Share

Part 3

Penulis: Yuni Fediani
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-06 06:57:27

Mas Mirza?

Dari mana dia tahu aku ada di sini? Tak ada satu orang pun sebelumnya yang tahu tempat ini. bahkan Kiana pun baru pertama kali aku bawa ke sini.

“Qila, tunggu! Buka pintunya!”

Mas Mirza menahan pintu dengan tangannya agar tidak tertutup saat aku dorong paksa, dan ia berhasil membukanya.

“Pergi kamu, Mas! Aku nggak mau kamu di sini! Pengkhianat!” usirku dengan nada tinggi.

“Qila, tolong dengerin penjelasan aku dulu!”

“Apa?! Apa lagi yang mau kamu jelasin! Udah cukup jelas kejadian semalam buat aku!”

Aku mengoceh sembari masuk menghampiri Kiana.

Saat ini, hal yang paling aku takutkan adalah Kiana dibawa pergi oleh Mas Mirza. Putri semata wayangku itu bagai napas untukku. Tak akan pernah bisa aku jauh darinya.

“Aku sama Hana nggak ada apa-apa. Aku nggak pernah serius sama dia! Cuma kamu Qila yang aku cinta!” ungkapnya sembari menahan tanganku.

Genggamannya cukup kencang, sampai-sampai tenagaku tak mampu melepaskan tangan darinya. Pandai sekali ia membual, mungkin kata-kata seperti ini juga yang disampaikannya pada Hana.

“Ayah …!”

Kiana menoleh dan langsung menghampiri Mas Mirza.

Lelaki itu menyambut putri kecilnya, kemudian menggendong dan mengecup kening serta pipi tembamnya itu.

Aku tak mungkin meneruskan perdebatan dengan Mas Mirza di depan Kiana. Kesehatan mentalnya benar-benar aku jaga, apalagi hatinya.

Kebahagiaan Kiana adalah hal utama dalam hidup ini.

“Ayah, jam tangan yang Ayah kasih bagus banget, bisa nyala-nyala. Aku suka! Makasih ya, yah!” seru Kiana sambil memamerkan jam tangan barunya.

Terlalu sakitnya hati ini, aku tak sadar kalau Kiana pakai jam tangan dan tak kulepas dari semalam.

“Iya, Sayang. Kiana pakai terus ya jam tangannya di mana pun Kiana berada,” jawab Mas Mirza, sambil sesekali menoleh padaku.

Gelagatnya agak aneh. Tapi, apa yang harus aku curigai? Itu hanya obrolan antara ayah dan anak. Kemudian Mas Mirza mengajak bermain Kiana sebentar. Kulihat beberapa mainan digital ia ajarkan lewat handphonenya. Hingga gadis kecil kami asik dan hanyut dalam permainan itu.

Padahal aku sering mengingatkan agar jangan terlalu sering memberi mainan digital pada anak. Tapi, Mas Mirza melakukannya lagi sebagai jalan ninja agar Kiana tak rewel.

Meski begitu, tawa riang Kiana menentramkan hatiku yang begitu risau. Pemandangan kebahagiaan antara ayah dan anak itu membuat keputusanku goyah untuk berpisah dengannya.

Aku berjalan menuju dapur belakang, saat Mas Mirza menoleh lagi padaku yang sedang memperhatikannya dengan Kiana. Di sana ada teras kecil yang cukup tersembunyi. Tak lama dia menyusul dan berusaha duduk sedekat mungkin di sampingku.

“Maafkan aku,” ucapnya lembut.

Aku membuang muka dan diam seribu bahasa. Bayangan kejadian kemarin di hotel kembali terlintas. Rasa sakit pun terasa meremas hati lagi.

Indera bernama mata ini sangat perih, mungkin warnanya sudah memerah. Tapi, sebisa mungkin kutahan agar airnya tak tumpah di depan dia.

“Tolong, Sayang. Jangan seperti ini. Aku tahu, aku salah.

Tapi, kamu harus tahu juga, aku nggak pernah serius sama Hana. Cuma kamu dan Kiana duniaku, Qila.” Mas Mirza meraih tanganku untuk digenggam.

