Bukan Simpanan CEO

Bukan Simpanan CEO

last updateLast Updated : 2022-03-03
By:  Lunetha LuCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
51 ratings. 51 reviews
99Chapters
26.3Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Tenang, pendiam, dapat diandalkan, dengan ekspresi datarnya yang sulit ditebak. Dialah Ranetha Claire. Gadis sederhana yang jauh dari kata bersinar itu tidak seperti tipe gadis yang disukai Valdi Leovin. Setidaknya begitulah yang dipikirkan Yuka Damiani Leovin, sepupunya, saat pertama kali bertemu Aneth. Karena suatu insiden, rahasia Yuka harus diketahui oleh gadis itu. Dia terpaksa menawarkan pekerjaan pada Aneth, yang notabene-nya teman kuliah Valdi, demi memastikan gadis itu tidak bocor ke media. Tapi coba tebak, apa yang dikatakan Valdi ketika Yuka bercerita tentangnya? “Well, gue dan Aneth pernah ....” Kata-kata yang diucapkan setelahnya membuat Yuka terkejut. Ditambah Valdi yang kembali tertarik pada Aneth malah semakin mendekati gadis itu saat dia akan menikah. Apa yang menarik dari wanita yang selalu memakai blus lengan panjang dan kardigan itu? Menurutnya, wanita itu terlihat biasa saja. Tapi semakin Yuka mengenal Aneth, ia semakin dibuat penasaran olehnya. Apa lagi yang disembunyikan Aneth selain hubungannya dan Valdi?

View More

Chapter 1

#1 Tertangkap Basah

Gadis itu mengangkat kedua tangan, menengadahkan tangannya untuk dipandangi. Membalik-balikkannya dan memerhatikan dengan raut datar bekas luka yang ada di sana. Luka yang sudah kering dan sudah sembuh, namun masih ada jejak goresan dan bekas jahitan.

Dia lalu membuka lemari pakaiannya, memilih blus lengan panjang yang dapat menutupi bekas lukanya. Ia tersenyum simpul menatap pantulan dirinya di cermin.

Sempurna.

Semuanya terlihat tampak normal.

***

Sudah dua tahun Aneth tinggal di indekos yang letaknya di bagian selatan ibu kota. Menurutnya, lokasi di sana cukup strategis, banyak pusat perkantoran besar. Mengingat profesinya sebagai desainer grafis lepas, ia bisa mencari suasana baru dan mempelajari permintaan kebutuhan desain perkotaan. Selain itu akses kendaraan umum seperti bus juga mudah dijangkau.

Keputusan untuk tinggal sendiri di indekos sebenarnya sebagai salah satu bentuk pelariannya. Butuh waktu satu tahun semenjak lulus kuliah, dia berusaha mendapatkan ijin dari mama. Memohon, meminta, merengek, dan akhirnya hanya dengan sedikit kata dari kak Rena, mama menyetujuinya.

Semudah itu beliau mendengarkan kata-kata kak Rena, tapi mengapa selalu menentang permintaannya? Ia hanya mendengkus mengingat kejadian yang sudah berlalu itu.

Setidaknya sekarang, setelah dua tahun tinggal di indekos, Aneth bisa membuktikan kalau dia pantas hidup sendiri dan mampu mengatur dirinya sendiri. Ia berharap bisa terlepas dari hari-harinya yang bagaikan mimpi buruk di rumah orang tuanya.

“Nona Ranetha Claire, perkenalkan saya Rebecca.” Seorang wanita tersenyum ramah dan mengulurkan tangan padanya. “Anda sudah ditunggu Pak CEO. Mari, saya akan mengantar Anda,”

‘Pak CEO?’

Apa Aneth tidak salah dengar?

Bukankah waktu itu katanya dia akan bertemu dengan penanggung jawab sayembara yang mewakili perusahaan?

