KUBELI KESOMBONGAN KELUARGA SUAMIKU

KUBELI KESOMBONGAN KELUARGA SUAMIKU

By:  Jingga Rinjani  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
3 ratings
50Chapters
26.8Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

"Kamu menyakitiku? Maka akan kubalas kamu dengan lebih menyakitkan!" Arina Hapsari, seorang istri yang ternyata hanya dijadikan babu oleh keluarga suaminya. Baginya, menikah adalah satu kesalahan terbesar dalam hdupnya. Delon, lelaki yang terlihat begitu mencintainya, ternyata berubah di usia pernikahan yang bisa dibilang masih seumur jagung. Semua nampak palsu, terlebih saat Delon membawa perempuan lain ke rumahnya. Bagaimana cara Arina membalas Delon dan keluarganya?

View More

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

default avatar
Emma Karima
Ceritanya plagiat ya? Sama kaya novel fizo.
2023-06-24 04:57:00
0
user avatar
Mblee Duos
Ceritanya menarik. Semangat nulisnya ya kak...... Saling support juga yuk kak, mampir di cerita aku. MAMA MUDA VS MAS POLISI
2022-11-17 15:49:54
0
user avatar
Mblee Duos
Ceritanya menarik. Semangat nulisnya ya kak...... Saling support juga yuk kak, mampir di cerita aku. MAMA MUDA VS MAS POLISI
2022-11-17 15:49:36
0
50 Chapters

BAB 1

"Arina, ambil ini!" "Ini sekalian!" "Rin, ambilkan minum untuk Viko sekalian!" Suara-suara itu adalah milik mertua serta ipar-iparku. Mereka selalu saja menganggap aku babu gratisan. Menyuruh ini dan itu sesuka hatinya, seakan aku tak memiliki harga diri. "Delon, istrimu itu, loh. Kerjaannya tidur saja seharian, Mama capek bebenah rumah." Hatiku mencelos saat mendengar laporan mertuaku pada Mas Delon, suamiku. Apa katanya? Aku tiduran seharian ini? Lalu, dipikirnya, baju bisa rapi sendiri? Masakan bisa mateng sendiri? Rumah bisa bersih sendiri? "Arina!" Aku menutup mata. Bukan takut, tapi sudah muak dengan perilaku manusia yang tidak memanusiakan orang lain di rumah ini. Rumah sebesar ini, ditinggali oleh delapan orang. Mama Mertua, Mas Delon, Kak Caca dan suami serta dua orang anak mereka, aku, dan juga Fiona, anak bungsu di rumah ini. "Apa, Mas?" tanyaku sambil membenarkan hijab. "Apa kurangku, Na?" tanya Mas Delon. "Maksud Mas apa?" "Apa kurangku hingga kamu ha
Read more

BAB 2

Tok-tok! Kuketuk pintu jati kokoh ini. Tak lama kemudian, Mbak Inah membukakan pintu. "Eh, Non Arin. Ayo masuk!" Aku pun masuk sambil menyeret koper, suasana sepi. Mungkin karena Mas Bima dan Kak Rosi masih bekerja, sementara Ayah pasti tengah mengurus kebun. "Loh, Arin? Mana Delon?" "B-bun..." Sekuat tenaga kutahan air mata yang sudah berdesekan ingin keluar. "Nah, tolong bawa koper Mbak Arin ke kamar, ya!" ucap Bunda, seakan mengerti kalau aku sedang tak baik-baik saja. "Baik, Bu." Setelah kepergian Mbak Inah, kupeluk erat Bunda. Tak menyangka, jika aku harus kembali lagi ke sini. Impian indah setelah menikah, nyatanya hanya khayalan saja. Semuanya palsu, bertahan seminggu setelah pernikahan kami, lalu semua kembali pada sifat masing-masing. Ipar pemalas, mertua cerewet, dan suami yang tak peduli pada istri. Sebulan pernikahan, aku hanya diberi uang lima ratus ribu untuk membeli sayur. Ya, aku harus modal sendiri untuk makan, sementara uang sisa gajian Mas Delon, d
Read more