“Omong kosong dengan semua alasan kamu, Mas!”

Aku menghempas genggamannya seraya bangkit dari duduk.

“Aku tahu, selama ini kamu juga udah sering ketemu Hana. Kenapa? Kamu masih cinta sama dia?!” nadaku meninggi untuk mengeluarkan satu per satu keganjalan dalam hati agar perlahan uneg-uneg terkikis.

Dia tak menjawab. Entah karena tak ingin memperpanjang masalah atau ia membenarkan pernyataan yang aku tanyakan? Yang jelas, sikapnya menambah hancur hati ini.

Hening sesaat. Mungkin ini saatnya aku sampaikan keinginanku sebenarnya. Aku pun menghela napas dalam. Kupaksakan bibir yang bergetar ini untuk bergerak.

“Lebih baik kita akhiri saja pernikahan ini, Mas!”

Air bening di mata yang tadi terbendung sudah tak tertahan lagi, akhirnya keluar bersamaan dengan kata-kata yang tadinya tertahan di tenggorokan.

“Apa?! Maksud kamu bercerai?!” Spontan dia berdiri dan berada di belakangku.

Aku diam.

“Nggak, Qila! Aku nggak akan biarin itu terjadi!” sambungnya.

“Haha! Kenapa? Apa kamu takut kehilangan semua warisanmu, Mas? Sudahlah. Cukup! Kita hentikan ini! Dengan begitu, kamu nggak perlu bohongin perasaan kamu sendiri dan kamu bisa temuin Hana sesuka hati kamu. Pernikahan kita ini hanya perjodohan!”

Aku menyadarkannya pada sebuah kenyataan yang terjadi bahwa inilah hasil dari sebuah perjodohan. Menyatunya dua insan yang sebelumnya tak ada rasa sedikit pun, dan mungkin menolak dalam hati.

Namun, sejujurnya untukku, Kiana dan Mas Mirza adalah anugerah yang seharusnya aku jaga dan dipertahankan keberadaan mereka. Tak pernah aku merasa terpaksa dari awal pun, untuk membangun bahtera rumah tangga dengannya.

Laki-laki berkulit putih itu adalah pilihan terbaik mendiang ayahku yang mulanya aku anggap sebagai imam dan panutan kebaikan dalam hidup.

Akan tetapi, bila ingat kenyataan kejadian kemarin, maka cukuplah aku tahu bahwa dia tak pernah ada rasa cinta untukku.

Mas Mirza membeku menatapku. Mungkin ia tak pernah menyangka aku akan mengucapkan kata-kata yang tidak boleh diucapkan antara suami dan istri dalam rumah tangga.

“Berhenti, Qila. Apa sadar apa yang kamu ucapkan? Bagaimana dengan Kiana? Apa kamu tega menjauhkan aku dari dia?”

Pria yang masih berstatus suamiku itu seakan mengeluarkan senjata yang bisa menjinakkan hatiku lagi.

Dia menyebut nama putri kami. Sosok yang bisa melebur kegundahan di hati. Kini amarah dan mengalah bertarung dalam jiwa. Apakah aku harus meneruskan keinginanku untuk bercerai ataukah mengalah untuk kebahagiaan Kiana?

“Lalu, apa kamu juga sadar dengan apa yang kamu perbuat, Mas? Hah!” hardikku tepat di depan wajahnya.

Aku tersulut emosi lagi, saat mengingat dia bersama Hana.

“Apa kamu peduli dengan perasaan aku dan Kiana? Dengan rumah tangga kita?! Apa kurangnya aku sama kamu, Mas!” lanjutku.

“Kamu nggak pernah kurang apa pun, Qila. Aku yang salah. Maafkan aku, Sayang. Aku khilaf …!” jawabnya penuh penyesalan.

Kata maaf yang terlontar tak semudah itu meluluhkan hatiku lagi. Beberapa kali sebelumnya mungkin aku bisa memaafkan, karena belum ada bukti yang kuat atas tuduhanku. Tapi sekarang, mata kepalaku sendirilah yang menjadi saksi kebusukan mereka.

