Semua Bab Perjanjian Panas dengan Bos Arogan: Bab 221 - Bab 230

473 Bab

Chapter 221

“Karena aku ingin kamu nanti fokus dengan keluarga kita.” Damian menunduk. “Tapi kalau kamu masih ingin berkarir aku tidak masalah.” Damian mengusap pipi Gaby. “Yang terpenting kita bisa membagi waktu untuk keluarga kita nanti.” Gaby mendongak. “Tapi sebenarnya kamu ingin aku di rumah saja?” Damian terdiam. Gaby menyenggol lengan Damian. “Jawab…” rengeknya. “Ya.” Damian mengangguk. “Tidak usah dipikirkan. Kita fokus saja pada pernikahan kita.” Sejak pembicaraan itu, Gaby terus berpikir haruskah ia menghentikan aktivitas bisnisnya. Kemudian fokus pada rumah. Fokus pada keluarga, anak dan suaminya. Apakah ia bisa? Gaby menghela nafas. Ia mendongak ke atas. Dari balkon kamarnya ia bisa melihat langit yang gelap. Akhirnya ia mengambil vapenya. Menghirupnya dan mengepulkan ke udara begitu saja. “Tidak..” Gaby menggeleng. “Aku harus tetap mengikuti keinginanku sendiri. aku tidak ingin hanya diam di rumah..” Gaby berkacak pinggang. “Perusahaanku sedang berada di puncak. Aku tida
Baca selengkapnya

Chapter 222

Kembali ke kantor. Rutinitas Gaby akan terus berulang. Setelah dari kampus. Ia kembali ke kantor karena ada beberapa berkas yang membutuhkan tandatangannya. Ia berjalan santai masuk ke lantai ruangannya. Di sepanjang perjalanan. Ia mencium parfum yang tidak asing. Gaby terdiam di depan meja Vina. “Aku sudah menaruh beberapa berkas yang harus ditandatangani.” Vina baru saja kembali dari bawah. Gaby mengangguk dan menatap sebuah parfum yang berada di atas meja. “Parfummu baru kak?” tanya Gaby. “Sudah lama.” Vina meraih parfum itu. “Aku selalu menggunakan parfum ini… sama dengan merek yang kamu pakai. Tapi berbeda aroma saja.” Gaby mengangguk. “Aku boleh minta sedikit?” Vina menyemprotkan pelan parfum itu di pergelangan tangan Gaby. Gaby mengangguk suka. “Harum..” “Aku selalu mengabaikan aroma ini karena kurang cocok denganku. Tapi ternyata harum juga dan lebih pekat aromanya.” Gaby tahu betul merek mewah yang mengeluarkan parfum limited edision. Harganya bisa sangat mahal.
Baca selengkapnya

Chapter 223

Gaby mengangguk sembari terkekeh. “Kau tidak percaya?” “Sangat tidak percaya..” Laura menatap Gaby. “Kau sungguh akan menikah? Damian?” Gaby mengangguk. “Kau yakin?” tanyanya lagi. “Gab..” lirihnya. “Menikah itu bukan main-main loh. Kau jangan mengambil keputusan terlalu cepat. Bagaimana kalau nanti kau bosan dengan Damian, kau mau selingkuh?” Gaby menghela nafas. Ia duduk dengan santai. “Aku tidak mungkin bosan. Aku sudah mati rasa dengan laki-laki. Aku tidak bisa suka dengan pria lain. pria yang sering aku temui juga rata-rata bajingan..” “Damian pria yang paling selama ini. aku tidak punya alasan untuk menolaknya. Apalagi dia tidak pernah membatasiku. Aku senang bersamanya, meskipun aku belum sepenuhnya menyukainya…” lirih Gaby. “Gila kau Gab.” Laura menggeleng. “Bagaimana nanti kalau kalian sudah menikah, tapi kau tidak mencintainya. Kau tetap tidak bisa mencintainya meski kalian sudah menghabiskan banyak waktu?” “Kau menakut-nakuti aku?” tanya Gaby. Laura menggeleng. “
Baca selengkapnya