Baru-baru ini Aneth memenangkan sayembara desain yang diadakan oleh PT Akina Herbalindo dalam rangka mendesain kemasan limited edition untuk LORA kosmetik, produk kosmetik lokal yang belakangan sangat digemari perempuan kalangan muda dan dewasa. Dan hari ini adalah hari di mana ia akan menandatangani kontrak dan perjanjian terkait desainnya dengan perusahaan tersebut.

Aneth mengikuti wanita bernama Rebecca memasuki lift, yang membawa mereka ke lantai tiga puluh tujuh. Tiba-tiba saja telapak tangannya berkeringat. Lalu terasa seperti ada yang berputar-putar dalam perutnya. Meski keputusan juara utama telah jatuh padanya, tapi tetap saja, bagi seorang introvert yang masih dalam masa pemulihan melewati gangguan stres pascatraumanya, dia gugup saat akan menghadapi suatu hal yang baru, tempat baru, dan orang baru.

Ia terbiasa bekerja dari balik laptopnya, berkomunikasi secara tulisan dengan kliennya melalui sebuah situs yang menampung para pekerja lepas. Klien-klien yang ditemui biasanya tidak akan membahas banyak hal karena mereka sudah sepakat melalui platform. Hanya dalam keadaan tertentu mereka akan bertemu secara langsung.

Ketika tiba di depan pintu besar berwarna gelap, terasa aura perwujudan dari ruangan seseorang yang berkuasa di sana. Rebecca kemudian mengetuknya, disambut suara merdu seorang pria dari balik pintu yang mempersilakan mereka masuk.

***

Jantung Aneth yang sejak tadi berdegup cepat sudah tidak bisa lagi berdetak lebih cepat dari sekarang. Bukan, bukan karena ini pertemuan pertama mereka. Bukan juga karena sosok yang sangat tampan sempurna berada di hadapannya. Tapi ia sungguh tidak mengira kalau Direktur dari PT Akina Herbalindo berasal dari keluarga Leovin, Yuka Damiani Leovin.

Dia tidak pernah mencari tahu siapa pemiliknya, siapa Direkturnya, atau tentang perusahaannya. Yang ia pelajari hanya mengenai LORA kosmetik itu sendiri, demi kelancarannya membuat desain.

Aneth meremas sisi celana di bagian lututnya menahan gugup. Ia tahu betul siapa laki-laki di depannya, tetapi tidak yakin laki-laki itu tahu siapa dia.

Saat tiba di ruangannya tadi, laki-laki itu meminta maaf atas keterlambatannya—sekitar lewat lima belas menit dari jam yang dijanjikan—dan memintanya membahas kontrak di luar sebagai permintaan maaf sambil menikmati makan siang yang tertunda. Aneth pun menyetujuinya dengan gemetar-gemetar canggung.

“Jadi, Miss Ranetha, desain Anda akan dipakai untuk produk limited edition LORA kosmetik sampai jangka waktu yang tidak ditentukan dan menjadi hak milik PT Akina Herbalindo. Sehingga kami bebas menggunakan, mengeksplor, serta mengunggah desain yang sudah diberikan. Apa Anda sepakat?” jelas Yuka dengan wajah berwibawanya

Aneth tahu, usia laki-laki ini sekitar dua puluh tujuh tahun, hanya terpaut dua tahun di atasnya. Tapi dia bisa sangat sukses dan jauh segala-segalanya dari padanya.

“Ya, saya sepakat.” Susah payah ia berusaha mengendalikan diri agar tetap tenang.

“Kalau begitu silakan baca ketentuan lebih lanjut yang ada di sini. Jika sudah setuju, Anda bisa menandatanganinya.” Laki-laki itu menyerahkan map berisi lembaran kertas yang harus ditandatanganinya.

Isi kepala Aneth terus saja disuguhkan pertanyaan-pertanyaan yang sejak tadi membuatnya gugup campur penasaran.

Apa dia tahu?

Apa dia sadar?

Apa dia mengingatnya?

Tapi dia tampak tenang. Mungkin tidak tahu?

Atau pura-pura tidak tahu?

