Pagi harinya. Pergi ke sebuah tempat bersejarah. Gaby jalan-jalan dengan ceria bersama Firly mereka berkeliling sesekali saling foto. Sampai akhirnya berada di sebuah jembatan kecil. Di sanalah Gaby terdiam sejenak menatap ke bawah. Air yang jernih dan beberapa ikan yang cantik. Setelah memotret ikan-ikan lucu itu. Gaby menoleh ketika Firly memanggilnya. “Kembali Gab!”Gaby memasukkan ponselnya. Namun tiba-tiba ada gerombolan wanita yang mencegahnya pergi. “Gaby tolong foto kami dengan pak Haven.” Belum sempat berbicara untuk menolak. tapi wanita itu sudah memberikan ponselnya pada Gaby. Gaby menghela nafas sebelum mengarahkan kamera ke arah mereka. “Sedikit jauh jangan terlalu dekat.” Oke, kali ini Gaby harus lebih bersabar untuk menghadapi ibu-ibu ini. Ia melangkah lebih jauh untuk memotret mereka. Mengambil angel lebih bagus agar mereka puas.Gaby mundur. Namun pada saat ia mundur sialnya ia malah tersandung dan berakhir terjatuh. “Akh!” “Gabriella!” teriak Haven s
“Hati-hati.” Haven masih memeluk pinggang Gaby. Gaby terdiam. jarak mereka terlalu dekat. Ia bahkan bisa merasakan deru nafas Haven. Haven masih diam. Ia tidak akan menyingkir jika Gaby tidak mendorongnya lebih dulu. Tangannya terangkat mengusap kening Gaby. “Bagaimana kabarmu?” Gaby mengernyit. “Kabarmu selama ini…” lanjut Haven. “Kabarmu setelah kita berpisah. Kabarmu beberapa tahun ini… apa kau bahagia?” Gaby mengepalkan tangannya. “Kenapa kau tanya seperti itu?” “Karena aku..” Haven menatap Gaby. “Aku hancur saat kau pergi.” “Aku menyesal berkali-kali kenapa melepaskanmu begitu saja.” Gaby mendongak. “Lalu kau sadar betapa kau mencintaiku? Betapa aku berharga bagimu? Dan tidak pantas untuk dibuat bahan mainan?” “Kau sadar aku bukan bahan pelampiasanmu? Kau sadar aku bukan bahan untuk melupakan mantanmu itu?” Haven terdiam sejenak. “Aku menyadari semua itu. Maafkan aku Gab. Aku memang bodoh. Kau boleh memakiku lagi. Kau boleh..” “Tidak ada gunanya.” Gaby mendorong pel
Gaby hanya diam. di sisi lain ia mulai terlena dengan ciuman Haven. Haven tersenyum tipis ketika tidak mendapat penolakan dari Gaby. Gaby mendongak. Pada akhirnya ia membalas pangutan pria itu. Haven menarik tengkuk Gaby dan memperdalam ciumannya. Mengusap pinggang Gaby pelan. Sampai ia melepaskan pangutan di bibir mereka, Gaby menunduk.. mengatur napasnya.Ia mendorong dada Haven hingga pria menjauh. Haven tersenyum miring duduk di kursinya. “Aku anggap kau menerimaku.” “Aku tidak pernah bilang,” balas Gaby tanpa mau menoleh pada pria itu. Gaby menatap lurus. Memandang jendela luar. Malu luar biasa!Apa yang salah. Kenapa ia menerima pria yang jelas-jelas sudah menyakitinya. Kenapa hatinya begitu goyah hanya dengan perlakuan pria itu. Gaby menghela napas. “Kamu mau putar lagu?” tanya Haven. Gaby menggeleng. “Lagu Ariana Grande kesukaan kamu..” lanjutnya. Tanpa persetujuan Gaby, Haven memutar lagu Ariana Grande berjudul Youre my everything. Alunan lagu berputar dengan
Setelah kejadian beberapa jam yang lalu. Gaby berusaha menghindar. Ia sama sekali tidak mau bertatapan muka.Gaby duduk di samping Firly. Mereka sekarang berkumpul di depan sebuah api unggun. Ini akan menjadi malam terakhir. Besok mereka harus pulang. Gaby senang. Sungguh, sangat senang karena ia tidak akan lagi bertemu dengan Haven. Pak Royin berbicara. “Moment ini akan menjadi momen terakhir kalian, kita di kampus. Karena sebentar lagi kalian akan lulus.” “Saya ingin kalian satu persatu sebutkan rencana kalian setelah lulus S2…” Akhirnya satu persatu mulai menyebutkan rencana mereka masing-masing. Hingga giliran Firly. “Setelah lulus S2 saya akan bekerja lebih keras di perusahaan. Saya juga ingin membuka bisnis kecil-kecilan..” ujarnya. Gaby mengangguk. Firly memang ingin memiliki jabatan yang tinggi di perusahaan. Wanita itu juga bercita-cita ingin memiliki perusahaan sendiri meskipun kecil. Sekarang giliran Gaby. “Saya..” ucapnya sebentar. “Saya akan terus mengelola
