Semua Bab Perjanjian Panas dengan Bos Arogan: Bab 211 - Bab 220

298 Bab

Chapter 211

“Maaf,” lirih Damian. Ia mengecup pelan pipi Gaby dari samping. “Aku meninggalkan kamu terlalu lama.” Gaby mendongak. “Tidak masalah.” Gaby hendak berbicara namun ia ragu. “Kamu…” Ia melirik seorang pria yang kini sibuk berbicara. “Kamu akrab dengannya?” tanya Gaby menunjuk Haven dengan dagunya. “Aku pernah tidak sengaja bertemu dengannya di beberepa acara.” Damian menangkup wajah Gaby. “Aku tahu. Aku pernah dengar kamu pernah menjalin hubungan dengannya.” Damian menghela nafas. “Tapi aku tidak tahu apapun tentangmu dan dia. Karena kamu yang tidak pernah menceritakan apa-apa padaku.” Damian mengusap pipi Gaby. “Sampai saat ini aku hanya menganggapnya sebagai kenalan bisnis. bukan sebagai mantan kekasihku..” Gaby mendongak. ia tahu, ini memang kesalahannya yang tidak memberitahu apapun pada Damian tentang masa lalunya. Tapi ia tidak pernah membahas masa lalu karena ingin fokus pada hubungannya saat ini.“Maaf,” lirih Gaby. “Aku hanya ingin melupakan masa laluku.” Damian men
Baca selengkapnya

Chapter 212

“Kau masih merokok?” seorang pria yang diam-diam mengikuti Gaby. Gaby menghela nafas. “Jangan mengikutiku sialan!” Gaby berbalik. Ia berjalan ingin pergi dan meninggalkan Haven. Namun pria itu lagi-lagi mencegahnya. Pria itu mencekal pergelangan tangannya. “Aku minta maaf,” ucap Haven. “Untuk apa?” Gaby mendongak. “Atas kesalahanku dulu.” Gaby bersindekap. “Memangnya apa kesalahanmu?” “Aku membuatmu menderita. Aku tidak bisa memberimu kepastian tentang hubungan kita. Maaf, karena aku dulu berniat menjadikanmu mainanku. Maaf karena aku berniat jahat padamu. Dan maaf atas semua tindakanku yang membuatmu sakit hati.” Gaby memejamkan mata sebentar. “Brengsek!” umpat Gaby begitu keras. “Aku menyesal. Tidak seharusnya aku melakukan semua itu padamu.” Haven meraih tangan Gaby dan menggenggamnya. “Maafkan aku Gabriella. Aku janji aku tidak akan menyakitimu..” Gaby mendongak. “KENAPA KAU BARU MINTA MAAF SEKARANG? KEMANA SAJA LIMA TAHU INI?” “Kau tidak tahu betapa hanc
Baca selengkapnya

Chapter 213

Gaby mengibaskan tangan Haven. “Kau bisa bangun sendiri kan?” tanya Gaby. Ia berdiri dan tidak berniat membantu Haven untuk berdiri. Tapi Haven meraih tangan Gaby untuk berdiri. Hingga Gaby hampir saja oleng jika satu tangan Haven tidak menangkap pinggangnya. “Setidaknya kau harus bertanggung jawab atas lukaku ini.” Gaby menyingkir. Menjaga jarak dengan Haven. “Kau punya banyak uang. Pergilah ke rumah sakit sendiri.” Gaby mengernyit. Ia menatap Haven dari ujung rambut sampai ujung kaki. Ternyata luka yang dibuatnya cukup banyak juga. Rahang Haven, sudut bibir pria itu berdarah. Untung saja Gaby tidak meninju hidung mancung Haven. Jika iya, sudah pasti akan patah dan pasti akan mendapatkan operasi. “Rasakan…” lirih Gaby sembari tersenyum puas. Haven terdiam. Akhirnya ia bisa melihat senyum Gaby kembali. Senyum natural yang tidak dipaksa sama sekali. “Kenapa kau terdiam?” tanya Gaby menyipitkan mata curiga. Terlalu curiga karena takut Haven pingsan. “Akhirnya aku meliha
Baca selengkapnya

