Pria di depanku itu menatap lekat, membuat aku sedikit gugup dan kikuk. “Kenapa, lo? Kayak liat hantu.” Baru saja kulepas napas yang tertahan. Aku kira dia akan menghajar atau menghabisiku setelah apa yang baru saja aku lakukan pada istrinya. Tapi, dari ekspresinya dia terlihat biasa saja. Tak ada curiga atau apa pun. Itu artinya dia tak mengetahui apa-apa. “Emm, nggak! Kok, lo ada di sini?” tanyaku keceplosan. Terkesan konyol, padahal dari dulu juga tahu Yasha tinggal gak jauh dari daerah ini. “Maksudnya?” ia menatap bingung. “Mak—maksud gue, sore-sore gini lo mau ngapain di sini?” Menutupi gugupku, dengan merubah pertanyaan. “Ohh, ini gue ada pertemuan dengan klien di gedung sebelah,” jawabnya, sembari menoleh pada gedung sebelah hotel dimana aku dan Hana tadi bercinta. Aku menganggukan kepala. “O, ya, mumpung ketemu sekalian gue mau ngundang lo sama Qila ke acara anniversary gue dengan Hana, akhir pekan nanti. Ya, suprize kecil-kecilan aja, sih,” sambungnya. Ann
Read more