpengaruh ini akan turun tangan sendiri untuk menghadiri acara tersebut. Biasanya, undangan seperti ini hanya diwakili oleh salah satu staf atau perwakilannya, bukan oleh Tuan Anggara sendiri.Tatapan Tuan Anggara menyapu ruangan, seolah menilai setiap orang yang ada di dalamnya, sebelum akhirnya terhenti pada Alyn. Namun, tanpa menunjukkan hubungan pribadi mereka, ia melangkah lebih dekat ke tengah ruangan, menyapa tuan rumah dengan anggukan singkat.“Terima kasih atas undangannya,” ujar Tuan Anggara dengan nada yang dalam dan berwibawa. “Saya kebetulan sedang di kota, jadi saya memutuskan untuk hadir.”Keluarga Ericka, terutama Pak Hartono, terlihat kaget namun berusaha menyembunyikan kegugupannya. “Merupaka
Baca selengkapnya

BAB 36

Saat Rio bersiap untuk menghadiri resepsi pernikahan kakaknya, Felix, pikirannya dipenuhi rasa penasaran yang tak bisa ia abaikan. Meskipun mereka adalah saudara, hubungan Rio dengan Felix selalu terasa dingin dan jauh. Sampai-sampai, keluarganya sendiri pun merahasiakan soal pernikahan Felix sebelumnya.Apa terjadi sesuatu? Siapa sebenarnya perempuan itu dan kenapa Felix ingin menceraikannya? —pikir Rio.Rio membuka lemari pakaiannya, mendapati kemeja yang seharusnya ia kenakan belum rapi. "Aduh, bisa terlambat nih," gumamnya sambil bergegas ke kamar Felix. Pikirannya sederhana, hanya ingin meminjam kemeja."Felix pasti punya cadangan," pikir Rio sambil mendorong pintu kamar Felix yang sedikit terbuka.Kamar itu, seperti yang ia duga, rapi, teratur, dan... dingin. Sama seperti pemiliknya. Namun, di meja kerja yang biasanya tertata sempurna, Rio melihat sesuatu yang tak biasa, ada tumpukan berkas yang tampak tergesa-gesa diletakkan di sana. Biasanya, Felix adalah orang yang sangat ra
Baca selengkapnya

BAB 37

Suasana di lorong itu tiba-tiba terasa tegang ketika Tuan Anggara muncul, tepat saat Pak Putra berdiri di dekat Alyn dan Rio. Seolah nasib sengaja mempertemukan mereka berempat di tempat itu.Pak Putra, yang awalnya bersiap untuk meluapkan amarahnya saat melihat Rio dan Alyn bersama, langsung mengendalikan diri saat menyadari keberadaan Tuan Anggara. Wajahnya yang biasanya dingin kini menampilkan ekspresi tenang, meskipun ada ketegangan yang terlihat jelas di matanya.Dia tidak bisa menunjukkan emosi apa pun di depan Tuan Anggara, orang yang memiliki kekuasaan besar dalam dunia bisnis, dan tentu saja, seseorang yang harus dia jaga hubungan baiknya.Di sisi lain, Tuan Anggara juga berada dalam dilema. Melihat Alyn di sana bersama Rio dan Pak Putra membuatnya emosi, namun dia tahu bahwa mengungkap amarahnya hanya akan menimbulkan pertanyaan yang tidak diinginkannya. Identitas Alyn sebagai putrinya harus tetap tersembunyi.“Apa yang terjadi di sini?” suara Pak Putra terdengar tenang namu
Baca selengkapnya

BAB 38

“Jaga bicaramu!” seru Vya dengan tajam, tatapannya menusuk ke arah tamu tersebut. “Kau tampak lebih murahan dari yang terlihat! Bagaimana kau bisa bicara begitu keji tentang seseorang yang bahkan tidak kau kenal?”Di tengah aula, Vya berdiri dengan wajah merah karena marah, tangannya masih terangkat, sementara tamu yang tadi mengucapkan hinaan keji tentang Alyn memegang pipinya yang memerah akibat tamparan keras. Seluruh ruangan terdiam, terkejut oleh kejadian yang tak terduga itu.Ericka, yang berada tidak jauh dari sana, menahan senyumnya yang tadi penuh kemenangan. Kini, dia tampak tidak nyaman, dan bibirnya perlahan mengatup rapat. Tamparan dari Vya itu seolah tidak hanya mengenai si tamu, tapi juga menampar kesombongan Ericka yang sempat merasa puas saat Alyn dihina di depan semua orang.Alyn terdiam, memandangi Vya yang berdiri dengan penuh keberanian di tengah ruangan. Dia tidak pernah menyangka bahwa Vya, yang dikenal anggun dan penuh pengendalian diri, akan mela
Baca selengkapnya

BAB 39

Setelah tiba di depan kontrakan Alyn, Rio memarkir mobil dan keluar untuk membukakan pintu. Langit malam yang sebelumnya cerah tiba-tiba berubah kelam, dan sebelum mereka sempat mengucapkan selamat tinggal, hujan deras turun tanpa peringatan.Alyn menatap langit, lalu ke arah Rio yang berdiri di sampingnya, menggigil sedikit karena butiran hujan yang mulai membasahi pakaian mereka.“Sepertinya kamu tidak akan bisa pulang secepat itu,” ujarnya dengan nada canggung.Rio tersenyum samar, menggeleng pelan. “Sepertinya tidak. Hujan ini terlalu deras.”Alyn membuka pintu kontrakannya dan menoleh ke Rio. “Masuk saja dulu. Kamu bisa menunggu sampai hujan reda.”Rio ragu sejenak, namun akhirnya menerima tawaran Alyn. “Terima kasih,” katanya, berjalan masuk sambil mengibaskan beberapa tetes air dari rambutnya.Begitu mereka berada di dalam, suara hujan terdengar semakin deras, gemuruhnya memenuhi ruangan kecil itu. Alyn meletakkan tasnya di meja dan berjalan ke dapur.
Baca selengkapnya

BAB 40

Malam pertama Felix dan Ericka dimulai dengan penuh gairah dan kemewahan. Kamar tidur mereka telah dipersiapkan dengan sempurna untuk menciptakan suasana yang intim. Seprai sutra berwarna krem, lampu redup yang lembut, dan aroma harum dari lilin aromaterapi yang menyebar di seluruh ruangan. Musik lembut mengalun di latar belakang, menambah suasana romantis.Setelah makan malam yang mewah, Felix dan Ericka saling bertukar pandang dengan penuh gairah. Dengan senyum menggoda, mereka saling mendekat dan berbagi ciuman lembut yang perlahan-lahan berkembang menjadi penuh hasrat.Ketika tiba dikamarnya, Felix menarik Ericka mendekat dan berbisik di telinganya. "Kau tidak bisa membayangkan betapa lama aku menunggu malam ini."Ericka tersenyum menggoda, tangannya menjelajahi dada Felix dengan lembut. "Aku rasa, kau juga tahu betapa menawannya kau di mataku. Sekarang, tunjukkan padaku apa yang bisa kau lakukan," ujar Ericka sambil melepaskan satu persatu kancing kemeja yang diguna
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status