Chapter 215

Gaby mendorong Haven hingga pangutan bibir mereka bisa terlepas. Jika dibiarkan ia tidak tahu apakah bisa mengendalikan dirinya atau tidak. Gaby mendongak. “Brengsek!” “Panggil aku jika kau membutuhkanku.” Haven mendekat. Reflek Gaby menjaga jarak dari pria itu. “Jangan mendekat.” Haven menghela nafas. jemarinya mengusap sudut bibirnya yang masih terasa perih. “Aku tidak bercanda dengan ucapanku. Kau bisa menjadikanku selingkuhan.” Gaby mengernyit. “Kau gila!” Gaby melangkah pergi. tidak menoleh ke belakang lagi dan memilih untuk segera pergi dari sana. Gaby langsung pulang ke rumahnya dengan perasaan yang kacau. ~~ Pagi harinya. Gaby sudah berangkat ke kantor. Ia tidak langsung masuk melainkan menatap sebuah tas yang berada di atas meja. Tas mewah yang hanya bisa dibeli di luar negeri. Tapi Vina memilikinya? “Oh anda sudah datang,” ucap Vina yang baru saja kembali dari toilet. Vina tersenyum—ia meraih tas itu dan memilih menaruhnya ke bawah. “Tasmu b
Baca selengkapnya

Chapter 115

Kelas yang sedikit membosankan. Gaby masih menyimak Haven yang berbicara di depan. Banyak mahasiswi yang terpesona dengan ketampanan Haven. Memang tidak bisa diragukan lagi pesona pria matang berusia 35 tahun itu sungguh menggoda. Untungnya Gaby tidak lagi terpesona. Bukan tidak lagi, tapi mencoba untuk tidak terpesona. “Jika masih bingung dengan tugas yang saya berikan, bisa menghubungi saya.” Haven menutup kelas. Tentu saja diakhiri dengan pemberian tugas. Gaby menghela nafas. Gampang! Hanya tugas saja ia bisa menyelesaikannya dalam semalam. Yang terpenting harus ada referensi buku dulu. Gaby pergi ke perpustakaan untuk mencari buku. Ia menyusuri rak-rak untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh Haven. Ada satu buku yang letaknya begitu tinggi. Gaby mencoba berjinjit, tapi tetap tidak bisa menggapainya. Sampai ada tubuh yang berada di belakangnya kemudian membantunya mengambil buku itu. “Sudah lima tahu berlalu tapi kau tidak bertumbuh juga.” Haven menyerahkan buku
Baca selengkapnya

Chapter 216

Gaby berlari menyusul Haven. Ia langsung masuk ke dalam mobil pria itu tanpa berkata apa-apa lagi. Haven hanya tersenyum, setelah itu masuk ke dalam mobilnya. Duduk di kursi penumpang. Menjalankan mobilnya pelan. “Mau ke mana?” “Aku tidak tahu rumahmu.” Haven tidak berbohong. Ia memang tidak tahu rumah Gaby. Yang pasti ia sudah mencari tahu tapi tidak menemukannya. Mungkin saja wanita itu memang sengaja menyembunyikannya, agar tidak diketahui orang banyak. Apalagi Gaby juga terkenal di media sosial. “Ke restoran.” “Kau lapar?” Gaby mengangguk. kemudian menoleh dan tersenyum. “Pacarku sudah menunggu di restoran. Kita sudah berencana untuk dinner..” Haven terdiam. Tidak berbicara lagi setelah Gaby mengatakan itu. Gaby bersindekap menatap lurus ke depan. “Sudah cukup hubungan ini. aku tidak ingin terlibat denganmu lagi.” Haven menoleh ke samping sebentar. “Aku tidak mau berhubungan denganmu lagi. Aku akan menganggapmu sebagai dosenku. Tidak
Baca selengkapnya

Chapter 217

“Aku mencium aroma parfum perempuan di tubuh kamu.” Gaby mendongak. Jemarinya terangkat mengusap dada Damian. “Berkumpul lagi dengan teman-temanmu?” “Tidak.” Damian menggeleng. “Aku tidak sengaja bertemu dengan temanku tadi. Kita mengobrol sebentar.. mungkin itu.” Gaby hanya mengangguk sekilas kemudian mengambil duduk. Damian merengkuh pinggang Gaby. “Apa kamu marah?” “Tidak.” Gaby menggeleng. “Aku lelah.” “Kamu selalu lelah setelah kuliah. Apa yang terjadi?” tanya Damian merangkul pinggang Gaby. Mengusapnya perlahan. Gaby menyandarkan kepalanya di bahu bidang Damian. “Aku hanya.. entahlah. Mungkin karena pekerjaan yang banyak. Aku sedikit kualahan.” “Mau cuti dulu?” Gaby mendongak. “Apakah aku harus melakukannya?” “Bisa saja. cuti satu semester kalau kamu lelah.” Damian tersenyuum. Ia mengusap dahi Gaby pelan. Lantas pria seperti apa yang dicari Gaby. Damian begitu sempurna. Pengertian tentunya. Tampan, kaya… dan cerdas. Lalu kenapa Gaby merasa ia b
Baca selengkapnya