“Ayah, Ibu. Aku lapar…!” Kiana tiba-tiba muncul memegang perutnya.

Bergegas aku hapus sisa air mata yang ada di pipi. Bibir kami memberi senyum manis untuknya, meski kenyataan begitu pahit.

“Oh, kamu lapar ya, Sayang. Ayo, Ibu buatkan makanan!” sahutku sambil menggandeng Kiana berbalik arah.

Sebenarnya ini adalah kesempatanku menghindari Mas Mirza. Lalu, kubuatkan makanan untuk Kiana.

Saat ingin kusuapi, bocah cantik itu sedang asik bermain dengan ayahnya.

Kami pun menemani Kiana pagi itu, selayaknya keluarga bahagia. Hingga pada suapan terakhir di depan Kiana Mas Mirza berkata,

“Qila, maafkan aku. Kamu mau, kan memulai semuanya dari awal?”

Bersambung….

Bab terkait

  • Dinikahi karena Warisan, Berujung dapat Suami Baru yang Sultan   Part 4

    POV MIRZA“Apa-apaan kamu ini, Mirza! Gimana seandainya Qila memintamu bercerai?!” Ibuku murka setelah aku menanyakan keberadaan istri dan anakku, Kiana. Kemudian beliau mengambil handphone dan berusaha menghubungi istriku. Aku pun melakukan hal yang sama setelah itu. Namun, hasilnya nihil.Rupanya Qila mengalihkan dugaanku untuk bisa menemuinya. Dia pasti sangat marah dan kecewa dengan apa yang terjadi di hotel antara aku dan Hana. Begitu juga Ibu, seusai aku menceritakan yang sebenarnya, dia nampak khawatir pada menantu dan cucunya itu.Tapi, sampai detik ini sejujurnya aku masih mencintai Hana. Dia cinta pertamaku. Namun sayang, hatinya terbuka saat aku sudah mengikrarkan janji untuk hidup bersama dengan Qila, wanita yang mendiang ayah pilihkan untukku. Aku tak bisa begitu saja melepas Hana. Meski kini, dia adalah seorang istri dari sahabatku, Yasha. Namun, aku yakin seperti apa yang dikatakannya padaku, bahwa dia hanya mencintaiku, bukan Yasha.Dan Qila …Dia akan tetap menjadi

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-06
  • Dinikahi karena Warisan, Berujung dapat Suami Baru yang Sultan   Part 5

    “Jadi, kamu janjiin dia buat menceraikanku?!” tanya Qila dengan tatapan berapi melihatku, setelah ia melirik isi pesan yang terpampang di layar handphone. Kemudian ia membuang muka dan membisu seribu bahasa.“Emm—akan kuselesaikan urusanku dengan Hana!” gagapku menjadi salah tingkah. Gegas aku mengambil handpone di dekatnya, yang menjadi awal mula masalah baru.Duh, Hana! Kenapa ngirim pesan seperti itu. Qila kan, jadi marah lagi. Repot jadinya kalau udah begini!“Ya! Kamu memang harus selesaikan urusan kamu dengan perempuan itu, Mas! Kalau kamu tetap mau melihat kebahagiaan Kiana memiliki keluarga yang utuh!” ucapnya dengan dada yang naik turun, pertanda ia menahan emosinya yang hampir meledak lagi. “Iya, Sayang. Kamu nggak perlu khawatir. Aku janji akan segera selesaikan hubungan aku dengan dia,” jawabku sembari menggenggam tangannya. Meski, setelah itu dia hempaskan dan pergi ke kamar.Sorenya kami kembali pulang ke rumah. Suasana hubunganku dengan Qila masih terasa dingin. Dia

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-06
  • Dinikahi karena Warisan, Berujung dapat Suami Baru yang Sultan   Part 6