Aneth pun berusaha mengenyahkan hal-hal yang mengganggunya sekarang dan fokus pada lembaran berkas yang ada di tangannya. Ini menjadi salah satu penentu kariernya. Sumber penghasilan yang menopangnya untuk hidup mandiri. Ia harus bisa mengesampingkan masalah lain.

Selesai membaca isi kontraknya, Aneth mengeluarkan pena dari dalam tas, menandatangani beberapa kolom yang memerlukan tanda tangannya. Terakhir, ia menggoreskan ujung pennya di bagian bermaterai. Dan, selesai.

Ia menyerahkannya kembali kepada laki-laki di hadapannya.

“Silakan Anda simpan lembar yang ini,” Yuka memberikan beberapa lembar kertas dan map baru untuknya.

“Kalau begitu, mari nikmati makan siang kita,” lanjut laki-laki itu sambil tersenyum.

Aneth tertegun. Senyumnya membuat pertanyaan-pertanyaan yang sejak tadi berseliweran di benaknya tiba-tiba menguap dan malah memerhatikan hal lain.

Sosok yang ada di hadapannya tidak cukup jika hanya disebut tampan. Garis wajahnya tegas dan berkharisma, hidung mancung yang lurus, bibir dengan lengkungan sempurna, dan bola mata kecoklatan yang tampak berkilau. Semua keindahan itu melekat pada wajahnya seolah dia adalah mahakarya.

Ah, orang ini memang terlalu mirip dengan ‘dia’.

Setelah mereka menyantap makanan dalam keheningan beberapa saat, laki-laki di hadapannya angkat suara.

Miss Ranetha.”

“Ya?”

“Saya rasa ada hal lain yang perlu kita bahas, kan?”

Mendadak Aneth tersedak oleh makan siangnya yang hampir habis. Ia meraih gelasnya dengan wajah berjengit. Meneguk minum perlahan dan membasahi bibirnya.

‘Sepertinya ini saatnya. Sepertinya dia sadar.’

Aneth sebetulnya tidak melakukan kesalahan, tapi mengapa dia merasa setakut ini? Tatapan mengintimidasi dari laki-laki itu membuatnya kembali gugup.

“Saya cuma mau memastikan kejadian waktu itu tidak akan tersebar dan sampai ke media,” ujar Yuka penuh makna.

“Ah, ya. Anggap saja saya tidak melihatnya.”

***

Kembali ke kejadian beberapa hari lalu, hari pertunangan teman kuliahnya dulu, Ivy dan Valdi Leovin. Aneth yang tidak sengaja bertemu dengan Ivy di mal, diundang ke pesta pertunangannya pada hari Sabtu. Tetapi, hal yang tidak terduga terjadi di hari itu.

Setelah mengunjungi Ivy lebih awal di kamar rias, Aneth pergi ke toilet di lorong yang masih sepi sebelum acara dimulai. Di sanalah, dia melihat hal yang tidak boleh dilihatnya. Sepasang manusia yang sedang bermesraan di depan toilet.

Matanya terbelalak maksimal menyaksikan apa yang ada di sana. Ia membatu. Si wanita melingkarkan lengannya di leher si pria dengan sebelah tangan menekan kepala pria itu. Sementara si pria—yang berdiri membelakangi Aneth—sedang balas memeluk wanita itu juga.

Jangankan Aneth, lukisan dan cicak di dinding pun sudah bisa menebak apa yang dilakukan pasangan itu. Semakin lama ia berdiri di sana, semakin panas pula adegan yang ditampilkan mereka. Tangan si pria yang mulai melalang buana menyusuri lekuk tubuh gadis di hadapannya, membuat dia jengah.

Aneth meringis, entah apa yang harus ia lakukan sekarang. Dia terjebak dengan pilihan ganda di kepalanya. Berbalik pergi, melanjutkan jalan ke toilet melewati dua sejoli itu dengan tak acuh, atau haruskan dia berdeham? Perkaranya dengan toilet menjadi urusan yang sulit ditinggalkannya saat ini.

‘Cari toilet lainkah? Di mana lagi yang terdekat?’