BAB 3

Aku menggeleng. Belum saatnya Mas Bima tahu tentang masalahku. Nanti, jika sudah ada saatnya, ia pun akan mengerti. "Jadi, kamu ga mau cerita ke Mas?" "Bukan gitu, cuma belum waktunya aja. Pokoknya, aku minta Mas jangan terima kerjasama apapun dari dia. Selain karena ada problem denganku, juga karena aku mencium adanya ketidakberesan antara dia dan pegawai di kantor kita, Mas," ucapku. "Maksudmu, dia korupsi?" tanya Mas Bima. Aku mengedikkan bahu, belum yakin dengan apa yang Mas Bima ucapkan. Karena aku hanya melihat ada dua berkas berbeda di meja kerja Mas Delon. Selama menikah, ia tak mengetahui bahwa perusahaan Anugrah Bimarin itu adalah milik keluargaku, karena di kantor orang-orang memanggil Mas Bima dengan nama Pak Kevin, sesuai nama depannya, Kevindra Bima Maulana Sakti Sudjono. "Kamu jangan bikin Mas penasaran, Rin." "Udah, tenang aja. Kita tinggal tunggu hasil dari orangku yang sedang menyelidiki, Mas." Mas Bima semakin menautkan alisnya, dan aku hanya tersenyum s
Read more

BAB 4

"Bu-bunda!" Bunda terlihat memegang dadanya, aku dan Ayah segera menghampiri Bunda yang langsung lemas. Kutatap Mas Delon yang seakan tak merasa bersalah karena telah membuat Bunda menjadi seperti ini. "Kita bawa masuk saja, Yah," ucapku pada Ayah. "Iya, ayo." Berdua dengan Ayah, kubantu Bunda untuk berdiri dan berjalan menuju ke dalam rumah meskipun tampak begjtu lemas. Kuminta Mbak Nah membuat segelas teh manis untuk Bunda. "Ada tamu, bukannya ditemui hingga selesai, malah ditinggal begitu saja. Sungguh keluarga yang tidak sopan!" ucap Mama tanpa merasa bersalah. Aku segera menoleh saat mendengar suara Mama yang tiba-tiba sudah berada di dalam rumah. Bukankah tadi katanya tidak perlu? Kenapa sekarang malah masuk tanpa persetujuan dari kami? Dasar, keluarga tak beradab! "Apa kalian tidak lihat, Bunda sedang seperti ini. Urusan Mas Delon denganku, biar kami urus sendiri. Keluarga tak ada yang boleh ikut campur termasuk kalian," ucapku sambil menunjuk ke arah Kak Caca dan
Read more

BAB 5

"Kak Rara, kenal Kak Arina?" tanya Fiona setelah sadar dari keterkejutannya melihatku datang. "I-iya, Fi." "Kamu kenapa, Sayang?" Cih! Padahal baru kemarin dia mengucap talak padaku, tapi Mas Delon sudah berani-beraninya memanggil wanita lain dengan panggilan Sayang? "Ngapain kamu ke sini lagi?" tanya Kak Caca yang sedang menyuapi Viko. "Aku ke sini mau ambil buku nikah," ucapku sambil duduk di single sofa depan mereka. "Itu bisa aku antarkan. Kenapa juga ke sini? Dan lagi, sepertinya kedatanganmu mengganggu calon istriku," ucap Mas Delon tanpa rasa bersalah. Kutatap tajam Rara yang sedang menatapku hingga akhirnya ia menunduk. Dasar wanita tak tahu diri! Jadi dia, yang merebut suamiku? "Oh, ya? Apa kamu nggak nyaman sama aku, Ra?" tanyaku dengan wajah yang dibuat-buat sesendu mungkin. "Nggak, Mbak." "Ya sudah, mana buku nikahnya? Aku akan mendaftarkan perceraian kita besok. Kelamaan nungguin kalian." "Tunggu di sini," ucap Mas Delon. Aku menatap ke sekeliling, namun tak
Read more

BAB 6

"Kakak tadi lihat undangan atas nama Delon dan Rara di ponsel customer, kayaknya mereka temen atau saudaranya kali, ya? Dan mereka menikah seminggu lagi." "Hah? Bukannya kami bahkan belum resmi bercerai secara negara?" Kak Rosi mengedikkam bahu, aku jadi semakin takjub dengan Mas Delon. Benar-benar manusi tak tahu malu. Apa saking ngebetnya ia, hingga ingin menjadikam Rara istri kedua di catatan negara? "Lalu?" "Kakak ada ide, sini kamu." --Hari ini, aku akan datang sebagai pemilik perusahaan tempat Mas Delon mengajukan kontrak. Sesuai jadwal, aku datang sekitar pukul sepuluh pagi. Mas Bima sendiri tak akan datang karena aku yang meminta. "Kamu serius, Rin?" tanya Kak Rosi sewaktu mobil berhenti di depan kantor."Tentu saja. Ide Kakak pun akan aku laksanakan, tapi ini yang lebih penting lagi. Mas Delon harus tahu kalau aku takkan tinggal diam saja setelah ia buang.""Kakak banyak janji hari ini, jadi ga bisa nemenin," ucap Kak Rosi. "Nggak papa, Kak. Nanti aku minta ditemani
Read more