    “Kamu yakin Qila nggak tahu kita di sini, Mas?” Hana bersicepat menarik selimut tebal untuk menutupi tubuhnya. Jantungku dan dia mungkin berdegup kencang secara bersamaan setelah mendengar ketukan pintu yang mendadak berbunyi tersebut. Aku dan Hana saling menatap panik. Sesaat aku berfikir, kejadian kemarin jangan sampai keulang lagi, sekalipun itu Qila, dia nggak boleh tahu Hana di sini.Kemudian, aku meraih baju dan celanaku yang berserakan di lantai dalam satu ayunan tangan.“Biar aku yang buka pintu! Sayang, cepat kamu sembunyi di kamar mandi!” “I—iya, Mas!” Hana berdiri lalu ke ruangan berair itu dengan tergesa-gesa. Aku menganggukan kepalaku.“Ya, tunggu sebentar!” Suara ketukan itu berhenti seusai aku menyahutnya. Perlahan kubuka handle pintu, dan ternyata…“Maaf, Pak. Apa ini milik Bapak? Tadi tertinggal di lobbi bawah,” ujar seorang waiter sambil memperlihatkan sebuah kunci mobil di tangannya.Aku melepas helaan napas yang tertahan. Dada ini serasa meluas lagi setelah h

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-31
  • Dinikahi karena Warisan, Berujung dapat Suami Baru yang Sultan   Part 7

    Pria di depanku itu menatap lekat, membuat aku sedikit gugup dan kikuk. “Kenapa, lo? Kayak liat hantu.” Baru saja kulepas napas yang tertahan. Aku kira dia akan menghajar atau menghabisiku setelah apa yang baru saja aku lakukan pada istrinya. Tapi, dari ekspresinya dia terlihat biasa saja. Tak ada curiga atau apa pun. Itu artinya dia tak mengetahui apa-apa. “Emm, nggak! Kok, lo ada di sini?” tanyaku keceplosan. Terkesan konyol, padahal dari dulu juga tahu Yasha tinggal gak jauh dari daerah ini. “Maksudnya?” ia menatap bingung. “Mak—maksud gue, sore-sore gini lo mau ngapain di sini?” Menutupi gugupku, dengan merubah pertanyaan. “Ohh, ini gue ada pertemuan dengan klien di gedung sebelah,” jawabnya, sembari menoleh pada gedung sebelah hotel dimana aku dan Hana tadi bercinta. Aku menganggukan kepala. “O, ya, mumpung ketemu sekalian gue mau ngundang lo sama Qila ke acara anniversary gue dengan Hana, akhir pekan nanti. Ya, suprize kecil-kecilan aja, sih,” sambungnya. Ann

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-31
  • Dinikahi karena Warisan, Berujung dapat Suami Baru yang Sultan   Part 8

    POV QILA (SYAQILA)“Tidur ya, sayang. Mimpi indah!” Kukecup kening Kiana yang sudah tertidur pulas setelah aku mendongengan sebuah cerita kesukaannya.Lalu, kulanjutkan untuk meyiapkan pakaian Mas Mirza sebelum tidur, kebetulan koper baju belum kubongkar. Koper itu masih ada di dekat pintu utama, dan aku harus mengambilnya.Namun, sebuah percakapan membuat langkahku berhenti.“Bu, ada yang mau Mirza bicarakan.”Suara itu sangat akrab di telingaku, membuat penasaran. Menaruh posisi di belakang tembok, aku memasang telingaku lebih dekat.“Aku ingin menceraikan Qila, Bu!” Serasa darah dalam tubuh ini berhenti dan membeku, apa yang baru saja kudengar dari Mas Mirza? Dia mau bercerai denganku? Dadaku seakan ditimpa benda berat, sakit dan sesak. Kenapa dia meminta maaf kemarin, jika sekarang dia justru ingin meminta ijin bercerai denganku. Apa maafku tak berarti untuknya? Apa dia melakukan ini hanya untuk Hana? Tega sekali.“Apa?! Mirza, apa Ibu nggak salah dengar?” tanya Ibu dengan nada

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-02
  • Dinikahi karena Warisan, Berujung dapat Suami Baru yang Sultan   Part 9