Ia baru saja mundur selangkah ketika heels-nya beradu dan memunculkan suara ‘klotak’ yang cukup bisa membuat aktivitas kedua orang itu terhenti.

Aneth masih berdiri mematung ketika si wanita mulai menyadari kehadirannya, dan melonggarkan pelukan. Wanita cantik itu buru-buru melepaskan tangannya dan melangkah cepat dengan wajah menunduk ketika melewati Aneth. Sementara si pria sama terkejutnya dengan wanita tadi ketika berbalik dan menyadari alasan kepergian wanitanya.

Ketika sang pria menatapnya, Aneth masih bergeming. Tapi kini ganti ia yang terkejut. Wajah itu, wajah yang mirip dengan tunangan laki-laki di acara hari ini.

Sedikitnya Aneth tahu siapa dia. Aneth pernah melihatnya dulu bersama Valdi Leovin sewaktu kuliah. Dan lagi, orang ini cukup populer di kalangan media sosial. Pria yang barusan terpergok bermesraan adalah sepupu dari lelaki yang akan bertunangan hari ini, Yuka Damiani Leovin.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

10
100%(51)
9
0%(0)
8
0%(0)
7
0%(0)
6
0%(0)
5
0%(0)
4
0%(0)
3
0%(0)
2
0%(0)
1
0%(0)
10 / 10.0
51 ratings · 51 reviews
Write a review
user avatar
Lunetha Lu
Haloo, terima kasih sudah baca sampai tamat. Jangan lupa mampir ke ceritaku yang lainnya "Dikira Konglomerat, Rupanya Melarat". Ga kalah menguras emosi. Dan tentunya menghadirkan unsur2 psikologi juga :)
2022-10-06 14:48:52
0
user avatar
widya widya
Asli. ini cerita bagus bgt. keren authornya .........
2022-09-27 11:22:17
2
user avatar
Jisoo
aaa knp koin hbs tngah jln, pdhl makin blkg makin seru crtany, tmbh rmantis yuka sm anet
2022-03-29 11:20:13
0
user avatar
Zila Aicha
seru banget.. Ditunggu novel lainnya kak
2022-03-29 08:02:11
3
default avatar
Queen giselle
Seru bgd! Smpe bngung pilh siapa
2022-03-28 00:14:15
1
user avatar
Lunetha Lu
Aku mau infoin, buat yang tambahin buku ini sebelum 19 Mar 22, coba hapus dan tambahkan ulang biar bisa menikmati revisi penulisan isi, maupun judul dan cover. Terima kasihh :*
2022-03-22 17:48:53
0
user avatar
Lunetha Lu
Hai semua... Memenuhi permintaan GN, cerita "A Bit Psycho but Sweet" ganti judul yaa. Selamat membacaa :)
2022-03-20 12:27:12
0
user avatar
Zumrotul
keren thor ceritanya
2022-03-09 05:58:23
5
user avatar
miss.possan
what a good story. thank you... so sweet skaliii
2022-03-04 12:21:09
2
user avatar
miss.possan
aku keingatan oppa chang wook terus ya Lord... Cant stop reading it, yg nyetop paling koin habis ............
2022-03-03 18:33:14
2
user avatar
Nellamuni
semangat Semangat author, otw baca nih ...
2022-03-02 11:59:13
1
user avatar
Ee_Maa
keren nih cerita, bikin ketagihan yang baca
2022-02-20 13:27:21
1
user avatar
leony callista
Hot live show in front of the Toilette. Kasihan Aneth, matanya ternoda ...
2022-02-20 10:24:00
1
user avatar
HeNov
Keep it somplak
2022-02-20 10:22:51
1
user avatar
W.B VINO 12
Wah seru ceritanya. Lanjut thor
2022-02-20 10:19:52
1
  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
99 Chapters
#1 Tertangkap Basah