“Entahlah.” Gaby mengedikkan bahu. “Hayoo.. “ Firly menyenggol Gaby. “Pastikan dulu perasaanmu.” Gaby hanya mendesah kasar. Sungguh, ia tidak tahu bagaimana perasaannya sekarang. Apalagi ia sering beraktivitas bersama dengan Haven. Bagaimana kalau perasaannya yang dulu tumbuh kembali. Bagaimana jika ia kembali mencintai pria itu lagi. Gaby tidak tahu. Setelah acara berkumpul. Semua mahasiswa kembali ke dalam penginapan. Gaby bersama Firly. Ia tidak bisa tidur dan hanya menatap langit-langit kamar. Di sini tenang, karena letaknya yang jauh dari pemukiman. Namun Gaby tetap tidak bisa tidur. Alhasil ia memutuskan untuk berjalan keluar. Tidak jauh dari penginapan. Ia melihat sebuah kursi. Akhirnya mengambil duduk di kursi itu. Merogoh vapenya dan menghisapnya perlahan. “Hei.. bagi denganku..” ucap seorang pria yang diketahui Gaby sebagai teman satu kelasnya. Ia mengernyit karena pria itu berjalan sempoyongan ke arah Gaby. “Gabriella…” lirihnya. Benar saja ketika pria itu
“Kalian ada hubungan kan?” pria itu menatap Haven dan Gaby bergantian. Raut wajahnya curiga. “Ada atau tidak, tidak ada hubungannya denganmu,” balas Haven. “Peraturan dalam tour ini, tidak boleh mabuk.” Haven menatap pria itu dengan malas. “Pergilah sebelum aku melaporkanmu.” Pria itu menggeleng. “Aku Ingin berbicara dengan Gaby.” “Tidak.” Balas Gaby sewot. Haven memasang badan di hadapan Gaby. Hingga tubuh Gaby berada di belakangnya. Tubuh Gaby yang mungil tertutupi oleh tubuhnya yang besar. “Pergi.” Haven menekankan katanya. Akhirnya pria itu pergi dengan sempoyongan. Masuk ke dalam ruang dan menghilang. Barulah Haven berpindah posisi. Ia menunduk dan mengambil tongkat Gaby yang berada di tanah. “Lain kali jangan keluar malam-malam. Apalagi sendiri.” Haven membantu Gaby menggunakan tongkat itu. “Aku hanya ingin mencari udara segar,” balas Gaby. “Ini.” mengambil vape Gaby. Menyerahkannya pada wanita itu. Gaby menerimanya. “Terima kasih.” “Masuklah. Jangan keluar lagi,”
Haven tersenyum miring. “Aku tidak peduli Gaby..” lirihnya. “Jangan seperti ini Haven!” Gaby setengah berteriak. Namun ia masih bisa mengontrol emosinya. Untung saja sudah larut. Tempat mereka juga cukup jauh dari penginapan. “Why?” tanya Haven. “Aku berhak melindungi wanita yang aku cintai.” Gaby menutup matanya frustasi. “Mulai sekarang, jangan lakukan apapun.” Gaby menunjuk Haven dengan jari telunjuknya. “Jangan melakukan apapun tanpa persetujuanku. Jaga jarakmu denganku. Jangan pernah dekat-dekat denganku.” “Lalu yang kita lakukan sekarang ini apa?” tanya Haven santai. “Ah sial.” Gaby menutup mata sebentar. “Tidak ada gunanya berbicara denganmu.” Haven mengambil tangan Gaby. “Beri aku alasan yang jelas kenapa aku harus menjauh. Kenapa aku harus menyerah untuk mendapatkanmu kembali?” “Karena kau akan menikah?” tanya Haven. “Aku tidak akan menyerah meski kau sudah menikah sekalipun.” “karena aku yakin kau tidak mencintai pria itu.” Haven masih menggenggam tangan Gaby. “B
Setelah kegiatan tour di Jepang, kehidupan kembali berjalan dengan normal. Gaby melupakan apapun yang terjadi selama di Jepang. Ia berusaha untuk menjalani hari-harinya seperti biasa. Sampai ia merasa sedikit bersalah atas apa yang telah ia perbuat pada seseorang. Entahlah, pernikahan sudah di depan mata.. Ia tidak seharusnya memikirkan orang lain. Ia berjalan keluar dari ruangannya. “Kenapa keluar?” tanya Vina. “Aku menunggu Damian..” ucap Gaby. “Kenapa dia belum ke sini juga. Katanya sudah pulang tadi malam.” Vina tersenyum. “Tunggu sebentar, dalam perjalanan..” “Mungkin,” imbuhnya. Gaby hanya mengangguk. sampai ia melihat seseorang yang tiba-tiba muncul. Pria yang tiba-tiba berjalan ke arah sembari membawa sebuah paper bag. “Akhirnya..” Gaby tersenyum cerah. Damian langsung memeluk Gaby. Mengusap pelan sebelum mengecup puncak kepala Gaby. “Itu apa?” tanya Gaby. Damian tersenyum. “Ayo masuk dulu..” Menarik pergelangan tangan Gaby dan mengajak kekasihnya untuk masuk