Chapter 224

2 jam kemudian. Perlahan tapi pasti. Gaby membuka mata. Melihat sekitar ternyata berada di ruangan bercat kream. Punggung tangannya diinfus. Gaby membuka matanya lebar dan akhirnya mendengar suara ibu dan ayahnya. “Mama… Gaby di mana?” tanya Gaby pelan. “Di rumah sakit. Jangan bergerak dulu sayang.” Aluna mengusap puncak kepala anaknya. Sudah berjam-jam menangisi keadaan anaknya yang babak belur. Gaby menatap mamanya. “Siapa yang membawa Gaby ke sini?” tanyanya. “Ada orang yang menelepon kami. Pria yang memukul kamu sudah ditangkap.” Aluna mengambil tangan Gaby. “Sudah jangan dipikirkan yang penting kamu baik-baik saja.” Aluna mengusap pelan punggung anaknya. “Papa akan buat pria itu mendekam seumur hidup di penjara,” ucap Ethan. “Berani-beraninya menyakiti anakku.” Gio yang menyandarkan di sofa hanya mengangguk saja. “Motifnya katanya tidak diterima di putuskan oleh Gaby.” Ethan berkacak pinggang. “Tidak terima? Sudah bagus putriku yang cantik ini pernah mau
Baca selengkapnya

Chapter 225

Waktu berlalu. Gaby sudah pulih. Ia akan ikut berangkat ke study trip. Gaby berada di kursi yang sama dengan Firly. Saat ini mereka berada di pesawat dan dalam perjalanan ke Jepang. “Kau sungguh baik-baik saja?” tanya Firly pada Gaby. Gaby memejamkan mata dan mengangguk saja. “Kalau sakit beritahu aku saja.” Firly menatap Gaby lagi karena takut perempuan itu masih sakit tapi ditahan. “Aku baik-baik saja.” Gaby masih memejamkan mata. “Kau dengar dari berita aku sakit?” “Iya, beritamu menyebar begitu cepat. Kau diberitakan di mana-mana. lagipula siapa yang tidak heboh, keturunan Winston diserang pria sampai masuk rumah sakit.” Gaby terkekeh. “Aku tidak sepenuhnya kalah. aku sempat melawan. Dia memukulnya beberapa kali hingga dia jatuh dan kesakitan.” Firly menggeleng pelan. heran dengan Gaby yang membahas kejadian itu dengan tenang. Tanpa merasa trauma sedikitpun. “Kau tidak takut? tidak trauma?” Gaby membuka mata. “Ada trauma yang lebih menyeramkan dari ini…” lirihnya. F
Baca selengkapnya

Chapter 226

Malam hari sampai di hotel. Gaby berada di dalam kamar yang sama dengan Firly. Sudah tidak heran dengen kehebohan wanita itu. “Aku keluar dulu.” Gaby keluar dari kamarnya. “Kau mau ke mana?” teriak Firly. Namun sudah tidak dihiraukan oleh Gaby. Gaby berjalan keluar. Ia malah pergi ke bar yang ada di hotel ini. Setelah itu duduk di pinggir dan memesan minuman. Gaby mengeluarkan vapenya—menghirupnya dan mengeluarkannya ke atas. Ia memejamkan mata dan menyugar rambutnya pelan. “Gaby?” tanya Pak Royin yang tiba-tiba datang dari belakangnya. Gaby menoleh. Ia menunduk sebentar. “Kamu di sini sendiri?” tanya dosennya itu. “Iya pak..” Gaby tersenyum. Dari belakang pak Royin, Haven muncul dan berjalan mendekati mereka. “Jangan hiraukan saya. Kalian bisa menikmati waktu di sini. anggap saja saya tidak ada..” ucap Gaby. Haven menatap Gaby sebentar. Pandangannya tertuju pada minuman dan juga alat vape di atas meja. “Baiklah. Jangan lupa istirahat..” Pak Royin pergi
Baca selengkapnya

Chapter 227

Gaby menatap Haven yang terdiam dengan ucapannya. Haven mundur satu langkah. Memberikan jarak antara dirinya dan Gaby. “Aku pergi,” ucap Gaby. Bukannya membiarkan Gaby pergi. Haven justru menarik tengkuk Gaby dan mencium bibir wanita itu. Gaby yang awalnya menolak dan berusaha mendorong pria itu. kini malah terdiam. Terbuai dengan ciuman pria itu. Haven mengecup bibir Gaby lembut.. Memberikan kenyaman pada wanita itu. Sampai akhirnya Gaby tidak melawannya dan membuatnya tersenyum di sela-sela ciumannya. Haven mengusap pinggang Gaby dan memperdalam ciumannya. Dugh! “Akh!” Suara orang yang terjatuh membuat Gaby tersadar dan mendorog Haven. Haven dan Gaby menoleh dan menemukan satu orang yang tengah menatap mereka. “Firly…” lirih Gaby. Firly terkekeh. “Teruskan saja.. anggap saja aku tidak ada.” Buru-buru pergi. Firly berlari dan pergi meninggalkan mereka berdua. Lagipula salah siapa ciuman di lorong sehingga orang lain bisa melihat mereka dengan mudah.
Baca selengkapnya