Gadis itu mengangkat kedua tangan, menengadahkan tangannya untuk dipandangi. Membalik-balikkannya dan memerhatikan dengan raut datar bekas luka yang ada di sana. Luka yang sudah kering dan sudah sembuh, namun masih ada jejak goresan dan bekas jahitan. Dia lalu membuka lemari pakaiannya, memilih blus lengan panjang yang dapat menutupi bekas lukanya. Ia tersenyum simpul menatap pantulan dirinya di cermin. Sempurna. Semuanya terlihat tampak normal.   ***   Sudah dua tahun Aneth tinggal di indekos yang letaknya di bagian selatan ibu kota. Menurutnya, lokasi di sana cukup strategis, banyak pusat perkantoran besar. Mengingat profesinya sebagai desainer grafis lepas, ia bisa mencari suasana baru dan mempelajari permintaan kebutuhan desain perkotaan. Selain itu akses kendaraan umum seperti bus juga mudah dijangkau. Keputusan untuk tinggal sendiri di indekos sebenarnya sebagai salah satu bentuk pelari
last updateLast Updated : 2021-08-24
Read more
#2 Dia Ranetha
“Bagaimana saya bisa percaya begitu saja kalau Anda tidak akan cerita ke siapa pun?” tanya laki-laki itu dengan sebelah alis terangkat. Nada suaranya penuh selidik. “Mmm... itu...” Aneth tampak berpikir. Kepalanya berdenyut memikirkan jawaban yang tepat. Bagaimana bisa pertanyaan yang terdengar mudah itu sulit sekali dijawab. Kira-kira apa yang bisa meyakinkannya? Sungguh, dia tidak sengaja memergoki Yuka. “Umm... Anda tau kan, saya mengenal Ivy dan Valdi? Saya akan tutup mulut karena Anda kerabat dari teman saya,” Selain itu karena Aneth tidak tertarik dengan hubungan percintaannya. “Apa... Anda bisa percaya saya?” Ia bertanya lagi karena laki-laki itu belum merespon. ‘Kumohon, percaya saja dong.’ Akhirnya Yuka menghela napas. Tampak menemukan solusi yang mungkin menjadi jalan tengah mereka. “Begini saja, supaya saya bisa percaya dan mengawasi kamu, bagaimana kalau kamu bekerja di perusahaan k
last updateLast Updated : 2021-08-24
Read more
#3 Welcome Party
Hari ini hari pertama ia masuk kerja. Tapi setelah jam pulang kerja, Aneth tidak tahu mengapa dia harus ikut ke ruangan ini. Ruangan yang pernah didatanginya satu kali sebelum bekerja di perusahaan ini. Ruangan dengan pintu besar berwarna coklat gelap yang elegan. Aneth hanya bisa menatap dua makhluk yang wajahnya hampir serupa itu. Seorang pria berparas lebih ceria dan jenaka. Dan seorang lagi pembawaannya lebih serius namun memesona. Kedua orang itu sedang berdiskusi, membicarakan tempat yang akan mereka tuju. Tidak, bukan berdiskusi. Lebih tepatnya Valdi yang lebih sibuk dan antusias. Tidak berubah, dia selalu punya caranya sendiri untuk bersenang-senang. Setidaknya begitu pikir Aneth. “Apa kita ke Cayden Bar buat welcome party Aneth?” Jadi, saat Aneth keluar lift dan berjalan di lobby hendak pulang, ia bertemu dengan Valdi. Susah payah ia menghindar agar lelaki itu tidak melihat dan tidak menyapanya. Wajah Valdi keburu sumringah
last updateLast Updated : 2021-08-24
Read more
#4 Sorry