    Menyapu pandanganku ke seluruh sudut ruangan di dalam, saat acara berlangsung. Tadinya aku hanya mengira kalau suamiku pergi sebentar ke toilet. Tapi, hampir dua jam aku tunggu dan dia tak kembali. Khawatir terjadi sesuatu dengannya, aku merogoh handphone di dalam tas kecilku, dengan lincah jari-jari ini mencari nama bertuliskan ‘Suamiku’ dan menekan tanda sambungan telepon ke pria yang tadi memintaku untuk bersikap ramah pada rivalku sendiri. Tak ada jawaban. Tak mungkin dia hanya ke toilet berjam-jam. Aku memutuskan untuk mempercepat jalanku, meninggalkan hall. Lalu, berjalan lagi menelusuri sekeliling gedung, kemana suamiku sebenarnya? Apa dia pulang duluan? Tak terasa pejalananku sampai di sebuah parkiran mobil. Di ujung sana masih terlihat mobil suamiku. Menghela nafas, dugaanku salah. Suamiku masih di sini. Mencoba menghampiri karna penasaran, apa mungkin dia ada di mobil? Sebelum sampai, aku melewati beberapa mobil, dan fokusku terampas sebuah mobil hitam yang cukup

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-03
  • Dinikahi karena Warisan, Berujung dapat Suami Baru yang Sultan   Part 10

    “Mas, kamu rupanya!”Mendadak darahku naik, emosi di dada ini bergejolak. Selain Hana, tangaku yang masih gemetar ini ingin sekali menampar dan memukul pria yang masih menjadi suamiku itu. Tapi, keadaan dan situasi memaksa aku menahannya. “Dari mana?” tanyaku berlagak tak tahu apa-apa.“Aku dari toilet, mules banget. Lama, ya? Maaf ya, sayang!” jawabnya sambil menggenggam tanganku. Bersegera kulepas. Entah kenapa aku jadi merasa jijik padanya. Mas Mirza sama sekali tak merasa aku mengetahui sesuatu.“Bisakah kita pulang sekarang?” tanyaku sedikit memaksa.“Loh, kenapa?” tanya Mas Mirza balik.Ingin sekali mulutku menjawab bahwa aku ingin pulang karena muak melihat dia ‘bermain panas’ dengan Hana di mobil tadi. Tapi, itu tak kulakukan. Aku masih memandang acara kebahagiaan ini milik Yasha.“Aku sakit!” jawabku singkat.Ya, sakit hati tepatnya. Kupalingkan pandangan, tak ingin menatap suamiku sendiri. Aku masih menjaga hatiku agar tidak terlihat hancur di depannya. Terlebih di depan

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-05
  • Dinikahi karena Warisan, Berujung dapat Suami Baru yang Sultan   Part 11

    “Hana! Itu kan alasan kamu nggak pernah bisa mencintaiku selama ini, Mas!Selama ini aku fikir kamu memang tulus menikah denganku, menyayangi aku dan Kiana, putri kita. Tapi, inilah kenyataannya kamu nggak pernah bisa melepas Hana! Apa kamu sadar dia siapa, Hah!Hana itu istri Yasha, sahabat kamu yang sudah hampir seperti saudara kamu sendiri. Bahkan mungkin dia menganggap kamu lebih dari itu. Tapi, kamu justru tega menghancurkan bahtera pernikahan mereka dengan merusak istrinya!”Aku meluapkan emosi yang terpendam selama ini. Beban hati yang sedari lama menyesakkan dadaku akhirnya lepas juga. Tak ada alasan lagi buat mempertahankan rumah tangga ini. Meski berat dan sakit, aku harus belajar merelakan suamiku yang ternyata tak pernah tulus cinta padaku.“Omong kosong apa ini, Qila? ” Mas Mirza membalikkan badan. Ia seakan menepis kenyataan yang baru saja aku lontarkan.“Ini bukan omong kosong. Ini adalah kenyataannya kan, Mas! Kamu masih berhubungan dengan Hana, bahkan sampai detik