Chapter 218

Setelah mengganti pakaian masing-masing. Gaby berbaring di atas kasurnya. Namun ia merasa tidak enak karena Damian memilih tidur di luar. Di sofa. padahal ukuran sofanya kecil. Tidak bisa sepenuhnya menampung tubuh Damian yang besar. Padahal ada kamar tamu, tapi katanya letak kamarnya terlalu jauh dengan letak kamar Gaby. Sehingga Damian memilih untuk tidur di sofa dekat kamar Gaby. Gaby merubah posisinya menjadi menyamping. Tapi kemudian ia memutuskan untuk bangun. Benar saja Damian kini berbaring di atas sofa. Ia mendekat. Kemudian berjongkok dan menatap wajah tampan kekasihnya. “Kamu kenapa belum tidur?” tanya Damian kemudian membuka mata. “Aku kepikiran kamu.” Damian tersenyum pelan dan menarik tubuh Gaby hingga jatuh di atasnya. “Tidur saja, jangan pikirkan aku. Besok—” “Besok libur.” Gaby tertawa pelan.” “Mau ke mana?” tanya Damian. “Mau jalan-jalan?” Gaby mengerucutkan bibirnya. “Jangan mengajakku jika tiba-tiba kamu harus bekerja. Jangan membuatk
Baca selengkapnya

Chapter 219

Lagi-lagi Damian berhasil membuat Gaby tersenyum. Kata-kata indah pria itu membuat dirinya merasa benar-benar dihargai. Gaby mendongak. “Ayo menikah.” “Kamu siap?” tanya Damian. Ia terbelalak karena sungguh kaget dengan ucapan Gaby yang begitu tiba-tiba. Gaby mengangguk. tidak bisa menahan tawanya karena Damian yang terlihat begitu terkejut. Damian menunduk dan mengecup dahi Gaby beberapa detik. Ia bangkit. pria itu pergi ke kamar Gaby—mengambil satu jasnya. Kemudian mengambil satu kotak berwarna hitam, membawanya mendekat ke arah calon istrinya itu. “Ayo menikah..” Damian membuka kotak kecil itu. Sehingga sebuah cincin berwarna silver itu bisa dilihat oleh Gaby. Gaby tidak bisa menahan keterkejutannya. Ia masih diam duduk di atas sofa sembari menatap Damian yang sudah berlutut di hadapannya. “Menikahlah denganku Gabriella Mona Winston.” Gaby menatap Damian sebentar sebelum mengangguk. Damian memasang cincin di jari manis Gaby. Apa yang dipikirkan Gaby selain menerima
Baca selengkapnya

Chapter 220

Setelah memutuskan untuk menikah. Gaby dan Damian menemui keluarga mereka masing-masing secara bersama. Mereka semua setuju. Apalagi dengan menikahnya mereka berdua, akan membuka jalan bisnis antar perusahaan. Gaby menghela nafas berkali-kali di hadapan cermin. Ia berada di rumah orang tuanya. Menatap dirinya di hadapan cermin yang berada di depan wastafel. “Kau sungguh yakin ingin menikah dengan Damian?” tanya Gio yang tiba-tiba datang. Padahal terkenal sibuk, tapi ketika Gaby memberitahukan rencananya akan menikah, kakaknya itu langsung datang. “Kenapa? kau tidak yakin denganku?” tanya Gaby memutar tubuhnya. ia bersindekap—menatap kakaknya yang juga menatapnya. Namun Gio menatapnya tidak yakin. “Menikah itu keputusan besar…” Gio menghela nafas. “Kau akan bersama Damian selama seumur hidup. Mentalmu harus kuat. Pemikiranmu juga harus dewasa. Selesaikan setiap pertengkaran kalian dengan baik.” “Damian baik. dia pria yang baik, kak.” Gaby mendongak. “Aku bahkan tidak pernah
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2021222324
...
30
DMCA.com Protection Status