Kepala Aneth masih terasa sedikit pusing sewaktu tiba di kantor pagi ini. Ia benar-benar tidak percaya dengan kejadian semalam. Mengingatnya saja membuat detak jantungnya marathon nyaris melompat. Seharusnya ia ekstra hati-hati saat kakak perempuan Bosnya memperingatkannya. Bisa-bisanya Valdi menariknya dan hampir saja...Arghhh!Ia tidak ingin mengingatnya. Ingin marah, tapi anak itu sedang mabuk. Ia sedang memijat pelipisnya saat Yuka masuk ke lift yang sama dengannya.“Eh, Neth.”“Pagi Pak,” sapa Aneth sopan. Hari ini pun sepupu temannya sekaligus Bosnya itu tampak tampan dan cerah. Padahal semalam dia juga habis minum banyak. Tapi pagi ini tetap terlihat segar. Orang ganteng mah beda, ya. Gaya berpakaiannya selalu terlihat rapi dan modis, selera para wanita seperti di drama-drama yang sering ditontonnya atau komik-komik yang sering dibacanya.Ia jadi teringat, kalau saja kemarin bu
last updateLast Updated : 2021-08-24
Read more
#5 Awal Mula Masalah
Laki-laki itu terus memerhatikan orang yang berlalu lalang keluar saat jam pulang kantor. Tapi perempuan yang dicarinya sama sekali tidak tampak. Ia menghela napas. Sepuluh menit, ia paling tidak suka menunggu dan membuang-buang waktu. Akhirnya ia putuskan untuk naik ke kantor Direksi.“Eh, Aneth lembur apa gimana sih?” tanya Valdi tanpa basa-basi ke kakak sepupunya.“Mana gue tahu, gue nggak urusin satu persatu karyawan lah.”“Ya kali aja lo tau. ““Telepon aja sih.”“Masalahnya gue nggak punya nomor Hp-nya.”Yuka yang sedang membaca berkasnya berhenti sejenak dan mengernyit. “Aneh, padahal kalian pergi bareng melulu. Lagian lo ngapain sih, udah mau nikah masih pergi berduaan sama cewek lain. Mantan pula,”“Bukan mantan, cuma pernah dekat,” koreksi Valdi. “Gue bosan aja, dia bisa gue ajak makan di tempat yang gue pingin. Lo aja nggak mau gue aja
last updateLast Updated : 2021-08-24
Read more
#6 Mimpi dan Kenyataan
Setelah bicara soal masa lalu mereka, Valdi menyuruh Aneth meminum obatnya. Karena Valdi tidak begitu tahu gejala yang dialami Aneth, ia membelikan beragam obat-obatan. Biar Aneth yang memilih, pikirnya.Mudah baginya untuk menginterogasi orang yang mabuk dan orang yang sedang sakit. Keduanya tidak begitu berbeda. Mereka akan mengalami masa-masa di mana emosi mereka sulit dikontrol dan akan bicara begitu saja tentang apa yang mereka pikirkan.Di saat Aneth merasa tambah lemas dan mengantuk, Valdi terus melayangkan pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya ingin dia dengar langsung dari Aneth.“Apa waktu itu lo memang nggak ada rasa sama sekali ke gue?” tanyanya sambil membantu Aneth berbaring.“Bukan begitu. Mana mungkin gue bisa merespon sementara lo belum lama putus dari teman gue.” Aneth mengalihkan pandangannya dengan sebelah tangan menutupi wajahnya. Ia tidak ingin Valdi membaca ekspresinya saat ini.“Jadi lo juga suk
last updateLast Updated : 2021-11-05
Read more
#7 Zona Nyaman
Yuka menatap wanita di hadapannya yang sedang memakaikan dasi untuknya. Sungguh, ia masih penasaran dan mencari tahu sampai saat ini. Bagian mana yang menarik darinya? Tidak terlalu cantik, bertubuh seksi pun sepertinya tidak. Lihat pakaian yang sehari-hari dikenakannya, blus lengan panjang, kemeja lengan panjang, sweater, kaus dan outwear, blazer, semuanya cenderung tertutup dan tidak begitu feminim.Mungkin karena ruang kerjanya dingin.Tunggu, tapi gaunnya saat acara waktu itu juga berlengan panjang meskipun potongan kerahnya sedikit rendah. Entahlah, mungkin itu seleranya. Sepertinya saat ke kantor juga wanita itu lebih sering memakai boots dan kets. Ya pokoknya bukan bergaya feminim. Tapi kenapa sepupunya bisa sempat tertarik padanya?“Eh? Ada apa Pak?” tanya wanita itu menatapnya bingung.Ah, kalau diperhatikan seperti itu jelas saja dia sadar. Siapa suruh terang-terangan menatap orang yang ada dihadapannya. De