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-12

Bab terbaru

  • Dinikahi karena Warisan, Berujung dapat Suami Baru yang Sultan   Part 31

    “Sebenarnya apa?” tanya Mirza penasaran.“Sebenarnya Mas Yasha tidak sakit, dia normal dan baik-baik saja. Selama ini akulah yang mengelabuinya. Aku yang menukar hasil pemeriksaan dirinya dengan hasil yang palsu,” terang Hana tanpa rasa bersalah.Mirza terkejut, tak percaya dengan apa yang dilakukan istri sirinya itu.“Nggak mungkin! Kamu pasti bohong. Sudahlah Hana, aku nggak akan bisa kamu kelabui seperti Yasha!” Sangkal Mirza menatap tajam.“Aku berkata benar, kamu nggak ada hak atas anak ini, Mas. Lagi pula, aku hanya ingin anakku hidup bahagia dan mewarisi harta ayahnya, Yasha. Jadi, mulai sekarang, kita coba lupakan saja hubungan kita,” tegas Hana.Mirza mengatur nafasnya yang serasa sesak tiba-tiba. Gumpalan darah berkumpul diwajahnya, seolah gambaran amarah yang tertahan. Sesekali ia menelan ludah, seakan menelan kepahitan yang baru saja di dengarnya, dan Hana bisa melihat itu.Ia paham apa yang dimaksud istri sirinya itu, Hana hanya ketakutan, dia dan calon bayi mereka akan h

  • Dinikahi karena Warisan, Berujung dapat Suami Baru yang Sultan   Part 30

    “Siapkan mobil, kita akan ke rumah sakit!”Perintah Yasha pada Dito sesampai di rumah. Setelah assisten rumah mengabarkan yang terjadi pada Hana tadi, Yasha bergegas pulang.“Hana, Hana. Bagunlah!”Yasha menepuk-nepuk pipi Hana. Kemudian menempelkan dua jarinya di sekitar leher, alhasil dugaannya dia masih bernyawa. Namun, hanya saja wanita yang baru saja ditalaknya itu tak kunjung sadar.“Apa yang sebelumnya terjadi?”“E—Ibu tadi mendadak mual dan mengeluh sakit kepala, Pak! Terus nggak lama dia pingsan, itu saja yang saya tahu!” jawab Bi Harti, Assissten Rumah tangga Yasha. Tidak banyak berfikir lagi, Yasha langsung membawa Hana ke dalam mobil yang sudah Dito siapkan untuk meluncur ke rumah sakit.Pasca pulang makan malam, Yasha dan Hana bertengkar hebat. Hana bersikeras tak ingin berpisah dari Yasha, sementara suaminya itu sudah menjatuhkan talak beberapa kali.Hana yang kecewa, mengurung diri dalam kamar. Tak mau makan, minum, bahkan mungkin ia tak membersihkan diri setelah dari

  • Dinikahi karena Warisan, Berujung dapat Suami Baru yang Sultan   Part 29

    “Hentikan pembicaraan kalian!” Bentak Mirza pada Qila dan Yasha.“Kenapa, ada masalah dengan pembicaraan kita?” tanya Yasha tegas.“Gue muak dengan kemunafikan lo,Yash!”“Gue munafik?” Tertawa tajam, “Apa lo nggak pernah ngaca, siapa yang lebih munafik antara gue sama lo!” sambung Yasha.Suasana memanas, sepertinya Yasha mulai tersulut emosi. Entah apa yang membuat Mirza meradang amarah tiba-tiba.“Kurang aj*r!”Mirza keluar dari bangku dan berusaha menyerang Yasha, tapi itu tak berhasil lantaran spontan ditahan oleh Hana.Istri rivalnya itu justru yang mengendalikan emosinya.“Sabar, tolong kamu jangan seperti ini!” Hana menarik tangan Mirza mundur ke belakang. Sementara Qila masih dalam posisinya.“Apa-apaan kamu, Mas! Kenapa kamu bersikap memalukan seperti ini pada tamu kita!” Qila berusaha menenangkan.“Mulai sekarang dia bukan tamuku, apalagi sahabatku!Mulai detik ini juga dia adalah rivalku!” hardiknya sambil menunjuk muka Yasha dengan telunjuknya.Mereka saling menatap tajam.