BAB 7

Setelah mempersilakan duduk, Mas Bima mulai mengeluarkan bukti-bukti serta surat pernyataan saksi yang melihat mereka berdua tengah bernegosiasi. Sesuai perjanjian, kami tak menyebut nama mereka, karena mereka takut jika ada sesuatu yang tak diinginkan.  Awalnya Mas Delon dan Pak Ahmad menyangkal, namun setelah kami tekan ditambah diancam akan laporkan kasus ini ke pihak berwajib, akhirnya mereka mengaku. Tak lupa, aku meminta Rio untuk merekam ini semua.  "Jadi bagaimana, Pak? Setelah saya pikirkan, akhirnya saya memiliki dua opsi. Dilaporkan ke polisi, atau bapak sekalian mau membayar kerugian yang telah kami tanggung? Jika dilihat dari data, Pak Ahmad membuat dua kwitansi dan mengubah harga perkilo, bukan perikat kain yang dikirim ke perusahaan Surya Mas. Maka, kami akan menjumlahkan semuanya."  "Ampun, Pak Kevin, maafkan saya. Saya lebih baik membayar kerugian yang telah dialami oleh perusahaan daripada masu
Read more

BAB 8

Aku tahu ia tengah melarangku, tapi untuk apa aku mendengarkannya?  "Mungkin saja, wanita dan pria itu dibayar oleh Rara untuk berpura-pura menjadi orang tuanya. Lihat ke arah sana! Mereka adalah orang tua Rara yang sebenarnya. Meskipun bukan orang tua kandung, tapi mereka lah yang telah membesarkan Rara dari kecil sampai sekarang.  Rara tumbuh berkat tetesan keringat dari kedua orang itu. Dan sekarang setelah ia besar, Rara justru enggan mengakuinya hanya demi cinta dan demi menjadi pelakor dalam rumah tangga saya.Rara, kamu pantasnya ada di pasar dan dijual murah sekalian!" teriakku padanya.  Emosi yang selama ini kubendung, akhirnya tumpah hari ini juga. Tak munafik, melihat Mas Delon dan juga Rara bersanding, di sudut hati ini merasa berdenyut nyeri. Tapi aku bisa pastikan, kalau ini terakhir kalinya aku merasakan perasaan ini pada b*j*ngan itu!  Beberapa orang datang
Read more

BAB 9

Alangkah terkejutnya aku saat mengetahui jika ternyata Arina adalah CEO di perusahaan ini dan Pak Kevin adalah Mas Bima. Bisa-bisanya mereka membohongiku. Mengaku hanya pekerja biasa, namun ternyata pemilik perusahaan.  Namun, yang lebih mengenaskan lagi adalah, ternyata kedatanganku ke sini untuk diperiksa mengenai kecurangan yang kulakukan dengan Pak Ahmad. Arrrgh, s*al! Kenapa semua jadi seperti ini?  "Sudah, nggak papa. Masih ada Rara yang bisa memberi kita materi. Jadi nggak masalah kalau gajimu dipotong," ucap Mama menenangkanku.  "Iyakah, Ma?"  "Tentu. Mama lihat, Rara sangat cinta sama kamu. Pasti ia akan melakukan apapun yang kamu pinta," ucap Mama.  
Read more

BAB 10

"Aaah! Aaah!" Rara gelagapan karena seseorang menyiramnya dengan tiba-tiba.   "Arin! Apa yang kamu lakukan?"   "Apa yang aku lakukan? Harusnya aku yang nanya itu ke kamu, Mas! Apa yang kamu lakukan saat ini! Kamu tega, Mas! Kamu tega!" teriaknya seraya menarik kerahku hingga bibirnya sampai ke telinga, lalu membisikkan kalimat yang memuakkan.   "Bagaimana? Aktingku, bagus, kan?" bisiknya. --  "Ra, tolong jelaskan, apa benar mereka orang tua kandungmu?" tanyaku pada Rara saat kami sudah masuk ke dalam rumah.   Aku terpaksa mengakhiri pesta karena melihat suasana tidak kondusif, ditambah dengan makian dari para tamu untukku, terlebih untuk Rara. Entah umpatan seperti apa saja yang terdengar tadi.   "Iya, Ra. Apa yang diucapkan oleh Arina gak benar, kan? Mereka bukan orang tua kandungmu, kan?" tanya Mama sambil mendekati Rara.   Ra
Read more
DMCA.com Protection Status