last updateLast Updated : 2021-11-05
Read more
#8 Acara Kantor
“Wahh, Aneth udah sembuh.”“Iya nih, mukanya kelihatan lebih cerah. Kayaknya lagi bahagia juga ya.”“Apa sih kalian.” Aneth tertawa membalas kata-kata teman seruangannya.“Istirahat seharian bikin cepat sembuh kan? Apa gue bilang,” sergah Alex sambil menjentikkan jarinya.“Eh, eh, besok mau ikut nggak Neth?” Tanya Ivanka mendekat ke meja Aneth.“Ngapain tuh?”“Biasanya kantor kita adain makan-makan sebelum libur Natal dan Tahun Baru. Rencananya sih besok.”“Oh? Mendadak ya?”“Nggak sih, cuma gue lupa bilang ke lo,” sahut Alex.“Kapan itu? Pulang kantor?”Ivanka yang ada di sebelahnya mengangguk. “Biasanya para cewek pasti dandan sebelum pergi, karena itu tuh kesempatan buat kenalan sama cowok dari divisi lain. Lo jomblo kan Neth?”“Eh ingat, lo udah punya pacar!” Al
last updateLast Updated : 2021-11-05
Read more
#9 Gara-gara Medsos
Dari mejanya, ia dapat melihat seseorang yang sepertinya bukan dari divisi yang sama menghampiri Aneth. Tadinya dia berniat pulang lebih awal, tapi beberapa orang mengajaknya berdiskusi tentang penjualan akhir tahun. Karena ia memiliki tangung jawab dan peranan besar pada perusahaan ini, tentu saja ia tidak mungkin mengabaikannya. Tapi kemudian matanya tertuju pada tim kreatif dan secara tidak sengaja melihat pemandangan itu. Di meja sana, jajaran botol dan kaleng-kaleng bir juga tidak kalah dengan meja lain. Penampilan mereka sudah cukup kusut. Karena hal itu sudah biasa terjadi, ia tidak ambil pusing selama tidak ada yang menimbulkan kekacauan. Ia lalu mengalihkan pandangan kembali mengobrol. Tapi tak lama kemudian dari sudut matanya ia melihat Aneth beranjak dari kursinya dan sepetinya berjalan ke arah toilet. Ia lalu berpamitan sebentar dan mengikuti wanita itu. “Astaga!” pekik Aneth terkejut ketika keluar dari toilet wanita dan mendongakan wajahnya. “Kam
last updateLast Updated : 2021-11-05
Read more
#10 Kopi, Dasi, dan Luka
Ia hendak berteriak melihat seluruh kancing seragamnya yang telah terbuka dan menampakan pakaian dalamnya. Roknya tengah tersingkap dengan tangan yang terselip dibaliknya. Tetapi sebuah tangan yang membungkamnya membuat suaranya tak keluar. Dia berusaha berontak sekuat tenaga yang tubuh kecil itu bisa. Percuma. Tenaganya kalah besar dengan pria yang membungkamnya. Tak kuasa air mata membanjiri pipinya ketika Pria itu menimpanya. Di saat yang bersamaan sepasang matanya membuka kaget. Keringat membanjiri kening dan pelipisnya. Napasnya memburu seperti habis berlari jarak jauh. Mimpi. Mimpi buruk itu lagi. Tangannya bergetar hebat, sekujur tubuhnya ngilu. Jijik, takut, marah, putus asa. Semua emosi itu bercampur dengan sangat mengerikan. Ia meraba meja nakas dan berusaha membuka lacinya. Jarinya mencari dan meraba tanpa menoleh. Matanya penuh kilat keyakinan saat benda yang ia cari berhasil digenggamnya. Ia menarik benda
last updateLast Updated : 2021-11-05
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status