  • Dinikahi karena Warisan, Berujung dapat Suami Baru yang Sultan   Part 28

    Akhir pekan,“ Tumben masak banyak, biasanya istri pemalas kayak kamu cuma bisanya nyuruh-nyuruh si Yanti buat bikin makanan!” Celetuk Mirza sambil pandangannya berkeliaran di atas meja makan.Sajian makanan yang terpanjang lumayan banyak dan menggiurkan selera makan.Sikap Mirza makin lama makin susah ditebak, apalagi semenjak dia tahu Yasha mengalihkan kerjasama perusahaannya dengan perusahaan Qila, walau itu hanya tipuan belaka.“Iya dong, Mas, kan malam ini kita akan kedatangan tamu istimewa,” jawab Qila masih menyabarinya.“Tamu istimewa? siapa? “ tanya Mirza heran.“Nanti juga kamu tahu, lebih baik kamu bersiap-siap saja, karena sebentar lagi mereka akan datang! ” jawab Qila.Beberapa detik kemudian, bel pintu berbunyi. Qila beranjak meninggalkan Mirza yang masih berdiri di hadapannyahadapannya untuk membuka pintu. Sementara Mirza yang masih dengan penasarannya mengintip dibalik tembok.“Jadi tamu itu.. Ah! Sial! Mereka nggak boleh lihat aku seperti ini! Aku harus berpenampi

  • Dinikahi karena Warisan, Berujung dapat Suami Baru yang Sultan   Part 27

    “Maaf, Pak! Tolong jangan begini!” Dito menahan bahu Mirza hingga membuat jasnya berantakan dengan tangannya. Namun, ia berhasil masuk sampai di depan meja kerja Yasha.“Minggir!” kesal Mirza membentak pegawai pribadi Yasha itu.“Maaf Pak Yasha, orang ini memaksa masuk. Saya sudah mencegahnya tapi--!”“Biarkan dia!” ucap santai Yasha sembari memberi kode agar Dito keluar ruangan saja.Mirza merapihkan jasnya dengan kasar setelah lelaki bertubuh gempal itu keluar ruangan.“Yasha! Apa maksud lo membatalkan kerja sama perusahaan gue secara sepihak!” tanya lantang Mirza.Yasha berdiri sembari menghela nafas pendek. Kedatangan Mirza sudah diduganya sebelum memutuskan kerja sama sepihak itu.“Kenapa, ada masalah dengan keputusan gue? Perusahaan ini milik gue, ya terserah gue dong mau bagaimana!” jawabnya dengana tatapan tajam.“Tapi lo nggak bisa seenaknya gitu dong! Gue udah abis-abisan keluarin modal, buat tender yang udah lo setujuin dari awal ini!” Mirza meradang.“Gue bakal balikin mod

  • Dinikahi karena Warisan, Berujung dapat Suami Baru yang Sultan   Part 26

    Sesampai di rumah.“Qil! Qila!” teriakan Mas Mirza dari luar pintu rumah serentak dengan gedoran keras pada pintu.“Ya, sabar!” sahutku.Ingin sekali aku mengacuhkannya jika sikapnya tidak mengganggu Kiana tidur.“Lama banget sih buka pintunya!” hentaknya sembari melangkah masuk.Semenjak aku mengetahui pernikahan sirinya dengan Hana, saat itu pula aku mengetahui kalau suamiku telah berubah seratus delapan puluh derajat. Pria yang selama ini aku kenal penyayang, lembut, sekarang tak kulihat setitik pun sifat itu darinya.Mas Mirza yang sekarang sangat kasar, kejam, bahkan ia tak ragu untuk membuatku terluka, dan yang aku takutkan sewaktu-waktu adalah keselamatan Kiana. Putri kecilku yang tak berdosa tak tahu jika nahkoda kebanggaanya itu telah berubah menjadi seorang perompak.Kemudian ia langsung nyelonong ke kamar. Dulu, setelah capek pulang kerja sekali pun, ia pasti sempatkan menengok Kiana di kamarnya, namun kali ini tidak. Bahkan, koper besarnya itu ditinggal begitu saja, tanpa