Chapter 228

Pagi harinya. Pergi ke sebuah tempat bersejarah. Gaby jalan-jalan dengan ceria bersama Firly mereka berkeliling sesekali saling foto. Sampai akhirnya berada di sebuah jembatan kecil. Di sanalah Gaby terdiam sejenak menatap ke bawah. Air yang jernih dan beberapa ikan yang cantik. Setelah memotret ikan-ikan lucu itu. Gaby menoleh ketika Firly memanggilnya. “Kembali Gab!”Gaby memasukkan ponselnya. Namun tiba-tiba ada gerombolan wanita yang mencegahnya pergi. “Gaby tolong foto kami dengan pak Haven.” Belum sempat berbicara untuk menolak. tapi wanita itu sudah memberikan ponselnya pada Gaby. Gaby menghela nafas sebelum mengarahkan kamera ke arah mereka. “Sedikit jauh jangan terlalu dekat.” Oke, kali ini Gaby harus lebih bersabar untuk menghadapi ibu-ibu ini. Ia melangkah lebih jauh untuk memotret mereka. Mengambil angel lebih bagus agar mereka puas.Gaby mundur. Namun pada saat ia mundur sialnya ia malah tersandung dan berakhir terjatuh. “Akh!” “Gabriella!” teriak Haven s
Baca selengkapnya

Chapter 229

“Hati-hati.” Haven masih memeluk pinggang Gaby. Gaby terdiam. jarak mereka terlalu dekat. Ia bahkan bisa merasakan deru nafas Haven. Haven masih diam. Ia tidak akan menyingkir jika Gaby tidak mendorongnya lebih dulu. Tangannya terangkat mengusap kening Gaby. “Bagaimana kabarmu?” Gaby mengernyit. “Kabarmu selama ini…” lanjut Haven. “Kabarmu setelah kita berpisah. Kabarmu beberapa tahun ini… apa kau bahagia?” Gaby mengepalkan tangannya. “Kenapa kau tanya seperti itu?” “Karena aku..” Haven menatap Gaby. “Aku hancur saat kau pergi.” “Aku menyesal berkali-kali kenapa melepaskanmu begitu saja.” Gaby mendongak. “Lalu kau sadar betapa kau mencintaiku? Betapa aku berharga bagimu? Dan tidak pantas untuk dibuat bahan mainan?” “Kau sadar aku bukan bahan pelampiasanmu? Kau sadar aku bukan bahan untuk melupakan mantanmu itu?” Haven terdiam sejenak. “Aku menyadari semua itu. Maafkan aku Gab. Aku memang bodoh. Kau boleh memakiku lagi. Kau boleh..” “Tidak ada gunanya.” Gaby mendorong pel
Baca selengkapnya

Chapter 230

Gaby hanya diam. di sisi lain ia mulai terlena dengan ciuman Haven. Haven tersenyum tipis ketika tidak mendapat penolakan dari Gaby. Gaby mendongak. Pada akhirnya ia membalas pangutan pria itu. Haven menarik tengkuk Gaby dan memperdalam ciumannya. Mengusap pinggang Gaby pelan. Sampai ia melepaskan pangutan di bibir mereka, Gaby menunduk.. mengatur napasnya.Ia mendorong dada Haven hingga pria menjauh. Haven tersenyum miring duduk di kursinya. “Aku anggap kau menerimaku.” “Aku tidak pernah bilang,” balas Gaby tanpa mau menoleh pada pria itu. Gaby menatap lurus. Memandang jendela luar. Malu luar biasa!Apa yang salah. Kenapa ia menerima pria yang jelas-jelas sudah menyakitinya. Kenapa hatinya begitu goyah hanya dengan perlakuan pria itu. Gaby menghela napas. “Kamu mau putar lagu?” tanya Haven. Gaby menggeleng. “Lagu Ariana Grande kesukaan kamu..” lanjutnya. Tanpa persetujuan Gaby, Haven memutar lagu Ariana Grande berjudul Youre my everything. Alunan lagu berputar dengan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2122232425
...
48
DMCA.com Protection Status