  • Dinikahi karena Warisan, Berujung dapat Suami Baru yang Sultan   Part 25

    “Iya,” jawabku dengan hanya melirik lalu mengalihkan pandanganku lagi.Ia mendekat, tertangkap bayangan dirinya oleh ekor mataku. Menarik nafas, tapi kenapa tiba-tiba udara nafas ini sulit dikeluarkan lagi. Dadaku berdebar kencang. Jari-jari ini tak sadar memainkan selimut di atas kasur dengan cubitan-cubitan kecil. Biar pun ini hanya sebuah pernikahan siri dan terkontrak, jika sedang berduan begini jadi serasa canggung.“Kamu nggak ganti baju?” tanyanya santaiSpontan mataku langsung menyorot wajahnya dengan mulut sedikit menganga.“Ya, maksud aku siapa tahu kamu gerah dengan baju pengantin kayak gitu,” sambungnya meralat maksud ekspresi wajahku.“Eng—enggak, a—aku memang suka pakai baju pengantin,” jawabku gugup diakhiri dengan cengiran garing dari deretan gigi putihku.Rasa kikuk yang lebih condong takut dijamah olehnya sedang menguasai hatiku dan pikiranku.“Sekali pun mau tidur?” tanyanya heran.“I—iya,” Sebenarnya aku asal jawab saja hanya untuk menutupi kegelisahanku.“Ohh, git

  • Dinikahi karena Warisan, Berujung dapat Suami Baru yang Sultan   Part 24

    POV QILA “Aku akan pergi ke luar pulau sepekan ini, nanti mama akan menjemput kamu pulang, atau pulang saja sendiri pakai taksi online. Bisa, kan?” Nada bicara Mas Mirza seakan mengolok-olokku. “Tega sekali kamu, Mas! Kenapa kamu bawa aku ke sini kalau kamu tidak peduli lagi denganku!” hardikku, emosiku memuncak. Mas Mirza mendekat, menyentuh pipiku lembut dengan tatapan tajam. “Aku membawamu ke sini karena kamu masih sangat berharga, Qila. Sangat berharga!” Bisiknya dekat sekali hingga wajah kami hanya berjarak beberapa sentimeter. Lalu dia berbalik dan pergi meninggalkanku begitu saja, saat aku masih terpasang beberapa alat medis. Aku tahu arti kata-katanya. Dia membutuhkanku bukan karena cinta, tapi karena warisan yang masih di bawah tanganku. Ini tidak bisa dibiarkan. “Bajingan! Setelah kamu membuatku sakit seperti ini, kamu tinggalkan aku begitu saja, Mas! Tunggu, Mas! Kembali kamu!” Teriakku, membuncah. Tapi Mas Mirza benar-benar pergi. Dengan nekad, kulepaskan alat-

  • Dinikahi karena Warisan, Berujung dapat Suami Baru yang Sultan   Part 23

    “Emm..”Duh, ngomong apa sih aku! Kenapa tiba-tiba mulut ini ngomong kayak gitu ya!Qila masih menunggu jawabanku, sementar tak ada alasan apa pun yang terlintas di pikiranku saat ini. Disaat yang bersamaan, handphoneku tiba-tiba berdering.“Maaf, Pak. Saya mau mengabarkan, Pak Mirza sedang menuju ke ruangan inap!” ucap Dito setelah nada sambung terhubung.Aku sengaja menugaskan Dito di lobby untuk siaga mengamati jikalau Mirza dan Ibunya datang.“Oke!” “Qila, sepertinya kita harus segera pergi. Mirza dan Bu Miranda menuju kemari!”“Baiklah.”“Mas,” Aku sempat terperanjat waktu suara Hana memanggilku. Tumben sekali dia sudah pulang. “Kamu sudah pulang,” ujaruku basa-basi.“Iya, sengaja. Aku pengen makan malam sama kamu, udah lama kita nggak makan malam berdua, kan?Boleh, kan?” Ajakan Hana sedikit memaksa. Sebenarnya aku sudah muak dengan sandiwara dia, tapi demi mendapatkan informasi tentang Mirza, terpaksa aku harus mengikuti kemauannya.“Boleh, kalau begitu aku mandi dulu, ya!”

DMCA.com Protection Status